Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengapa kebudayaan berubah? Menurut Haviland (1993a: 250-251)
kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan
manusia. Tanpa adanya kemampuan itu, kebudayaan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah. Semua kebudayaan pada
suatu waktu pasti berubah karena bermacam-macam sebab, salah satu
sebabnya adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut perubahan
kebudayaan yang bersifat adaptif. Kemampuan berubah merupakan sifat
penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa perubahan, kebudayaan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Koentjraningrat (1990a: 89) melihat bahwa sejak lahirnya, Ilmu
Sosiologi telah banyak memperhatikan masalah perubahan kebudayaan.
Pada abad ke-19 telah ada perhatian terhadap kemajuan kebudayaan
manusia, sehingga dengan demikian telah lahir pula teori-teori tentang
evolusi kebudayaan, yaitu perubahan kebudayaan bangsa-bangsa di dunia,
mulai dari bentuk-bentuk yang sederhana sampai dengan ke bentuk-bentuk
yang semakin lama semakin kompleks. Pada masa menjelang Perang Dunia
II, yaitu masa sekitar tahun 1930 dan terutama pada waktu-waktu setelah itu,
diantara para ahli sosiologi telah timbul perhatian baru terhadap masalah
perubahan kebudayaan diantara berbagai bangsa di Afrika, Asia, Osenia,
dan Amerika.
Hal ini disebabkan karena pengaruh sistem ekonomi, pendidikan, dan
organisasi sosial yang dibawa dari orang-orang Eropa Barat dan Amerika
Serikat sebagai penjajah bangsa-bangsa tersebut. Namun, perhatian dan
hasrat yang besar untuk melakukan penelitian mengenai gejala perubahan
kebudayaan oleh para ahli sosiologi Ero-Amerika tersebut lebih didasarkan
kepada timbulnya gejala peningkatan kepandaian, kemampuan melawan
sistem kolonialisme, dan kesadarna nasional diantara bangsa-bangsa
tersebut, yang menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup bagi kolonialisme
itu sendiri.

Dinamika Kebudayaan | 1
Sebuah masyarakat merupakan sebuah struktur yang terdiri atas saling
hubungan peranan-peranan dari para warganya, di mana peranan-peran
tersebut dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Saling
hubungan diantara peranan-peranan ini mewujudkan struktur-struktur
peranan-peranan yang biasanya terwujud sebagai pranata-pranata (lihat
Suparlan 1986, 1996, 2004a). Dan setiap masyarakat mempunyai
kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan yang dimliki oleh
masyarakat lainnya.
Kebudayaan (mengacu dari konsep Profesor Parsudi Suparlan, 2004b :
58-61) dilihat sebagai : (1) pedoman bagi kehidupan masyarakat, yang
secara bersama-sama berlaku, tetapi penggunaannya sebagai acuan adalah
berbeda-beda menurut konteks lingkungan kegiatannya; (2) Perangkat-
perangkat pengetahuan dan kenyakinan yang merupakan hasil interpretasi
atau pedoman bagi kehidupan tersebut. Dan kehidupan masyarakat kota-
kota di Indonesia terdapat tiga kebudayaan yaitu : kebudayaan nasional,
kebudayaan sukubangsa, dan kebudayaan umum. Kebudayaan nasional
yang operasional dalam kehidupan sehari-hari warga kota melalui berbagai
pranata yang tercakup dalam sistem nasional.
Kebudayaan kedua, adalah kebudayaan-kebudayaan sukubangsa.
Kebudayaan sukubangsa fungsional dan operasional dalam kehidupan
sehari-hari di dalam suasana-suasana sukubangsa, terutama dalam
hubungan-hubungan kekerabatan dan keluarga, dan dalam berbagai
hubungan sosial dan pribadi yang suasananya adalah suasana sukubangsa.
Kebudayaan yang ketiga yang ada dalam kehidupan warga masyarakat
kota adalah kebudayaan umum, yang berlaku di tempat-tempat umum atau
pasar. Kebudayaan umum muncul di dalam dan melalui interaksi-interaksi
sosial yang berlangsung dari waktu ke waktu secara spontan untuk
kepentingan-kepentingan pribadi para pelakunya, kepentingan ekonomi,
kepentingan politik, ataupun kepentingan-kepentingan sosial.
Kebudayan umum ini menekankan pada prinsip tawar-menawar dari
para pelakuya, baik tawar-menawar secara sosial maupun secara ekonomi,
yang dibakukan sebagai konvensi-konvensi sosial, yang menjadi pedoman
bagi para pelaku dalam bertindak di tempat-tempat umum dalam kehidupan
kota.

