Anda di halaman 1dari 14

TIMBULNYA DINAMIKA KEBUDAYAAN

Ahmad Izzul Haq


(128507203002)
( Materi Filsafat Kebudayaan Semester II Akidah dan Filsafat Islam UIN SATU )

A. Pengertian Dinamika Kebudayaan


Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena
manusia adalah pendukung keberadaan suatu kebudayaan. Kebudayaan pada suatu
masyarakat harus senantiasa memiliki fungsi yang dapat menunjang pemenuhan kebutuhan
bagi para anggota pendukung kebudayaan. Kebudayaan harus dapat menjamin kelestarian
kehidupan biologis, memelihara ketertiban, serta memberikan motivasi kepada para
pendukungnya agar dapat terus bertahan hidup dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk
kelangsungan hidup.
Dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan mengalami perubahan. Leslie White
(1969) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai
dengan lingkungan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas pendukungnya.
Sependapat dengan itu Haviland (1993 : 251) menyebut bahwa salah satu penyebab mengapa
kebudayaan berubah adalah lingkungan yang dapat menuntut kebudayaan yang bersifat
adaptif. Dalam konteks ini perubahan lingkungan yang dimaksud bisa menyangkut
lingkungan alam maupun sosial. Maka kalau kebudayaan itu tidak adaptif maka kebudayaan
dianggap tidak fungsional, tidak ada gunanya bagi masyakat.
Berkaitan dengan perubahan kebudayaan, Kingsley Davis berpendapat bahwa
perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat merupakan bagian dari perubahan kebudayaan
(Poerwanto, 2000 : 142). Perubahan-perubahan dalam kebudayaan mencakup seluruh bagian
kebudayaan, termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan dalam bentuk
dan aturan-aturan organisasi sosial. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas, sudah
tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Namun
demikian setiap perubahan kebudayaan tidak perlu harus mempengaruhi sistem sosial
masyarakat yang sudah ada sebelumnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih menekankan pada ide-ide yang
mencakup perubahan dalam hal norma-norma dan aturan-aturan yang dijadikan sebagai
landasan berperilaku dalam masyarakat. Sedangkan perubahan sosial lebih menunjuk pada
perubahan terhadap struktur dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup
sistem status, politik dan kekuasaan, persebaran penduduk, dan hubungan-hubungan dalam

1
keluarga. Melihat unit analisis perubahan masing-masing perubahan tersebut, maka dapat
dimengerti mengapa perubahan kebudayaan memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan perubahan sosial.
Dinamika timbulnya kebudayaan identik dengan perubahan unsur- unsur kebudayaan
universal, yang apabila ditinjau dalam kenyataan kehidupan suatu masyarakat, tidak semua
unsur mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur kebudayaan yang mengalami
perubahan secara cepat, ada pula yang lambat, bahkan sulit berubah. Apabila mengkaji
pengertian kebudayaan menurut Antropolog Inggris Edward Burnett Tylor (Horton & Hunt,
2006 : 58) sebagai suatu kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, keyakinan,
kesenian, hukum, moral, adat, semua kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh
seseorang sebagai anggota masyarakat; maka tingkat perubahan unsur tersebut menjadi
sangat variatif antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

Untuk memudahkan pengertian mengenai tingkat kesulitan perubahan unsur-unsur


kebudayaan, Koentjaraningrat (2003 : 81) menguraikan 7 (tujuh) unsur kebudayaan universal
yang diasumsikan memiliki tingkat perubahan dari yang paling mudah sampai yang paling
sulit yaitu :
1) Sistem peralatan hidup dan teknologi
2) Sistem mata pencaharian hidup
3) Organisasi sosial
4) Kesenian
5) Sistem pengetahuan
6) Bahasa
7) Sistem religi
Perubahan kebudayaan sebagai suatu kenyataan, didasari oleh seperangkat teori yang
menjelaskan analisis kausal antara konsep-konsep yang relevan. Teori-teori yang
menguraikan proses perubahan sosial dan budaya antara lain (Pelly & Menanti, 1994 : 200 –
201) :
1. Teori Sosio Historis Siklus dalam asumsi dasarnya mengemukakan bahwa
peradaban manusia berkembang menurut suatu lingkaran atau siklus. Tokoh-tokoh
teori ini adalah Ibnu Chaldun, Arnold Toynbee, dan Sorokin.
2. Teori Sosio Historis Perkembangan atau Linear lebih optimis dibanding penganut
teori Sosio Historis Siklus. Hal ini didasarkan pada kepercayaan mereka terhadap

2
kesempurnaan kemampuan manusia; proses perkembangan peradaban manusia
diasumsikan menuruti garis lurus, makin berkembang makin baik.
3. Teori Psikologi Sosial banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan teori
perubahan sosial terutama teori-teori tentang : (a) kepribadian kreatif, (b)
kepribadian prestasi, dan (c) individu modern. Asumsi dasar dari teori-teori
Psikologi Sosial yaitu individu-individu dengan kegiatan dan kreativitasnya akan
dapat menggerakkan perubahan sosial
Untuk melihat suatu fenomena yang dapat mendorong timbulnya dinamika
kebudayaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Ini untuk
memudahkan dalam memberikan analisis suatu dinamika kebudayaan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kebudayaan


Masyarakat akan mengatur perilaku mereka dalam hubungan dengan alam dan
lingkungannya, termasuk didalamnya cara berinteraksi sosial dengan sesama anggota
masyarakat maupun dengan dunia supranatural menurut kepercayaan yang diyakini.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan lingkungan
maupun adanya mekanisme akibat munculnya penemuan-penemuan baru atau invensi, difusi,
hilangnya unsur kebudayaan, dan akulturasi.

Kebudayaan itu didiamkan atau tidak didiamkan akan berubah. Kenapa.. Karena
kalau tidak berubah akan tergilas oleh zaman. Kita harus ingat kembali fungsi kebudayan
yang salah satunya mempermudah hidup manusia, dan juga menyelesaikan permaslaahan-
prmasalahan manuisa. Banyak contoh peubahan kebudayaan. Misalkan dulu, mata
pencaharian orang. Orang dulu dianggap kerja kalau keluar rumah. Kalau sekarang, tidak
demikian, cukup dirumah saja. Melalui platform youtube orang mukbang , vdeo reaction, dll.
Itu bagian dari penyebaran perubahan budaya yang menggantikan konsep bekerja harus
keluar rumah menjadi bekerja tidak harus keluar rumah.

Sairin (2002 : 1) mengemukakan bahwa kebudayaan sebagai suatu sistem


pengetahuan, gagasan atau ide yang dimiliki oleh kelompok masyarakat yang befungsi
sebagai landasan dan pedoman bagi masyarakat tersebut dalam berperilaku. Sebagai sistem
pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki masyarakat merupakan kekuatan yang
tidak tampak atau invisible power yang mampu mengarahkan manusia pendukung
kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang

3
menjadi milik bersama, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kebudayaan bukan hanya terbatas pada kegiatan kesenian, peninggalan
sejarah, atau upacara-upacara tradisional seperti yang dipahami oleh banyak kalangan selama
ini.
Lebih jauh Sairin (2002 : 2) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem, kebudayaan
tidak diperoleh manusia dengan begitu saja, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung
tanpa henti sejak manusia dilahirkan sampai ajal menjelang. Proses belajar dalam konteks ini,
bukan hanya dalam bentuk proses internalisasi dari sistem pengetahuan yang diperoleh
melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga seperti yang kita saksikan saat kecil
orangtua kita solat dan mengikuti mereka, melainkan juga lewat sistem pendidikan formal di
sekolah, atau lembaga pendidikan formal lainnya, tetapi juga diperoleh melalui proses belajar
dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya.
Belajar merupakan kata kunci dalam membicarakan transmisi kebudayaan. Konsep ini
sangat penting kedudukannya dalam menganalisis berbagai masalah kebudayaan, karena
memberikan petunjuk yang jelas bahwa manusia bukanlah mahluk ysng statis dan dapat
diperlakukan semena-mena, tetapi manusia adalah mahluk yang berakal, berpikir, dan
melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk bersikap pada sesuatu yang dihadapinya.
Akal yang dimiliki manusia merupakan alat utama dalam menyaring, memahami, dan
mempertimbangkan berbagai masukan yang diterima dari alam sekitarnya sebelum
mengambil keputusan dalam bersikap terhadap sesuatu.
Dalam konteks yang lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang
dipelajari dan dialami secara sosial oleh para anggota masyarakat. Seseorang menerima
kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial dan pada gilirannya, bisa membentuk
kebudayaan kembali dan mengenalkan perubahan-perubahan yang kemudian menjadi bagian
dari warisan generasi yang berikutnya (Horton & Hunt, 2006 : 58).
Selain karakteristik kebudayaan diperoleh melalui prose belajar, salah satu
karakteristik lain dari kebudayaan yaitu sifat dinamis. Kebudayaan selalu berubah dan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. Sifat manusia yang tidak pernah puas
dalam upaya pemenuhan kebutuhan yang semakin bermutu dan bervariasi menyebabkan
manusia berupaya untuk membuat inovasi-inovasi baru. Berbagai unsur kebudayaan
masyarakat Indonesia pada 25 tahun yang lalu, tanpa terasa sudah berubah pada saat-saat ini.
Perubahan tersebut bukan semata-mata terjadi pada aspek kebudayaan materil melainkan juga
pada aspek immateril.

