Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER ANTROPOLOGI

Pergeseran Masyarakat dan Budaya

Disusun oleh:
Muhammad Wahyu Saputra (233122014)

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
INSTITUT SENI DAN BUDAYA INDONESIA KOTA BANDUNG
2023
Abstrak:
Pergeseran masyarakat dan budaya adalah fenomena kompleks yang terjadi di seluruh dunia.
Pergeseran ini mencakup perubahan signifikan dalam norma, nilai, tata cara, serta cara hidup suatu
kelompok masyarakat. Proses ini dapat dianalisis dari perspektif mikroskopik yang melibatkan
perubahan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, maupun dari perspektif makroskopik yang
melihat perubahan besar dalam jangka waktu panjang. Dalam pergeseran masyarakat dan budaya,
kita mengidentifikasi berbagai proses berulang yang memberikan wawasan tentang bagaimana
masyarakat berevolusi. Adat istiadat, norma sosial, dan tatanan budaya berubah seiring waktu,
sering kali sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan. Penting untuk
memahami konflik yang muncul antara sistem budaya abstrak dan interaksi sosial konkrit dalam
masyarakat. Selain itu, pergeseran masyarakat dan budaya seringkali memiliki arah tertentu dalam
evolusi kebudayaan. Tren dan kecenderungan tertentu dapat teridentifikasi dalam perkembangan
sejarah masyarakat dan budaya, yang mencakup perubahan dalam struktur sosial, nilai-nilai,
teknologi, dan aspek-aspek budaya lainnya. Difusi, sebagai bagian penting dari pergeseran budaya,
menggambarkan penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok masyarakat ke
kelompok masyarakat lain. Berbagai cara difusi, seperti simbiotik, penetrasi damai, dan penetrasi
paksa, memiliki dampak yang berbeda pada masyarakat penerima. Proses ini dapat menciptakan
keragaman budaya yang kaya atau menyebabkan konflik dalam masyarakat. Pemahaman
mendalam tentang pergeseran masyarakat dan budaya memungkinkan kita untuk menggali
dinamika evolusi budaya, memahami perubahan sosial, dan mengapresiasi kompleksitas interaksi
antar kelompok masyarakat di seluruh dunia.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama sepanjang sejarah manusia, perubahan dalam aspek sosial dan budaya telah menjadi
fenomena yang konstan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pergeseran masyarakat dan
budaya telah menjadi lebih menonjol dan signifikan dalam kehidupan manusia. Perubahan ini
dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang beragam, seperti globalisasi, teknologi, perubahan ekonomi,
migrasi, dan perubahan dalam nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, penelitian mengenai pergeseran
masyarakat dan budaya menjadi semakin penting untuk memahami dinamika masyarakat dan budaya
pada zaman kontemporer.
1. Globalisasi: Salah satu faktor utama yang berperan dalam perubahan masyarakat dan budaya
adalah globalisasi. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, dunia semakin
terhubung, memungkinkan pertukaran ide, nilai-nilai, produk, dan budaya antara negara dan
komunitas budaya. Dampaknya adalah adanya pengaruh budaya global terhadap budaya
lokal, menciptakan campuran budaya yang kompleks.
2. Teknologi: Perkembangan teknologi, khususnya internet dan media sosial, telah mengubah
cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan mengakses informasi. Hal ini telah memengaruhi
perilaku sosial, pola konsumsi, dan cara kita bekerja. Dengan terus berkembangnya
teknologi, pergeseran dalam budaya dan masyarakat terjadi dengan cepat.
3. Perubahan Ekonomi: Perubahan dalam struktur ekonomi, seperti peralihan dari ekonomi
berbasis manufaktur ke ekonomi berbasis jasa, telah berdampak pada pekerjaan, pola
pengeluaran, dan kehidupan keluarga. Perubahan ini juga berpengaruh pada nilai-nilai sosial
dan budaya yang mengikuti transformasi dalam cara kita mencari nafkah.
4. Migrasi: Migrasi manusia dari satu wilayah ke wilayah lain juga berperan penting dalam
pergeseran masyarakat dan budaya. Ketika individu dan keluarga berpindah ke lingkungan
yang berbeda, sering kali mereka membawa bersama nilai-nilai, tradisi, dan bahasa mereka
sendiri. Hal ini dapat memicu interaksi budaya dan perubahan dalam budaya lokal.
5. Perubahan Nilai Sosial: Nilai-nilai sosial dalam masyarakat juga mengalami pergeseran
seiring berjalannya waktu. Nilai-nilai yang berkaitan dengan gender, keluarga, agama, dan
moralitas dapat berubah dan berkembang, memengaruhi cara kita berperilaku dan
berinteraksi dalam masyarakat.
6. Kesenjangan Sosial: Perubahan dalam masyarakat dan budaya sering tercermin dalam
kesenjangan sosial dan ekonomi. Ketidaksetaraan antara kelompok sosial, ekonomi, dan etnis
memengaruhi cara individu merasakan dan berpartisipasi dalam budaya masyarakat.
Pergeseran masyarakat dan budaya bukanlah fenomena yang merata di seluruh dunia, dan
dampaknya bervariasi dalam berbagai konteks. Oleh karena itu, penelitian mengenai pergeseran ini
memungkinkan kita untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dan berkontribusi
pada perubahan sosial dan budaya di berbagai konteks. Penelitian ini penting dalam membantu
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut dan
merencanakan masa depan yang lebih berkelanjutan serta inklusif.