Dinamika Kebudayaan | 2
Kebudayaaan merupakan kendapan dari kegiatan dan karya manusia,
yang tidak lagi diartikan semata-mata sebagai segala manifestasi kehidupan
manusia yang berbudi luhur seperti agama, kesenian, filsafat dan
sebagainya. Sehingga menyebabkan ada perbedaan pengertian antara
bangsa-bangsa berbudaya dan bangsa-bangsa primitif.
Dewasa ini, kebudayaan diartikan scbagai manifestasi kehidupan setiap
orang dan setiap kelompok orang-orang dalam arti luas. Berlainan dengar
binatang, maka manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah-tengah alam,
melainkan selalu mengubah alam itu. Pengertian kebudayaan meliputi segala
perbuatan manusia. Kebudayaan juga dipandang sebagai sesuatu yang lebih
bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis, bukan lagi "kata benda" tetapi
"kata kerja”.
Konsep kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi, kendatipun
secara akademik orang sering membedakan antara kebudayaan dan
peradaban. Tetapi pada dasarnya keduanya menyatu dalam pengertian
kebudayaan secara luas dan dinamis. Sebab kebudayaan sebagai wilayah
akal budi manusia tidak hanya mengandung salah satu aspek dari kegiatan
manusia. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan peradaban merupakan
dua sisi mata uang yang sama dalam pengertian kebudayaan secara luas.
Jika kebudayaan adalah aspirasi peradabanlah bentuk konkret yang
mewujud demi realisasi aspirasi itu.
Kebudayaan merupakan seluruh cara hidup manusia. Manusia
mempunyai salah satu sifat yang paling mendasar yaitu berubah atau
melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu mempengaruhi cara – cara
hidup manusia beserta masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan
kebudayaan atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan. Dinamika
kebudayaan merupakan suatu hal yang unik dan menjadi perhatian para ahli
antropologi. Para ahlipun banyak meneliti hingga terlahirlah konsep – konsep
dinamika kebudayaan yang akan kami bahas disini.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan dinamika kebudayaan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dinamika kebudayaan?

Dinamika Kebudayaan | 3
3. Konsep – konsep khusus apa saja yang berkaitan dengan pergeseran
masyarakat dan kebudayaan?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni agar mahasiswa dapat
mendeskripsikan mengenai:
1. Definisi dinamika kebudayaan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kebudayaan
3. Konsep-konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan

Dinamika Kebudayaan | 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DINAMIKA KEBUDAYAAN


Ralph Linton, seorang ahli antropologi mendefinisikan kebudayaan
(dalam Ihromi, 1994;18) adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat
yang manapun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu
bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.
Sementara pengertian dari dinamika ialah sesuatu yang mengandung arti
tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan
diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya
interaksi antara anggota kelompok dengan kelompoknya secara
keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi selama ada kelompok, semangat
kelompok, yang terus menerus ada dalam kelompok itu yang mana
kelompok itu bersifat dinamis, artinya dapat selalu berubah dalam setiap
keadaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dinamika kebudayaan adalah
cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan
menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dinamika kebudayaan adalah
Suatu peristiwa atau fenomena kebudayaan sebagai proses yang sedang
berjalan atau bergeser.

B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DINAMIKA


KEBUDAYAAN
Menurut Poerwanto (2000 : 143) sebab umum terjadinya perubahan
kebudayaan lebih banyak dari adanya ketidakpuasan masyarakat,
sehingga masyarakat berusaha mengadakan penyesuaian. Penyebab
perubahan bisa saja bersumber dari dalam masyarakat, dari luar
masyarakat atau karena faktor lingkungan alam sekitarnya. Faktor
perubahan yang bersumber dari dalam masyarakat antara lain adalah :
1. Faktor Demografi
bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk. Sebagai gambaran
pertambahan penduduk yang saangat cepat di pulau Jawa
menyebabkan perubahan struktur kemasyarakatan, terutama yang

Dinamika Kebudayaan | 5
berkaitan dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti
pemahaman terhadap hak atas tanah, sistem gadai tanah, dan sewa
tanah yang sebelumnya tidak dikenal secara luas.
2. Penemuan baru
Proses perubahan yang besar pengaruhnya tetapi terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut sebagai inovasi.
3. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat
Dapat menjadi sebab timbulnya perubahan kebudayaan.
Pertentangan yang terjadi bisa antara orang perorangan, perorangan
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Sebagai contoh
pertentangan antar kelompok yaitu pertentangan antara generasi tua
dengan generasi muda. Pertentangan antar generasi kerapkali terjadi
pada masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang dari tahap
tradisional ke tahap modern.
4. Pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu
sendiri
Perubahan yang terjadi sebagai akibat revolusi merupakan perubahan
besar yang mempengaruhi seluruh sistem lembaga kemasyarakatan.

C. KONSEP – KONSEP KHUSUS MENGENAI PERGESERAN


MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Telah banyak perubahan gejala dan kejadian sosial-budaya
disekeliling kita. Untuk menganalisanya terdapat beberapa konsep
mengenai dinamika kebudayaan yang akan kita bahas satu persatu.
Konsep – konsep ini dikemukakan oleh ahli antropologi terkenal
Koentjaraningrat. Beliau mengatakan bahwa ada lima konsep terkait
dinamika kebudayaan. Berikut ini 5 konsep tersebut.
1. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses belajar kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bagian. Ada
tiga bagian disini yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi
(socialitation) dan enkulturasi (enculturation).
a. Internalisasi
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang
individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Individu belajar

Dinamika Kebudayaan | 6
menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat,
nafsu dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
Sebagai contoh seorang bayi yang baru dilahirkan akan merasa
tidak nyaman terhadap lingkungan baru yang ia temui, karena
suasana yang berbeda ketika masih dalam kandungan sang ibu.
Ketika dibungkus dengan selimut, lalu diberi kesempatan
menyusu, baru si bayi akan merasakan kehangatan dan
kenyamanan dibandingkan dengan awal saat ia baru saja
dilahirkan. Begitu pula dengan hal – hal baru yang akan ia
temui, secara alami si bayi akan belajar bagaimana caranya
untuk menyesuaikan diri dengan hasrat dan perasaan baru yang
akan membentuk kepribadiannya hingga ia tumbuh dewasa
nanti.
b. Sosialisasi
Proses sosialisasi ialah sebuah proses ketika seorang individu
mempelajari tindakan – tindakan yang dilakukan untuk
melakukan interaksi sosial ketika berhadapan dengan macam –
macam individu disekelilingnya yang mempunyai kepribadian
serta kedudukan sosial yang berbeda. Hal ini dilakukan dari
seseorang saat masih dalam masa kanak – kanak hingga masa
tuanya.
Seorang bayi lahir ke dunia sebagai suatu organisme kecil yang
egois dan diktator yang penuh dengan kebutuhan fisik dan
mengatur segenap aktifitas orang tuanya. Ia lahir ke dunia
dalam keadaan tidak mengetahui apa – apa. Oleh karena itu,
seseorang bayi dalam sebuah keluarga perlu banyak belajar
tentang segala sesuatu agar kehidupannya menjadi lebih maju.
Bagaimana cara keluarga itu mencintai si bayi, memberikan
perhatian kepadanya, hingga sampai pada kebiasaan –
kebiasaan yang sering dilakukan keluarga itu yang pada
akhirnya akan membentuk kepribadiannya. Maka peranan
keluarga bukan saja berupa peranan – peranan yang bersifat
intern antara orang tua dan anak, serta antara yang anak satu
dengan anak yang lain. Keluarga juga merupakan media untuk

Dinamika Kebudayaan | 7
menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di
masyarakat, dengan kelompok – kelompok sepermainan,
lembaga – lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan
masyarakat yang lebih luas.
Keluarga berfungsi sebagaimana masyarakat yang
mensosialisasikan nilai – nilai atau peran – peran hidup dalam
masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.
Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk
mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar –
dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman
disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si
anak. Yang pada akhirnya sang anak yang akan tumbuh
dewasa akan mempelajari sikap, nilai, dan norma yang berlaku
di masyarakat yang telah ia dapatkan dari lingkungan sosial
dalam keluarganya.
c. Enkulturasi
Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari
dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat,
sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Seperti proses – proses lainnya, proses ini dimulai sejak kecil.
Hanya saja, dalam proses enkulturasi proses ini dimulai didalam
alam pikiran warga suatu masyarakat; mula – mula dari orang –
orang didalam lingkungan keluarganya, lalu, dari teman –
temannya   bermain dengan cara meniru berbagai macam
tindakan karena perasaan dan nilai budaya pemberi motivasi
akan tindakan meniru itu sudah di internalisasikan dalam
kepribadiannya. Karena telah berkali – kali meniru tindakan
maka segala tindakan itu telah menjadi budaya bagi dirinya.
Misalnya anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan
dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan
anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku dalam keluarganya.
Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan,
belajar membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami

Dinamika Kebudayaan | 8
unsur-unsur budaya dalam masyarakatnya. Pada mulanya, yang
dipelajari tentu hal-hal yang menarik perhatiannya dan yang
konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, ia
mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks
dan bersifat abstrak.

2. Proses Evolusi Sosial


Perubahan evolusi sosial adalah perubahan – perubahan sosial
yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan
tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan – perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari
usaha – usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap
kebutuhan – kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu.           
Contohnya, pada awalnya orang Indonesia memiliki
kepercayaan Animisme dan Dinamisme, kemudian mulai percaya
dengan agama Hindhu-Budha, hingga pada akhirnya mengenal
agama Kristen dan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia juga
mengalami garis besar evolusi universal.

3. Proses Difusi Kebudayaan


Difusi kebudayaan adalah salah satu bentuk penyebaran unsur
– unsur kebudayaan dari tempat satu ke tempat lainnya. Penyebaran
unsur – unsur kebudayaan dilakukan dengan cara memberi dan
menerima unsur – unsur budaya antara dua masyarakat yang
berdampingan atau biasa kita sebut dengan simbiosis. Ada tiga
macam simbiosis, yaitu:
a. Simbiosisi Mutualisme, yaitu kerja sama yang saling
menguntungkan.
b. Simbiosis Komensalisme, yaitu simbiosis yang satu untung dan
yang lain tidak untung ataupun dirugikan.

Dinamika Kebudayaan | 9
c. Simbiosis Parasitisme, yaitu satu untung dan yang lain rugi.
Penyebaran kebudayaan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, diantaranya:
a. Penyebaran kebudayaan ke masyarakat lain secara damai.
Contoh, masuknya kebudayaan Hindu, buddha, dan islam ke
Indonesia.
b. Penyebaran kebudayaan melalui cara kekerasan dan paksaan.
Contoh, penjajahan dan pemaksaan kehendak.
Bentuk penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan
berbagai cara, antara lain dengan adanya unsur individu – individu
tertentu yang membawa unsur – unsur kebudayaannya ke tempat
yang jauh. Misalnya, para pelaut dan pendeta, mereka mendifusikan
budaya – budaya mereka.
Penyebaran unsur – unsur kebudayaan yang dilakukan oleh
individu-individu dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan
antara individu – individu kelompok lain. Disinilah terjadi proses difusi
budaya, dimana mereka saling mempelajari dan saling memahami
budaya mereka masing – masing. Cara lain adalah dengan adanya
bentuk hubungan perdagangan, dimana para pedagang masuk ke
suatu wilayah dan unsur-unsur budaya pedagang tersebut masuk ke
dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.

4. Akulturasi dan Asimilasi


a. Akulturasi
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa akulturasi adalah
proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga
unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan sendiri. Bentuk-bentuk kontak
kebudayaan yang dapat menimbulkan proses akulturasi:

Dinamika Kebudayaan | 10
1) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau antar
bagian-bagian saja dalam masyarakat, atau dapat pula
terjadi antar individu – individu dari dua kelompok.
2) Antar golongan yang bersahabat dan golongan yang
bermusuhan.
3) Antar masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang
dikuasai.
4) Antar masyarakat yang sama besarnya atau antar
masyarakat yang berbeda besarnya.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam proses
akulturasi adalah:
1) Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi
mulai berjalan.
2) Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa
unsur-unsur kebudayaan asing.
3) Saluran – saluran yang dilalui oleh unsur-unsur
kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan
penerima.
4) Bagian – bagian dari masyarkat penerima yang terkena
pengaruh unsur – unsur kebudayaan asing.
5) Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur
kebudayaan asing.
Contoh Akulturasi ialah bangunan arsitektur dan interior
Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam
pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya
lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa.
Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada
bangunan Keraton Kasepuhan tersebut. Pengaruh Eropa
tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa
lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah
lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu
sembilan). Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada
dinding-dinding bangunan, yang membuat dindingnya lebih
menarik tidak datar. Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas

Dinamika Kebudayaan | 11
pada bentuk pintu dan jendela pada bangunan bangsal
Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan
jalusi sebagai ventilasi udara.
Dinding luar keraton kasepuhan Cirebon bercorak
majapahitan yang sangat artistik berhiaskan keramik Cina dan
Eropa.Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima
tamu-tamu agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka
dari kayu. Tiang saka tersebut diberi hiasan motif tumpal yang
berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas
menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian
paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat
dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi
Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama pada
pintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura
berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan
seolah dibelah. Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung
diberi hiasan tempelan porselen dari Belanda berukuran kecil
110 x 10 cm berwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah
kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring
porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring tersebut
melukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang
bertingkat.
Undakan dan Gapura terbuat dari susunan bata merah
yang menuju ke Siti Inggil, yang dalam bahasa Cirebonan
disebut lemah duwur. Menempel pada dinding tembok Siti Inggil
adalah piring porselen Eropa dan Cina yang bertahun
pembuatan 1745.
Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi
warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna emas
yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkan
kemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkan
kehidupan ataupun surgawi.
Bangsal Pringgandani tempat dimana Sultan Keraton
Kasepuhan Cirebon menerima pisowanan para Adipati, dengan

Dinamika Kebudayaan | 12
ornamen keramik pada dinding di latar belakang.
Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan
antara aspek fungsional dan simbolis maupun budaya lokal dan
luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan
budaya bangsa Indonesia.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah satu proses sosial yang telah lanjut dan
yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan atara individu –
individu dan antar kelompok – kelompok, dan makin eratnya
persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan
dengan dengan kepentingan dan tujuan yang sama. Ada
beberapa faktor yang memudahkan asimilasi, yaitu:
1) Faktor toleransi.
2) Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang
ekonomi.
3) Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain.
4) Faktor perkawinan campuran
Contohnya, perubahan – perubahan perilaku yang juga
terjadi kerika seorang imigran menyimpang dari pola – pola
budaya lama yang dianutnya dan mengganti pola – pola lama
tersebut dengan pola – pola budaya baru. Amerikanisasi juga
merupakan contoh khusus dari asimilasi. Salah satu contoh
proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan
di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru. Program
transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah
penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program
transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi,
terutama di wilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya
transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa –
Melayu, Mandailing – Melayu, dan lain sebagainya.

5. Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan
sumber – sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari

Dinamika Kebudayaan | 13
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk –
produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi
dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan
proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu
penemuan baru (discovery) dan invention (pengembangan penemuan
yang telah ada).
Inovasi sangatlah penting bagi terjadinya suatu perubahan
budaya. Sebab perubahan dalam aspek budaya apapun tidak muncul
begitu saja, melainkan melalui proses penemuan yang kemudian
menghasilkan perubahan besar. Perubahan melalui penemuan baru
itu, berlangsung dengan proses belajar yang mungkin cukup lama,
setahap demi setahap baru kemudian dihasilkan. Hasil inovasi
tersebut ketika diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang
bersangkutan menghasilkan suatu perubahan.
Contoh Inovasi, Misalnya dalam penemuan pesawat terbang
yang ditemukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-19, hasil inovasi
tersebut telah menyebar ke berbagai negara, bahkan ke Indonesia.
Namun para ahli antropologi memperhatikan bagaimana proses
ditemukannya nilai inovasi tersebut. Proses penemuan berlangsung
seiring dengan kebutuhan masyarakat.

Dinamika Kebudayaan | 14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebudayaaan merupakan kendapan dari kegiatan dan karya manusia,
yang tidak lagi diartikan semata-mata sebagai segala manifestasi
kehidupan manusia yang berbudi luhur seperti agama, kesenian, filsafat
dan sebagainya. Sehingga menyebabkan ada perbedaan pengertian antara
bangsa-bangsa berbudaya dan bangsa-bangsa primitif.
Dewasa ini, kebudayaan diartikan scbagai manifestasi kehidupan
setiap orang dan setiap kelompok orang-orang dalam arti luas. Berlainan
dengar binatang, maka manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah-
tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Pengertian kebudayaan
meliputi segala perbuatan manusia. Kebudayaan juga dipandang sebagai
sesuatu yang lebih bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis, bukan lagi
"kata benda" tetapi "kata kerja”.
Konsep kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi, kendatipun
secara akademik orang sering membedakan antara kebudayaan dan
peradaban. Tetapi pada dasarnya keduanya menyatu dalam pengertian
kebudayaan secara luas dan dinamis. Sebab kebudayaan sebagai wilayah
akal budi manusia tidak hanya mengandung salah satu aspek dari kegiatan
manusia. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan peradaban merupakan
dua sisi mata uang yang sama dalam pengertian kebudayaan secara luas.
Jika kebudayaan adalah aspirasi peradabanlah bentuk konkret yang
mewujud demi realisasi aspirasi itu.
Menurut Koentjaraningrat (1996: 142) semua konsep yang kita
perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan
kebudayaan disebut sebagai dinamika social. Beberapa konsep tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Proses belajar kebudayaan sendiri
2. Proses evolusi sosial
3. Proses difusi kebudayaan
4. Asimilasi dan akulturasi
5. Inovasi

Dinamika Kebudayaan | 15
B. SARAN
Pada proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang
meliputi akulturasi dan asimilasi. Sebaiknya kita harus selektif dalam
menerima setiap kebudayaan asing, sehingga kita dapat mengambil
kebudayaan asing yang bernilai positif bagi perkembangan bangsa dan
negara dan menolak setiap kebudayaan asing yang benilai negatif (seperti
pergaulan bebas, hedonisme, dll) yang dapat merusak moral bangsa dan
negara.

Dinamika Kebudayaan | 16
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1990 . Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta: Rineka Cipta.


Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nugroho, Widodo dan Achmad Muchji. 1993. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Soekanto, Sorjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Dinamika Kebudayaan | 17

Anda mungkin juga menyukai