GERAKAN SOSIAL
Di Susun Oleh:
Nama: Nurhaliza Habibu
NPM: 170204227001
1. Populasi
Jumlah sendiri dari suatu warga tergantung pada pengaruh dua
kekuatan dasar. Kekuatan dasar pertama merupakan jumlah yg
sinkron bagi populasi buat hayati menggunakan syarat yg ideal.
Kekuatan dasar yg ke 2 merupakan adonan aneka macam impak
syarat faktor lingkungan yg kurang ideal yg membatasi
pertumbuhan. Faktor-faktor yg membatasi antara lain ketersediaan
jumlah kuliner yg rendah, pemangsa, persaingan menggunakan
mahkluk hayati sesama spesies atau spesies lainnya, iklim, dan
penyakit
Populasi dari suatu spesies bisa berubah sepanjang waktu.
Kadangkala
perubahan ini disebabkan oleh peristiwa peristiwa alam, misalnya
perubahan curah hujan yang bisa menyebabkan beberapa populasi
meningkat sementara populasi lainnya terjadi penurunan, atau
munculnya penyakit-penyakit baru secara tajam hal ini dapat
mengurangi populasi spesies tumbuhan atau hewan.
2. Bencana alam
Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah, alam
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Alam adalah penyedian bahan-bahan makanan dan pakaian,
penghasil tanaman, disertakan sumber kesehatan dan keindahan.
Pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya teknologi
lambat laun dapat merusak alam. Semakin tinggi
jumlah masyarakat, maka semakin tinggi pula tekanan kepada
alam. Oleh karena itu akan terjadi perusakan alam.
3. Perang
Perang, pecahnya perang di suatu daerah, mempengaruhi
perubahan kepribadian individu sebagai anggota masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut. Namun, perang tentu mempengaruhi
semua bagian masyarakat dan membawa perubahan baik besar
maupun kecil.
4. Ilmu pengetahuan
Penemuan-inovasi baru, inovasi baru sebagai suatu faktor
padaperubahan sosial bila output inovasi tadi didayagunakan.
Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk
mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan
yang besar (Horton, 2000).
5. Teknologi
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, di era globalisasi sekarang
ini, mempengaruhi kebudayaan masyarakat lain merupakan sutu
hal yang tidakbisa di elakkan lagi. Adanya hubungan kerja sama
antar negara serta sarana komunikasi dan keterangan yg semakin
canggih, misalnya televisi, radio, dan internet memudahkan imbas
kebudayaan rakyat lain masuk pada suatu negara.. Akibatnya
muncul perubahan pada masyarakat yang menerima pengaruh
kebudayaan itu.
Skala Perubahan
a. Perubahan Mikro
Anggota masyarakat sebagai individu dan anggota masyarakat
sebagai bagian dari kelompok atau organisasi. Dalam kaitan ini, dapat
dikatakan bahwa perubahan sosial khususnya di era pertanian pada awalnya
sebagian besar dilakukan oleh individu-individu yang mampu bertindak dan
berinovasi secara mandiri. Dengan kata lain, individu memainkan peran
penting dalam era pertanian karena merupakan protagonis dari perubahan
sosial. Jenis situasi ini didukung oleh pola hubungan sosial yang lebih spiritual
di mana individu berinteraksi langsung dengan komunitas mereka. Pola
hubungan ini memberikan kesempatan kepada individu untuk berkontribusi
secara langsung pada perubahan sosial. Peran individu mulai berubah di era
industri.
