Dosen Pembina
M. Iqbal Baihaqi., M.Pd
Oleh
Sinta Yuliani NIM. 19108820001
Khusnul Imroatus Sholikah NIM. 19108820004
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami diberi nikmat kesehatan, kekuatan dan yang paling
penting nikmat kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
bahan dalam pemenuhan tugas kelompok mata kuliah Antropologi Politik yang
dibimbing oleh M. Iqbal Baihaqi., M.Pd. Kami juga tak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
yang berjudul “Sejarah dan Pendekatan Antropologi Politik”.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kami dalam menyusun
makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca
maupun bagi kami sebagai penyusun.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………......1
KATA PENGANTAR ………..…………………………………………….……2
DAFTAR ISI.……………………………………………..............……...............3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.…………………….……………………………………....4
1.2 Rumusan Masalah.……………….………………………………………...4
1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………….....4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah antropologi politik………………………………………………...5
2.2 Pendekatan antropologi politik ……………………..…………………….6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.…………………………………………………..………………9
3.2 Saran.…………………………………….………………………………...9
DAFTAR PUSTAKA.……………………………..………………………..…..10
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Fase Ketiga: Awal 1900-an
Negara-negara Eropa telah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru
dunia. Ilmu antropologi mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu untuk
mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan penduduk pribumi dan
dengan pengetahuan tersebut disusun strategi untuk menguasai dan memengaruhi
penduduk. Antropologi menjadi ilmu yang praktis, yaitu mempelajari masyarakat
dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk kepentingan menjajah dan
untuk memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks.
4. Fase Keempat: Setelah 1930-an
Terjadi perubahan besar pada bangsa-bangsa pribumi sudah banyak yang
mendapat pengaruh kebudayaan Eropa sehingga kebudayaan aslinya sudah mulai
hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia II, timbul kebencian terhadap negara yang
menjajah sehingga ilmu antropologi beralih ke suku-suku yang hidup di pedesaan
di dalam wilayah negara Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp,
dan di negara Amerika Serikat.
Tujuan utama antropologi secara keilmuan adalah memperoleh
pengertian tentang manusia dengan mempelajari keragaman bentuk fisik dan
kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan untuk mempelajari suku
bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku bangsa. Sejak saat itu, adanya
antropologi yang dikhususkan untuk tujuan pembangunan, seperti Antropologi
Kependudukan, Antropologi Kesehatan, Antropologi Pendidikan, Antropologi
Ekonomi, Antropologi Politik, dan Antropologi Perkotaan
6
1. Aliran tradisional, ada 2 jenis pendekatan dalam aliran tradisional. yaitu:
a) Pendekatan komparatif
Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang merujuk pada pola
perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan
juga menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.
b) Pendekatan holistis
Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata,
pendekatan holistis merupakan pendekatan secara menyeluruh untuk
memperoleh segala hal yang berkaitan dengan manusia. Pendekatan holistis
dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan aspek sebagai unit yang
bersifat fungsional atau sebagai satu sistem yang utuh. Pendekatan ini
berusaha mencari jejaring yang mencakup keseluruhan ruang lingkup
kehidupan manusia.
2. Aliran kontemporer, ada 3 jenis pendekatan dalam aliran kontemporer, yaitu:
a) Pendekatan partikularistik
Pendekatan partikularistik merupakan pendekatan yang berawal dari
sesuatu yang terbatas, kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang
lebih luas dan umum. Dalam pendekatan ini, peneliti berangkat dari sesuatu
yang bersifat partikular, kemudian berusaha untuk masuk pada sesuatu yang
berlaku umum di mana-mana. Tokoh yang menggunakan pendekatan ini
antara lain E.E. Evans Pritchard yang melakukan penelitian kepada Suku
Nuer di Afrika Selatan dan Prof. Fox yang melakukan penelitian di Rote,
Nusa Tenggara Timur.
b) Pendekatan interpretatif
Pendekatan interpretatif pertama kali dikemukakan oleh Clifford Geertz
ketika membuat penelitian tentang islam di Maroko dan Indonesia (Jawa dan
Bali). Pendekatan interpretatif bersifat humanistik karena seluruh ungkapan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan setiap subyek
manusia selalu menjadi pusat perhatian dengan saksama. Hal tersebut bisa
terjadi karena pendekatan interpretatif dapat menempatkan semua
kepentingan masyarakat sebagai kunci dan pokok kajian intelektual termasuk
juga deskripsi tentang seluruh gejolak spiritual.
7
c) Pendekatan struktural
Pendekatan struktural adalah pendekatan analisis data dengan
memperhatikan elemen-elemen kunci dari berbagai dimensi sekunder dari
obyek yang diteliti dengan seimbang. Pendekatan ini pertama kali
dikembangkan oleh Prof. Fox.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir
atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri
fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih
memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam
arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya.
3.2 SARAN
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan
manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan
wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang
berkaitan dengan antropologi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10