1.2 Rumusan masalah:


1. Apa yang dimaksud dengan evolusi sosial dalam pergeseran masyarakat dan budaya?
2. Apa yang dimaksud dengan difusi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Evolusi Sosial


Seperti yang dilakukan oleh Darwin dalam kerangka evolusi biologi, Spencer dengan penuh
semangat memanfaatkan konsep evolusi dalam konteks sosiologi. Menurut pandangan Spencer,
proses evolusi sosial dimulai dari individu-individu yang berkelompok menjadi sebuah keluarga,
kemudian keluarga bergabung membentuk komunitas, komunitas berkembang menjadi masyarakat,
dan masyarakat selanjutnya menjadi negara, dan seterusnya.
Karya monumental Spencer yang berjudul "First Principles" pada tahun 1862 memegang
peran penting dalam pemikirannya. Dalam buku tersebut, ia mengutarakan pandangan bahwa
masyarakat harus mematuhi prinsip ketahanan kekuatan, yang berarti bahwa yang memiliki
kekuatan akan bertahan. Konsep evolusi sosial Spencer merupakan bagian integral dari pandangan
lebih umumnya tentang evolusi alam semesta yang ada dalam karya-karya lainnya, seperti buku
berjudul "Social Statics."
Spencer memiliki kecenderungan untuk membandingkan masyarakat dengan organisme.
Pandangan Spencer adalah bahwa masyarakat dapat dianggap sebagai suatu organisme, dalam
kerangka positivisme dan determinisme. Menurutnya, semua fenomena sosial dapat dijelaskan oleh
hukum-hukum alam. Bagi Spencer, hukum alam mengatur proses evolusi tubuh biologis manusia,
dan oleh karena itu, hukum alam juga berlaku dalam konteks evolusi sosial.
Spencer berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu organisme otonom yang mengalami
evolusi secara independen, tanpa campur tangan atau arahan dari individu-individu yang menjadi
anggotanya. Evolusi sosial, menurut Spencer, berlangsung sesuai dengan hukum alam. Faktor
pendorong dalam proses evolusi ini adalah keinginan untuk mengatasi segala hal yang bersifat statis
dan tidak dinamis. Sebagai contoh, seseorang yang hidup sendiri akan kesulitan bertahan hidup
karena ia memiliki berbagai kelemahan dan memerlukan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu,
individu-individu tersebut cenderung bergabung dengan orang lain guna saling melengkapi
kelemahan masing-masing. Spencer mengidentifikasi empat tahap dalam evolusi sosial. Pertama,
tahap peningkatan ukuran, di mana baik organisme maupun masyarakat bertumbuh dalam hal
ukuran dan jumlah. Kedua, tahap kompleksifikasi, di mana perkembangan ukuran menghasilkan
struktur yang semakin kompleks, baik pada organisme maupun dalam organisasi sosial. Ketiga,
tahap diferensiasi, yang timbul akibat perkembangan sosial, menghasilkan pembagian tugas atau
fungsi yang semakin beragam. Hal ini menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan sosial (stratifikasi),
dengan masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas sosial yang berbeda. Keempat, tahap integrasi,
dimana perpecahan yang mungkin terjadi akibat diferensiasi memerlukan proses untuk
mempertahankan dan mengintegrasikan masyarakat kembali menjadi satu kesatuan yang berfungsi.