4
Menurut Poerwanto (2000 : 143) sebab umum terjadinya perubahan kebudayaan lebih
banyak dari adanya ketidakpuasan masyarakat, sehingga masyarakat berusaha mengadakan
penyesuaian. Penyebab perubahan bisa saja bersumber dari dalam masyarakat, dari luar
masyarakat atau karena faktor lingkungan alam sekitarnya. Faktor perubahan yang bersumber
dari dalam masyarakat antara lain adalah :
1. Faktor demografi; yaitu bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk. Sebagai
gambaran pertambahan penduduk yang saangat cepat di pulau Jawa menyebabkan
perubahan struktur kemasyarakatan, terutama yang berkaitan dengan lembaga-
lembaga kemasyarakatan seperti pemahaman terhadap hak atas tanah, sistem gadai
tanah, dan sewa tanah yang sebelumnya tidak dikenal secara luas. Perpindahan
penduduk atau migrasi menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah,
sehingga banyak lahan yang tidak terurus dan lembaga-lembaga kemasyarakatan akan
terpengaruh. Pengaruh akibat migrasi yang akan terlihat secara langsung adalah dalam
sistem pembagian kerja dan stratifikasi sosial.
Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yang tinggi dapat menjadi
faktor penyebab timbulnya dinamika budaya. Menariknya, Menurut Malthus,
peningkatan jumlah penduduk cenderung mengurangi persediaan pangan,
menciptakan kelebihan penduduk, dan penderitaan kecuali jika orang mampu
mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara menunda perkawinan. Hal ini
yang terjadi di Indonesia di mana pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
berbagai persoalan sosial budaya seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan
lain-lain. Begitu juga sebaliknya, ketika terjadi penurunan jumlah penduduk juga
dapat mengakibatkan kurangnya sumber daya manusia yang tentu saja akan
mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat tersebut. Misalnya terjadinya
urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) secara besar-besaran
menyebabkan kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian yang menjadi komoditi
utama daerah pedesaan. Tentu saja ini berpengaruh pada sistem sosial yang ada.
Trend perubahan penduduk juga dapat dilihat dari terjadinya migrasi
penduduk yang banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Misalnya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri
merupakan suatu contoh kasus migrasi. Akibat dari migrasi ini, TKI mempunyai pola
perilaku dan norma-norma yang sudah mengalami percampuran dengan budaya
negara tujuan. Ini jelas mempengaruhi sistem sosial budaya yang ada di masyarakat.

5
2. Penemuan baru; proses perubahan yang besar pengaruhnya tetapi terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut sebagai inovasi. Proses tersebut meliputi
suatu penemuan baru, masuknya unsur kebudayaan baru yang terebar ke berbagai
bagian masyarakat. Penemuan baru dibedakan dalam dua pengertian, yaitu Discovery
dan Invention.
Discovery adalah penemuan daru suatu unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa suatu alat atau pun berupa ide-ide baru yang diciptakan oleh seseorang atau
bisa juga merupakan rangkaian ciptaan dari individu-individu dalam suatu
masyarakat. Discovery baru akan menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui,
menerima, serta menerapkan penemuan baru yang ada. Penemuan-penemuan baru
dapat tercipta bila ada kondisi yang menjadi stimulus, seperti :
a. Kesadaran dari individu akan adanya kekurangan dalam kebudayaan mereka
b. Kualitas ahli-ahli dalam satu kebudayaan yang terus mencari pembaharuan.
Maka ada seperti studi banding antar lembaga, workshop, dll
Invensi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara penggunaan
baru dari pengetahuan yang sudah ada. Invensi dapat dibagi menjadi dua
yaitu invensi material (misalnya telepon, komputer, mesin fax, dan lain-lain)
dan invensi sosial (misalnya peraturan/UU, bahasa, dan lain-lain). Pada kedua ragam
invensi tersebut unsur-unsur lama digunakan, dikombinasikan dan dikembangkan
untuk suatu kegunaan baru. Dengan demikian invensi merupakan proses yang
berkesinambungan, invensi baru diawali oleh serangkaian invensi dan penemuan
terdahulu. Dewasa ini semakin banyak invensi yang ditemukan melalui upaya tim
penelitian seperti pemerintah, universitas maupun pihak swasta. Misalnya
penemuan handphone yang telah mengalami perkembangan pesat tidak hanya untuk
berkomunikasi tetapi juga bisa digunakan sebagai kamera atau radio. Ini merupakan
hasil dari penelitian yang telah ada dan dikembangkan menjadi lebih bermanfaat.

Teknologi baru, zaman saya bocil beluma ada w.a, maka kalau chatting sama
sosok terkasih ya lewat surat atau sms saja. Mungkin bapak dosen merasakan, zaman
kuliah dulu ketika mau ketemu sama dosen, melalui sms tidak sopan, dan
mengharuskan agar menelfon agar dinilai sopan. Sedangkan sekarang kebalikannya,
ketika menelfon duluan dianggap tidak sopan, maka dinilai lebih sopan ketika chat
terlebih dahulu.

6
3. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat; dapat menjadi sebab timbulnya
perubahan kebudayaan. Pertentangan yang terjadi bisa antara orang perorangan,
perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Sebagai contoh
pertentangan antar kelompok yaitu pertentangan antara generasi tua dengan generasi
muda. Pertentangan antar generasi kerapkali terjadi pada masyarakat-masyarakat yang
sedang berkembang dari tahap tradisional ke tahap modern. Begitupula akibat adanya
Intervensi pemerintah, misalkan penggunaan maskerpun satu dua orang sempat
mempertentangkan. Karena terbiasa dan terus menerus terintervensi, dampak
positifnya seringkali selalu merasa terhimpit dan ada yang kurang.

4. Pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri; perubahan


yang terjadi sebagai akibat revolusi merupakan perubahan besar yang mempengaruhi
seluruh sistem lembaga-lembaga kemasyarakatan.

5. Sistem Ideologi ; merupakan keyakinan terhadap nilai-nilai dan sikap yang bersifat
kompleks terdapat dalam masyarakat. Ideologi dapat dijadikan alat untuk memelihara
tetapi juga dapat mempercepat terjadinya perubahan jika nilai-nilai yang ada tidak
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sistem ideologi ini akan sangat sulit
mengalami perubahan di masyarakat yang masih memegang nilai-nilai nenek moyang
dan terikat akan adat istiadat yang ada akan berubah secara lambat dan terpaksa.
Misalnya di suku Badui yang masih memegang nilai-nilai adat yang melarang semua
bentuk teknologi masuk ke wilayahnya karena adanya keyakinan bahwa teknologi
hanya akan membawa malapetaka.

6. Ekonomi; Perubahan yang terjadi dalam kehidupan ekonomi turut memengaruhi


kebudayaan. Dahulu orang saling tukar menukar barang untuk mendapatkan
kebutuhan hidupnya. Kini telah berkembang transaksi yang lebih maju yakni transaksi
perdagangan dapat diselesaikan dengan alat pembayaran uang hingga alat bayar
digital (dompet elektronik).

Soekanto (1994 : 330 – 332) menyatakan bahwa selain pengaruh besar yang berasal
dari dalam masyarakat, ada pula pengaruh yang datang dari luar masyarakat, seperti :
1. Dari lingkungan alam fisik; di sekitar manusia seperti banjir, gempa bumi, tanah
longsor yang menyebabkan manusia seringkali harus berpindah tempat tinggal dan

7
menyesuaikan diri dengan tempat tinggal yang baru. Contoh pada masyarakat pantai
yang tertimpa musibah tsunami, semula mata pencaharian sebagai nelayan, ketika
mereka harus pindah tempat tinggal di daerah dataran tinggi, maka mereka harus
belajar hidup dari kegiatan pertanian.
2. Peperangan dengan negara lain; bisa menyebabkan negara taklukan harus bersedia
menerima kebudayaan yang dianggap lebih tinggi derajatnya oleh negara penguasa.
Contoh : Jepang setelah kalah dalam Perang Dunia II mngalami perubahan, dari bentuk
negara agraris-militer menjadi negara industri.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain; Hubungan yang dilakukan secara fisik
antara dua kelompok masyarakat atau lebih, mempunyai kecenderungan menimbulkan
pengaruh timbal balik bagi masing-masing kebudayaan. Menurut Soerjono Soekanto,
apabila salah satu atau kedua kebudayaan yang bertemu mempunyai teknologi yang
lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi berupa peniruan unsur-unsur
budaya lain. Peniruan ini juga dapat mengakibatkan hilangnya kebudayaan asli dan
digantikan kebudayaan asing atau terjadi percampuran dua kebudayaan. Misalnya
kebudayaan Hindu yang datang lebih dulu dibanding kebudayaan Islam mengakibatkan
percampuran dua kebudayaan itu menjadi satu melalui peran Wali Songo, seperti
wayang. Kebudayaan dari masayakat lain, misalnya Para fanster” K-Pop dari kalangan
remaja remaja jawa, remaja sunda yang bergaya hidup kebarat baratan terdongkrak
pikirannya dengan melalui tv, handpon, secara terus menerus akan mengubah pola
mereka.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki multi keragaman dari


berbagai kelompok sosial baik agama, ras, suku bangsa maupun antargolongan. Pada bab
sebelumnya telah kalian pahami tentang dampak keragaman budaya bagi terciptanya
keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini memang tidak
bisa dihindari. Berbagai konflik yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan rentannya
integrasi nasional yang selama ini dibangun. Coba kalian lihat, pertempuran antarsuku bangsa
masih terlihat di beberapa pendalaman wilayah Indonesia.

Lepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
salah satu bukti bahwa telah ada ancaman dari dalam negeri terhadap integrasi nasional yang
perlu diwaspadai. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan bagi Serambi

8
Mekah-nya Indonesia juga merupakan salah satu usaha untuk mengendorkan integrasi
nasional yang selama ini telah di bangun. Di Maluku sendiri ada Republik Maluku Semesta
(RMS), di Papua ada Operasi Papua Merdeka (OPM) di mana kelompok-kelompok tersebut
dibentuk untuk melakukan pemberontakan kepada NKRI.

Hal ini memang sejalan dengan pemikiran Peter L Berger maupun Clifford Geertz
yang melihat kemajemukan sebagai persoalan besar dalam kehidupan negara-bangsa, karena
masing-masing kelompok sulit berinteraksi, tidak memiliki konsensus yang sama atas nilai-
nilai dasar kenegaraan dan kebangsaan sehingga negara-bangsa plural ini akan dihadapkan
pada persoalan disintegrasi.

Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat senantiasa melalui


tahapan beberapa bentuk proses. Proses perubahan kebudayaan sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain (Ibid, 333 – 337) :
1) Adanya kontak dengan kebudayaan lain atau diffusi. Proses ini merupakan
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain atau dari satu
masyarakat ke satu masyarakat yang lain.
2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan memberikan suatu nilai-nilai
tertentu bagi manusia, untuk menguasai berbagai ilmu dan pengetahuan, juga
mengajarkan bagaimana manusia bisa berfikir secara oyektif, sehingga mampu
menilai kebudayaan masyarakatnya apakah dapat memenuhi kebutuhan sesuai
perkembangan zaman atau tidak.
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang serta keinginan-keinginan untuk maju.
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviasi) tetapi bukan yang
bersifat kriminal.
5) Stratifikasi sosial masyarakat yang bersifat terbuka, sehingga nenberikan
kesempatan kepada seseorang untuk maju dan mendapatkan kedudukan sosial yang
lebih tinggi.
6) Penduduk yang heterogen. Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-
kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda akan
mempermudah terjadinya kegoncangan budaya, dan selajutnya menjadi pendorong
bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

9
8) Orientasi ke masa depan dan adanya nilai-nilai bahwa manusia harus senantiasa
memperbaiki kulitas hidup.

