Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR IPS

ANTROPOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI
1. Sejarah Antropologi Pendidikan Sejarah tentang antroplogi pendidikan
tidak bisa kita pisahkan dari perkembangan ilmu antropologi itu
sendiri, karena antropologi pendidikan merupakan bagian dari
antroplogi.
Antroplogi sebagai sebuah ilmu mengalami tahapan-tahapan dalam
dalam perkembangannya. Koentjaraningrat (1986:1-5) membaginya ke
dalam 4 (empat) tahap.
Tahap pertama, ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa yang
melakukan penjajahan di benua Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir
abad ke-15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa-bangsa
yang mereka singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat
istiadat, suku, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik.
Deskripsi tersebut sangat menarik bagi masyarakat Eropa karena
berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan deskripsi itu
disebut juga Etnografi (Etnos berarti bangsa)
Tahap kedua, mereka menginginkan tulisan-tulisan atau deskripsi
yang tersebar itu dikumpulkan jadi satu dan diterbitkan. Isinya disusun
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat, yaitu masyarakat dan
kebudayaan manusia berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat
rendah sampai tingkat tertinggi. Dari sinilah bangsa-bangsa
digolongkan menurut tingkat evolusinya. Sekitar tahun 1860, terbit
karangan yang mengaklasifikasikan berbagai kebudayaan tingkat
evolusinya. Saat itu lahirlah antropologi.
Dengan demikian pada tahap kedua ini, antroplogi telah bersifat
akademis. Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitiv untuk memperoleh pengertian mengenai tingkat-
tingkat perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
manusia di dunia.
Tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang praktis. Pada tahap ini,
antropologi mempalajari masyarakat jajahan demi kepentingan
kolonial. Hal ini berlangsung sekitar awal abad ke-20. Pada abad ini,
antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa-
bangsa Eropa Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa
Eropa mempelajari dan tahu bagaimana menghadapi masyarakat
daerah jajahannya. Selain itu, bangsa–bangsa terjajah pada umumnya
belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh karena itu, mempelajari
bangsa-bangsa terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah pengertian
mereka tentang masyarakat mereka sendiri (Bangsa Eropa Barat) yang
kompleks.
Tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam
akurasi bahan pengetahuanya maupun ketajaman metode-metode
ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke-20.
Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa
primitiv dan bangsa Eropa Barat, tapi beralih pada penduduk pedesaan,
baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat, maupun
kebudayaannya termasuk suku bangsa di daerah pedesaan di Amerika
dan Eropa Barat itu sendiri, peralihan sasaran penelitian itu terutama
disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan terhadap penjajahan dan
makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitiv.
Seperti halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan
berusaha menyusun genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan
adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah
dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan
keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah
pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat
berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.
Di Indonesia, sebagai negara yanag sedang membangun, sangat
diperlukan pengenalan kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar
pembangunan yang diberlakukan tidak menimbulkan kesenjangan
dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi pendidikan sering sejalan
dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi pendidikan
sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata
kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

2. Pengertian Antropologi Pendidikan

a. Antroplogi

Antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang berarti ”manusia” dan
”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurut R. Bedediet
(Harsojo,1984:1) perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus
badaniah dan cara produksi tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup
yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya

Definisi tentang antropologi juga muncul dalam situs wikipedia


(http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi), yaitu :

• William A. Havilan

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisai


yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

• David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang
manusia

• Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk pada fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antroplogi yaitu sebuah
ilmu yanag mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan
sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnnya berbeda-beda.

b. Antropologi Pendidikan

Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya


mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga tentang asumsi
yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh
praktek-praktek pendidikan.

Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji penggunaan teori-


teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan
khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat.
Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan menghasilkan ahli-ahli
antropologi melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan
melalui perspektif antropologi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan semenjak kecil di dalam
lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam
perspektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat.