2.2 Proses Evolusi sosial


1. Proses Mikroskopik dan Makroskopik dalam Evolusi Sosial
Koentjaraningrat (2003:147) mengemukakan bahwa evolusi suatu masyarakat dan budaya
bisa dianalisis secara rinci (mikroskopik), atau dilihat secara keseluruhan, dengan
memperhatikan perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Analisis mendalam
mengenai proses sosial dan budaya memberikan wawasan tentang proses perubahan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Sementara itu, analisis makroskopik
menyoroti proses evolusi sosial dan budaya dalam jangka waktu yang lebih panjang, yang
dalam antropologi dikenal sebagai "proses-proses pemberi arah" atau directional processes.
2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Koentjaraningrat (2003:14) menyatakan bahwa perhatian terhadap proses-proses berulang
dalam evolusi sosial budaya mulai berkembang sekitar tahun 1920, bersamaan dengan
perhatian terhadap peran individu dalam masyarakat. Sebelumnya, para ahli antropologi
cenderung hanya memfokuskan perhatian pada adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat yang mereka amati, tanpa mempertimbangkan sikap, perasaan, dan perilaku
individu yang mungkin bertentangan dengan adat istiadat.
Koentjaraningrat (2003:149) juga mencatat bahwa dalam meneliti ketegangan antara adat
istiadat yang berlaku dan kebutuhan yang dirasakan oleh individu dalam suatu masyarakat,
penting untuk memahami dua konsep yang berbeda: pertama, kebudayaan sebagai
kumpulan norma, pandangan, dan sebagainya yang bersifat abstrak (sistem budaya), dan
kedua, kebudayaan sebagai serangkaian tindakan konkrit dimana individu berinteraksi
(sistem sosial). Kedua sistem tersebut seringkali berkonflik, dan dengan memahami
konflik-konflik ini dalam masyarakat, kita dapat memahami dinamika sosial secara lebih
mendalam.
3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan
Koentjaraningrat (2003:149) mengemukakan bahwa ketika kita memandang evolusi
masyarakat dan kebudayaan dari jarak jauh dalam interval waktu yang panjang (misalnya
beberapa ribu tahun), kita dapat mengidentifikasi arah (directional) dari perkembangan
sejarah masyarakat dan budaya tersebut. Dalam konteks ini, kita dapat melihat tren atau
kecenderungan tertentu dalam evolusi kebudayaan, yang mungkin mencakup perubahan
dalam struktur sosial, nilai-nilai, teknologi, dan aspek-aspek budaya lainnya yang
mengarah pada arah tertentu. Ini membantu dalam memahami bagaimana suatu
kebudayaan berkembang seiring berjalannya waktu.

