Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DINAMIKA KEBUDAYAAN

Disusun oleh:
1. Alfin Hidayat
2. Elfrian Ragil Aluwy
Kelas XII IIS

MADRASAH ALIYAH AL-I’ANAH PLAYEN


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum definisi kebudayaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan budi dan akal. Secara etimologi, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu kata “Buddhayah”. Kebudayaan (Buddhayah) sendiri
merupakan jamak dari kata “Buddhi” yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan berarti culture yang diserap dari bahasa Latin yaitu, “colere”
yang berarti mengerjakan atau mengolah (bertani atau mengolah tanah).
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Manusia dan kebudayaan
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena manusia adalah
pendukung keberadaan suatu kebudayaan. Kebudayaan harus dapat menjamin
kelestarian kehidupan biologis, memelihara ketertiban, serta memberikan
motivasi kepada para pendukungnya agar dapat terus bertahan hidup dan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk kelangsungan hidup.
Dalam jangka waktu tertentu semua kebudayaan akan mengalami
perubahan, apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat
pesat. Oleh sebab itu, pada makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana
perubahan kebudayaan khusunya di negara Timur Tengah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dinamika kebudayaan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dinamika kebudayaan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dinamika Kebudayaan


Kebudayaan bukan merupakan sesuatu yang diwariskan secara biologis.
Kebudayaan merupakan proses belajar sehingga kelangsungan hidup manusia
memerlukan proses pewarisan budaya secara turun-temurun. Kebudayaan
bersifat dinamis artinya, selalu mengalami perubahan walaupun gerak
perubahannya beraneka ragam seperti, ada yang berubah dengan cepat dan ada
pula yang berubah secara lambat. Dinamika kebudayaan merupakan suatu proses
yang sedang berlangsung sehingga tidak mengenal istilah berasal dari sesuatu
atau berakhir di dalam suatu keadaan tertentu. Dinamika kebudayaan adalah
suatu proses yang tidak berujung dan berpangkal yang berkaitan dengan
fenomena sosial budaya di masa lalu dan akan datang serta perubahan yang
terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang
saling berbeda, sehingga terjadi keadaan  yang tidak serasi bagi kehidupan.
Ralph Linton, (dalam Ihromi, 1994: 18) mendefinisikan dinamika
kebudayaan sebagai seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan
tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat
dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Leslie White (1969) mengemukakan
bahwa kebudayaan merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan
lingkungan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas pendukungnya.
Sependapat dengan itu Haviland (1993 : 251) menyebut bahwa salah satu
penyebab mengapa kebudayaan berubah adalah lingkungan yang dapat menuntut
kebudayaan yang bersifat adaptif. Dalam konteks ini perubahan lingkungan yang
dimaksud bisa menyangkut lingkungan alam maupun sosial. Berkaitan dengan
perubahan kebudayaan, Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan-
perubahan sosial dalam masyarakat merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan (Poerwanto, 2000 : 142). Dari uraian pengertian diatas mengenai
dinamika kebudayaan dapat disimpulkan bahwa dinamika kebudayaan adalah
cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan menyesuaikan
diri dengan setiap keadaan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kebudayaan
Masyarakat akan mengatur perilaku mereka dalam hubungan dengan
alam dan lingkungannya, termasuk didalamnya cara berinteraksi sosial dengan
sesama anggota masyarakat maupun dengan dunia supranatural menurut
kepercayaan yang diyakini. Perubahan kebudayaan dapat terjadi sebagai akibat
dari adanya perubahan lingkungan maupun adanya mekanisme akibat munculnya
penemuan-penemuan baru atau inovasi, difusi, hilangnya unsur kebudayaan, dan
akulturasi.
Akal yang dimiliki manusia merupakan alat utama dalam menyaring,
memahami, dan mempertimbangkan berbagai masukan yang diterima dari alam
sekitarnya sebelum mengambil keputusan dalam bersikap terhadap sesuatu. Sifat
manusia yang tidak pernah puas dalam upaya pemenuhan kebutuhan yang
semakin bermutu dan bervariasi menyebabkan manusia berupaya untuk membuat
inovasi-inovasi baru. Berbagai unsur kebudayaan masyarakat Indonesia pada 25
tahun yang lalu, tanpa terasa sudah berubah pada saat-saat ini. Perubahan tersebut
bukan semata-mata terjadi pada aspek kebudayaan materil melainkan juga pada
aspek immateril.
https://nissadesti.wordpress.com/2014/09/28/makalah-dinamika-kebudayaan/
Menurut Poerwanto (2000 : 143) sebab umum terjadinya perubahan
kebudayaan lebih banyak dari adanya ketidakpuasan masyarakat, sehingga
masyarakat berusaha mengadakan penyesuaian. Penyebab perubahan bisa saja
bersumber dari dalam masyarakat, dari luar masyarakat atau karena faktor
lingkungan alam sekitarnya. Faktor perubahan yang bersumber dari dalam
masyarakat antara lain adalah :
1. Faktor demografi: yaitu bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk.
Sebagai gambaran pertambahan penduduk yang saangat cepat di pulau Jawa
menyebabkan perubahan struktur kemasyarakatan, terutama yang berkaitan
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pemahaman terhadap hak
atas tanah, sistem gadai tanah, dan sewa tanah yang sebelumnya tidak dikenal
secara luas.
2. Penemuan baru: proses perubahan yang besar pengaruhnya tetapi terjadi
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut sebagai inovasi.
3. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat: dapat menjadi sebab timbulnya
perubahan kebudayaan. Pertentangan yang terjadi bisa antara orang
perorangan, perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Sebagai contoh pertentangan antar kelompok yaitu pertentangan antara
generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan antar generasi kerapkali
terjadi pada masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang dari tahap
tradisional ke tahap modern.
4. Pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri:
perubahan yang terjadi sebagai akibat revolusi merupakan perubahan besar
yang mempengaruhi seluruh sistem lembaga kemasyarakatan.
Ada pula pengaruh yang datang dari luar masyarakat, seperti :
1. Dari lingkungan alam fisik di sekitar manusia seperti banjir, gempa bumi,
tanah longsor yang menyebabkan manusia seringkali harus berpindah tempat
tinggal dan menyesuaikan diri dengan tempat tinggal yang baru. Contoh pada
masyarakat pantai yang tertimpa musibah tsunami, semula mata pencaharian
sebagai nelayan, ketika mereka harus pindah tempat tinggal di daerah dataran
tinggi, maka mereka harus belajar hidup dari kegiatan pertanian.
2. Peperangan dengan negara lain bisa menyebabkan negara taklukan harus
bersedia menerima kebudayaan yang dianggap lebih tinggi derajatnya oleh
negara penguasa. Contoh : Jepang setelah kalah dalam Perang Dunia II
mngalami perubahan, dari bentuk negara agraris-militer menjadi negara
industri.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Hubungan yang dilakukan secara fisik
antara dua kelompok masyarakat atau lebih, mempunyai kecenderungan
menimbulkan pengaruh timbal balik bagi masing-masing kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat senantiasa
melalui tahapan beberapa bentuk proses.
C. Konsep-konsep  Dinamika Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena manusia adalah pendukung keberadaan suatu kebudayaan.
Dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan mengalami perubahan. Dalam
konteks ini perubahan yang dimaksud bisa menyangkut lingkungan alam maupun
sosial. Berkaitan dengan perubahan kebudayaan, Kingsley Davis berpendapat
bahwa perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan (Poerwanto, 2000:142). Perubahan-perubahan dalam
kebudayaan mencakup seluruh bagian kebudayaan, termasuk kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan dalam bentuk dan aturan-aturan
organisasi sosial. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas, sudah tentu
ada unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Namun demikian setiap perubahan kebudayaan tidak perlu harus mempengaruhi
sistem sosial masyarakat yang sudah ada sebelumnya.
Dinamika kebudayaan identik dengan perubahan unsur- unsur
kebudayaan universal, yang apabila ditinjau dalam kenyataan kehidupan suatu
masyarakat, tidak semua unsur mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur
kebudayaan yang mengalami perubahan secara cepat, ada pula yang lambat,
bahkan sulit berubah. Apabila mengkaji pengertian kebudayaan, menurut
Antropolog Inggris Edward Burnett Tylor (Horton & Hunt, 2006:58) sebagai
suatu kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, keyakinan, kesenian,
hukum, moral, adat, semua kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh
seseorang sebagai anggota masyarakat; maka tingkat perubahan unsur tersebut
menjadi sangat variatif antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Telah banyak perubahan gejala dan kejadian sosial-budaya disekeliling kita.
Untuk menganalisanya terdapat beberapa konsep mengenai dinamika kebudayaan
yang akan kita bahas satu persatu. Konsep-konsep ini dikemukakan oleh ahli
antropologi terkenal Koentjaraningrat (1996: 142), yaitu :
1. proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi,
dan enkulturasi.
2. evolusi kebudayaan dan difusi
3. proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, meliputi : akulturasi dan
asimilasi
4. proses pembaruan atau inovasi
Selanjutnya keempat konsep tersebut akan dibahas satu persatu di bawah
ini.
1. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses belajar kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bagian. Ada
tiga bagian dalam proses belajar kebudayaan sendiri, yaitu internalisasi
(internalization), sosialisasi (socialitation) dan enkulturasi (enculturation).
a. Internalisasi
Koentjaraningrat (2003: 142) mengungkapkan bahwa, proses
internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu,
yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya
seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat,
nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
b. Sosialisasi
Proses sosialisasi ialah sebuah proses ketika seorang individu
mempelajari tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melakukan interaksi
sosial ketika berhadapan dengan macam-macam individu di sekelilingnya
yang mempunyai kepribadian serta kedudukan sosial yang berbeda. Hal
ini dilakukan dari seseorang saat masih dalam masa kanak-kanak hingga
masa tuanya.
c. Enkulturasi
Koenjtaraningrat (2003:145) mengemukakan bahwa proses
enkulturasi merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran
serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang
terdapat dalam kebudayaan seseorang. Effendi R (2006: 146)
mengemukakan bahwa, sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai
dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari lingkungan keluarga,
kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola
prilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu proses
enkulturasi disebut juga dengan pembudayaan. Proses enkulturasi adalah
proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran
serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya. Seperti proses-proses lainnya, proses ini dimulai
sejak kecil. Hanya saja, dalam proses enkulturasi proses ini dimulai
didalam alam pikiran warga suatu masyarakat; mula-mula dari orang-
orang di dalam lingkungan keluarganya, lalu dari teman-temannya
bermain dengan cara meniru berbagai macam tindakan karena perasaan
dan nilai budaya pemberi motivasi akan tindakan meniru itu sudah
diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Karena telah berkali-kali meniru
tindakan maka segala tindakan itu telah menjadi budaya bagi dirinya.
2. Evolusi kebudayaan dan difusi
Koentjaraningrat (2003:147) mengemukakan bahwa, proses evolusi
dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa secara mendetail
(mikroskopik), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan, dengan
memperhatiakan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi
(makroskopik). Proses-proses social budaya yang dianalisa secara detail dapat
memberi gambaran mengenai berbagai proses peribahan (yang dalam ilmu
antropologi disebut recurrente processes)yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dari suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya secara
makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam
antropologi disebut “proses-proses pemberi arah”, atau directional processes.
Adapun pengertian difusi menurut Koentjaraningrat (1996: 142)
adalah, penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan
perpindahan bangsa-bangsa yang ada di muka bumi, sedangkan menurut
Haviland (1993: 257) difusi adalah, penyebaran adat atau kebiasaan dari
kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain.
3. Proses Pengenalan Unsur-Unsur Kebudayaan Asing (Akulturasi dan
Asimilasi)
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok
manusia di bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan di seluruh
penjuru dunia yang disebut dengan proses difusi (diffussion). Salah satu
proses difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi, namun bisa
juga tanpa adanya proses migrasi, yaitu dengan adanya individu-individu
yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para
pedagang dan pelaut.
Proses ini dilakukan oleh suatu masyarakat melalui proses akulturasi
(acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akulturasi adalah Proses sosial
yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-
unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri,
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.(koentjaraningrat:
2003:155)
4. Proses Pembauran atau Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-
sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem
produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat
kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Menurut Koentjaraningrat (1996:
161) inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari
kebudayaan. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses
sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu penemuan baru
(discovery) dan invention (pengembangan penemuan yang telah ada).
Inovasi sangatlah penting bagi terjadinya suatu perubahan budaya.
Sebab perubahan dalam aspek budaya apapun tidak muncul begitu saja,
melainkan melalui proses penemuan yang kemudian menghasilkan perubahan
besar. Perubahan melalui penemuan baru itu, berlangsung dengan proses
belajar yang mungkin cukup lama, setahap demi setahap baru kemudian
dihasilkan. Hasil inovasi tersebut ketika diterapkan dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan menghasilkan suatu perubahan.
Proses berlangsungnya tahap discovery sampai pada tahap invention.
Menurut Koentjaraningrat (1990:109), seringkali berlangsung lama dan
kadang-kadang tidak hanya menyangkut satu individu, yaitu si penciptanya
yang pertama, melainkan dapat melibatkan serangkaian individu yang terdiri
dari beberapa pencipta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika kebudayaan merupakan suatu proses yang sedang berlangsung
sehingga tidak mengenal istilah berasal dari sesuatu atau berakhir di dalam suatu
keadaan tertentu. Dinamika kebudayaan adalah suatu proses yang tidak berujung
dan berpangkal yang berkaitan dengan fenomena sosial budaya di masa lalu dan
akan datang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dinamika kebudayaan adalah
cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak dan berkembang serta
menyesuaikan diri dengan setiap keadaan.
Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena manusia adalah pendukung keberadaan suatu kebudayaan.
Dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan mengalami perubahan. Leslie
White (1969) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan fenomena yang
selalu berubah sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya dan keperluan suatu
komunitas pendukungnya. Sependapat dengan itu Haviland (1993 : 251)
menyebut bahwa salah satu penyebab mengapa kebudayaan berubah adalah
lingkungan yang dapat menuntut kebudayaan yang bersifat adaptif.
Dinamika kebudayaan juga di pengaruhi oleh faktor-faktor dinamika
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kebudayaan terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal.

Anda mungkin juga menyukai