Anda di halaman 1dari 10

LAN D AS A N A T RO P O LO GI

P E ND ID IK A N
D., M.PDI OLEH KELOMPOK 5
M. IB NU AT HOILL A H, S.P
.      PengertianLandasan Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan
“logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap
waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam
pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan.
B.  Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai berikut :
1. Fase  Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia.
Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun
jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan
bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
2.   Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai
dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi.
Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu,
mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang
ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia
ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
3.         Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan mampalajari
masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan
guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-
daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut
juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih
mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara
pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan
merupakan negara kolonial.
4.Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan
yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini
menyebabkan :
a) Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
b)  Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang
Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang
baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari
negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951
C.      Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan

1.         Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku
manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2.         Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari
kedudukan yang kita sandang.
3.      Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh
dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga
menimbulkan toleransi yang tinggi.
4.         Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi
dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang
muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa
nasionalis.
D.      Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai,
daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis
ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa
manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang
akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun
kebudayaan. Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan
sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan
tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
 Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat
diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. 
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak
dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa,
kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
E.       Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah sebagai berikut.
1.   Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh
masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2.  Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan
prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3.   Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung
fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
menggunakan teknologi
F.       Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai berikut:
1.         Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan
potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri,
mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2.         Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode
karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya .
Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai
sejarah/kebudayaan tertentu.
3.         Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang
kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.

Anda mungkin juga menyukai