2.3 Pengertian difusi


Dalam bidang sosiologi, konsep difusi terkait dengan proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Menurut W.A.
Haviland, difusi adalah proses di mana kebiasaan atau adat istiadat dari satu kebudayaan menyebar
ke kebudayaan lain. Proses difusi ini terjadi melalui teknik meniru atau imitasi, di mana unsur-
unsur budaya dari satu kelompok masyarakat diadopsi atau disalin oleh kelompok masyarakat
lainnya. Ada tiga cara difusi kebudayaan: simbiotik, penetrasi damai, dan penetrasi paksa. Ini
adalah konsep yang penting dalam studi antropologi budaya dan ilmu sosial lainnya. Mari kita
bahas lebih lanjut tentang masing-masing cara ini:
1. Simbiotik adalah proses difusi kebudayaan di mana dua kelompok masyarakat yang berbeda
bertemu dan hidup berdampingan tanpa mengubah bentuk kebudayaan masing-masing. Ini
sering terjadi ketika dua kelompok masyarakat saling berinteraksi, berdagang, atau hidup di
wilayah yang sama, tetapi tetap mempertahankan ciri-ciri budaya mereka sendiri. Ini dapat
menciptakan beragamasi budaya yang kaya karena pengaruh dari dua sumber yang berbeda.
2. Penetrasi damai adalah cara difusi kebudayaan di mana suatu kebudayaan masuk ke dalam
masyarakat lain tanpa paksaan. Masyarakat setempat menerima unsur-unsur kebudayaan
tersebut karena dianggap bermanfaat atau bernilai. Contohnya, makanan, musik, atau tradisi
budaya dari suatu kelompok masyarakat yang diadopsi oleh kelompok masyarakat lain
karena dianggap enak atau menarik.
3. Penetrasi paksa adalah cara difusi kebudayaan yang melibatkan pemaksaan atau tekanan
dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lain. Ini sering terjadi dalam
konteks penjajahan atau peperangan di mana pihak yang dominan mencoba memaksakan
unsur-unsur budaya mereka kepada yang ditaklukkan. Ini dapat mengakibatkan kerusakan
budaya, resistensi, dan goncangan sosial dalam masyarakat yang menerima.
Setiap cara difusi kebudayaan memiliki konsekuensi dan dampak yang berbeda, dan
seringkali dipengaruhi oleh konteks sejarah dan politik. Dalam praktiknya, campuran dari ketiga
cara ini bisa terjadi dalam berbagai tingkat, tergantung pada dinamika hubungan antara kelompok
masyarakat yang berbeda.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari teori evolusi sosial dan proses evolusi sosial yang telah dijelaskan adalah sebagai
berikut:

1. Teori Evolusi Sosial menunjukkan bahwa masyarakat berkembang dan berevolusi mirip dengan
konsep evolusi biologis yang diusulkan oleh Charles Darwin. Herbert Spencer menggambarkan
bahwa proses evolusi sosial dimulai dari individu yang berkelompok hingga membentuk negara.
Pandangan ini mengintegrasikan hukum alam dalam proses evolusi sosial dan menganggap
masyarakat sebagai organisme otonom.

2. Proses Evolusi Sosial dapat dianalisis baik secara mikroskopik (analisis mendalam tentang
perubahan sehari-hari dalam masyarakat) maupun secara makroskopik (melihat perubahan besar
dalam jangka waktu panjang). Konsep ini membantu dalam pemahaman evolusi sosial dan budaya
dari berbagai sudut pandang.

3. Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya mengacu pada pola perubahan yang
kembali terjadi dalam budaya masyarakat. Ini memberikan wawasan tentang bagaimana
masyarakat berevolusi dalam hubungannya dengan peran individu dan adat istiadat.

4. Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan mengacu pada tren atau arah tertentu dalam
perkembangan sejarah masyarakat dan budaya. Ini membantu kita memahami bagaimana suatu
kebudayaan berkembang seiring berjalannya waktu dan mengidentifikasi arah perubahan dalam
struktur sosial, nilai-nilai, dan teknologi.

5. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok masyarakat ke
kelompok masyarakat lainnya. Ada tiga cara difusi: simbiotik (berdampingan tanpa perubahan
signifikan), penetrasi damai (diterima tanpa paksaan), dan penetrasi paksa (melalui pemaksaan).
Konsep ini penting dalam memahami cara budaya berpindah antar masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Basthoni, M. 2018. Diferensiasi Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah: Kajian Perspektif
Teori Evolusi Sosial Herbert Spencer. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.
Mulachela, H. 2022. Difusi Adalah Bentuk Penyebaran Kebudayaan.
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e65d31878c2/difusi-adalah-bentuk-penyebaran-keb
udayaan-ini-penjelasannya.

Anda mungkin juga menyukai