2. Ruang Lingkup Antropologi Pendidikan

Ralphlinton dalam Shomad (2009:3) menganggap kebudayaan adalah warisan


sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi bagi
penyesuaian diri dengan masyarakat. Kedua, fungsi bagi penyesuaian diri dengan
lingkungan.
Lebih lanjut, Shomad (2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai
penyesuaian diri dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk
ruang lingkup antroplogi pendidikan berlangsung dalam proses:
a. Proses sosialisasi:

1. Proses ini dimulai sejak bayi baru lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-
orang disekitarnya, hingga terjadi komunikasi timbal balik dan seterusnya
hingga ia tumbuh dan berkembang. Adapun yang menjadi sorotan dalam
proses sosialisasi yaitu: adanya konflik oleh ketidakharmonisan antara
keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan aturan yang berlaku
perbedaan status ekonomi dan letak geografis
2. Proses Enkulturasi, artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses
pembudayaan anak agar menjadi manusia berbudaya. Dalam proses ini
pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas
masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164). Adapun yang biasa
menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
a. Perbedaan jenis kelamin
b. Perbedaan umur
c. Perbedaan/perubahan status (inisiasi)
d. Proses Internalisasi
e. Proses internalisasi yaitu proses penerimaan dan menjadikan
warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang
dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih
dikandung badan.
f. Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada
masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan
pengalaman.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Sejarah Dan Perkembangan Antropologi

Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga


mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi


menjadi empat fase sebagai berikut:

FASE PERTAMA (SEBELUM TAHUN 1800-AN)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba


untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal
baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian,


pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan
etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar.
Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan
bahan etnografi.

FASE KEDUA (TAHUN 1800-AN)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi


karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat
itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan
dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain
Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh
pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.

FASE KETIGA (AWAL ABAD KE-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni


di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka
membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti
serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam
menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-
cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah
mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk
kepentingan pemerintah kolonial.

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-


kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang
akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II.
Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan
membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.
Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa


yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari
bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya
yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah
menjajah mereka selama bertahun-tahun.

C. PENDEKATAN, METODE, TEKHNIK DAN ILMU BANTU


ANTROPOLOGI

1. PENDEKATAN
A. Pendekatan Waktu (diakronin, sinkronik, dan Interakti)
Pendekatan waktu memandan penting sejarah dan
rangkaian kejadian yang bermakna bagi antropologi.
Evolusionesme dan difusionosme adalah suatu prespektif
antropologi yang menekankan meningkatnya kompleksifitas
kebudayaan sepanjang masa. Difusionisme adalah prespektif yang
menekankan transmisi gagasan dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Kedua perspektif ini berkompetensi karena menawarkan
eksplanasi yang berbeda mengenai hal yang sama, yakni menjawab
pertanyaan bagaimana kebudayaan berubah. Tetapi, keduanya
Benar-benar merupakan bagian dari teori besar yang sama yakni
teori perubahan social.
Suatu prespektif yang lebih besar yang mencukupi
evolusionalisme dan difusionalisme disebut diakronik yakni
perspektif yang menggambarkan hubungan unsur-unsur
kebudayaan sepanjang waktu lawannya adalah perspektif sinkronik
yang menujukkan hubungan unsur-unsur kebudayaan bersama-
sama pada waktu yang sama. Perspektif sinkronik meliputi antara
lain fungsionalisme, strukturalisme, dan interpretifisme yang
mencoba mencoba menjelaskan bekerjanya kebudayaan tertentu
tanpa acuan waktu. Kelompok besar ketiga dari teori-teori
antropologi adalah apa yang disebut perspektif interaktif. Perspektif
ini mengandung aspek-aspek sinkronik dan diakronik. Para
pengikutnya menolak sifat statis dari sebagian besar analisis
sinkronik, dan juga menolak asumsi historis yang simplistic dari
evolusionisme klasik dan tradisi difusionisme. Unsure- unsure
pokok dari prespektif interaktif mencakup orang-orang yang
mengkaji proses social yang bersikap siklis atau hubungan sebab
akibat antara kebudayaan dan lingkungan.
Pendekatan sinkronik yang menonjol pada awal abad ke-20
kerap kali lebih sukar untuk menjawab pertanyaan teoritis tersebut
pertanyaan seperti mana secara kebudayaan yang lebih pas
keturunan patrilineal dan matrilineal? Tampaknya kurang
bermakna dibandingkan pertanyaan mana yang lebuh dahulu?
antropologi mulai mempelajari masyarakat secara lebih mendalam
dan membandingkan bagaimana setiap masyarakat menghadapi
maslah-masalah seperti mengasuh dan membesarkan anak,
memelihara hubungan antar kerabat, dan bagaimana mereka
menjalin hubungan dengan kelompok kerabat lain.
Pendekatan interaktif memusatkan perhatian pada
mekanisme yang melalui mekanisme tersebut individu-individu
saling berhadapan dengan individu-individu lainnya, atau semata-
mata tentang cara-cara individu mendefinisikan suatu situasi social
mereka. Sebagai contoh, pertanyaan yang muncul adalah apakah
ada hal-hal yang tersembunyi dibalik keturunan patrilinea atau
matrilineal yang mendorong runtuhnya kelompok-kelompok
berdasarkan prinsip keturunan tersebut atau bagaimana seorang
bermanifer disekitar hambatan structural yang bersumber dari
kelompok-kelompok keturunan. Jadi, antropologi dengan aneka
ragam orientasi teori mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
teoritis yang berkaitan kalau tidak bias disebut identik. Hubungan
yang kompleks antara pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah salah
satu aspek yang menarik dalam disiplin antropologi.

B. Perspektif Konstelasi Teori-teori


Konstelasi teori berintikan beberapa dasar pemahaman dalam
membangun teori antropologi yaitu :
a. Berdasarkan rangkaian kejadian atau peristiwa.
b. Berdasarkan urutan waktu.
c. Berdasarkan system gagasan.
d. Berdasarkan kesejajaran tradisi-tradisi bangsa.
e. Berdasarkan pokok bahasan yan lompat-lompat.

2. METODE ILMIAH / TEHNIK ANTROPOLOGI

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah jalan atau cara dalam
rangka ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa
metode ilmiah suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukan suatu ilmu
melainkan suatu himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam
atau masyarakat tanpa disadari hubungan antara gejala yang satu
dengankesat gejala yang lain. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai oleh
para sarjana dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat yaitu :

1. Pengumpulan fakta
2. Penentuan cirri-ciri umum dan system
3. Verifikasi

Pengumpulan Fakta, untuk antropologi budaya tingkat ini adalah


pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyatrakat serta
kebudayaan untuk pengolah secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktivitas
pengumpulan data disini terdiri dari berbagai metode mengobservasi,
mencatat, mengolah, dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam
masyarakat yang hidup.

Pada umumnya metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu


pengetahuan dapat digolongkan kedalam 3 golongan yaitu, penelitian
dilapangan, penelitian dilaboratorium dan penelitian didalam
perpustakaan. Metode dari tiap-tiap golongan ini mempunyai perbedaan
asasi. Dalam penelitian dilapangan (field work), peneliti harus menunggu
terjadinya gejala yang menjadi objek observasinya itu. Sebaliknya, dalam
penelitian dilaboratorium gejala yang akan menjadi objek observasi dapat
dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti ; sedangkan dalam penelitian
diperpustakaan gejala yang akan menjadi objek penelitian harus dicari
dalam suatu himpunan dari berates-ratus ribu buku yang beraneka warna.
Kecuali, dalam penelitian dilapangan peneliti harus masuk kedalam
objeknya artinya ia sendiriu harusw memperhatikan hubungan antara
objek dan dirinya sendiri ; sedangkan dalam laboraturium dan
perpustakaan peneliti berada tetap diluar objeknya, artinya dirinya sendiri
tidak ada hubungan dengan dengan objek yang ditelitinya. Untuk itu
antropologi budaya penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting
untuk mengumpulkan fakta-fakta, disamping itu penelitian dilapanngan
juga penting, sedangkan metode-metode penelitian dilaboraturium (yang
merupakan metode pengumpulan fakta yang utama dalam ilmu-ilmu alam
teknologi), hamper tak berarti untuk ilmu antropologi.

Para peneliti antropologi budaya biasanya sangat tertarik kepada tindakan


dan kelakuan manusua dalam hubungan kelompok-kelompok kecil (tidak
melebihi 3000 individu) yang dipilih untuk diteliti secara khusus dan
mendalam. Hal itu menyebabkan bahwa seorang peneliti antropologi-
budaya terutama mempergunakan metode-metode pengumpulan fakta
yang bersifat kualitatif; dan metode-metode itu terutama berupa berbagai
metode wawancara dan catatan hasil wawancara tersebut yang disebut
field notes.

Field notes yang telah ditentukan hartus diubah menjadi tulisan yang
sifatnya sedemikian rupa sehingga bahan itu dapat dibaca dan
dipergunakan oleh sarjana-sarjana lain yang akan mengolah bahan itu
kedalam teori-teori tentang asas-asas kebudayaan.

Dari seluruh jumlah metode, mulai dari pengumpulan data yang konkret
tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai kepada metode untuk
mengolah bahan tadi menjadi karangan yang dapat dibaca oleh orang lain,
merupakan bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi.

Penentuan cirri-ciri umum dan system. Hal ini adalah tingkat dalam cara
berfikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan cirri-ciri umum dan
system dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian.
Proses berfikir disini berjalan secara induktif dari pengetahuan tentang
peristiwa dan fakta-fakta khusus dan konkret, kearah konsep-konsep
mengenai cirri-ciri umum yan lebih abstrak.

Adapun ilmu antropologi, yang bekerja dengan bahan berupa fakta-fakta


yang berasal dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan dari
seluruh dunia, dalam hal mencari cirri-ciri umum diantara aneka warna
fakta masyarakat harus menggunakan berbagai metode membandingkan
atau metode komparatif. Dalam ilmu-ilmu alam, penentuan cirri-ciri
umum dan system dalam fakta-fakta alam dilakukan dengan cara mencari
perumusan-perumusan yang menyatakan berbagai hubungan mantap
antara fakta-fakta tersebut. Hubungan itu adalah biasanya hubungan ke
variable (artinya, kalau suatu fakta berubah dengan cara tertentu, maka
fakta-fakta lain yang bersangkutan itu berubah juga), atau hubungan itu
mungkin atau hubungan itu mungkin hubungan sebab akibat (artinya suatu
fakta menyebapkan timbulnya,berubahnya,atau menghilangnya suatu fakta
yang lain).pada ilmu-ilmu sosial,dan demikianpula ilmu
antropologi,sebagian besarnya ilmu pengetahuanya bersifat pengertian
mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan,namun ada pulah
pengetahuan yang berupu kaidah-kaidah sosial budaya.

Verifikasi.metode-metode untuk melakukan verifikasi atau pengujian


dalam kenyataan terdiri dari cara-cara yang harus menguji kaidah-kaidah
yang telah di rumuskan atau memperkuat pengertian yang telah di
capai,dalam kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup. Dengan
mempergunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif,ilmu
antropologi mencoba memperkuat pengertian dengan menerapkan
pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hiidp,tetapi
dengan cara mengkhusus dan mendalam

D.Hubungan Antropologi dengan Ilmu lainya

antropologi bukanlah satu-satunya ilmu pengetahuan yang mempelajari


tentang manusia. Dibawah ini diuraikan hubungan beberapa ilmu lain dengan
antropologi.
1. Ilmu geologi dan antropologi
Bantuan Ilmu geologi dalam mempelajari tentang cirri-ciri lapisan bumi
serta perubahan-perubahannya, sangat dibutuhkan oleh subilmu
paleoantropologi dan prehistori dalam menetapkan umur relative dari
fosil-fosil makhluk primat dan fosil manusia dari zaman dahulu, serta
artefak atau barang-barang hasil kebudayaan tempo dulu yang digali dari
dalam bumi.
2. ilmu paleoantropologi dan antropologi
bantuan ilmu ini yang mengkaji tentang fosil makhluk hidup dari zaman
dahulu bertujuan untuk membuat suatu rekonstruksi tentang proses evolusi
bentuk makhluk-makhluk yang pernah ada dimuka bumi merupakan ilmu
Bantu yang sangat penting bagi antropologi. Fosildapat berupa sisa bagian
tubuh manusia atau tumbuhan yang terkubur di dalam tanah.
3. ilmu anatomi dan antropologi
ilmu ini diperlukan oleh antropoloi dalam usaha untuk mendapatkan
pengertian tentang soal asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan
antar ras-ras didunia. Melalui kajian penelitian tentang cirri-ciri dari
berbagai tengkorak dan bagian tubuh manusia pada umumnya (yang pada
dasarnya menjadi dasar ilmu anatomi)
4. ilmu kesehatan masyarakat dan antropologi
antropologi memberikan kepada dokter kesehatan masyarakat yang akan
bekerja di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode dan
cara untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adapt
istiadat setempat.
5. ilmu psikiatris dan antropologi
ilmu ini menjebatani kajian kebudayaan dan kepribadian dalam menelaah
suatu kelompok suku bangsa
Pada hakikatnya psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
manusia dan proses-proses mentalnya. Dapat dikatakan bahwa psikologi
lebih menekankan apad pendekatan internal, yaitu dari daam diri
seseorang, sedangkan antropologi lebih menekankan pada aspek
eskternalnya, yiatu lingkungan. Kedua unsure ini saling terkait dan tidak
dapat dipisahkan dalam membentuk sebuah kebudayaan. Untuk
memahami pola-pola kebudayaan dalam masyarakat, seorang antropolog
harus memperhatikan interaksi yang terjadi antara kedua unsure tersebut.
Sedangkan seorang psikolog juga harus memperhatikan unsure eksternal
yang membentuk sifat seseorang.

6. ilmu linguistic dan antropologi


ilmu linguistic sangat dibutuhkan karena merupakan suatu hal yang
mustahil apabila antropolog mengadakan openelitian tanpa mengenal dn
memahami bahasa suku bangsa yang akan diteliti
7. ilmu arkeologi dan antopologi
ilmu ini diperlukan oleh sub ilomu prehistori yang bermaksud mengetahui
sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan suku-suku bangsa sejak
sebelum mengenal tulisan sampai kepada masa sekarang.
8. ilmu sejarah dan antopologi
Merupakan ilmu Bantu yang penting karena kaitannya dengan mengenal
sejarah awal perkembangan nya suatu suku bangsa yang dijadikan objek
kajian/penelitian. Terkadang latar belakang suatu peristiwa sejarah sulit
diketahui hanya dari fakta-fakta yang ada di lapangan. Kosep-konsep
tentang kehidupan masyarakat yang terjadi saat peristiwa sejarah
berlangsung, yang dikaji melalui pendekatan antropologi akan memberi
pengertian banyak bagi seorang sejarahwan untuk mengetahui latar
belakang peristiwa tersebut. Selain itu banyak peristiwa sejarah yang dapat
dipecahkan melalui pendekatan antropologi. Misalnya saja dalam
mengkaji sistem kepercayaan, Folklore dan sejarah local dalam suatu
masyarakat.
Antropolog juga sangat memerlukan sejarah, terutama untuk menganalisa
tentang kebudayaan suatu suku bangsa. Seorang antropolog terkadang
menggunakan metode-metode sejarah untuk merekontruksi sejarah dari
rangkaian permasalahan yang timbul dalam kebudayaan. Misalnya saja
untuk menganalisa sebuah masyarakat yang mengalami pengaruh dari
kebudayaan luar. Seorang antropolog harus mengetahui asal dari pengaruh
tersebut dan bagaiaman proses masuknya kebudayaan asing tersebut.

9. ilmu administrasi dan antopologi


ilmu ini sangat dibutuhan terutama agar data-data penelitian yang
diperoleh dapat terhimpun dalam suatu kumpulan yang baik sehingga
dapat memudahkan dalam kajian-kajian di masa yang akan datang.
Ilmu admisnistrasi pada umumnya akan mempelajari hal-hal yang hampir
sama dengan masalah-masalah yang dikaji dalam ilmu ekonomi. Misalnya
saja tentang agraria yang dibahas dalam administrasi, masalah ini dapat
dikaji dengan penelitian berdasarkan metode-metode antropologi.

10. ilmu politik dan antopologi


dalam penulisan sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat suatu suku
bangsa akan seorang peneliti antropologi akan berhadapan dengan
kekuatan dan proses politik setempat.
Seorang politikus dalam meneliti maupun menganalisa suatu sistem politik
maupun kekuatan politik dari suatu Negara tentusaja memperhatikan
sistem pemerintahan, kekuatan-kekuatan politik dan masalah latar
belakang budaya dari kekuatan politik tersebut. Adapun yang menyangkut
latar belakang kekuatan politik yaitu prinsip ideology, sistem norma, adat
istiadat dan tradisi dari semua kalangan yang menyusun kekuatan politik
tersebut. Agar dapet memahami latar belakang penyusun kekuatan politik
tersebut, diperlukan metode analisa antropologi.
Seorang antropolog dalam mempelajari suatu masyarakat atau suatu suku
pati juga akan menghadapi tentang konsep kekuasaan yang terdapat dalam
suku tersebut. Dalam menganalisa fenomena tersebut sudah tentu mereka
memerlukan bantuan dari ilmu politik.

11. ilmu geografi dan antopologi


geologi adalah ilmu tantang alam dunia yang memebrikan lukisan tentang
bumi serta cirri-ciri dari segala bentuk hidup yang menduduki muka bumi.
Antropologi yang membahas tentang manusia sebagai salah satu mahluk
di bumi sangat memerlukan bantuan ilmu ini.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi beserta isinya. Isi
dari bumi itu sendiri adalah flora, fauna, manusia dan bentang alam yang
ada dipermukaan bumi. Melihat obyek kajian dari geografi yang juga
menyebut manusia, maka tidak bisa dipungkiri lagi kalau geografi
memerlukan antropologi dalam kajiannya. Penyebabnya karena
antropologi mempelajari tentang berbagai warna manusia, baik dari segi
suku bangsa, etnis, maupun ras. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan
geografi untuk memepelajari tentang bentang alam. Karena salah satu
yang mempengaruhi kebudayaan manusia adalah keadaan lingkungan fisik
tempat mereka hidup.

12.   ilmu ekonomi dan antopologi


ilmu ekonomi mempunyai hubungan yang timbale balik dengan
antropologi. Mengkaji bagaimana prilaku ekonomi suatu masyarakat suku
bnagsa tidak akan lepas dari bagaimanakah sikap dasar masyarakat,
struktur suatu masyarakat, cara berfikir, dan cara pandang dan
sebagaimana. Kekuatan, proses dan hokum-hukum ekonomi yang beralku
dalam aktivitas ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan
masyarakatnya. Seorang ahli ekonomi yang akan membangun
perekonomian di suatu Negara tentu memerlukan bahan komparatif
mengenai berbagai unsure kemasyarakatan dalam Negara tersebut. Untuk
mengumpulkan keterangan tersebut ilmu antropologi sangat dibutuhkan
oleh seorang ekonom. Perubahan dalam bidang ekonomi sendiri
mempunyai andil yang sangat besar dalam perubahan kebudayaan
masyarakatnya. Semakin maju perekonomian suatu masyarakat, maka
kebudayaannya pun ikut berubah. Terkadang untuk menganalisa
perubahan kebudayaan dalam masyarakat, antropolog juga memerlukan
pendekatan ekonomi.

