Anda di halaman 1dari 14

TARI MOLONG KOPI BONDOWOSO

SEBAGAI WARISAN BUDAYA TANDA KEBHINNEKAAN

Karya Tulis ini Disusun untuk Mengikuti Kegiatan Lawatan Sejarah Daerah
Tahun 2019 dengan tema “Generasi Penerus Merajut Simpul-Simpul
Keindonesiaan.”

Disusun oleh:
Rona Herdiana Chairunnisa

SMA NEGERI 2 BONDOWOSO


BONDOWOSO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah diterima dan disahkan oleh kepala sekolah SMA
Negeri 2 Bondowoso guna mengikuti Kegiatan Lawatan Sejarah Daerah Tahun
2019 dengan tema “Generasi Penerus Merajut Simpul-Simpul Keindonesiaan.”
yang diadakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I.Yogyakarta.

Nama : Rona Herdiana Chairunnisa


NIS : 9073
Judul : MERAWAT HERITAGE MEMBANGUN
KEINDONESIAAN

Ditetapkan di Bondowoso
Pada tanggal 28 Mei 2019
Kepala sekolah

Drs. H. MUHAMMAD SUBEKI


NIP. 19600609 198701 1 002
KATA PENGANTAR

Rasa syukur, saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penyusunan karya tulis ilmiah “Pendidikan Sejarah Kaitannya Dengan
Pembangunan Karakter Bangsa”. Terima kasih saya ucapkan, kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah selesai
kami rampungkan. Karya tulis ilmiah yang telah kami rampungkan, disusun untuk
mengikuti kegiatan Lawatan Sejarah Daerah Tahun 2019 dengan tema “Generasi
Penerus Merajut Simpul-Simpul Keindonesiaan.”
Melalui karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat melakukan pemanfaatan
sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu bentuk yang
signifikan dari pencapaian prestasi manusia. Macam-macam Ilmu yang kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat menumbuhkembangkan
kesadaran terhadap peran pendidikan sejarah di masyarakat.

Kami menyadari fakta-fakta baru terus ditemukan dalam masyarakat. Oleh


karena itu, kami mengharap masukan dari berbagai pihak agar dapat
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
menjadi referensi dan dapat mengantarkan kita menjadi generasi yang peduli pada
segala ilmu yang ada pada muka bumi ini. Selamat membaca.

Bondowoso, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................................

Lembar Pengesahan ......................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................

Daftar Isi ........................................................................................................

Abstrak ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................
1.5 Metode Penelitian .........................................................................
1.6 Tinjauan Pustaka ..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ......................................................................................

2. Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


ABSTRAK

Warisan budaya adalah benda atau atribut tak berbenda yang merupakan
jati diri suatu masyarakat atau kaum yang diwariskan dari generasi-generasi
sebelumnya, yang dilestarikan untuk generasi-generasi yang akan datang. Namun
nyatanya, salah satu masalah utama dalam bidang pendidikan dan kebudayan
adalah masalah identitas kebangsaan. Dengan derasnya arus globalisasi
dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis.
Budaya asing yang mewabah mulai mengikis eksistensi budaya lokal.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi tidak mungkin dapat dihindari oleh bangsa Indonesia, karena
bagaimana pun semua memiliki dampak postif dan negatifnya tersendiri. Yang
harus kita lakukan adalah meminimalisir dampak negatif globalisasi. Globalisasi
dan modernisasi pasti terjadi dan tidak terelakkan. Era globalisasi yang diikuti
modernisasi dan meningkat pesatnya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kondisi tersebut secara tidak langsung telah melahirkan budaya baru dan
mempengaruhi tatanan budaya masyarakat Indonesia. Era globalisasi tentu akan
mempengaruhi segala bidang kehidupan, termasuk di dalamnya adalah bidang
kebudayaan. Salah satu kekuatan utama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
adalah masalah identitas bangsa.
Dengan derasnya arus globalisasi ini dikhawatirkan budaya bangsa,
khususnya budaya lokal akan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Budaya asing
kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal secara perlahan.
Agar eksistensi budaya kita tetap kukuh, maka diperlukan pemertahanan terhdap
budaya lokal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tari ‘molong kopi’?
2. Bagaimana tari ‘molong kopi’ ditampilkan?
3. Bagaimana peran pemerintah Bondowoso dalam melestarikan tari
‘molong kopi’?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui tari ‘molong kopi’.
2. Untuk mengetahui bagaimana tari ‘molong kopi’ ditampilkan.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah Bondowoso dalam melestarikan tari
‘molong kopi’.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui apa yang dikasud dengan tari ‘molong kopi’.
2. Dapat mengetahui bagaimana tari ‘molong kopi’ ditampilkan.
3. Dapat mengetahui peran pemerintah Bondowoso dalam melestarikan tari
‘molong kopi’.