Perubahan masyarakat pada era ini masih didorong oleh individu,
namun peran individu dalam perubahan sosial sedikit berbeda dengan era
sebelumnya. Hubungan kontraktual dengan masyarakat biasanya berhubungan
langsung dengan kelompok-kelompok kecil yang secara langsung
menguntungkan setiap individu. Kelompok-kelompok kecil yang sengaja
dibentuk untuk tujuan ini kemudian disebut organisasi. Dalam sebuah
organisasi, individu berinteraksi dengan individu lain, menjadikan organisasi
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan tempat untuk kreativitas dan
inovasi.
b. Perubahan Makro
Untuk memahami dan memahami perubahan, kita sering belajar
dari masa lalu. Artinya, baik skala mikro (perubahan organisasi) dan skala
makro (perubahan masyarakat) bagaimana proses perubahan bekerja. Kedua
jenis perubahan ini diyakini terkait erat. Mengingat organisasi merupakan
bagian integral dari suatu komunitas, maka perubahan yang terjadi di tingkat
makro tentu akan mempengaruhi perubahan di tingkat mikro.
Di sisi lain, perubahan mikro seperti perubahan organisasi politik seperti
Indonesia pada akhirnya akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat
Indonesia. Membahas keduanya karena itu sangat membantu dalam
memahami konteks perubahan umum. Untuk itu, dan untuk memudahkan
pemahaman kita, pembahasan perubahan pada skala makro didahului dengan
pembahasan perubahan organisasi yang disajikan pada subbab berikutnya.
Dalam kaitannya dengan perubahan sosial, sosiolog dan futuris Alvin
Toffler menulis buku trilogi, Future Shock (1970), The Third Wave (1980), dan
Power Shift (1991), menggambarkan terjadinya perubahan struktural. Dalam
kehidupan manusia dan seringkali menimbulkan kejutan budaya bagi mereka yang
tidak siap menghadapinya. Dalam salah satu bukunya, The Third Wave, Toffler It
membagi tahapan perkembangan manusia menjadi tiga gelombang perubahan.
Gelombang Kedua Zaman Industri (Industri Age).
The Third Wave of the Post-Industrial Age atau sering dikenal dengan Era
Informasi (Post-Indutrialization atau Information Age). Transisi dari satu
gelombang ke gelombang lainnya selalu ditandai dengan perubahan, atau lebih
tepatnya lompatan besar. Hal ini membuat karakteristik suatu era berbeda dengan
karakteristik era lainnya.
b. Struktur Sosial
Struktur sosial adalah ciri khas suatu masyarakat yang membedakannya
dengan masyarakat lain, dan berfungsi sebagai sistem rantai yang mengatur segala
aspek kehidupan dan mewujudkan ketertiban dan keselarasan.
c. Insfrastruktur Sosial
Infrastruktur fisik dan sosial adalah pemenuhan kebutuhan fisik dasar
untuk mengatur sistem struktural yang diperlukan untuk keamanan ekonomi
sektor publik dan swasta, sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan untuk
berfungsinya ekonomi (Sulivan, Arthur et al Steven M.S. , 2003) dan Oxford
Dictionary).
Istilah umumnya mengacu pada infrastruktur teknis atau fisik yang
mendukung jaringan elemen infrastruktur seperti: B. Fasilitas seperti jalan raya,
rel kereta api, penjernihan air, bandar udara, kanal, waduk, tanggul, pembuangan
sampah, listrik, telekomunikasi, dan pelabuhan. Selain itu, infrastruktur juga dapat
menunjang kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat dan pemerataan arus
produksi barang dan jasa. Misalnya, jalan dapat memfasilitasi pengangkutan
bahan mentah ke pabrik dan kemudian ke pasar hingga mencapai masyarakat.
1) Teori evoluasi
Teori perubahan sosial ini menjelaskan bahwa evolusi
mempengaruhi cara orang berorganisasi, terutama dalam kaitannya
dengan sistem kerja. Berdasarkan pandangan ini, Tönnies berpendapat
bahwa masyarakat sedang berubah dari tingkat peradaban yang
sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dalam teori perubahan
sosial, evolusi dapat dilihat pada transformasi masyarakat. Kita mulai
dengan masyarakat tradisional yang memiliki pola sosial yang sama,
yaitu, pembagian masyarakat menurut usia atau senioritas daripada
pencapaian pribadi individu dalam masyarakat.