13. ilmu hukum adat dan antopologi


metode penelitian antropologi banyak dipergunakan oleh peneliti hokum
adapt sejak permulaan abat-20. antropologi penting karena hokum adapt
bukan merupakan suatu system hokum yang telah diabstaksikan sebagai
aturan-aturan dalam kitab undang-unsang melainkan timbul dan hidup
langsung dari masalah perdata yang berasal dalam aktivitas.
Antropologi digunakan oleh banyak ahli hokum, terutama hokum adat
untuk melakukan penelitian tentang hokum adat yang berlaku di beberapa
tempat. Anttropologi penting digunakan karena hokum adat bukan
merupakan hokum yang tertulis seperti KUHP atau Undang-Undang,
melainkan hokum yang timbul dan hidup langsung dalam masyarakat.
Antropologi juga memerlukan bantuan dari ilmu hokum karrena setiap
masyarakt pasti mempunyai hokum yang digunakan dalam pengendalian
social. Hokum yang berlaku dalam masyarakat banyak sedikit turut
mempengaruhi kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Untuk
itu seorang antropolog harus mempunyai pengetahuan umum tentang
konsep-konsep hokum pada umumnya.

14. Hubungan antropologi dengan sosiologi


Sepintas antropologi dan sosiologi mempunyai banyak persamaan,
missalnya saja tentang obyek kajiannya yaitu ilmu yang mempelajari
tentang manusia, bedanya sudut pandang yang digunakan. Antropologi
lebih ke pendekatan asal-usul manusia dan kebudayaan yang dihasilkan,
sedangkan sosiologi lebih mengarah ke hubungan antar manusia dan
proses-proses yang timbul dari hubungan tersebut.
Karena banyak kesamaan dari kedua ilmu tersebut, maka tidak jarang
apabila para sosiolog banyak meminjam konsep-konsep dan pendekatan-
pendekatan antropologi dalam penelitian yang mereka lakukan. Setelah
memasuki abad ke-20 pemikiran para antropolog semakin berkembang,
obyek kajian mereka juga semakin luas sehingga tidak jarang kajian
bidang ilmu sosiologi juga menjadi kajian dalam antropologi. Misalnya
saja kajian tentang dampak-dampak dari globalisasi dalam masyarakat.
E.Manfaat ilmu Antropologi
1. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat secara Universal maupun pola prilaku manusia pada
tiap-tiap masyarakat (suku bangsa)
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan
sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita
sandang
3. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi akan memperluas
wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia
yang mempunyai kekhususan-kekhususan ayng sesuai dengan
karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik
yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap
pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan
masyarakatnya
Pengertian Antropologi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu Antropologi
sebagai ilmu pengetahuan artinya bahwa Antropologi merupakan
kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang kajian masyarakat dan
kebudayaan ayng disusun secara sistematis atas dasar pemikiran yang
logis. Dan pengertian Antropologi yang kedua adalah cara-cara
berpikir untuk mengungkapkan realitassosial dan budaya ayng ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Konsep-konsep
dasar Antropologi. Konsep-konsep dasar pada dasarnya adalah konsep-
konsep yang pokok yang akan menjadi bahan kajian dalam Sosiologi
maupun dalam Antropologi.
DAFTAR PUSTAKA

Chaerudin, dkk.1995. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Hasojo.1984. Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta.


Koentjaraningrat.1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
http://uin-suka.info/enjurnal/index2.php?option=com_content&do-pdf=1&id=88

Zamzami, Lucky. tt. Antropologi Pendidikan: Suatu Pengantar.


http://1zamzami.multiply.com/rivews/item/3

http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi

Anda mungkin juga menyukai