Dosen Pengampu
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.i.,M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Naba farimas huda
NIM : L1C021119
Prodi/Kelas : Sosiologi/1C
1
Daftar isi
D. Arkeologi ............................................................................................... 14
2
1.Metode dan pendekatan dalam kajian antropologi
Salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah memiliki metode pendekatan untuk
mengkaji suatu obyek. Metode pendekatan hadir sebagai cara pandang sebuah
ilmu pengetahuan terhadap suatu masalah.
A. Aliran tradisional
Ada dua jenis pendekatan dalam aliran tradisional ini, yaitu:
-Pendekatan komparatif
Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang merujuk pada pola
perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga
menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.
-Pendekatan holistis
Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata, pendekatan
holistis merupakan pendekatan secara menyeluruh untuk memperoleh segala hal
yang berkaitan dengan manusia.
3
B. Aliran kontemporer
Ada tiga jenis pendekatan dalam aliran kontemporer, yaitu:
-Pendekatan partikularistik
Pendekatan partikularistik merupakan pendekatan yang berawal dari sesuatu
yang terbatas, kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang lebih luas dan
umum.
Dalam pendekatan ini, peneliti berangkat dari sesuatu yang bersifat partikular,
kemudian berusaha untuk masuk pada sesuatu yang berlaku umum di mana-
mana.
Tokoh yang menggunakan pendekatan ini antara lain E.E. Evans Pritchard yang
melakukan penelitian kepada Suku Nuer di Afrika Selatan dan Prof. Fox yang
melakukan penelitian di Rote, Nusa Tenggara Timur.
-Pendekatan interpretatif
Pendekatan interpretatif pertama kali dikemukakan oleh Clifford Geertz ketika
membuat penelitian tentang islam di Maroko dan Indonesia (Jawa dan Bali).
-Pendekatan struktural
4
Pendekatan struktural adalah pendekatan analisis data dengan memperhatikan
elemen-elemen kunci dari berbagai dimensi sekunder dari obyek yang diteliti
dengan seimbang. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Prof. Fox.
Salah satu hal yang dapat memengaruhi dinamika kebudayaan adalah peristiwa
difusi. Yang dimaksud dengan difusi adalah peristiwa penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Penyebaran kebudayaan bisa terjadi dari dalam masyarakat itu sendiri (difusi
intra masyarakat) maupun dari luar masyarakat (difusi antar masyarakat).
Difusi kebudayaan dapat dilakukan dalam tiga cara, mulai dari simbiotik,
penetrasi damai, hingga penetrasi paksa. Ketiga cara tersebut memengaruhi
bagaimana suatu kebudayaan dapat diterima oleh masyarakat.
Proses difusi yang lancar dapat berdampak positif bagi masyarakat, salah satunya
memperkaya kebudayaan suatu masyarakat. Namun, dalam proses difusi yang
dilakukan dengan paksaan dapat menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli
suatu masyarakat.
5
-Simbiotik (symbiotic)
Cara difusi budaya lainnya adalah dengan penetrasi damai atau pasifigue
penetration. Cara ini merupakan proses di mana kebudayaan dari suatu
masyarakat masuk ke masyarakat lainnya tanpa disertai paksaan.
Sebaliknya, ada pula penetrasi yang dilakukan secara paksa. Difusi budaya
dengan cara paksaan disebut dengan istilah penetration violence. Cara ini
membiarkan kebudayaan suatu masyarakat masuk dengan penjajahan atau
peperangan.
6
Penetrasi paksa dianggap dapat merusak kebudayaan masyarakat penerima dan
menyebabkan goncangan sosial. Hal ini berujung pada hilangnya kebudayaan asli
suatu masyarakat.
Sebelum kalah dalam perang, Jepang merupakan negara agraris. Namun, setelah
berhasil dikalahkan oleh Amerika Serikat, Jepang menjadi negara industri.
Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan
ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya
menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu
alam, termasuk penemuan tentang asal usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri
fisik manusia, perilaku manusia, variasi di antara berbagai kelompok manusia,
bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah memengaruhi organisasi dan
budaya sosial. Serta dari ilmu-ilmu sosial, antropologi memelajari organisasi
hubungan manusia sosial dan budaya, sistem keturunan dan hubungan
kekerabatan, spiritualitas dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lain-lain.
Antropologi awal berasal dari Yunani klasik dan Persia yang memelajari dan
mencoba untuk memahami keragaman budaya yang dapat diamati. Pada saat ini,
antropologi (akhir abad ke-20) telah menjadi sentral dalam pengembangan
beberapa bidang interdisipliner baru seperti ilmu kognitif, studi globalisasi,
genetik, dan berbagai penelitian etnis.
A. Antropologi Biologi/Fisik
Antropologi Biologi atau juga disebut Antropologi Fisik merupakan cabang ilmu
antropologi yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human
7
primates) dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik
memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang memengaruhi (atau yang
menentukan) evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan,
mempertahankan, atau mengubah variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini.
Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:
-Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia melalui bukti fosil-fosil.
-Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak
hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa
jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi
tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.
-Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia.
Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk
mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam
rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan
penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan
8
arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi
digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.
-Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan
persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan
perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein
dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam
menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari
wilayah mana (geographical origin).
9
Antropologi sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-
orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi
bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang
berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah
yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial
yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi
Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang
bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri)
dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap
terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya
tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan
Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara
keduanya.
C. Antropologi Psikologis
Filsafat antropologi dahulu dikenal sebagai filsafat psikologis yang dapat diartikan
sebagai sebuah disiplin filsafat yang berkembang pada sekitar abad ke-18 dengan
tujuan untuk membuktikan gagasan atau pemikiran tentang kapasitas konseptual
10
pikiran, kehendak bebas, dan jiwa spiritual. Filsafat ini adalah perkembangan
dari psikologi rasional yang dipelopori oleh Christian von Wolff. Psikologi rasional
merupakan ilmu yang mempelajari tentang teori-teori metafisika atas pikiran dan
jiwa serta dapat mampu menjelaskan terkait psikologi empris yang terbatas hanya
pada jiwa yang dapat diamati atau observasi saja. Adapun beberapa ilmu alam
yang mempengaruhi kajian psikologis tentang jiwa tetapi menjauhkannya dari
pertanyaan yang berkaitan dengan teori-teori metafisika.
Banyak kritik yang muncul terhadap filsafat psikologi salah satunya datang dari
Kant yang berpendapat bahwa kesadaran dari individu yang berpikir bukanlah
sebagai kondisi realitas yang terjadi. Individu tidak dapat mencapai identitas
dirinya hanya dengan melakukan proses berpikir saja tetapi harus menggali dari
diri sendiri lewat introspeksi sebagaimana dari teori-teori filsafat psikologi, kita
juga harus mengamati sisi-sisi kemanusiaan, termasuk sejarah, karya-karya
literatur, dan budaya bangsa lain. Kritik dan saran dari Kant inilah yang
mengawali perubahan pendekatan dari filsafat psikologi atas jiwa menjadi filsafat
antropologi psikologis yang cakupannya menjadi lebih luas. Metode yang
digunakan dalam studi antropologi psikologis adalah menggunakan konsepsi
psikologi bahwa watak atau karakter individu dibentuk dari pola ash yang
didapatkan dari orang tua, keluarga, dan lingkungannya sewaktu masih kecil.
11
berfokus pada perkembangan dan kondisi psikologis dari manusia yang hidup
dalam masyarakat tersebut serta pengalaman individu dan lingkungan sosial
menjadi sebuah rangkaian proses yang berkontribusi kepada pembentukan
karakter itu sendiri. Kajian antropologi psikologis menjadi penghubung antara
studi tentang kebudayaan dan kepribadian dalam menjelaskan suatu kelompok
masyarakat atau suku bangsa.
12
Dalam kasus krisis identitas yang dialami individu tidak hanya berdampak
psikologis, tetapi juga berpengaruh dalam perilaku sosial mereka. Akibatnya,
muncul hambatan-hambatan dalam melakukan hubungan sosial sehingga
umumnya dalam melakukan hubungan sosial secara lebih luas, individu akan sulit
membuat dirinya membaur ke dalam struktur sosial yang ada dalam masyarakat.
Dalam ilmu antropologi terdapat salah satu fokus kajian tentang perilaku
komunikasi khususnya etnografi komunikasi yang diartikan sebagai perilaku yang
terbentuk dari tiga integrasi keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu
sebagai makhluk sosial yaitu keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan
keterampilan budaya. Perilaku komunikasi menuntut adanya suatu bentuk
penguasaan dari beberapa keterampilan dan kompetensi, baik dalam bentuk
keterampilan linguistik atau bahasa, keterampilan berinteraksi, dan keterampilan
budaya dalam berperilaku dari individu. Perilaku komunikasi dipahami sebagai
bentuk integrasi dari dua kata, yaitu perilaku (behavior) dan komunikasi
(communication). Perilaku atau yang disebut dengan istilah aktivitas diartikan
sebagai bagian dari konsep stimulus dan respon dalam teori psikologi. Kata
13
perilaku juga dapat diartikan sebagai sebuah perbuatan yang dapat dibagi
menjadi dua macam seperti perbuatan terbuka (overt) dan tertutup (covert).
Perilaku yang terbuka adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung
melalui pancaindera. Perilaku tertutup adalah perilaku yang tidak dapat diamati
secara langsung. Berdasar pada pemahaman dalam ruang lingkup kajian
psikologi, perilaku komunikasi merupakan bagian dari perilaku sosial (social
behavior). Perilaku komunikasi pada individu dipahami sebagai fungsi interaksi
atas masukan dari situasi sosial dan karakteristik individual. Situasi sosial yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku individu yang
bersifat eksternal dan lebih diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar
diri individu atau disebut dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam
klasifikasinya dapat dibagi menjadi dua bagian, lingkugan fisik dan lingkungan
sosial.
D. Arkeologi
14
kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan
budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini
termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun demikian, terdapat
berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, geologi
(dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur
suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleoantropologi dan
bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan
pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu
benda logam), serta filologi (mempelajari naskah lama).
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua,
baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah
(ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga
dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian
budaya bendawi modern (modern material culture).
15
arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah
pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management).
PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Masyarakat di luar Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis Tentang
perjalanan atau yang terkait dengan tugasnya tetapi juga Melengkapinya dengan
deskripsi tentang tata cara kehidupan masyarakat Yang mereka temui. Deskripsi
ini kemudian dikenal dengan sebutan Etnografi. Beberapa tulisan karya mereka
akan dipaparkan pada uraian Berikut.
Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak
sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan Etnografi yang
paling kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih Bersifat subyektif,
penuh dengan prasangka dan bersifat etnosentrisme.
16
Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau sikap di mana suku bangsa Sendiri
dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam melihat baik Buruknya karakter
suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu Menganggap bahwa suku-suku
bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia dan Persia termasuk ke
dalam suku bangsa yang masih setengah Liar dan belum beradab. Pandangan
seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang mendeskripsikan suku
bangsa Mesir tersebut.
Pada jaman Romawi kuno terdapat pula beberapa hasil karya etnografi Mengenai
kehidupan suku bangsa Germania dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar.
Sebagai seorang perwira yang memimpin perjalanan Tentaranya sampai ke Eropa
Barat, Caesar menulis etnografinya secara Sistematis seperti halnya bentuk
laporan seorang perwira. Sedangkan Tacitus Menulis etnografinya dengan gaya
bahasa yang mengungkap perasaan dan Kegalauannya tentang kehidupan yang
terdapat di ibukota kerajaan Roma. Pencatat etnografi yang cukup terkenal
adalah Marco Polo (1254-1323). Ia mengembara dengan keluarga besarnya ke
daerah Asia Timur dan sempat Menetap di istana Khu Bilai Khan. Di sini ia
melihat beberapa kebiasaan Yang dianggapnya aneh, yaitu penggunaan uang yang
terbuat dari kertas dan Diberi cap serta ditandatangani di mana uang tersebut
mempunyai bermacam-Macam nilai. Marco Polo juga pernah singgah di daratan
Indonesia (yang Diketahui dari tulisannya), di mana ia pernah singgah di
beberapa pelabuhan Dari semenanjung Malaya hingga menelusuri Pulau
Sumatra, di antaranya Adalah singgah ke di pelabuhan Perlec (dalam bahasa
Aceh) atau Peureula Atau Perlak (dalam bahasa Melayu). Marco Polo
menceritakan kehidupan di Kota pelabuhan ini di mana pedagang dari India dan
penduduk pribuminya
Tulisan etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah Buah
tangan dari seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-
1740). Ia mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata Susila orang Indian
yang hendak dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia
17
beranggapan bahwa bangsa primitif (Indian) tidak Dilihatnya sebagai manusia
yang aneh. Akan tetapi karena bahan yang Diperbandingkannya sangat terbatas
maka pandangannya tentang Perbandingan ini pun sangat terbatas.
Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft,
seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku Berjudul
“Sejarah Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat Dan
Pandangan-pandangan Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah Seorang ahli
filsafat, di mana ia tidak sependapat dengan pandangan Rousseau tentang
manusia. Pandangan Jens Kreft tentang manusia lebih Dianggap mewakili
pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada Pandangan para ahli filsafat.
Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku Bangsa Indian, Lule dan
Caingua, di Amerika Selatan, yang pada awalnya Diduga mempunyai kebudayaan
yang rendah. Ternyata dugaannya itu salah. Ia pun dipandang sebagai orang
pertama yang menulis etnografi ssecara Lengkap yaitu dengan memperhatikan
aspek pertumbuhan ekonomi, Masyarakat, agama dan kesenian. Ahli berikutnya
yang dianggap sebagai pendorong penulisan ilmiah dan Sistematis mengenai
etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan Pandangan mengenai kesatuan
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu Masyarakat, di mana suatu kebudayaan
memiliki sifat-sifatnya yang khusus Yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dasarnya dan lingkungannya. Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi
berkembang pesat setelah Ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan
antara bahasa Sansakerta, Latin, Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga
memungkinkan lebih Banyak tersedia bahan-bahan etnografi sebagai bahan
perbandingan. Atas Dasar ini kemudian timbul penelitian yang bersifat historis
komparatif Mengenai kebudayaan. Dalam keperluan ini, berdirilah lembaga-
lembaga Etnologi seperti Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J. Thomson di
Kopenhagen tahun 1841, Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The Peabody
Museum of Archeology and Ethnology di Harvad tahun 1866, American
Ethnological Society di New York tahun 1842, Ethnological Society of London di
Inggris tahun 1843, dan The Bureau of American Ethnology di Amerika tahun
1875. Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin Berkembang,
terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti Di Amerika
18
Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa
Utara, Uni Soviet dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan Etnografi juga telah
dikumpulkan terutama menyangkut adat istiadat, sistem Kepercayaan, struktur
sosial dan kesenian. Bahan-bahan etnografi tentang Indonesia banyak
dikumpulkan oleh para pegawai pemerintah jajahan, di Antaranya yang terkenal
adalah T.S. Raffles mantan Letnan Gubernur Jenderal di Indonesia (antara tahun
1811 hingga 1815). Raffles banyak Menulis kebudayaan penduduk pribumi
Indonesia, di antaranya adalah dua Jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa
(1817).
19
Bahan-bahan tulisan, yang kemudian menjadi cikal bakal karangan Etnografi,
banyak dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai Jajahan, para
pegawai agama atau misionaris yang berasal dari Eropa. Bahan-Bahan tulisan ini
banyak muncul sejak akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16. Selama kurang lebih
4 abad lamanya, mereka berhasil menulis kisah-kisah Perjalanan dan cerita
kehidupan masyarakat yang mereka temui. Persebaran Mereka pada masa ini
seiring dengan kedatangan orang-orang Eropa di benua Afrika, Asia dan Amerika
Selatan, bahkan ke daerah Oceania. Namun Tulisan-tulisan tersebut masih jauh
dari sebuah karangan etnografi karena Masih bersifat subyektif sehingga tidak
komprehensif dan holistik dalam Menggambarkan kehidupan suatu masyarakat.
Pada umumnya mereka hanya Menuliskan apa-apa yang dianggapnya menarik
(aneh) di mata mereka.
Setelah tulisan etnografi di atas diterbitkan dan banyak dibaca orang, Tulisan ini
banyak mempengaruhi sikap bangsa Eropa, terutama kaum Terpelajar, di mana
kemudian mereka beranggapan bahwa bangsa-bangsa di luar Eropa merupakan
bangsa-bangsa yang primitif (savage) dan sangat Terbelakang. Kelompok
masyarakat ini juga dianggap masih murni, jujur dan Tidak mengenal kejahatan.
Keunikan dari bangsa-bangsa di luar Eropa ini, Seperti adat istiadat dan benda-
benda kebudayaannya, memicu munculnya Pemikiran untuk menyebarluaskan
kepada khalayak luas di Eropa, yaitu Misalnya dengan mendirikan museum-
museum yang secara khusus Mengoleksi kebudayaan masyarakat di luar Eropa.
Di samping itu pada awal Abad ke 19 ini timbul pula keinginan para ilmuwan
Eropa untuk Mengintegrasikan karangan-karangan yang masih terlepas-lepas
tersebut Menjadi sebuah karangan etnografi tersendiri. Pada fase ini belum
diketahui Adanya para tokoh antropologi.
20
b. Fase kedua (sekitar pertengahan abad ke 19)
Fase ini ditandai oleh keberhasilan para ilmuwan dalam menyusun Karya-karya
etnografi yang bahannya dikumpulkan dari berbagai karangan Yang dihasilkan
oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, dan Para pegawai
agama atau misionaris yang pernah tinggal di luar masyarakat Eropa. Dari
bahan-bahan yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan pola Pikir evolusi
sosial, yaitu menyusun secara sistematis mulai dari masyarakat Dan kebudayaan
yang sangat sederhana hingga masyarakat yang hidup padaTingkat yang lebih
tinggi. Kelompok masyarakat yang digolongkan ke dalam Tingkat yang paling
tinggi atau beradab adalah masyarakat Eropa Barat pada Masa itu, sedangkan
tingkat yang paling rendah adalah masyarakat yang Hidup di luar Eropa Barat.
Para tokoh antropologi pada fase kedua ini adalah para ahli antropologi Terutama
para tokoh penganut teori evolusi seperti L.H. Morgan. Beliau Sebenarnya
seorang ahli hukum Amerika yang bekerja sebagai pengacara Yang membantu
penduduk Amerika Timur dalam menangani masalah Pertanahan. Salah satu
karangan L.H. Morgan yang terkenal adalah sebuah Buku tentang evolusi
masyarakat yang berjudul “Ancient Society” (1877). Buku ini ditulis berdasarkan
hasil penelitiannya tentang adat-istiadat orang Indian dan berpuluh-puluh
masyarakat di dunia. Tokoh lain dalam fase ini Adalah P.W. Schmidt tetapi ia
lebih memfokuskan perhatiannya terhadap masalah sejarah asal mula penyebaran
kebudayaan suku-suku bangsa di Seluruh dunia.
21
c. Fase ketiga (awal abad ke 20)
Pada masa awal abad ke 20, antropologi telah berkembang bukan saja Sebagai
ilmu yang mengkaji masalah kehidupan bangsa-bangsa di luar Eropa Yang ada
kepentingannya dengan kebutuhan negara besar yang menjadi Penjajah tetapi
juga dalam rangka memperoleh pengertian tentang Masyarakat modern yang
kompleks. Artinya, dengan mempelajari Masyarakat yang masih sederhana akan
diperoleh pemahaman yang baik Mengenai masyarakat Eropa yang lebih
kompleks. Negara yang memiliki Pengaruh cukup besar dan memiliki daerah
jajahan paling luas pada masa ini Adalah Inggris.
Oleh karena itu, antropologi sebagai ilmu yang praktis telah berkembang Pesat di
Inggris terutama dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan Suku-suku
bangsa yang menjadi jajahan Inggris. Selain Inggris, negara-Negara lain yang
memiliki daerah jajahan juga ikut memanfaatkan Antropologi dalam upaya
memahami karakteristik kehidupan suku bangsa Yang ada di wilayah jajahannya.
Amerika Serikat juga memanfaatkan ilmu Ini untuk memahami masyarakat
pribuminya, suku bangsa Indian, yang pada Waktu itu dianggap bermasalah
terkait dengan masalah integrasi sosial Politik.
22
d. Fase keempat (sesudah tahun 1930-an)
23
membangun masyarakat yang bersangkutan. Tokoh penting pada Fase keempat
ini adalah F. Boas (1858-1942). Ia menjadi seorang tokoh Antropologi Amerika
Serikat yang sebelumnya ia adalah seorang pakar Geografi Jerman. Boas banyak
mempelajari tentang beragam makhluk Manusia, baik dari segi fisik, masyarakat
atau pun kebudayaannya. Tokoh Lainnya adalah A.L. Kroeber, R. Benedict,
Margaret Mead dan R. Linton.
24
berkembang pesat dan beberapa di antaranya telah mengembangkan metode
seperti halnya yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Di Eropa Tengah, seperti di Belanda, Prancis, dan Swiss, pada masa awal Tahun
1970-an perhatian antropologi masih ditujukan pada masyarakat di luar Eropa
yang bertujuan untuk mengkaji sejarah penyebaran kebudayaan Manusia yang
ada di seluruh dunia. Pada perkembangan selanjutnya, Antropologi di negara-
negara ini pun telah banyak mengadopsi metode-Metode antropologi yang
dikembangkan di Amerika Serikat.
25
menjadi bagian dari ilmu sejarah yang memfokuskan pada masalah-Masalah asal
mula kebudayaan, evolusi, dan masalah persebaran kebudayaan Bangsa-bangsa di
muka bumi ini.
26
Di Indonesia juga hampir sama dengan yang terjadi di India. Antropologi di
Indonesia berkembang untuk pengkajian masalah-masalah Sosial budaya dan
upaya mendeskripsikan berbagai kehidupan dari berbagai Suku bangsa dari
Sabang sampai Merauke agar saling mengenal satu dengan Lainnya. Upaya-upaya
tersebut terus dilakukan hingga kini karena masih Banyak suku-suku bangsa yang
jumlah anggotanya relatif sedikit dan hidup di Beberapa daerah yang terpencil
belum mendapat perhatian.
dapat meniru cara India dalam mempergunakan antropologi sebagai Ilmu praktis
dasar bagi suatu kebudayaan Nasional dengan kepribadian yang khas dan dapat
Berikut dibawah ini yang merupakan tujuan dan manfaat dari ilmu antropolgi
dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain;
27
Mempelajari antrologi pada dasarnya membuat setiap orang lebih mengerti pola
perilaku yang ada di lingkungan sekitar. Terlebih lagi dengan ilmu antropologi ini
yang bisa diketahui tingkah laku manusia bukan hanya disekitar daerah saja,
akan tetapi ranahnya jauh lebih luas karena bisa memahami karakteristik dari
setiap suku bangsa.
-Mengetahui peran yang harus dilakukan dari masing-masing individu agar sesuai
dengan harapan masyarakat di sekitar kita.
Hal ini dikarenakan adanya banyak perbedaan yang sudah diketahui antar suku
maupun bangsa, sehingga dengan perbedaan-perbedaan tersebutlah akan timbul
sikap saling menghormati agar sebuah kesatuan dan persatuan tetap terjaga
dengan baik.
Kehidupan yang terjadi dalam masyarakat pastinya tidak hanya berjalan mulus
saja, melainkan akan timbul suatu permasalahan.
28
lebih hati-hati agar tidak muncul konflik yang bisa membuat hidup masyarakat
tidak harmonis.
Mempelajari antropologi memang tidak ada ruginya, karena dengan ilmu tersebut
seseorang dapat mencari suatu solusi dari permasalahan yang muncul di
kehidupan masyarakat. Tentunya solusi-solusi ini hadir karena pemahaman yang
sebelumnya diketahui, terkait cara-cara hidup dalam bermasyarakat, pantangan
yang harus dihindari dan lain sebagainya.
Setiap individu yang mau terbuka dengan wawasan atau pengetahuan baru maka
akan memiliki daya pikir yang jauh lebih kedepan. Mereka juga akan
menganggap bahwa ilmu antropologi sangat penting untuk dipelajari karena
didalamnya berisi banyak hal terkait dengan kehidupan manusia.
Melalui ilmu-ilmu atau pengetahuan yang lebih terbuka tersebut, nantinya akan
membawa bangsa dan negara ke arah yang lebih maju karena adanya sikap yang
ingin terus belajar dan mempelajari banyak hal.
Ilmu antropologi juga akan memberikan hal-hal atau pengetahuan baru mengenai
unsur kemanusiaan yang sebelumnya mungkin belum diketahui banyak orang.
Dengan demikian setiap manusia akan memiliki pemahaman yang lebih banyak
lagi terkait kehidupan yang ada dalam dunia ini, salah satunya adalah sikap sosial
yang harus dijaga selalu.
29
-Mengetahui prinsip-prinsip perilaku di setiap masyarakat
Sebagai informasi bahwa prinsip tingkah laku yang harus dimiliki dalam hidup
tersebut pada umumnya bisa dipelajari dalam ilmu antroplogi, karena
didalamnya mengandung banyak unsur pelajaran yang ada kaitannya dengan
kehidupan manusia.
Hal menarik lainnya dari pemahaman antropologi yang dapat dipelajari setiap
manusia yaitu masing-masing orang bisa mengetahui arti sejarah hidup mulai dari
zaman nenek moyang sampai pada masa kini. Melalui sejarah tersebut maka akan
didapat pengetahuan baru terkait cara-cara hidup yang baik, benar, dan lebih
dewasa dari sebelumnya.
Ilmu antroplogi juga memberikan arti penting dalam kehidupan manusia salah
satu diantaranya yaitu memperkenalkan norma dan tradisi yang baik dan benar
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian manusia akan hidup dengan
tingkah laku yang baik, sopan, dan berakhlak mulia karena pemahaman yang
sudah dimiliki.
-Lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi gejala sosial masyarakat
Salah satu tujuan adanya ilmu antropologi yaitu agar setiap orang memahami
dengan betul arti hidup dari manusia itu sendiri.
30
Pada saat masing-masing individu mengetahui manusia itu hidup untuk apa dan
bagaimana harus bersikap, maka yang dirasakan dalam hatinya yaitu membuang
segala bentuk ego agar terjadi sebuah penyatuan antara individu satu dengan
yang lain. Mengingat bahwa kehidupan ini bukan satu-satunya milik diri kita
pribadi, melainkan ada banyak orang didalamnya yang sama-sama harus
dihormati.
Terakhir, manfaat atau tujuan dari adanya contoh antropologi yaitu setiap
manusia dapat melihat memahami, mempelajari, mengerti dari dunia dan
kebudayaan yang sebelumnya belum diketahui.
Karena ilmu ini sifatnya sangat luas dan penting sekali untuk diketahui banyak
orang agar segala macam bentuk perbedaan dapat ditoleransikan satu sama lain
sekaligus membuat sebuah persatuan tetap bisa dipegang teguh secara bersama.
31