2) Fungsionalisme
Teori perubahan sosial ini berpandangan bahwa
ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi sosial secara umum
merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial. Dalam teori ini,
Ogburn menambahkan keberadaan bagian masyarakat yang tidak
berubah atau statis. Dengan kata lain, tidak semua aspek masyarakat
dan budaya berubah di tengah perubahan sosial. Dalam teori ini,
Ogburn mengkritik kelompok masyarakat yang melihat kelompok lain
yang tidak mengikuti perubahan sosial sebagai kelompok yang sama
atau tidak setara secara budaya.
Perbandingan antara Kota Kajang Pedalaman dan Kota
Bulukumba. Tentunya hal ini dikarenakan perkembangan teknologi
yang memungkinkan adanya lompatan ke dalam budaya yang ada.
Teori perubahan sosial ini mengasumsikan bahwa kelompok yang puas
dengan status quo tidak akan berubah, dan kelompok yang tidak puas
dengan status quo akan berubah.
3) Teori Konflik
Teori perubahan sosial ini dipengaruhi oleh pandangan para
ahli seperti Karl Marks Dahnlendorff. Dalam teori perubahan sosial
ini, konflik dipandang sebagai sumber perubahan sosial dalam
masyarakat. Teori ini membagi masyarakat menjadi dua kelompok
atau kelas yang berlawanan: borjuasi dan proletariat. Kedua kelompok
sosial dalam masyarakat ini dapat dipandang sebagai pengguna dan
pelayan. Borjuasi memiliki lebih banyak properti dan hak untuk hidup,
dan lebih sedikit, karena proletariat menyebabkan konflik dalam
masyarakat dan membawa revolusi sosial yang mengarah pada
transformasi sosial.
B. Pengertian pembangunan
Menurut Saigiang, pembangunan adalah "dalam konteks
pembangunan nasional, suatu upaya atau rangkaian upaya pertumbuhan
dan perubahan yang direncanakan dengan sengaja dilakukan oleh bangsa,
negara, dan pemerintah menuju modernisasi". Pembangunan sosial adalah
bagian taktik pada penggerakan partisipasi rakyat supaya dalam sektor
pembangunan yang berkelanjutan mampu mempunyai kiprah
menggunakan menghadirkan rakyat yang partisipatif. Tulisan ini
mengungkapkan syarat kekinian yang terjadi dipulau penyengat menjadi
daerah yang strategis pada menjaga kehidupan sosial sebagai lebih baik.
Tujuan Pembangunan
Menurut Todaro (2006), proses pembangunan wajib mempunyai
tiga tujuan inti:
a. Peningkatan ketersediaan dan ekspansi distribusi banyak sekali
macam barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan,
kesehatan, proteksi dan keamanan).
b. Peningkatan baku kehidupan yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan. Tetapi pula mencakup penambahan penyediaan,
lapangan pekerjaan, perbaikan, kualitas pendidikan, dan
peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan
kemanusiaan.Dimana semuanya itu tidak hanya untuk
memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga untuk
menumbuhkan jati diri pribadi bangsa yang bersangkutan.
c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial bagi individu dan seluruh
bangsa melalui kemandirian dari ketergantungan;
Dualitas Pembangunan
Sebagai konsep netral, peningkatan kualitas hidup manusia.
Ideologi,keyakinan menerapkan model/teori tertentu dalam
melakukan perubahan sosial.Teori
pembangunan,devolopmentalim. Ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Karena negara sebagai wadah dengan para pelaku ekonomi yang
tinggal di sana tentu berperan dalam memajukan pembangunan
negara. Ideologi, di sisi lain, mempromosikan pembangunan
berdasarkan keadaan dan karakteristik negara, Contohnya di
Indonesia.
Pembangunan Berkelanjutan
Sebelum memasuk pada pengertiannya pembangunan
manusia, lebih dahulu dipenuhi kebutuhan manusia secara
keseluruhan. Menurut Gilbert dan Spect (Sukoco, 1991), bahwa
setiap manusia secara universal memiliki sejumlah kebutuhan,
yaitu physical needs, emotional needs, intellectual needs, spiritual
needs dan social needs. Kemudian menurut Selo Soemardjan(1997)
kebutuhan manusia itu terdiri dari tiga, yaitu (1) kebutuhan dasar
hidup (basic needs), di dalamnya mencakup kebutuhan
makan,pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan;(2)
keperluan sosial (social needs), mencakup pendidikan, rekreasi,
ransportasi, interaksi internal dan eksternal; dan (3) Kebutuhan
pembangunan seperti tabungan, pelatihan khusus dan akses
informasi.
Pencapaian terhadap jenis jenis kebutuhan tersebut
menggambarkan derajat pemenuhan kebutuhan manusia. Jika
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara optimal, maka kebutuhan
tersebut terpenuhi atau terpenuhi dengan derajat yang tinggi.
Sebaliknya, apabila manusia kurang bahkan tidakn mampu
memenuhi jenis jenis kebutuhan tersebut, maka derajat pemenuhan
kebutuhannya sedang atau bahkan rendah. Agar insan sanggup
memenuhi kebutuhannya, maka diharapkan pembangunan.
Menurut Budiman (1992), pengertian generik pembangunan
merupakan bisnis buat memajukan kehidupan warga & warganya.
Atau kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat (di bidang
ekonomi). Berdasarkan pengertian Pembangunan manusia dengan
demikian dapat didefinisikan sebagai kemajuan yang dibuat oleh
masyarakat manusia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Namun demikian pengertian ini dapat diperluas, Pembangunan
manusia dengan demikian dapat didefinisikan sebagai kemajuan
yang dibuat oleh masyarakat manusia untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka.
C. Gerakan Sosial
Konsep gerakan sosial secara teoritis adalah gerakan yang dibangun
atas prakarsa masyarakat dan bertujuan untuk menuntut perubahan
institusi dan kebijakan dari pemerintah. Hal ini dianggap sejalan dengan
keinginan sebagian orang, atau tidak lagi konsisten. Jürgen Habermas,
mengutip Pasuk Phongpaichit (2004), mendefinisikan gerakan sosial
sebagai hubungan defensif yang melindungi ruang publik dan pribadi
individu dengan melawan serangan dari sistem negara dan pasar.
Menurut Anthony Giddens dalam karya Fadhillah (2006), gerakan
sosial didefinisikan sebagai upaya kolektif untuk mencapai kepentingan
dan tujuan bersama melalui tindakan kolektif yang terlepas dari intervensi
institusi yang sudah mapan. Lebih khusus lagi, Kaih (2002) menyatakan
bahwa gerakan sosial dapat diartikan sebagai kelompok informal yang
berorganisasi untuk mencapai tujuan sosial, terutama dalam kaitannya
dengan perubahan struktur dan nilai sosial.
Mayer dan Tarrow (1998) memiliki pandangan yang sama, di mana
mereka mendefinisikan gerakan sosial sebagai perlawanan politik oleh
orang-orang biasa yang bergabung dengan kelompok yang lebih
berpengaruh. Dalam bukunya Social Movement Theory, Marcel (2004)
mendefinisikan gerakan sosial sebagai seperangkat keyakinan dan
tindakan tidak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
mempromosikan atau mencegah peningkatan perubahan sosial. Mayer dan
Tarrow (1998), dalam The Work of The Social Movement Society,
mendefinisikan gerakan sosial inklusif sebagai agenda bersama
berdasarkan tujuan bersama dan solidaritas dalam interaksi terus-menerus
dengan kelompok elit, saingan, musuh, dan penguasa.
Ada dua aspek yang menonjol dari definisi gerakan sosial. Yang
pertama adalah upaya sistematis untuk mengubah institusi melalui gerakan
sosial dengan 'tantangan kolektif'. Tantangan-tantangan ini seringkali
berfokus pada kebijakan publik atau memulai perubahan yang lebih luas
dalam struktur sosial dan politik, institusi, distribusi jaminan sosial, dan
konseptualisasi hak dan kewajiban sosial dan politik. Kedua, gerakan
sosial memiliki tujuan politik terkait dengan perubahan distribusi
kekuasaan dan otoritas.
Tujuan-tujuan politik ini hanya mungkin melalui interaksi yang
berkelanjutan dengan aktor-aktor politik di luar gerakan. Kepala di antara
mereka adalah sekutu politik, pesaing, dan mereka yang berkuasa. Lebih
lanjut, dalam buku Fauzi (2005), Denny JA memaparkan faktor-faktor
yang mempengaruhi lahirnya gerakan sosial.
Jawaban:
1) Sebuah fenomena perubahan seperti pandemi Covid-19 yang melanda
setiap negara di dunia untuk memfasilitasi perubahan sosial. Hal ini
karena perubahan sosial mengacu pada pola hubungan, pola perilaku
dan kebiasaan antar individu, kelompok, organisasi, budaya dan
masyarakat. Seperti. Misalnya, perubahan kecil yang sering terjadi
dalam struktur sosial tetapi tidak mempengaruhi masyarakat luas.
2) Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan pembaruan dari
tujuan dan indikator, tujuan universal yang disepakati oleh Negara-
negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Program SDGs ini
dengan demikian tidak hanya melanjutkan program MDGs
sebelumnya, tetapi juga sebagai bentuk pengembangan dan
peningkatan. Jadi SDGs ini tentu saja memiliki nilai lebih dan tentu
saja konteks yang lebih luas. Penting untuk di terpkan karna
Pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan secara menyeluruh
yang dapat menopang peningkatan berkelanjutan kesejahteraan
ekonomi masyarakat, keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
kualitas lingkungan, dan kualitas hidup dari generasi ke generasi.
3) Contohnya non kekerasan
Gerakan sosial Komunitas Samin menentang pembangunan pabrik
semen di Skorilo, Pati, Jawa Tengah, merupakan gerakan sosial yang
berbeda dengan gerakan sosial yang dilakukan selama ini. Gerakan
sosial ini tidak berbentuk demonstrasi atau aksi anarkis.
Protes pembangunan pabrik semen dilakukan secara damai dengan
menggunakan simbol budaya yang mereka miliki.
Contoh kekerasan:
Kekerasan seksual Perbuatan yang mempermalukan, menghina,
melecehkan dan/atau menyerang tubuh dan/atau kesuburan karena
hubungan kekuasaan dan/atau jenis kelamin yang tidak setara, yang
menyebabkan atau mungkin menyebabkan penderitaan mental
dan/atau fisik. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
seseorang dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
yang aman dan optimal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan berkelanjutan, tujuan dari Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, harus
menjadi pedoman bagi peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup. Kemampuan alam untuk mempertahankan kehidupan dan menahan zat
yang memberinya makan harus dibatasi. Oleh karena itu, manusia sebagai salah
satu organisme yang merupakan bagian dari lingkungan harus menjaga
lingkungan tempat hidupnya. Praktik pembangunan berkelanjutan yang
memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk generasi mendatang dapat
meningkatkan kualitas daya dukung dan daya dukung lingkungan. Kebutuhan
manusia terbatas baik kualitas maupun kuantitas sumber daya alam. Sumber daya
tertentu juga memiliki batasan spasial dan temporal. Manusia dapat sangat
dipengaruhi oleh kondisi alam di sekitarnya, dan aktivitas manusia sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penggunaan
sumber daya alam secara bijaksana diperlukan.Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa memastikan bahwa penerapan prinsip-
prinsip ini akan membuat lingkungan lebih tangguh dan kehidupan masa depan
akan memiliki hak atas alam. Ramah Lingkungan Berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi, Rukminto, 2005, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial :
Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan, Jakarta : UI-
Press.
Fedro Romadhan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji
https://doi.org/10.33701/cc.v1i1.1626
Marius,J.A.1989.”Peranan Pers Pancasila dalam Pembangunan.” Skripsi Sarjana
Teologia, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere