Sosiologi Budaya
OLEH :
A1N118146
KEBUDAYAAN
Kebudayaan (mengacu dari konsep Profesor Parsudi Suparlan, 2004b : 58-61) dilihat sebagai :
(1) pedoman bagi kehidupan masyarakat, yang secara bersama-sama berlaku, tetapi
penggunaannya sebagai acuan adalah berbeda-beda menurut konteks lingkungan kegiatannya;
(2) Perangkat-perangkat pengetahuan dan kenyakinan yang merupakan hasil interpretasi atau
pedoman bagi kehidupan tersebut. Dan kehidupan masyarakat kota-kota di Indonesia terdapat
tiga kebudayaan yaitu : kebudayaan nasional, kebudayaan sukubangsa, dan kebudayaan umum.
Kebudayaan nasional yang operasional dalam kehidupan sehari-hari warga kota melalui berbagai
pranata yang tercakup dalam sistem nasional.
Kebudayaan yang ketiga yang ada dalam kehidupan warga masyarakat kota adalah kebudayaan
umum, yang berlaku di tempat-tempat umum atau pasar. Kebudayaan umum muncul di dalam
dan melalui interaksi-interaksi sosial yang berlangsung dari waktu ke waktu secara spontan
untuk kepentingan-kepentingan pribadi para pelakunya, kepentingan ekonomi, kepentingan
politik, ataupun kepentingan-kepentingan sosial.
Kebudayan umum ini menekankan pada prinsip tawar-menawar dari para pelakuya, baik tawar-
menawar secara sosial maupun secara ekonomi, yang dibakukan sebagai konvensi-konvensi
sosial, yang menjadi pedoman bagi para pelaku dalam bertindak di tempat-tempat umum dalam
kehidupan kota.Diperlukan kriteria-kriteria tertentu yang dapat dipakai sebagai suatu ukuran
sejauh mana kebudayaan perlu atau tidak dicagari. Setidaknya ada 3(tiga) kriteria yang dapat
dijadikan ukuran yakni 1) keadiluhungan, 2) kemapanan dan 3) kesejarahan.
Menurut Koentjaraningrat (1996: 142) semua konsep yang kita perlukan untuk
menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai
dinamika social. Beberapa konsep tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan
enkulturasi;
2. Evolusi kebudayaan dan difusi;
3. Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan
asimilasi;
4. Proses pembauran atau inovasi atau penemuan baru.
a. Proses Internalisasi
b. Proses Sosialisasi
c. Proses Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat (1996: 145-147) proses enkulturasi adalah proses belajar
dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adapt, sistem norma, dan semua
peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak
awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, dan kemudian dalam lingkungan
yang semakin lama semakin meluas.
EVOLUSI KEBUDAYAAN DAN DIFUSI
1. Evolusi Kebudayaan
Proses Akulturasi
Proses akulturasi, Koentjaraningrat lebih lanjut menjelaskan bahwa proses
akulturasi memang sudah terjadi sejak zaman dulu kala, akan tetapi akulturasi
dengan sifat yang khusus baru terjadi ketika kebudayaan- kebudayaan bangsa
Eropa Barat mulai menyebar ke daerah-daerah lain di muka bumi pada awal
abad ke-15 dan mulai mempengaruhi masyarakat- masyarakat suku bangsa di
Afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara, dan Amerika Latin.
Kontra Akulturasi
Kontra akulturasi, menurut Koentjaraningrat (1990a: 112) dalam suatu
masyarakat yang terkena proses akulturasi dan berada dalam transisi dari
kebudayaan tradisional ke kebudayaan masa kini, berikut segala ketegangan,
konflik, dan kekacauan sosialnya, tentu banyak individu atau golongan sosial
yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan krisis seperti itu. Mereka
adalah orang-orang yang tidak tahan hidup dalam suasana tegang yang terus
menerus. Namun, mereka juga tidak suka dengan pembaharuan, mereka itu adalah
orang-orang "kolot". Golongan kolot dalam masyarakat yang sedang mengalami
transisi yang cukup kuat, mampu menyusun kekuatan untuk menentang unsur-
unsur baru dan menghentikan proses akulturasi untuk sementara waktu.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut beberapa ahli:
LEWIS
Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi sehari-hari
antara warga negara dan pemerintahannya
KEITH JACOBS
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas
RUTH AYLETT
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun tetap inheren dan
terintegrasi
PAUL ERNEST
Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat dalam
berbagai kegiatan bersama
PHILIP WEXLER
ENDA M. C
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan
a. . Pengertian Sosial Budaya Dasar
Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi dan paling beradab
dibandingkan dengan ciptaan tuhan lainnya. Manusia mempunyai tingkatan lebih tinggi
lagi dalam berpikir, dan mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya
melalui proses belajar terus- menerus. Sehingga manusia adalah mahluk budaya artinya
mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung
jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya.
Individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin
individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan
suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu.
2. Teori-Teori Sosial
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori
Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah
rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya,
ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan
perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut.
Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan
Ralf Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini.
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya).
Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak
lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini,
beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang
lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut.
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran
suatu kebudayaan atau kehidupan social merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut :
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran,
pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
1) Kebudayaan ideasional,
2) Kebudayaan idealistis,
3) Kebudayaan sensasi
5. Teori Pertukaran Sosial
Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para ahli
ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisis pasar ekonomi sebagai hasil dari kumpulan
yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual.
4. Teori-teori Budaya
Teori adalah perangkat analisis yang terdiri atas sejumlah penyataan tentang mengapa dan
bagaimana suatu fakta berhubungan antara satu dengan lainnya. Terdapat 2 konsep
yang terlebih dahulu perlu dibedakan:
Sistem adalah kesatuan dari struktur yang punya fungsi berbeda, satu sama lain saling
bergantung, dan bekerja ke arah tujuan yang sama. Dalam sosiologi, sekurang-kurangnya
dikenal 3 paradigma berbeda yang biasa digunakan dalam mendekati permasalahan sistem
sosial ini, yaitu :
a. Teori Durkheim Menurut Emile Durkheim tentang Fungsional Struktural ialah bila mana
suatu Sistem mengalamai Fluktuasi yang keras, maka hal itu akan berimbas pada seluruh
sistem yang ada.
b. Teori Talcott Persons Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang
terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan.
c. Teori Radcliffe Brown Fungsionalisme struktural merupakan dasar bagi analisa fungsional
kontemporer. Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang
d. Kingsley Davis dan Wilbert Moore Menurut mereka, dalam masyarakat pasti ada
stratifikasi atau kelas, Stratifikasi adalah keharusan fungsional,semua masyarakat memerlukan
sistem, yang mengacu pada sistem posisi (kedudukan).
2. Teori Konflik
Konflik Sosial merupakan paradigma “besar” lain di dalam kajian sosiologi. Fokusnya
pada kompetisi (persaingan) antar kelompok di dalam suatu sistem sosial. Menurut teoretisi
konflik, kelompok-kelompok di dalam masyarakat saling bersaing guna memperoleh sumber
daya yang langka seperti kesejahteraan dan kekuasaan. Dan ini beberapa pandangan dari para
ahli :
a. Karl Marx
Karya Karl Marx (1818-1883) kerap dirujuk sebagai akar perspektif konflik dalam
sosiologi. Marx mengamati ketimpangan yang ada di masyarakat kapitalis. Baginya,
masyarakat berada dalam pertarungan antar kelas: Yang Punya (diwakili pemilik pabrik)
dan Yang Tak Punya (buruh).
b. Ralf Dahrendorf
Eric Olin Wright adalah teoretisi Amerika Serikat yang mempertahankan evaluasi Marx
atas sistem stratifikasi sosial. Wright mengembangkan sejenis Marxisme analitik. Jadi ia
berbeda dengan Marx oleh sebab Marx mengkaji masyarakat industrial. Beberapa pernyataan
Wright yang punya perbedaan dengan Marx adalah :
1. jumlah kelas menengah akan meningkat (sementara bagi Marx, kelas menengah akan
menghilang akibat konsentrasi kelas hanya pada borjuis dan proletar saja)
2. tersebarnya kepemilikan alat produksi dengan sistem saham,
3. meningkatnya jumlah orang yang dipekerjakan oleh pemerintah (perusahaan nonprofit)
. Sistem Budaya
Indonesia terdiri atas aneka suku bangsa. Masing-masing punya budaya khas yang
saling berbeda satu dengan lainnya. Budaya Indonesia, sesungguhnya merupakan suatu yang
abstrak. Sebab, hingga kini belum ada satu budaya final yang secara komprehensif merupakan
kesatuan (atau percampuran) dari seluruh budaya lokal yang tumbuh di Indonesia.15
a) Pengertian Budaya
Menurut Kathy S. Stolley, budaya merupakan sebuah konsep yang luas. Bagi kalangan
sosiolog, budaya terbangun dari seluruh gagasan (ide), keyakinan, perilaku, dan produk-
produk yang dihasilkan secara bersama, dan menentukan cara hidup suatu kelompok. Budaya
meliputi semua yang dikreasi dan dimiliki manusia tatkala mereka saling berinteraksi.
Keterasingan yang ia alami tatkala mengalami itu dapat disebut sebagai cultural shock.
b) Jenis-jenis Budaya
Budaya yang sifatnya material seperti teknologi mungkin saja punya dampak pengubahan atas
manusia secara lebih cepat. Ini yang kerap disebut cultural lag. Cultural lag adalah ‘jurang
yang muncul tatkala sejumlah aspek budaya mengalami perubahan tanpa disertai aspek.
Namun, terkadang pemakaian kata “budaya” kerap mengacu pada apa yang dinamakan “high
culture” (budaya tinggi).
c) Masyarakat
Masyarakat terdiri atas orang yang saling berinteraksi dan berbagi budaya bersama.
Masyarakat mutlak harus ada bagi tiap individu oleh sebab ia merupakan “pusaran” tempat
nilai nilai, barang-barang, ataupun peralatan untuk hidup diperoleh. Juga, individu mutlak
harus ada bagi tiap masyarakat oleh sebab lewat aktivitas dan kreasi individu-lah seluruh nilai
material suatu peradaban diperoleh.
d) Aspek-aspek Budaya
Kajian seputar budaya biasanya lebih fokus pada beberapa aspek budaya nonmateri
seperti nilai-nilai, norma-norma, simbol, dan bahasa suatu budaya. Sebab itu, tinjauan atas tiap
aspek ini akan lebih membuat kita lebih paham soal apa itu budaya
e) Nilai (Values)
Nilai, secara budaya didefinisikan sebaga gagasan seputar apa yang hal yang penting.
Nilai menggambarkan bagaimana budaya itu seharusnya. Ini terjadi antara “budaya ideal”
yaitu nilai dan norma yang diklaim oleh suatu masyarakat dengan “budaya real” yaitu nilai dan
norma yang benar-benar mereka praktekkan.
f) Norma-norma
Norma diturunkan dari nilai. Norma terdiri atas aturan dan apa yang diharapkan untuk
dilakukan satu individu tatkala menghadapi situasi tertentu. Norma dibutuhkan untuk menjamin
keteraturan sosial
g) Mores
Mores adalah norma yang ditegakkan secara keras. Biasanya mores mewakili standar
baku seputar apa yang benar dan salah. Larangan-larangan membunuh, merampok.
h) Simbol
Simbol adalah sesuatu yang melambangkan, mewakili atau menyatakan hal yang lain
dalam suatu budaya. Simbol dapat mewakili gagasan, emosi, nilai, keyakinan, sikap, atau
peristiwa. Simbol dapat berupa apa saja. Gerakan tubuh, kata-kata, obyek atau bahkan
peristiwa.
i) Bahasa
Bahasa adalah sistem simbol yang memungkinkan proses komunikasi antar anggota
penganut suatu budaya. Simbol ini dapat berupa lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan
aspek sentral seputar cara kita memahami dunia. Bahasa juga merefleksikan persepsi
(pengertian) suatu budaya. Teori ini dikembangkan dua orang ahli antropologi bahasa bernama
Edward Sapir (1884-1936) dan Benjamin Lee Whorf (1897-1941)
DAFTAR PUSTAKA
http://jalius12.wordpress.com/2010/06/17/pengertian-sosialisasi/
http://www.anneahira.com/pengertian-sosial.htm
http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.htm
l
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya,
2005). Kusumohamidjojo, Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2010).
Kluckhohn C, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, edisi ke-4, Rajawali Pers,
1990.
http://blog.uin-malang.ac.id/muchad/2010/07/17/teori-ilmu-sosial-hakikat-tujuan-ilmu-sosial-
dasar/
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/05/teori-perubahan-sosial.html
George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace and Company, 1950), hlm.
38 http://www.slideshare.net/Hennov/teori-kebudayaan
Kathy S. Stolley, The Basics of Sociology, (Connecticut: Greenwood Press, 2005).
www.scribd.com/doc/81905467/52/Teori-Fungsional-Struktural kangdarma.wordpress.com
George Ritzer, ed., Encyclopedia of Sociology, Vol.1&2, (New York : SAGE Publications,
2005
2