Anda di halaman 1dari 31

KUMPULAN ARTIKEL

1. METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI


2. METODE-METODE PENYEBARAN BUDAYA
3. CABANG-CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA
4. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT
KAJIAN ANTROPOLOGI
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Antropologi

Dosen Pengampu
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.i.,M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Naba farimas huda
NIM : L1C021119
Prodi/Kelas : Sosiologi/1C

PROGRAN STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS DI BAWAH REKTOR
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
Daftar isi

1.METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI

A. Aliran tradisional .................................................................................... 3

B. Aliran kontemporer ................................................................................ 4

2.METODE METODE DALAM PENYEBARAN BUDAYA

A. Berikut macam-macam cara difusi atau penyebaran kebudayaan ... 5

3.CABANG CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA

A. Antropologi Biologi/Fisik ...................................................................... 7

B. Antropologi Sosial Budaya ................................................................... 9

C. Antropologi Psikologis .......................................................................... 10

D. Arkeologi ............................................................................................... 14

4.LATAR BELAKANG KAJIAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT KAJIAN


ANTROPOLOGI

A. Latar Belakang Lahirnya Antropologi .............................................. 15

B. Fase-fase Perkembangan Antropologi ............................................... 18

C. Manfaat Mempelajari Antropologi ................................................... 26

2
1.Metode dan pendekatan dalam kajian antropologi

Salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah memiliki metode pendekatan untuk
mengkaji suatu obyek. Metode pendekatan hadir sebagai cara pandang sebuah
ilmu pengetahuan terhadap suatu masalah.

Selain itu, metode pendekatan juga berfungsi untuk membedakan ilmu


pengetahuan satu dengan ilmu pengetahuan lainnya. Antropologi sebagai sebuah
ilmu pengetahuan pastinya juga memiliki metode pendekatan.
Dilansir dari buku Sketsa Dasar Mengenal Manusia dan Masyarakat (2020) karya
Gregor Neonbasu, dijelaskan bahwa metode pendekatan dalam Ilmu Antropologi
dibedakan menjadi dua aliran, yaitu:

A. Aliran tradisional
Ada dua jenis pendekatan dalam aliran tradisional ini, yaitu:

-Pendekatan komparatif
Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang merujuk pada pola
perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga
menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.
-Pendekatan holistis
Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata, pendekatan
holistis merupakan pendekatan secara menyeluruh untuk memperoleh segala hal
yang berkaitan dengan manusia.

Pendekatan holistis dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan aspek sebagai


unit yang bersifat fungsional atau sebagai satu sistem yang utuh. Pendekatan ini
berusaha mencari jejaring yang mencakup keseluruhan ruang lingkup kehidupan
manusia.

3
B. Aliran kontemporer
Ada tiga jenis pendekatan dalam aliran kontemporer, yaitu:

-Pendekatan partikularistik
Pendekatan partikularistik merupakan pendekatan yang berawal dari sesuatu
yang terbatas, kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang lebih luas dan
umum.

Dalam pendekatan ini, peneliti berangkat dari sesuatu yang bersifat partikular,
kemudian berusaha untuk masuk pada sesuatu yang berlaku umum di mana-
mana.

Tokoh yang menggunakan pendekatan ini antara lain E.E. Evans Pritchard yang
melakukan penelitian kepada Suku Nuer di Afrika Selatan dan Prof. Fox yang
melakukan penelitian di Rote, Nusa Tenggara Timur.

-Pendekatan interpretatif
Pendekatan interpretatif pertama kali dikemukakan oleh Clifford Geertz ketika
membuat penelitian tentang islam di Maroko dan Indonesia (Jawa dan Bali).

Pendekatan interpretatif bersifat humanistik karena seluruh ungkapan dan segala


sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan setiap subyek manusia selalu
menjadi pusat perhatian dengan saksama.

Hal tersebut bisa terjadi karena pendekatan interpretatif dapat menempatkan


semua kepentingan masyarakat sebagai kunci dan pokok kajian intelektual.
Termasuk juga deskripsi tentang seluruh gejolak spiritual.

-Pendekatan struktural

4
Pendekatan struktural adalah pendekatan analisis data dengan memperhatikan
elemen-elemen kunci dari berbagai dimensi sekunder dari obyek yang diteliti
dengan seimbang. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Prof. Fox.

2.Metode metode penyebaran budaya

Kebudayaan yang terdapat di lingkup masyarakat cenderung mengalami


perubahan. Sifatnya yang dinamis atau berubah-ubah itu juga dikenal sebagai
dinamika kebudayaan.

Salah satu hal yang dapat memengaruhi dinamika kebudayaan adalah peristiwa
difusi. Yang dimaksud dengan difusi adalah peristiwa penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.

Peristiwa difusi memungkinkan suatu kebudayaan masyarakat menyerap temuan-


temuan baru dari masyarakat lainnya. Temuan-temuan tersebut kemudian
diterima dan disebarkan secara luas ke masyarakat lainnya.

Penyebaran kebudayaan bisa terjadi dari dalam masyarakat itu sendiri (difusi
intra masyarakat) maupun dari luar masyarakat (difusi antar masyarakat).

Difusi kebudayaan dapat dilakukan dalam tiga cara, mulai dari simbiotik,
penetrasi damai, hingga penetrasi paksa. Ketiga cara tersebut memengaruhi
bagaimana suatu kebudayaan dapat diterima oleh masyarakat.

Proses difusi yang lancar dapat berdampak positif bagi masyarakat, salah satunya
memperkaya kebudayaan suatu masyarakat. Namun, dalam proses difusi yang
dilakukan dengan paksaan dapat menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli
suatu masyarakat.

A.Berikut macam-macam cara difusi atau penyebaran kebudayaan.

5
-Simbiotik (symbiotic)

Simbiotik artinya peristiwa pertemuan individu dari masyarakat bertemu dengan


individu dari masyarakat lain, namun tidak mengubah bentuk kebudayaannya
masing-masing.

Peristiwa ini memungkinkan masyarakat saling bertemu dan hidup secara


berdampingan dengan dua unsur kebudayaan yang berbeda.

-Penetrasi damai (penetration pasifigue)

Cara difusi budaya lainnya adalah dengan penetrasi damai atau pasifigue
penetration. Cara ini merupakan proses di mana kebudayaan dari suatu
masyarakat masuk ke masyarakat lainnya tanpa disertai paksaan.

Kebudayaan baru bisa diterima oleh masyarakat apabila kebudayaan tersebut


dianggap baik oleh masyarakat setempat. Contoh difusi dengan cara penetrasi
damai adalah masuknya agama Hindu-Buddha dan Islam ke Indonesia.

-Penetrasi paksa (penetration violence)

Sebaliknya, ada pula penetrasi yang dilakukan secara paksa. Difusi budaya
dengan cara paksaan disebut dengan istilah penetration violence. Cara ini
membiarkan kebudayaan suatu masyarakat masuk dengan penjajahan atau
peperangan.

6
Penetrasi paksa dianggap dapat merusak kebudayaan masyarakat penerima dan
menyebabkan goncangan sosial. Hal ini berujung pada hilangnya kebudayaan asli
suatu masyarakat.

Menurut Idrijati Soerjasih, dalam “Antropologi SMA” difusi dengan penetrasi


paksa pernah terjadi selama masa Perang Dunia II, salah satunya di Jepang.

Sebelum kalah dalam perang, Jepang merupakan negara agraris. Namun, setelah
berhasil dikalahkan oleh Amerika Serikat, Jepang menjadi negara industri.

3.Cabang cabang antropologi dan fokus kajiannya

Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan
ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya
menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu
alam, termasuk penemuan tentang asal usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri
fisik manusia, perilaku manusia, variasi di antara berbagai kelompok manusia,
bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah memengaruhi organisasi dan
budaya sosial. Serta dari ilmu-ilmu sosial, antropologi memelajari organisasi
hubungan manusia sosial dan budaya, sistem keturunan dan hubungan
kekerabatan, spiritualitas dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lain-lain.
Antropologi awal berasal dari Yunani klasik dan Persia yang memelajari dan
mencoba untuk memahami keragaman budaya yang dapat diamati. Pada saat ini,
antropologi (akhir abad ke-20) telah menjadi sentral dalam pengembangan
beberapa bidang interdisipliner baru seperti ilmu kognitif, studi globalisasi,
genetik, dan berbagai penelitian etnis.

Secara garis besar antropologi terdiri dari:

A. Antropologi Biologi/Fisik

Antropologi Biologi atau juga disebut Antropologi Fisik merupakan cabang ilmu
antropologi yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human

7
primates) dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik
memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang memengaruhi (atau yang
menentukan) evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan,
mempertahankan, atau mengubah variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini.

Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:

-Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia melalui bukti fosil-fosil.

-Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan


mengamati ciri-ciri fisik.

-Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan


melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs
arkeologi.

-Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada


lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan ----
--------perspektif ekologis dan evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan
studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon adaptif manusia (perkembangan
fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan variasinya.

-Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak
hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa
jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi
tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.

-Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia.
Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk
mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam
rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan
penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan

8
arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi
digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.

-Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang,


elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit,
patologi, dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-
sisa tulang (baik kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk
menentukan jenis kelamin, umur, pertumbuhan dan perkembangannya, sebab
kematian, dan lain sebagainya dalam konteks biokultural.

-Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates).


Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat
pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana
ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.

-Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal


(hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia,
paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan
militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar,
rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau
dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).

-Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan
persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan
perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein
dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam
menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari
wilayah mana (geographical origin).

B. Antropologi Sosial Budaya

9
Antropologi sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-
orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi
bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang
berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah
yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial
yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi
Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang
bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri)
dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap
terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya
tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan
Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara
keduanya.

-Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan


semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.

-Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri


dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.

-Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam


kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.

-Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan


individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal
dengan berpegang pada konsep psikologi.

C. Antropologi Psikologis

Filsafat antropologi dahulu dikenal sebagai filsafat psikologis yang dapat diartikan
sebagai sebuah disiplin filsafat yang berkembang pada sekitar abad ke-18 dengan
tujuan untuk membuktikan gagasan atau pemikiran tentang kapasitas konseptual

10
pikiran, kehendak bebas, dan jiwa spiritual. Filsafat ini adalah perkembangan
dari psikologi rasional yang dipelopori oleh Christian von Wolff. Psikologi rasional
merupakan ilmu yang mempelajari tentang teori-teori metafisika atas pikiran dan
jiwa serta dapat mampu menjelaskan terkait psikologi empris yang terbatas hanya
pada jiwa yang dapat diamati atau observasi saja. Adapun beberapa ilmu alam
yang mempengaruhi kajian psikologis tentang jiwa tetapi menjauhkannya dari
pertanyaan yang berkaitan dengan teori-teori metafisika.

Banyak kritik yang muncul terhadap filsafat psikologi salah satunya datang dari
Kant yang berpendapat bahwa kesadaran dari individu yang berpikir bukanlah
sebagai kondisi realitas yang terjadi. Individu tidak dapat mencapai identitas
dirinya hanya dengan melakukan proses berpikir saja tetapi harus menggali dari
diri sendiri lewat introspeksi sebagaimana dari teori-teori filsafat psikologi, kita
juga harus mengamati sisi-sisi kemanusiaan, termasuk sejarah, karya-karya
literatur, dan budaya bangsa lain. Kritik dan saran dari Kant inilah yang
mengawali perubahan pendekatan dari filsafat psikologi atas jiwa menjadi filsafat
antropologi psikologis yang cakupannya menjadi lebih luas. Metode yang
digunakan dalam studi antropologi psikologis adalah menggunakan konsepsi
psikologi bahwa watak atau karakter individu dibentuk dari pola ash yang
didapatkan dari orang tua, keluarga, dan lingkungannya sewaktu masih kecil.

Studi antropologi psikologis terkait fenomena psikologis dengan menggunakan


istilah karakter (character) tidak terlalu diminati oleh para peneliti, sementara
yang paling sering muncul dalam penelitian adalah istilah kepribadian, atau
dalam konsep generik disebut dengan culture and personality. Kedua istilah
tersebut masih mengarah kepada kondisi psikologis manusia dimana karakter
dapat disamakan dengan istilah kepribadian dan dapat dikatakan bahwa karakter
tergambar dari kepribadian individu. Dalam memahami fenomena karakter
dalam suatu masyarakat individu harus melihat dari sudut pandang antropologi
psikologis. Proses membentuk dan mengembangkan karakter suatu masyarakat

11
berfokus pada perkembangan dan kondisi psikologis dari manusia yang hidup
dalam masyarakat tersebut serta pengalaman individu dan lingkungan sosial
menjadi sebuah rangkaian proses yang berkontribusi kepada pembentukan
karakter itu sendiri. Kajian antropologi psikologis menjadi penghubung antara
studi tentang kebudayaan dan kepribadian dalam menjelaskan suatu kelompok
masyarakat atau suku bangsa.

Kajian tentang karakter dalam masyarakat pada studi-studi antropologi


dimasukkan ke dalam kajian antropologi psikologi dengan memfokuskan kepada
konsep utama, yakni kepribadian (personality). Terbentuknya karakter
masyarakat berada dalam konteks kebudayaan suatu masyarakat dapat
membetuk pula kepribadian tetapi sangat bergantung kepada proses
pembelajaran dalam perilaku individu (learned behaviors) yang mendukung
kebudayaan tersebut.[11] Faktor yang mempengaruhi pandangan antropologi dari
sudut pandang antropologi psikologis adalah individu dapat memilih kebudayaan
sendiri saat dimensi psikologisnya sesuai dengan kebudayaan tersebut.

Mengenai pendekatan sistem dalam antropologi psikologis, yaitu perilaku individu


sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial. Individu dapat menjadi
atau berperilaku buruk/jelek apabila masuk ke dalam lingkungan masyarakat
yang buruk pula. Pada umumnya masyarakat yang mengalami gejala
disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi lemah, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku.
Penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-norma yang ada
disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi, faktor keluarga yang
merupakan lingkungan utama, maupun faktor lingkungan sekitar yang secara
potensial dapat membentuk perilaku individu.

12
Dalam kasus krisis identitas yang dialami individu tidak hanya berdampak
psikologis, tetapi juga berpengaruh dalam perilaku sosial mereka. Akibatnya,
muncul hambatan-hambatan dalam melakukan hubungan sosial sehingga
umumnya dalam melakukan hubungan sosial secara lebih luas, individu akan sulit
membuat dirinya membaur ke dalam struktur sosial yang ada dalam masyarakat.

Pada model pendekatan psikosomatik dalam aliran psikologi, penyakit akan


berkembang mengikuti hubungan antara fisik dan mental yang saling
memperkuat satu sama lain melalui sistem timbal balik. Psikosomatis ditunjukkan
oleh hubungan jiwa dan badan, sehingga proses psikologis sangat berperan
penting. Aspek-aspek psikologis seperti kepercayaan dan pola pikir yang tidak
sehat akan berpengaruh pada munculnya berbagai penyakit fisik. Pendekatan
tersebut sering disebut sebagai pendekatan biopsikososial, yaitu suatu konsep yang
menjelaskan bahwa terdapat interaksi antara kondisi biologis, psikologis, dan
sosial untuk memahami penyakit dan proses sakit yang dialami oleh individu.
Kondisi sakit tidak disebabkan oleh faktor biologis saja, melainkan juga faktor
psikologis dan lingkungan sosial yang ada disekitar individu seperti keluarga dan
kelompok masyarakat.

Dalam ilmu antropologi terdapat salah satu fokus kajian tentang perilaku
komunikasi khususnya etnografi komunikasi yang diartikan sebagai perilaku yang
terbentuk dari tiga integrasi keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu
sebagai makhluk sosial yaitu keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan
keterampilan budaya. Perilaku komunikasi menuntut adanya suatu bentuk
penguasaan dari beberapa keterampilan dan kompetensi, baik dalam bentuk
keterampilan linguistik atau bahasa, keterampilan berinteraksi, dan keterampilan
budaya dalam berperilaku dari individu. Perilaku komunikasi dipahami sebagai
bentuk integrasi dari dua kata, yaitu perilaku (behavior) dan komunikasi
(communication). Perilaku atau yang disebut dengan istilah aktivitas diartikan
sebagai bagian dari konsep stimulus dan respon dalam teori psikologi. Kata

13
perilaku juga dapat diartikan sebagai sebuah perbuatan yang dapat dibagi
menjadi dua macam seperti perbuatan terbuka (overt) dan tertutup (covert).
Perilaku yang terbuka adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung
melalui pancaindera. Perilaku tertutup adalah perilaku yang tidak dapat diamati
secara langsung. Berdasar pada pemahaman dalam ruang lingkup kajian
psikologi, perilaku komunikasi merupakan bagian dari perilaku sosial (social
behavior). Perilaku komunikasi pada individu dipahami sebagai fungsi interaksi
atas masukan dari situasi sosial dan karakteristik individual. Situasi sosial yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku individu yang
bersifat eksternal dan lebih diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar
diri individu atau disebut dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam
klasifikasinya dapat dibagi menjadi dua bagian, lingkugan fisik dan lingkungan
sosial.

D. Arkeologi

Arkeologi atau ilmu kepurbakalaan[note 1] adalah ilmu yang mempelajari


kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan
interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan
bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi,
dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya
(situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi)
arkeologis, meskipun teknik survei masih dilakukan. Arkeolog adalah sebutan
untuk para sarjana, praktisi, atau ahli di bidang arkeologi.

Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya


adalah yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah

14
kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan
budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini
termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun demikian, terdapat
berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, geologi
(dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur
suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleoantropologi dan
bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan
pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu
benda logam), serta filologi (mempelajari naskah lama).

Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait.


Sebagai contoh, penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari
berbagai bidang untuk mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan,
bentuk keramik dan cara penyebaran, kepercayaan melalui apa yang
dikebumikan bersama mayat tersebut, pakar kimia yang mampu menentukan usia
galian melalui cara seperti metode pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar
genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba, meneliti
DNAnya.

Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua,
baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah
(ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga
dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian
budaya bendawi modern (modern material culture).

Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi


sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh
karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya

15
arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah
pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management).

4.Latar belakang kemunculan antropologi serta manfaat kajian antropologi

PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat bahwa kita harus Mempelajari


ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari antropologi dan Bagaimana garis besar
proses perkembangannya yang mengintegrasikan Ilmu-ilmu pangkal tersebut,
maka pada bahasan berikut akan diuraikan Perkembangan antropologi. Dari
bahasan ini Anda akan bisa melihat bahwa Perkembangan antropologi terkait
erat dengan dinamika masyarakat.

A. Latar Belakang Lahirnya Antropologi

Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan Dengan


karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan Penduduk atau
suku bangsa di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk Di luar Eropa
dipandang menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau Para misionaris
karena perbedaan cara hidup antara masyarakat Eropa dengan

Masyarakat di luar Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis Tentang
perjalanan atau yang terkait dengan tugasnya tetapi juga Melengkapinya dengan
deskripsi tentang tata cara kehidupan masyarakat Yang mereka temui. Deskripsi
ini kemudian dikenal dengan sebutan Etnografi. Beberapa tulisan karya mereka
akan dipaparkan pada uraian Berikut.

Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak
sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan Etnografi yang
paling kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih Bersifat subyektif,
penuh dengan prasangka dan bersifat etnosentrisme.

16
Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau sikap di mana suku bangsa Sendiri
dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam melihat baik Buruknya karakter
suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu Menganggap bahwa suku-suku
bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia dan Persia termasuk ke
dalam suku bangsa yang masih setengah Liar dan belum beradab. Pandangan
seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang mendeskripsikan suku
bangsa Mesir tersebut.

Pada jaman Romawi kuno terdapat pula beberapa hasil karya etnografi Mengenai
kehidupan suku bangsa Germania dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar.
Sebagai seorang perwira yang memimpin perjalanan Tentaranya sampai ke Eropa
Barat, Caesar menulis etnografinya secara Sistematis seperti halnya bentuk
laporan seorang perwira. Sedangkan Tacitus Menulis etnografinya dengan gaya
bahasa yang mengungkap perasaan dan Kegalauannya tentang kehidupan yang
terdapat di ibukota kerajaan Roma. Pencatat etnografi yang cukup terkenal
adalah Marco Polo (1254-1323). Ia mengembara dengan keluarga besarnya ke
daerah Asia Timur dan sempat Menetap di istana Khu Bilai Khan. Di sini ia
melihat beberapa kebiasaan Yang dianggapnya aneh, yaitu penggunaan uang yang
terbuat dari kertas dan Diberi cap serta ditandatangani di mana uang tersebut
mempunyai bermacam-Macam nilai. Marco Polo juga pernah singgah di daratan
Indonesia (yang Diketahui dari tulisannya), di mana ia pernah singgah di
beberapa pelabuhan Dari semenanjung Malaya hingga menelusuri Pulau
Sumatra, di antaranya Adalah singgah ke di pelabuhan Perlec (dalam bahasa
Aceh) atau Peureula Atau Perlak (dalam bahasa Melayu). Marco Polo
menceritakan kehidupan di Kota pelabuhan ini di mana pedagang dari India dan
penduduk pribuminya

Menganut agama Islam sedangkan penduduk yang ada di pedalaman masih


Mengerjakan hal-hal yang haram.

Tulisan etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah Buah
tangan dari seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-
1740). Ia mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata Susila orang Indian
yang hendak dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia

17
beranggapan bahwa bangsa primitif (Indian) tidak Dilihatnya sebagai manusia
yang aneh. Akan tetapi karena bahan yang Diperbandingkannya sangat terbatas
maka pandangannya tentang Perbandingan ini pun sangat terbatas.

Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft,
seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku Berjudul
“Sejarah Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat Dan
Pandangan-pandangan Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah Seorang ahli
filsafat, di mana ia tidak sependapat dengan pandangan Rousseau tentang
manusia. Pandangan Jens Kreft tentang manusia lebih Dianggap mewakili
pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada Pandangan para ahli filsafat.
Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku Bangsa Indian, Lule dan
Caingua, di Amerika Selatan, yang pada awalnya Diduga mempunyai kebudayaan
yang rendah. Ternyata dugaannya itu salah. Ia pun dipandang sebagai orang
pertama yang menulis etnografi ssecara Lengkap yaitu dengan memperhatikan
aspek pertumbuhan ekonomi, Masyarakat, agama dan kesenian. Ahli berikutnya
yang dianggap sebagai pendorong penulisan ilmiah dan Sistematis mengenai
etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan Pandangan mengenai kesatuan
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu Masyarakat, di mana suatu kebudayaan
memiliki sifat-sifatnya yang khusus Yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dasarnya dan lingkungannya. Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi
berkembang pesat setelah Ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan
antara bahasa Sansakerta, Latin, Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga
memungkinkan lebih Banyak tersedia bahan-bahan etnografi sebagai bahan
perbandingan. Atas Dasar ini kemudian timbul penelitian yang bersifat historis
komparatif Mengenai kebudayaan. Dalam keperluan ini, berdirilah lembaga-
lembaga Etnologi seperti Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J. Thomson di
Kopenhagen tahun 1841, Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The Peabody
Museum of Archeology and Ethnology di Harvad tahun 1866, American
Ethnological Society di New York tahun 1842, Ethnological Society of London di
Inggris tahun 1843, dan The Bureau of American Ethnology di Amerika tahun
1875. Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin Berkembang,
terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti Di Amerika

18
Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa
Utara, Uni Soviet dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan Etnografi juga telah
dikumpulkan terutama menyangkut adat istiadat, sistem Kepercayaan, struktur
sosial dan kesenian. Bahan-bahan etnografi tentang Indonesia banyak
dikumpulkan oleh para pegawai pemerintah jajahan, di Antaranya yang terkenal
adalah T.S. Raffles mantan Letnan Gubernur Jenderal di Indonesia (antara tahun
1811 hingga 1815). Raffles banyak Menulis kebudayaan penduduk pribumi
Indonesia, di antaranya adalah dua Jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa
(1817).

B. Fase-fase Perkembangan Antropologi

Fase-fase perkembangan antropologi paling tidak diawali sejak akhir Abad ke 15


atau awal abad ke 16 (Koentjaraningrat, 1996). Dengan mengikuti Pembagian fase
perkembangan antropologi menurut Koentjaraningrat dan Perkembangannya
pada akhir-akhir ini, maka perkembangan antropologi Dapat dibagi ke dalam 5
(lima) fase perkembangan. Fase pertama berawal Dari akhir abad ke 15 dan awal
abad ke 16 hingga sebelum abad ke 18. Fase Kedua terjadi sekitar pertengahan
Abad ke 19, fase ketiga di sekitar awal Abad ke 20, fase keempat terjadi sesudah
tahun 1930-an, dan fase kelima Kira-kira sejak tahun 1970-an. Pembagian fase
pertama hingga fase keempat Berasal dari Koentjaraningrat, sedangkan fase
kelima berasal dari penulis Berdasarkan referensi yang ada.

i. Fase pertama (sebelum abad ke 18)

19
Bahan-bahan tulisan, yang kemudian menjadi cikal bakal karangan Etnografi,
banyak dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai Jajahan, para
pegawai agama atau misionaris yang berasal dari Eropa. Bahan-Bahan tulisan ini
banyak muncul sejak akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16. Selama kurang lebih
4 abad lamanya, mereka berhasil menulis kisah-kisah Perjalanan dan cerita
kehidupan masyarakat yang mereka temui. Persebaran Mereka pada masa ini
seiring dengan kedatangan orang-orang Eropa di benua Afrika, Asia dan Amerika
Selatan, bahkan ke daerah Oceania. Namun Tulisan-tulisan tersebut masih jauh
dari sebuah karangan etnografi karena Masih bersifat subyektif sehingga tidak
komprehensif dan holistik dalam Menggambarkan kehidupan suatu masyarakat.
Pada umumnya mereka hanya Menuliskan apa-apa yang dianggapnya menarik
(aneh) di mata mereka.

Setelah tulisan etnografi di atas diterbitkan dan banyak dibaca orang, Tulisan ini
banyak mempengaruhi sikap bangsa Eropa, terutama kaum Terpelajar, di mana
kemudian mereka beranggapan bahwa bangsa-bangsa di luar Eropa merupakan
bangsa-bangsa yang primitif (savage) dan sangat Terbelakang. Kelompok
masyarakat ini juga dianggap masih murni, jujur dan Tidak mengenal kejahatan.
Keunikan dari bangsa-bangsa di luar Eropa ini, Seperti adat istiadat dan benda-
benda kebudayaannya, memicu munculnya Pemikiran untuk menyebarluaskan
kepada khalayak luas di Eropa, yaitu Misalnya dengan mendirikan museum-
museum yang secara khusus Mengoleksi kebudayaan masyarakat di luar Eropa.
Di samping itu pada awal Abad ke 19 ini timbul pula keinginan para ilmuwan
Eropa untuk Mengintegrasikan karangan-karangan yang masih terlepas-lepas
tersebut Menjadi sebuah karangan etnografi tersendiri. Pada fase ini belum
diketahui Adanya para tokoh antropologi.

20
b. Fase kedua (sekitar pertengahan abad ke 19)

Fase ini ditandai oleh keberhasilan para ilmuwan dalam menyusun Karya-karya
etnografi yang bahannya dikumpulkan dari berbagai karangan Yang dihasilkan
oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, dan Para pegawai
agama atau misionaris yang pernah tinggal di luar masyarakat Eropa. Dari
bahan-bahan yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan pola Pikir evolusi
sosial, yaitu menyusun secara sistematis mulai dari masyarakat Dan kebudayaan
yang sangat sederhana hingga masyarakat yang hidup padaTingkat yang lebih
tinggi. Kelompok masyarakat yang digolongkan ke dalam Tingkat yang paling
tinggi atau beradab adalah masyarakat Eropa Barat pada Masa itu, sedangkan
tingkat yang paling rendah adalah masyarakat yang Hidup di luar Eropa Barat.

Para tokoh antropologi pada fase kedua ini adalah para ahli antropologi Terutama
para tokoh penganut teori evolusi seperti L.H. Morgan. Beliau Sebenarnya
seorang ahli hukum Amerika yang bekerja sebagai pengacara Yang membantu
penduduk Amerika Timur dalam menangani masalah Pertanahan. Salah satu
karangan L.H. Morgan yang terkenal adalah sebuah Buku tentang evolusi
masyarakat yang berjudul “Ancient Society” (1877). Buku ini ditulis berdasarkan
hasil penelitiannya tentang adat-istiadat orang Indian dan berpuluh-puluh
masyarakat di dunia. Tokoh lain dalam fase ini Adalah P.W. Schmidt tetapi ia
lebih memfokuskan perhatiannya terhadap masalah sejarah asal mula penyebaran
kebudayaan suku-suku bangsa di Seluruh dunia.

21
c. Fase ketiga (awal abad ke 20)

Pada masa awal abad ke 20, antropologi telah berkembang bukan saja Sebagai
ilmu yang mengkaji masalah kehidupan bangsa-bangsa di luar Eropa Yang ada
kepentingannya dengan kebutuhan negara besar yang menjadi Penjajah tetapi
juga dalam rangka memperoleh pengertian tentang Masyarakat modern yang
kompleks. Artinya, dengan mempelajari Masyarakat yang masih sederhana akan
diperoleh pemahaman yang baik Mengenai masyarakat Eropa yang lebih
kompleks. Negara yang memiliki Pengaruh cukup besar dan memiliki daerah
jajahan paling luas pada masa ini Adalah Inggris.

Oleh karena itu, antropologi sebagai ilmu yang praktis telah berkembang Pesat di
Inggris terutama dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan Suku-suku
bangsa yang menjadi jajahan Inggris. Selain Inggris, negara-Negara lain yang
memiliki daerah jajahan juga ikut memanfaatkan Antropologi dalam upaya
memahami karakteristik kehidupan suku bangsa Yang ada di wilayah jajahannya.
Amerika Serikat juga memanfaatkan ilmu Ini untuk memahami masyarakat
pribuminya, suku bangsa Indian, yang pada Waktu itu dianggap bermasalah
terkait dengan masalah integrasi sosial Politik.

Tokoh antropologi pada masa ketiga ini adalah B. Malinowski. Beliau


Adalah ahli antropologi Inggris yang meneliti adat-istiadat penduduk Kepulauan
Trobriand. Tokoh lainnya adalah M. Fortes yang banyak menulis Adat-istiadat
dari suku bangsa yang tinggal di Afrika Barat.

22
d. Fase keempat (sesudah tahun 1930-an)

Selelah tahun 1930-an, antropologi mendapat perhatian yang sangat luas


Baik dari kalangan pemerintah terkait dengan fungsi praktisnya maupun
Kalangan akademisi. Bagi kalangan pemerintah, ilmu ini tetap dijadikan ilmu
Praktis guna memperoleh pemahaman pemakaian tentang kehidupan dari
Masyarakat jajahannya. Sedangkan para akademisi lebih tertarik guna
memperoleh pemahaman tentang masyarakat secara umum, yakni keberadaan
Masyarakat yang masih sederhana yang dianggap masih primitif (savage) dan
Keberadaan masyarakat yang sudah kompleks. Keterkaitan kedua bentuk
Masyarakat tersebut berguna bagi kajian tentang perkembangan masyarakat
(perubahan sosial), dengan menetapkan bahwa masyarakat akan berkembang
Dari yang paling sederhana ke masyarakat yang lebih kompleks. Pandangan
Ini dipengaruhi oleh pendekatan evolusi yang pada masa ini sangat kuat
Pengaruhnya. Lihat bagan di bawah ini Pada masa ini, antropologi telah
menerapkan metode ilmiah dalam mengkaji Dan memperoleh bahan-bahan yang
diperlukan guna memperoleh Pemahaman tentang kehidupan masyarakat dan
kebudayaannya.

Objek penelitian yang diperhatikan juga tidak terbatas pada masyarakat


Yang dianggap masih primitif (savage), tetapi telah berkembang dengan
Memperhatikan masyarakat atau penduduk pedesaan bukan saja di luar Eropa
Tetapi juga di dalam wilayah Eropa sendiri. Perkembangan antropologi
Sebagai ilmu mengalami babak baru sejak diadakan simposium internasional
Yang dihadiri 60 tokoh antropologi (Amerika, Eropa, dan Uni Soviet) yang
Berupaya untuk meninjau kembali bahan-bahan etnografi yang telah ada serta
Merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari antropologi. Pada fase ini,
Antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.
Tujuan akademis antropologi adalah untuk memperoleh pemahaman tentang
Makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari beragam bentuk fisik,
Masyarakat, dan kebudayaannya. Tujuan praktis antropologi adalah Mempelajari
manusia dan masyarakatnya yang beraneka ragam tadi untuk Keperluan

23
membangun masyarakat yang bersangkutan. Tokoh penting pada Fase keempat
ini adalah F. Boas (1858-1942). Ia menjadi seorang tokoh Antropologi Amerika
Serikat yang sebelumnya ia adalah seorang pakar Geografi Jerman. Boas banyak
mempelajari tentang beragam makhluk Manusia, baik dari segi fisik, masyarakat
atau pun kebudayaannya. Tokoh Lainnya adalah A.L. Kroeber, R. Benedict,
Margaret Mead dan R. Linton.

e. Fase kelima (sesudah tahun 1970-an)

Perkembangan antropologi pada era 1970-an masih memperlihatkan


Perkembangan antropologi pada fase 4 di atas yang masih memfokuskan diri Pada
tujuan akademis dan tujuan praktisnya, tetapi penekanan terhadap kedua
Tujuan tersebut berbeda-beda di setiap negara. Perbedaan tersebut
Memungkinkan lahirnya perbedaan aliran dalam antropologi yang dapat
Diklasifikasikan berdasarkan asal universitas tempat dikembangkannya
Antropologi di suatu negara, seperti Inggris, Eropa Utara, Eropa Tengah,
Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara berkembang.

Di Inggris, antropologi diperlukan terutama untuk mengenal dan


Memahami kehidupan masyarakat lokal pada negara-negara jajahan Inggris,
Yang pada waktu itu sangat berguna bagi pemerintah setempat. Setelah
Negara-negara jajahan Inggris merdeka, seperti Papua New Guinea dan
Kepulauan Melanesia, penelitian antropologi masih tetap dilakukan oleh para
Sarjana Antropologi Inggris dan para sarjana Antropologi dari negara masing-
Masing dalam upaya pembangunan masyarakat.

Di Eropa Utara, antropologi berkembang pada upaya untuk mencapai Kebutuhan


akademis seperti yang berkembang di Jerman dan Austria. Di sini Juga tumbuh
upaya untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat di luar Eropa terutama
kebudayaan suku bangsa Eskimo. Metode antropologi yang Digunakan juga telah

24
berkembang pesat dan beberapa di antaranya telah mengembangkan metode
seperti halnya yang dikembangkan di Amerika Serikat.

Di Eropa Tengah, seperti di Belanda, Prancis, dan Swiss, pada masa awal Tahun
1970-an perhatian antropologi masih ditujukan pada masyarakat di luar Eropa
yang bertujuan untuk mengkaji sejarah penyebaran kebudayaan Manusia yang
ada di seluruh dunia. Pada perkembangan selanjutnya, Antropologi di negara-
negara ini pun telah banyak mengadopsi metode-Metode antropologi yang
dikembangkan di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, antropologi menunjukkan perkembangannya yang Paling


luas. Perkembangan antropologi di sini telah didukung oleh lahirnya Berbagai
himpunan antropologi dan terbitnya jurnal-jurnal serta majalah Ilmiah
antropologi. Antropologi yang berkembang di Amerika Serikat telah
Menggunakan dan mengintegrasikan seluruh bahan-bahan dan metode
Antropologi dari fase pertama, kedua, dan ketiga, serta berbagai spesialisasi
Antropologi telah berkembang dengan pesat. Tujuan dari pengembangan
Antropologi tersebut adalah untuk mencapai pengertian tentang dasar-dasar Dari
keanekaragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang Hidup pada
masa kini. Tujuan Antropologi seperti yang terungkap pada fase Keempat
menjadi fokus perhatian kalangan universitas-universitas di Amerika Serikat
terutama universitas yang memiliki departemen antropologi Sendiri.

Di Rusia, sebelum tahun 1970-an, perkembangan antropologi di negara Ini tidak


banyak diketahui, walaupun kemudian ditemukan tulisan etnografi Karya S.A.
Tokarev yang berjudul ”Der Anteil Der Russischen Gelehrten An Der
Entwicklung Der International Ethnographischen Wissenchaften” dalam Majalah
Sowjetwissenshaf. II (1950). Pemikiran antropologi di Soviet banyak Dipengaruhi
oleh pemikiran Karl Marx dan F. Engel terutama pemikiran Tentang
perkembangan masyarakat melalui tahap-tahap evolusi. Antropologi Dianggap

25
menjadi bagian dari ilmu sejarah yang memfokuskan pada masalah-Masalah asal
mula kebudayaan, evolusi, dan masalah persebaran kebudayaan Bangsa-bangsa di
muka bumi ini.

Dalam perkembangan selanjutnya, antropologi di Soviet selain Mengembangkan


kajian keilmuan juga melakukan penelitian-penelitian,terutama pada suku bangsa
yang terdapat di Soviet, yang digunakan sebagai Dasar dalam mengambil
kebijakan yang terkait dengan masalah upaya-upaya Membangun saling
pengertian di antara penduduk pribumi. Walaupun pada akhirnya, karena situasi
politik yang berkembang di Rusia, disintegrasi Bangsa pun tidak dapat dihindari.
Selain itu, antropologi di Rusia sebenarnya Juga memperhatikan kehidupan
masyarakat dan kebudayaan di luar bangsa-Bangsa Eropa. Hal ini terlihat dalam
sebuah buku hasil karya ahli antropologi Di Soviet yang berjudul “Narody Mira”
(Bangsa-bangsa di Dunia) yang Memuat deskripsi tentang kehidupan masyarakat
suku-suku bangsa di Afrika, Oseania, Asia dan Asia Tenggara, termasuk suku
bangsa di Indonesia.

Kajian pada bidang antropologi di negara-negara berkembang terus Mendapat


perhatian terutama dalam kaitannya dengan kegunaan praktisnya Yang mampu
mendeskripsikan berbagai pemasalah sosial budaya. Deskripsi Ini kemudian
sangat berguna sebagai masukan dalam upaya pengambilan Kebijakan
pembangunan, seperti masalah kemiskinan, kesehatan, hukum Adat, dan
sebagainya. Di India misalnya, antropologi dimanfaatkan dalam Kegunaan
praktisnya terutama untuk memperoleh pemahaman tentang Kehidupan
masyarakatnya yang sangat beragam. Pemahaman seperti itu akan Sangat
berguna dalam upaya membangun integrasi sosial di antara penduduk Yang
beragam itu. Sebagai negara bekas jajahan Inggris, antropologi di India Banyak
dipengaruhi oleh kultur antropologi yang berkembang di Inggris. Hal Ini terlihat
terutama pada metode-metode antropologinya yang banyak Mengikuti aliran-
aliran antropologi yang berkembang di Inggris.

26
Di Indonesia juga hampir sama dengan yang terjadi di India. Antropologi di
Indonesia berkembang untuk pengkajian masalah-masalah Sosial budaya dan
upaya mendeskripsikan berbagai kehidupan dari berbagai Suku bangsa dari
Sabang sampai Merauke agar saling mengenal satu dengan Lainnya. Upaya-upaya
tersebut terus dilakukan hingga kini karena masih Banyak suku-suku bangsa yang
jumlah anggotanya relatif sedikit dan hidup di Beberapa daerah yang terpencil
belum mendapat perhatian.

Perkembangan antropologi di Indonesia hampir tidak terikat oleh tradisi


Antropologi manapun (Koentjaraningrat, 1996). Menurut Koentjaraningrat
(1996) antropologi di Indonesia yang belum mempunyai tradisi yang kuat,
Kemudian bisa memilih sendiri dan mengombinasikan beberapa unsur dari Aliran

mana pun yang paling sesuai dengan kebutuhan masalah-masalah

Kemasyarakatan yang dihadapi. Menurutnya, kita bisa mengikuti cara Amerika

dalam menentukan konsepsi mengenai batas-batas lapangan Penelitian

antropologi dan pengintegrasian dari beberapa metode antropologi. Kita juga

dapat meniru cara India dalam mempergunakan antropologi sebagai Ilmu praktis

yang mampu mendeskripsikan kehidupan masyarakat dan Kebudayaan yang

beragam, dan ikut membantu dalam pemecahan masalah Kemasyarakatan serta

merencanakan pembangunan nasional. Kita juga dapat Mencontoh Meksiko yang

telah menggunakan antropologi sebagai ilmu Praktis untuk mengumpulkan data

tentang kebudayaan daerah dan Masyarakat pedesaan untuk menemukan dasar-

dasar bagi suatu kebudayaan Nasional dengan kepribadian yang khas dan dapat

digunakan untuk Membangun masyarakat desa yang modern.

C. Manfaat Mempelajari Antropologi

Berikut dibawah ini yang merupakan tujuan dan manfaat dari ilmu antropolgi
dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain;

-Mengetahui pola perilaku setiap masyarakat dari berbagai suku bangsa.

27
Mempelajari antrologi pada dasarnya membuat setiap orang lebih mengerti pola
perilaku yang ada di lingkungan sekitar. Terlebih lagi dengan ilmu antropologi ini
yang bisa diketahui tingkah laku manusia bukan hanya disekitar daerah saja,
akan tetapi ranahnya jauh lebih luas karena bisa memahami karakteristik dari
setiap suku bangsa.

-Mengetahui peran yang harus dilakukan dari masing-masing individu agar sesuai
dengan harapan masyarakat di sekitar kita.

Ilmu antropologi juga menyebabkan seseorang mampu mengetahui perannya


sebagai manusia dan anggota masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.

Melalui pemahaman tersebut maka manusia diharapkan mampu menunjukkan


sikap yang baik dan sesuai dengan aturan maupun norma yang ada pada tradisi
lingkungan sekitar.

-Menimbulkan rasa toleransi yang tinggi karena adanya pengetahuan terhadap


tata pergaulan dalam masyarakat

Antropologi pada dasarnya menjelaskan tingkah laku manusia dan cenderung


dapat memberikan manfaat berupa rasa toleransi yang besar.

Hal ini dikarenakan adanya banyak perbedaan yang sudah diketahui antar suku
maupun bangsa, sehingga dengan perbedaan-perbedaan tersebutlah akan timbul
sikap saling menghormati agar sebuah kesatuan dan persatuan tetap terjaga
dengan baik.

-Memperluas wawasan terhadap berbagai ragam karakteristik suku bangsa

Perluasan wawasan juga akan semakin meningkat apabila antropologi dalam


kehidupan manusia ini dipelajari dengan baik. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Karena ilmu antropologi memiliki sifat yang luas dan fungsinya memberikan
pemahaman terkait hal-hal yang lebih terbuka mengenai tingkah laku, tradisi,
kepercayaan, kebudayaan, sikap sosial dan lain sebagainya.

Dengan mempelajari ilmu antropologi tersebut dapat diambil wawasan atau


pengetahuan yang lebih luas dari sebelumnya.

-Mengetahui berbagai macam permasalahan dalam masyarakat

Kehidupan yang terjadi dalam masyarakat pastinya tidak hanya berjalan mulus
saja, melainkan akan timbul suatu permasalahan.

Melalui pengetahuan antroplogi seseorang dapat memahami permasalahan apa


saja yang sekiranya dapat timbul di sekitar lingkungan. Sehingga dengan ilmu
yang sudah dikantongi tersebut mampu membuat setiap individu bergerak dengan

28
lebih hati-hati agar tidak muncul konflik yang bisa membuat hidup masyarakat
tidak harmonis.

-Mudah mencari solusi dari masalah yang muncul

Mempelajari antropologi memang tidak ada ruginya, karena dengan ilmu tersebut
seseorang dapat mencari suatu solusi dari permasalahan yang muncul di
kehidupan masyarakat. Tentunya solusi-solusi ini hadir karena pemahaman yang
sebelumnya diketahui, terkait cara-cara hidup dalam bermasyarakat, pantangan
yang harus dihindari dan lain sebagainya.

-Pembangunan bangsa dan negara yang lebih maju

Setiap individu yang mau terbuka dengan wawasan atau pengetahuan baru maka
akan memiliki daya pikir yang jauh lebih kedepan. Mereka juga akan
menganggap bahwa ilmu antropologi sangat penting untuk dipelajari karena
didalamnya berisi banyak hal terkait dengan kehidupan manusia.

Melalui ilmu-ilmu atau pengetahuan yang lebih terbuka tersebut, nantinya akan
membawa bangsa dan negara ke arah yang lebih maju karena adanya sikap yang
ingin terus belajar dan mempelajari banyak hal.

-Memberikan rasa bentuk syukur kepada sang pencipta

Mempelajari ilmu antropologi juga mampu memberikan rasa bentuk syukur


masing-masing pribadi kepada Tuhan YME. Hal ini dikarenakan manusia
mengerti kekuasaan dari Sang Pencipta yang mampu menciptakan banyak sekali
ragam manusia mulai dari kebudayaan, adat istiadat, tradisi, kebiasaan, dan pola
tingkah laku yang berbeda dari masing-masing individu.

Sehingga dengan pemahaman tersebut, setiap orang merasa perlu mensyukuri


kehidupannya ditambah pula dengan kemampuan mereka yang dapat
berkomunikasi serta bertoleransi dengan banyaknya manusia lain yang ada
diluar.

-Mengetahui unsur kemanusiaan secara utuh

Ilmu antropologi juga akan memberikan hal-hal atau pengetahuan baru mengenai
unsur kemanusiaan yang sebelumnya mungkin belum diketahui banyak orang.
Dengan demikian setiap manusia akan memiliki pemahaman yang lebih banyak
lagi terkait kehidupan yang ada dalam dunia ini, salah satunya adalah sikap sosial
yang harus dijaga selalu.

29
-Mengetahui prinsip-prinsip perilaku di setiap masyarakat

Prinsip-prinsip perilaku manusia memang sangat penting untuk dipelajari.


Karena dengan prinsip tersebut, setiap orang akan memahami dengan betul cara-
cara yang baik dan benar dalam bertindak maupun berperilaku pada kehidupan
sehari-hari.

Sebagai informasi bahwa prinsip tingkah laku yang harus dimiliki dalam hidup
tersebut pada umumnya bisa dipelajari dalam ilmu antroplogi, karena
didalamnya mengandung banyak unsur pelajaran yang ada kaitannya dengan
kehidupan manusia.

-Mengetahui tata cara kehidupan dari masyarakat terdahulu sampai zaman


sekarang

Hal menarik lainnya dari pemahaman antropologi yang dapat dipelajari setiap
manusia yaitu masing-masing orang bisa mengetahui arti sejarah hidup mulai dari
zaman nenek moyang sampai pada masa kini. Melalui sejarah tersebut maka akan
didapat pengetahuan baru terkait cara-cara hidup yang baik, benar, dan lebih
dewasa dari sebelumnya.

-Memahami norma dan suatu tradisi dalam kehidupan bermasyarakat

Ilmu antroplogi juga memberikan arti penting dalam kehidupan manusia salah
satu diantaranya yaitu memperkenalkan norma dan tradisi yang baik dan benar
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian manusia akan hidup dengan
tingkah laku yang baik, sopan, dan berakhlak mulia karena pemahaman yang
sudah dimiliki.

-Lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi gejala sosial masyarakat

Pemahaman hidup yang lebih kompleks mengenai tata cara bersosialisasi,


menghormati perbedaan, sikap saling mendorong satu sama lain pada dasarnya
bisa dipelajari dalam ilmu antropologi itu sendiri. Tidak heran dengan
pemahaman yang sudah kuat tersebut nantinya bisa digunakan untuk
menghadapai segala proses sosial yang akan terjadi dalam hidup bermasyarakat.

-Melihat dengan jelasa tentang manusia

Salah satu tujuan adanya ilmu antropologi yaitu agar setiap orang memahami
dengan betul arti hidup dari manusia itu sendiri.

30
Pada saat masing-masing individu mengetahui manusia itu hidup untuk apa dan
bagaimana harus bersikap, maka yang dirasakan dalam hatinya yaitu membuang
segala bentuk ego agar terjadi sebuah penyatuan antara individu satu dengan
yang lain. Mengingat bahwa kehidupan ini bukan satu-satunya milik diri kita
pribadi, melainkan ada banyak orang didalamnya yang sama-sama harus
dihormati.

-Mampu melihat dunia atau budaya lain yang belum diketahui

Terakhir, manfaat atau tujuan dari adanya contoh antropologi yaitu setiap
manusia dapat melihat memahami, mempelajari, mengerti dari dunia dan
kebudayaan yang sebelumnya belum diketahui.

Karena ilmu ini sifatnya sangat luas dan penting sekali untuk diketahui banyak
orang agar segala macam bentuk perbedaan dapat ditoleransikan satu sama lain
sekaligus membuat sebuah persatuan tetap bisa dipegang teguh secara bersama.

31

Anda mungkin juga menyukai