C. Implikasi Dinamika Kebudayaan Dalam Masyarakat


Masyarakat dan kebudayaan saling ketergantungan satu sama lain. Masyarakat tidak
mungkin melupakan satu kesatuan fungsional tanpa kebudayaan, demikian sebaliknya. Atas
daar hubungan fungsional inilah maka dalam masyarakat tercipta Esprit de corps dan para
anggotanya dapat hidup dan bekerjasama dalam sgala aspek kehidupan (Linton, 1984 : 195).
Dinamika kebudayaan di dalam masyarakat terjadi melalui serangkaian proses yang
memerlukan waktu dan membawa konsekuensi logis terhadap berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu sistem yang menjadi penopang dan pengatur
keberadaan suatu masyarakat, sehingga harus senantiasa dalam kondisi dinamis. Selain itu,
kebudayaan juga harus mampu bersifat adaptif, selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
biogeofisik maupun lingkungan sosial-budaya para pendukung kebudayaan.
Peran individu-individu sebagai anggota masyarakat menjadi sangat strategis dalam
mengantisipasi perubahan kebudayaan, meskipun partisipasi yang diberikan belum tentu
sempurna. Berbagai analisis yang bisa dilakukan, terutama pada masyarakat dengan
kebudayaan yang homogen adalah ditemukannya paling tidak 3 (tiga) kategori tingkat
kesulitan, yaitu :
1. Ada ide-ide kebiasaan dan tanggapan bersyarat yang sama bagi semua anggota
masyarakat. Kategori ini merangkum asosiasi dan nilai-nilai yang sebagian besar
berada di bawah sadar, tetapi yang sebenarnya merupakan bagian integral dari
kebudayaan.
2. Ada unsur-unsur kebudayaan yang hanya dinikmati oleh para anggota, yang termasuk
didalam kategori individu-individu tertentu yang mendapat pengakuan sosial di dalam
masyarakat. Kategori ini termasuk : pola-pola yang mengatur aktivitas yang beraneka
ragam tetapi saling berhubungan dan berlaku bagi berbagai kelompok dari masyarakat
di dalam pembagian kerja.
3. Ada sejumlah unsur-unsur yang hanya dinikmati oleh individu-individu tertentu, tetapi
dapat diakatakan asing bagi seluruh anggota masyarakat atau asing juga bagi semua
anggota dari setiap kategori individu-individu yang mendapat pengakuan sosial.

Menurut Parsons sebagaimana dikutip Poerwanto (2000: 153), setiap perubahan


budaya akan menimbulkan ketidakseimbangan terhadap nilai-nilai budaya dan sistem sosial