1.5 Metode Penelitian


1. Heuristik
G. J. Reiner seperti (1900), heuristik adalah suatu tehnik, suatu seni, dan
bukan suatu ilmu. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam
menemukan, mengenali dan memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan
merawat catatan-catatan.
Heuristik adalah merupakan langkah awal sebagai sebuah kegiatan mencari
sumber-sumber, mendapatkan data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah
(Sjamsuddin, 2007: 86).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa heuristik merupakan
langkah pertama dalam penulisan sejarah yaitu dengan pengumpulan data
sebanyak mungkin untuk dijadikan sumber penelitian sejarah. Ada beberapa
tehnik dalam pengumpulan data tersebut yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
a) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian ilmu sosial. Pada intinya
metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis. Sifat utama dari data ini tidak terbatas dari ruang dan waktu
sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi pada masa silam. Kumpulan data dalam bentuk tulisan ini
disebut dokumen dalam arti luas. Secara detail bahan dokumenter terbagi
beberapa macam yaitu:
1) Dokumen pemerintah maupun swasta;
2) Data tersimpan di web site;
3) Wawancara; dan lain lain
2. Kritik
Setelah sumber sejarah dalam berbagai katagorinya itu terkumpul, tahap
yang berikutnya adalah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik untuk
memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus juga diuji adalah
keabsahan tentang keaslian sumber (otensitas) yang dilakukan melalui kritik
ekstern, dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri
melalui kritik intern. Berikut ini kedua teknik verifikasi :
a) Keaslian Sumber (otensitas)
Otensitas dari sumber ini minimal dapat diuji berdasarkan lima pertanyaan
pokok sebagai berikut :
1) Kapan sumber itu dibuat ?
2) Dimana sumber itu dibuat ?
3) Siapa yang membuat ?
4) Dari bahan apa sumber itu dubuat ?
5) Apakah sumber itu dalam bentuk yang asli?
Oleh karena itu pada dasarnya kritik eksternal harus menegakkan fakta dari
kesaksian bahwa :
1) Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini
(authenticity).
2) Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perunahan
(uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-
penghilangan yang substansial (itegriti) (Helius Sjamsudin, 2007: 134).
b) Kesahihan Sumber (kredibilitas)
Kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya menekankan
aspek kedalaman yaitu isi dari sumber, kesaksian (testimoni). Oleh karenanya
seperti yang ditulis Helius Sjamsudin (2007) dalam kritik intern ini seorang
peneliti harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau
tidak. Keputusan ini didasarkan atas penemuan dua penyidikan (inquiry), yaitu :
1) Arti sebenarnya dari kesaksian itu harus dipahami?
2) Setelah fakta kesaksian dibuktikan dan setelah arti sebenarnya dari isinya
telah dibuat sejelas mungkin, selanjutnya kredibelitas saksi harus ditegakkan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran data sejarah seringkali disebut juga dengan
analisis sejarah. Kata analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis
berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Interpretasi data atau analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangtan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan dalam katagori,menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 244). Dengan begitu analisis sejarah itu
sendiri, seperti yang dikatakan Berkhofer (Abdurrahan:1999) tujuan dilakukannya
sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu kedalam suatu interpretasi
yang menyeluruh.
4. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam penulisan sejarah, historiografi ini merupakan
cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah
dilakukan. Layaknya laporan ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah itu
hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian,
sejak awal (fase perencanaan) sampai dengan tahap terakhir (penarikan
kesimpulan). Jadi dengan penulisan sejarah itu akan ditentukan mutu penelitian
sejarah itu sendiri (Abdurrahman,1999: 67).

1.6 Tinjauan Pustaka

Secara bahasa kebudayaan dalam bahasa Belanda “Cultuur” dan dalam


bahasa Inggris “Culture”, berasal dari perkataan Latin “Colere” yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti “Culture” sebagai “segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.” Sedangkan
dalam Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta
“Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Indonesia yang dikenal memiliki beragam budaya, suku bangsa, bahasa dan
agama yang dipersatukan oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika. Begitu pula
dengan beragamnya warisan budaya lokal yang kita miliki menjadi potensi untuk
mengembangkan wisata Indonesia pada dunia. Salah satu cara yang digunakan
dalam melestarikan kebudayaan Indonesia adalah dengan menghidupkan kembali
kearifan lokal. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara,
dan perilaku yang melembaga yang berbasis tradisi (Geriya, 2003).
BAB II

PEMBAHASAN

Kebudayaan merupakan sebuah hasil karya, rasa, dan cipta dari manusia
dalam masyarakat yang diturunkan dari generasi ke genarasi selanjutnya dan akan
tetap ada selama masih dibutuhkan. Secara teoritis, kebudayaan dan masyarakat
mungkin memang dapat dibedakan dalam masyarakat. Namun, dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan dan masyarakat selalu berdampingan. Di mana ada
masyarakat pasti akan menghasilkan suatu kebudayaan.
Segala sesuatu yang ada di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki masyarakat itu sendiri. Maka, sudah sepatutnya kita sebagai anggota
masyarakat ikut melestarikan budaya yang telah diwariskan dan terus berusaha
mengembangkannya. Karena sampai kapan pun, kebudayaan adalah bagian dari
kehidupan kita dan menjadi identitas kebangsaan Indonesia yang dikenal
memiliki beragam budaya.
Tari ‘molong kopi’ adalah salah satu contoh kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat Bondwoso. Tari molong kopi merupakan tari
kelompok yang menggambarkan petani kopi yang dengan penuh suka cita
merayakan panen raya. Dengan menggunakan busana berwarna merah dipadukan
kemben warna hijau serta udeng para penari memeragakan tarian yang tegas
namun luwes. Tari molong kopi menggunakan alat musik yang disebut dengan
‘tong-tong’ sebagai pengiringnya.
Tari ‘molong kopi’ awalnya diciptakan untuk lomba duta tari tingkat Jawa
Timur pada tahun 2007. Selain dikenal dengan kota tape, Bondowoso juga dikenal
dengan sebutan ‘Republik Kopi’, tim duta tari pun membuat tari ‘molong kopi’
untu menunjukkan kekhasan Bondowoso akan kopinya. Saat ini, tari molong kopi
sangat dikenal secara luas oleh masyarakat Bondowoso.
Beberapa orang mengira bahwa tari molong kopi dan tari petik kopi yang
berasal dari Jember itu sama. Namun, pada kenyataannya keduanya memiliki
perbedaan. Pembeda yang mencolok pada keduanya adalah pada musik pengiring.
Petik kopi menggunakan musik jawaan seperti walang kekek sebagai
pengiringnya, sedangkan tari molong kopi menggunakan ‘tong-tong’ sebagai
pengiringnya. ‘Tong-tong’ merpukan alat musik berupa kentongan. Kentongan
terbuat dari kayu dan bambu dengan berbagai skala ukuran, yang menimbulkan
beragam bunyi-bunyian. Semua jenis kentongan kemudian dikolabirasikan
menjadi satu sajian suara yang indah dan enak didengar.
Tari ‘molong kopi’ biasa ditarikan saat bulan penen kopi tiba untuk
merayakan suka cita petani kopi. Bahkan beberapa kali tari ‘molong kopi’
ditampilkan di acara-acara tertentu, sebagai pembuka acara meskipun bukan
saatnya panen kopi. Pemerintah setempat pun mengapresiasi adanya tari ‘molong
kopi’ ini, dibuktikan dengan penampilan molong kopi saat Festifal Muharam,
HARJABO (Hari Jadi Bondowoso), pembukaan Festifal Ijen, dan pemilihan
Kacong Jebbing. Tari ‘molong kopi bahkan pernah ditampilkan di festifal
nasional, di Taman Mini Indonesia Indah
Hal ini menunjukkan bahwa rakyat bersama pemerintah terus bekerja sama
untuk mengembangkan dan mempertahankan kebudayaannya. Dengan terus
merawat warisan budaya yang ada, maka eksistensinya pun akan terus ada.
Warisan budaya yang ada di Indonesia dapat dikembangkan jika masyarakat
menjadi satu kesatuan untuk mempelajari, melestarikan, dan merawat warisan
budaya yang ada. Keberagaman Indonesia harus kita jadikan alasan untuk bersatu
bukan bercerai-berai.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kebudayaan merupakan sebuah hasil karya, rasa, dan cipta dari manusia
dalam masyarakat yang diturunkan dari generasi ke genarasi selanjutnya dan akan
tetap ada selama masih dibutuhkan. Secara teoritis, kebudayaan dan masyarakat
mungkin memang dapat dibedakan dalam masyarakat. Namun, dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan dan masyarakat selalu berdampingan. Di mana ada
masyarakat pasti akan menghasilkan suatu kebudayaan.
Warisan budaya adalah keseluruhan peninggalan kebudayaan yang memiliki
nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan/atau seni. Segala
sesuatu yang ada di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
masyarakat itu sendiri. Sampai kapan pun, kebudayaan adalah bagian dari
kehidupan kita dan menjadi identitas kebangsaan Indonesia yang dikenal
memiliki beragam budaya.

2. Saran
Tugas kita sebagai warga negara Indonesia adalah untuk meningkatkan
kesadaran budaya dan kesadaran sejarah terhadap masyarakat luas. Kesadaran
budaya, dapat ditandai dengan terus merawat dan mengembangkan unsur-unsur
warisan budaya. Di samping itu, kesadaran akan sejarah pun perlu ditumbuhkan
dan ditingkatkan karena melalui sejarah, kita juga dapat mempelajari dan
mengolah warisan budaya yang telah ada bahkan mungkin kita dapat menemukan
jejak kebudayaan dalam sejarah yang bisa saja terlewatkan sebelumnya.
Pemerintah telah membuat konsep untuk memelihara warisan budaya tak
benda. Pengelolaan warisan dunia merupakan tanggung jawab bersama di antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat. Dengan ini,
marilah kita bersama-sama merajut simpul-simpul warisan budaya untuk
menyatukan Indonesia agar tetap dan selalu menjadi negara kesatuan yang utuh.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Helius Sjamsudin . (2007). Metodologi sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatis. Bandung :


R&D.

(Abdurrahan:1999)

(Abdurrahman,1999: 67).

(Geriya, 2003).

Anda mungkin juga menyukai