Anda di halaman 1dari 11

BAB.

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran,
pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter
serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang
ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan
berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam
memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Dengan makin cepatnya
perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk
memahami kebudayaannya sendiri.
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan
secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan
metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog
harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang
penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang
bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan
oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian
yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis
jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian landasan Antropologi?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam
Pendidikan?
3. Apa Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan?
4. Apa saja Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat?
5. Apa yang menjadi Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian landasan Antropologi
2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam
Pendidikan
3. Untuk mengetahui Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
4. Untuk mengetahui Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan
Masyarakat
5. Untuk mengetahui Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Antropologi


Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos”
berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki
dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbanding atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini
banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi
sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk
yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat
yang tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam
pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga
menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti
halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia khususnya dalam dunia pendidikan.

3
B. Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga
mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu
antropologi menjadi empat fase sebagai berikut :
1. Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-
lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga
ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal
baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi
disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi
tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan
masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat
terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat
tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan
manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat
primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah
bangsa Eropa sendiri.

4
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka
kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah
ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah
pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan secara
langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana
universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis,
yang bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa
di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat
pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut
panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa.
Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut juga
tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar
Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu
antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris.
Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan
merupakan negara kolonial.
4. Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat,
diantaranya pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode
ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini menyebabkan :
a. Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2

5
b. Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar
hilang setelah Perang Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan
tujuan dan pokok yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan
metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di
dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari negara-negara
di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju
pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di
Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2
tujuan, yaitu :
a. Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik,
masyarakat dan kebudayaannya.
b. Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat
suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

C. Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik
harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya,
lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan
dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat
diantaranya:
1. Dapat mengetahui polaperilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat
(suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai
dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap
tata pergaulan umat manusia diseluruh duniakhususnya Indonesia yang
mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang

6
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat
menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

D. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat


Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan
oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah
pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus,
dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia
akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana
manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim
dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk
mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula
masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk
mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan,
baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah
subur seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk
mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif mudah
diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga
bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn
dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu
terutama di pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih
mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat
tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih
keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu
makin menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang
dianut oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh
terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang

7
bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu
sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi
pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan
pengembangan masyarakat.
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah
(misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian,
dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena
melalui antropologi bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang
dimiliki oleh Indonesia dan menghargai kebudayaan orang lain.

E. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah
sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi
masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik
secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat
kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang
dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut
serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana,
menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3. Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk
pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional,
membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber

8
daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen
2002, dalam Efendi 2009:153).

F. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini


Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal.
o Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi
disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di
lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi
budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta
tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
o Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk
mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah.
Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka
memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala
masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor,
percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang
mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
4. Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model
(guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru
oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik
dan mental siswa.

9
BAB. III
KESIMPULAN

Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup mereka.


Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji
evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda,
dan antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih
ada maupun kebudayaan yang sudah punah.
Antropologi pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu
pada pertengahan abab ke-20.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT. IMTIMA 2007).


http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi.
Koenjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi” (Jakarta: Universitas Islam, 1982).
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi(Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009).

http://id.shvoong.com/social-sciences/1827094-asik-nya-belajar-antropologi/
Manan,Imanan. Antropologi Pendidikan, (Jakarta, P2LPTK, 1989.

11

Anda mungkin juga menyukai