10
masyarakat yang sudah lebih dahulu ada. Namun pada gilirannya akan tercipta pula
serangkaian upaya yang berfungsi untuk menjaga terciptanya keseimbangan nilai-nilai
budaya dari para pendukung kebudayaan.
Berbagai perubahan sosial dan kebudayaan akan membawa akibat menguntungkan
dan merugikan bagi masyarakat. Jika suatu perubahan terjadi, maka masyarakat
pendukungnya harus siap melakukan modifikasi pola tingkah laku. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sahlins dalam Poerwanto (2000: 140), bahwa dalam menghadapi
lingkungan fisik, manusia cenderung melakukan pendekatan budaya dalam bentuk sistem
simbol, makna dan sistem nilai.
Implikasi dinamika kebudayaan seharusnya bertujuan untuk menciptakan perbaikan
kualitas hidup bagi semua anggota masyarakat. Perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi
hendaknya membuat masyarakat dapat menikmati hidup yang layak. Bila kita perhatikan,
perubahan budaya lebih mengarah pada upaya menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, cerdas, dan terampil dalam era persaingan global.
Mengetahui laju pertumbuhan ekonomi bangsa kita yang mulai banyak bergerak
dalam bidang industri, seharusnya pemerintah tetap mengupayakan keseimbangan lahan
usaha dengan konservasi alam dan pemukiman penduduk. Namun sangat disayangkan, lahan
untuk konservasi alam semakin sempit. Dengan demikian perubahan budaya masih belum
berhasil menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dengan kondisi alam wilayah
negara kita.
Begitu banyak wujud kemajuan dan keuntungan sudah kita peroleh akibat perubahan
kebudayaan. Namun kita tidak boleh lupa bahwa kehidupan bangsa kita menjadi lebih baik
dan berkualitas tinggi karena adanya dinamika kebudayaan tetapi bisa juga kehidupan
masyarakat kita mengalami kemerosotan moral dan nilai-nilai luhur akibat dinamika
kebudayaan.
Parsons menyatakan bahwa masyarakat tersusun dari empat subsistem yang berbeda,
yang masing-masing subsistem mempunyai fungsi untuk memecahkan persoalan tertentu.
Bahkan Parsons mengklaim bahwa keempat subsistem tersebut harus ada dalam suatu
masyarakat jika masyarakat itu mau bertahan untuk waktu yang sangat panjang (Mudji
Sutrisno & Hendar Putranto, 2005 : 59). Keempat subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Adaptation; adalah cara sistem beradaptasi dengan dunia material dan pemenuhan
kebutuhan material untuk dapat bertahan hidup (pangan, sandang, dan papan).
Aspek ekonomi sangat penting dalam subsistem ini.

11
2. Goal attainment; adalah pencapaian tujuan. Subsistem ini berurusan dengan hasil
atau produk dari sistem dan kepemimpinan. Politik menjadi panglima dalam
subsistem ini.
3. Integration; adalah penyatuan subsistem yang berkenaan dengan menjaga tatanan.
Sistem hukum, lembaga-lembaga atau komunitas-komunitas yang
memperjuangkan tatanan sosial termasuk dalam kelompok ini.
4. Laten pattern maintenance and tension management; mengacu kepada kebutuhan
masyarakat untuk mempunyai arah panduan yang jelas dan gugus tujuan dari
tindakan. Lembaga-lembaga yang ada dalam subsistem ini bertugas untuk
memproduksi nilai-nilai budaya, menjaga solidaritas, dan mensosialisasikan nilai-
nilai. Gereja, sekolah, dan keluarga termasuk dalam subsistem ini.

Jadi, sebenarnya timbulnya kebudyaan pasti didasari perubahan Walau kebudayaan


tidak diubah seaklipun , dia akan akan mengubah dirinya sendiri. Karena, kalau kebudayan
tidak berubah akan terlindas oleh zaman. Semua itu dalam upayanya gar dapat
menyempurnakan fungsi kebudayaan untuk memudahkan hidup manusia. Banyak contoh :
misalnya kalau sekarang telefon umum sudah tidak lagiberoperasi akibat munculnya hp.

Demikian juga bahasa. Di indonesia yang sekarang ada sejumlah 700-an bahasa, dan
kemungkinan besar akan ada saatnya terancam punah jika tidak mampu menyesuaikan.
Seperti bahasa jawa kuno, yang seakan hilang dan hanya tersisia bahwa jawa modern, karean
tidak seringnya digunakan.demikian juga bahasa indonesa yang diserap dari bahasa inggris. ,
polanya akanpun sama.

12
D. Kesimpulan
Dinamika kebudayaan selalu timbul dan berkembang setelah manusia mngawalinya
dengan perubahan sosial pada lapisan sosial masyarakatnya. Kebudayaan akan terus
bertambah seiring perubahan zaman. Jika adanya kebudayan tidak dimatikanpun,ia akan mati
dengan sendirinya ketika masyarakat sudah tidak berduyun duyun menggunakannya.
Misalnya, salah satu caranya agar dinamika tetap muncul, dengan cara mengonsumsi produk
anak bangsa yang musti kita dongkrak, seperti; baju, sepatu, topi, songkok, jaket, produk
UMKM, dan seacamnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Haviland, William A. 1993. Antropologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 2006 Sosiologi Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.

Linton, Ralph. 1984. The Study of Man. Bandung : Jemmars.

Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaa dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto, ed. 2005. Teori Teori Kebudayaan. Yogyakarta :
Kanisius.

14

Anda mungkin juga menyukai