Anda di halaman 1dari 7

RESUME 2

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Oleh :

Marla Ma’firah
20176009

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Prof. Dr. Elizar, M.pd
Dr. Yerimadesi, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti
manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa
yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal
di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian
yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam
pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya
kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan.
B. Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
a. Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, ba. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka
juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan
dan penemuan bangsa-bangsa di Eropa dalam menjelajahi dunia mereka catat di buku
harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan
dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan
masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang
deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau
deskripsi tentang bangsa-bangsa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian
bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang
ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pada 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di
dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak
mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan
sarjana universitas.
3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu
antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam
mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai
masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara
pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat,
yang bukan merupakan negara kolonial.
4. Fase Keempat
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan
dan pokok yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang
lalu. Pokok tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh
60 tokoh ahli antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 .
penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku
bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu
Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
a) Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
b) Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa
guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
C. Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat
(suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai
dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap
tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang
mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
D. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh
faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah
tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja
secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia
daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin.
Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk
mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut
oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses
pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses
pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan
sosiokultural masyarakat.
Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh :
perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata
pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan
kurikulum muatan lokal.
E. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini
diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-
masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi
budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan
mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari
sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi
siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta
segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank,
pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai
obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh
siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental
siswa.
F. Penerapan Landasan Antropologi Terhadap Pendidikan
Secara sistematik, Antropologi pendidikan mengkaji mengenai praktik
pendidikan dalam sudut pandang kebudayaan. Kebudayaan tersebut yang sebagai
warisan kepada anak bangsa dalam sebuah kumpulan masyrakat sebagai bekal
pengalaman. Para arkeolog dan pendidikan bekerjasama dalam menyebar luaskan
kebudayaan dalam bagian-bagian pendidikan dan berupanya melestarikan hasil-hasil
kebudayaan tersebut. Sifat kajian dalam antopologi pendidikan menekankan tantang
perbedaan suatu kelompok manusia yang meliputi persepektif karakteristik budaya
,perilaku,maupun norma tradisi,bahasa,falsafah hidup yang dianut masyarakat,dan
penciptaan pada teori-teori pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, B. (2006). Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan.


Antropologi Indonesia, 30(2), 193–200. https://doi.org/10.7454/ai.v30i2.356 4
Mardia, & Rahmat, A. (2018). Sosio Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Zahir
Publishing

Salam, B. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi. PT Rinekea Cipta

Septiarti, S.W, dkk.2017. Sosiologi dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY


Press.
Siregar, M.2008. Antropologi Budaya. Padang :Universitas Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai