ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI
1. Sejarah Antropologi Pendidikan Sejarah tentang antroplogi pendidikan
tidak bisa kita pisahkan dari perkembangan ilmu antropologi itu
sendiri, karena antropologi pendidikan merupakan bagian dari
antroplogi.
Antroplogi sebagai sebuah ilmu mengalami tahapan-tahapan dalam
dalam perkembangannya. Koentjaraningrat (1986:1-5) membaginya ke
dalam 4 (empat) tahap.
Tahap pertama, ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa yang
melakukan penjajahan di benua Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir
abad ke-15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa-bangsa
yang mereka singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat
istiadat, suku, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik.
Deskripsi tersebut sangat menarik bagi masyarakat Eropa karena
berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan deskripsi itu
disebut juga Etnografi (Etnos berarti bangsa)
Tahap kedua, mereka menginginkan tulisan-tulisan atau deskripsi
yang tersebar itu dikumpulkan jadi satu dan diterbitkan. Isinya disusun
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu masyarakat dan
kebudayaan manusia berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat
rendah sampai tingkat tertinggi. Dari sinilah bangsa-bangsa
digolongkan menurut tingkat evolusinya. Sekitar tahun 1860, terbit
karangan yang mengaklasifikasikan berbagai kebudayaan tingkat
evolusinya. Saat itu lahirlah antropologi.
Dengan demikian pada tahap kedua ini, antroplogi telah bersifat
akademis. Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitiv untuk memperoleh pengertian mengenai tingkat-
tingkat perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
manusia di dunia.
Tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang praktis. Pada tahap ini,
antropologi mempalajari masyarakat jajahan demi kepentingan
kolonial. Hal ini berlangsung sekitar awal abad ke-20. Pada abad ini,
antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa-
bangsa Eropa Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa
Eropa mempelajari dan tahu bagaimana menghadapi masyarakat
daerah jajahannya. Selain itu, bangsa–bangsa terjajah pada umumnya
belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh karena itu, mempelajari
bangsa-bangsa terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah pengertian
mereka tentang masyarakat mereka sendiri (Bangsa Eropa Barat) yang
kompleks.
Tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam
akurasi bahan pengetahuanya maupun ketajaman metode-metode
ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke-20.
Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa
primitiv dan bangsa Eropa Barat, tapi beralih pada penduduk pedesaan,
baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat, maupun
kebudayaannya termasuk suku bangsa di daerah pedesaan di Amerika
dan Eropa Barat itu sendiri, peralihan sasaran penelitian itu terutama
disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan terhadap penjajahan dan
makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitiv.
Seperti halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan
berusaha menyusun genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan
adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah
dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan
keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah
pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat
berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Di Indonesia, sebagai negara yanag sedang membangun, sangat
diperlukan pengenalan kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar
pembangunan yang diberlakukan tidak menimbulkan kesenjangan
dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi pendidikan sering sejalan
dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi pendidikan
sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata
kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.
a. Antroplogi
Antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang berarti ”manusia” dan
”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurut R. Bedediet
(Harsojo,1984:1) perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus
badaniah dan cara produksi tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup
yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya
• William A. Havilan
• David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang
manusia
• Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk pada fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antroplogi yaitu sebuah
ilmu yanag mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan
sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnnya berbeda-beda.
b. Antropologi Pendidikan
1. Proses ini dimulai sejak bayi baru lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-
orang disekitarnya, hingga terjadi komunikasi timbal balik dan seterusnya
hingga ia tumbuh dan berkembang. Adapun yang menjadi sorotan dalam
proses sosialisasi yaitu: adanya konflik oleh ketidakharmonisan antara
keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan aturan yang berlaku
perbedaan status ekonomi dan letak geografis
2. Proses Enkulturasi, artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses
pembudayaan anak agar menjadi manusia berbudaya. Dalam proses ini
pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas
masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164). Adapun yang biasa
menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
a. Perbedaan jenis kelamin
b. Perbedaan umur
c. Perbedaan/perubahan status (inisiasi)
d. Proses Internalisasi
e. Proses internalisasi yaitu proses penerimaan dan menjadikan
warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang
dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih
dikandung badan.
f. Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada
masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan
pengalaman.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II.
Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan
membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.
Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berujung.
1. PENDEKATAN
A. Pendekatan Waktu (diakronin, sinkronik, dan Interakti)
Pendekatan waktu memandan penting sejarah dan
rangkaian kejadian yang bermakna bagi antropologi.
Evolusionesme dan difusionosme adalah suatu prespektif
antropologi yang menekankan meningkatnya kompleksifitas
kebudayaan sepanjang masa. Difusionisme adalah prespektif yang
menekankan transmisi gagasan dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Kedua perspektif ini berkompetensi karena menawarkan
eksplanasi yang berbeda mengenai hal yang sama, yakni menjawab
pertanyaan bagaimana kebudayaan berubah. Tetapi, keduanya
Benar-benar merupakan bagian dari teori besar yang sama yakni
teori perubahan social.
Suatu prespektif yang lebih besar yang mencukupi
evolusionalisme dan difusionalisme disebut diakronik yakni
perspektif yang menggambarkan hubungan unsur-unsur
kebudayaan sepanjang waktu lawannya adalah perspektif sinkronik
yang menujukkan hubungan unsur-unsur kebudayaan bersama-
sama pada waktu yang sama. Perspektif sinkronik meliputi antara
lain fungsionalisme, strukturalisme, dan interpretifisme yang
mencoba mencoba menjelaskan bekerjanya kebudayaan tertentu
tanpa acuan waktu. Kelompok besar ketiga dari teori-teori
antropologi adalah apa yang disebut perspektif interaktif. Perspektif
ini mengandung aspek-aspek sinkronik dan diakronik. Para
pengikutnya menolak sifat statis dari sebagian besar analisis
sinkronik, dan juga menolak asumsi historis yang simplistic dari
evolusionisme klasik dan tradisi difusionisme. Unsure- unsure
pokok dari prespektif interaktif mencakup orang-orang yang
mengkaji proses social yang bersikap siklis atau hubungan sebab
akibat antara kebudayaan dan lingkungan.
Pendekatan sinkronik yang menonjol pada awal abad ke-20
kerap kali lebih sukar untuk menjawab pertanyaan teoritis tersebut
pertanyaan seperti mana secara kebudayaan yang lebih pas
keturunan patrilineal dan matrilineal? Tampaknya kurang
bermakna dibandingkan pertanyaan mana yang lebuh dahulu?
antropologi mulai mempelajari masyarakat secara lebih mendalam
dan membandingkan bagaimana setiap masyarakat menghadapi
maslah-masalah seperti mengasuh dan membesarkan anak,
memelihara hubungan antar kerabat, dan bagaimana mereka
menjalin hubungan dengan kelompok kerabat lain.
Pendekatan interaktif memusatkan perhatian pada
mekanisme yang melalui mekanisme tersebut individu-individu
saling berhadapan dengan individu-individu lainnya, atau semata-
mata tentang cara-cara individu mendefinisikan suatu situasi social
mereka. Sebagai contoh, pertanyaan yang muncul adalah apakah
ada hal-hal yang tersembunyi dibalik keturunan patrilinea atau
matrilineal yang mendorong runtuhnya kelompok-kelompok
berdasarkan prinsip keturunan tersebut atau bagaimana seorang
bermanifer disekitar hambatan structural yang bersumber dari
kelompok-kelompok keturunan. Jadi, antropologi dengan aneka
ragam orientasi teori mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
teoritis yang berkaitan kalau tidak bias disebut identik. Hubungan
yang kompleks antara pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah salah
satu aspek yang menarik dalam disiplin antropologi.
Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah jalan atau cara dalam
rangka ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa
metode ilmiah suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukan suatu ilmu
melainkan suatu himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam
atau masyarakat tanpa disadari hubungan antara gejala yang satu
dengankesat gejala yang lain. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai oleh
para sarjana dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat yaitu :
1. Pengumpulan fakta
2. Penentuan cirri-ciri umum dan system
3. Verifikasi
Field notes yang telah ditentukan hartus diubah menjadi tulisan yang
sifatnya sedemikian rupa sehingga bahan itu dapat dibaca dan
dipergunakan oleh sarjana-sarjana lain yang akan mengolah bahan itu
kedalam teori-teori tentang asas-asas kebudayaan.
Dari seluruh jumlah metode, mulai dari pengumpulan data yang konkret
tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai kepada metode untuk
mengolah bahan tadi menjadi karangan yang dapat dibaca oleh orang lain,
merupakan bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi.
Penentuan cirri-ciri umum dan system. Hal ini adalah tingkat dalam cara
berfikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan cirri-ciri umum dan
system dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian.
Proses berfikir disini berjalan secara induktif dari pengetahuan tentang
peristiwa dan fakta-fakta khusus dan konkret, kearah konsep-konsep
mengenai cirri-ciri umum yan lebih abstrak.
http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi