Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rianti Yunisa NPM : 10050013089 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Antropologi

BAB 6 Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

A. Konsepsi-konsepsi Khusus mengenai Pergeseran Mayarakat dan Kebudayaan Semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antrologi dan sosiologi yang disebut konsep dinamika sosial. Konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu iternalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan. Ada proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses alkurturasi dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi, yang berkaitan erat dengan penemuan baru. B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri 1. Proses Internalisasi Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, napsu, dan emosi dalam kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Tiap hari dalam hidupnya berlalu, bertambahlah pengalamannya mengenai bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan, kebahagiaan, bersimpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, dan sebagainya. 2. Proses Sosialisasi Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses belajar seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu

sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama mendapat perhatian besar dari banyak ahli antropologi sosial. Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasinya banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Memang sejak beberapa lama, beberapa orang sarja ilmu antropologi budaya telah mencoba metode penelitian tersebut. Selama melakukan field work meraka antara lain mengumpulkan baha mengenai misalnya: 1) adat-istiadat pengasuh anak 2) tingkah laku seks yang lazim dilakukan dalam suatu masyarakat 3) riwayat hidup secara detail dari beberapa individu dalam suatu masyarakat Pengumpulan bahan mengenai adat-istiadat pengasuhan anak atau secara lisan disebut child training practices. Di Indonesoa, penelitian yang berpusat pada masalah serupa iyi pernah dilakukan pula oleh sarjana antropologi, seperti Margaret Mead; dan dua buah karangan hasil penelitian seperti itu adalah Growth and Culture yang ditulisnya bersama dengan F.C MacGregor (1951), dan Children and Ritual in Bali (1955), sangat terkenal dalam kalangan antropologi. 3. Proses Enkulturasi Istilah kata enkulturasi adalah pembudayaan (dalam bahasa inggris digunakan istilah institutionalization). Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Sudah tentu dalam suatu masyarakat ada pula individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasinya yang menyebabkan baha hasilnya kurang baik. Hidupnya penuh peristiwa konflik dengan orang lain. Individu-individu serupa itu disebut deviants. Sebelumnya para ahli antropologi kurang memperhatikan faktor deviants ini dalam masyarakat dan kebudayaan yang menjadi objek penelitian mereka. Mereka hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat umum yakni yang lazim dilakukan oleh sebigan besar dari manusia dalam kebudayaan itu; penyimpangan dari yang tidak menurut adat yang lazim, abaikan saja. Sekarang, banyak ahli antropologi yang mengerti bahwa penyimpangan dari adat yang lazim merupakan suatu faktor penting karena sumber dari berbagai kejadian masyarakat dan kebudayaan positif dan negatif. Kejadian masyarakat yang positif adalah

perubahan kebudayaan (culture change) yang menjelma ke dalam perubahan dan pembaharuan dalam adat-istiadat yang kuno. Kejadian masyarakat yang negatif misalnya berbagai ketegangan masyarakat yang menjelma menjadi permusuhan antara golongan, adanya banyak penyakit jiwa dan sebagainya. C. Proses Evolusi Sosial 1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandangan seolah-olah jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang nampak besar saja (macroscopic). Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi proses-proses berulang. Proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang disebug dalam ilmu antropologi proses-proses menentukan arah (directional processes). 2. Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya Perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya, belum lama mendapat perhatian dari ilmu antropologi. Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum seperti terurai sebelumnya, pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang (recurrent) dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat diseluruh dunia. Konsep antara dua wujud dari tiap kebudayaan, yaitu (i) kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan dan sebagainya yang abstrak (yaitu sistem budaya), (ii) kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkret dimana individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). 3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari suati jarak yang jauh, dengan mengambil interval waktu yang panjang (misalnya beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Pada masa sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dari suatu subilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori. Ilmu ini mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka yang panjang.

D. Proses Difusi 1. Penyebaran Manusia Ilmu paleoantropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusia pertama hidup didarah saba beriklim tropis di Afrika Timur. Sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi ini dalam segala macam lingkungan iklim. Hal ini hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu lama. Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwaperistiwa yang menyababkan migrasi yang cepat dan mendadak. Migrasi yang lambat dan otomatis berkembang sejajar dengan laju pertumbuhan manusia di muka bumi. Suatu migrasi serupa itu sebenarnya tidak harus kita gambarkan sebagai suatu garis lurus dan garis spriral. Kecuali migrasi-migrasi yang lambar dan otomatis seperti yang terurai, banyak pula manusia yang berlangsung cepat dan mendadak. Sebab dari migrasi-migrasi semacam ini bisa bermacam-macam. 2. Penyebaran Unsur-unsur Kebudayaan Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsurunsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion), yang juga merupakan salah satu objek penelitian ilmu antropologi. Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kelompok manusa yang bermigrasi. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Bentuk difusi yang lain lagi dan mendapat perhatian ilmu antropolgi adalah

penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu kelompok tetangga. Cara yang pertama adalah hubungan di mana bentuk dan kebudayaan itu masingmasing hamir tidak berubag. Hubungan ini yaitu hubungan symbiotic. Cara lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdangan, tetapi dengan akibat yang lebih jauh daripada yang terjadi pada hubungan symbiotic. Hubungan ini, dengan mengambil istilah dari ilmu sejarah, sering disebut penetration pacifique, artinya pemasukan secara damai. Dalam

ilmu antropologi gabungan dari unsur-unsur kebudayaan yang menyebar antarkebudayaan seperti itu diberi nama kultur-kompleks. E. Akulturasi dan Asimilasi 1. Akulturasi Istilah akulturasi, atau acculturation atau culture contact mempunyai berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semia sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa. Penelitian-penelitian sekitar masalah alkulturasi timbul dalam lapangan ilmu antropologi kurang dari setengah abad yang lalu. Penelitian-penelitian itu sebagian besar bersifat deskriptif, yaitu melukiskan satu peristiwa alkulturasi yang konkret pada satu atau beberapa suku bangsa tertentu yang sedang mendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan eropa amerika. Di samping karangan-karangan deskriptif, timbul pula karangan-karangan yang bersifat teori, yaitu karangan-karangan yang mengabtraksikan berbagai peristiwa alkulturasi dan beberapa konsep mengenai gejala akulturasi. Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkasan, akan tampak lima golongan masalah, yaitu: 1) mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat 2) mengenai unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, dan sukar diterima oleh masyarakat. 3) mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsurunsur yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing 4) mengenai individu-individu yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing 5) mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa masalah khusus, yaitu: 1) 2) keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing

3)

saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima

4)

bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi

5)

reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing Memperhatikan individu-individu dari kebudayaan asing yang menyebabkan

pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing sangat penting karena dengan pengetahuan tentang mereka ini disebut agents of acculturation. 2. Asimilasi Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang timbul bila ada: (a) golongangolongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, (b) saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga (c) kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya, golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain itu sebaliknya sering terhalang oleh faktor, dan faktor-faktor ini sudah tentu juga menjadi penghalang proses asimilasi pada umumnya. Faktor-faktor itu adalah: (a) kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi; (b) sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain; (c) perasaan superitas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain. F. Pembaharuam atau Inovasi 1. Inovasi dan Penemuan Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produks menghasilkan produk-produk baru. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan inovation. Suatu discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Proses dari discovery hingga invention sering memerlukan tidak hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangkaianyang terdiri dari beberapa orang pencipta.

2. Pendorong Penemuan Baru Suatu pertanyaan yang sangat penting adalah pertanyaan faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru? Para sarjana mengatakan bahwa pendorong itu adalah: (a) kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan; (b) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (c) sistem perangsang bagi aktifitas mencipta dalam masyarakat. Suatu krisis masyarakat sering juga merupakan suatu masa timbulnya banyak penemuan baru. Pendorong ini sebenarnya sama dengan pendorong seperti disebut lebih dulu. 3. Inovasi dan Evolusi Proses inovasi (yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan kelanjutannya) itu juga merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi individuindividu itu bersifat aktif, sedang dalam suatu proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah, maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat (artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan).

Anda mungkin juga menyukai