Anda di halaman 1dari 42

KERANGKA KARANGAN

DAN PENGUMPULAN DATA

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAJAR : SANTI KURNIA M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. 2019031019 DELVINA ZALUKHU


2. 2019031026 GITA WAHYU GIANA D
3. 2019031078 PUTRI AYU WANDIRA
4. 2019031080 FARAZILLA
5. 2019031084 NISRINA MAULANI
6. 2019031092 HAGIA QATRUNNADA
7. 2019031100 ERNAWATI WAHYUNI

AKUNTANSI S-1
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini mengenai Kerangka
Karangan dan Pengumpulan Data sebagai pemenuhan tugas yang dilimpahkan kepada kami,
dan dapat memberikan manfaat bagi kami dan para pembaca makalah ini.

Ucapan terimaksih kami sampaikan kepada Ibu Santi Kurnia selaku dosen pengajar mata
kuliah Bahasa Indonesia. Berkat diberikan tugas ini kami menjadi mengerti mengenai
Pengumpulan Data dan Kerangka Karangan.

Selain itu, kami mengucapkan maaf kepada para pembaca, dalam makalah ini kami
menyadari bahwasanya penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, sehingga kami
mengharapkan masukan dan arahan dari pembaca agar makalah ini lebih baik lagi dan dapat
mencapai kesempurnaan.

Jakarta , 20 Mei 2020


Penyusun

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 6
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 7

BAB II TELAAH PUSTAKA .......................................................................................... 8


2.1 Kerangka Karangan ............................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Kerangka Karangan ................................................................ 8
2.1.2 Fungsi Kerangka Karangan ....................................................................... 8
2.1.3 Manfaat Kerangka Karangan .................................................................... 9
2.1.4 Kriteria dalam Kerangka Karangan ......................................................... 11
2.1.5 Macam-macam Bentuk Kerangka Karangan .......................................... 11
2.1.6 Pola Dalam Kerangka Karangan ............................................................... 14
2.1.7 Langkah-langkah Dalam Menyusun Kerangka Karangan ..................... 17
2.1.8 Syarat Kerangka Karangan yang Baik ..................................................... 17
2.2 Pengumpulan Data................................................................................................ 18
2.2.1 Pengertian pengumpulan Data ................................................................... 18
2.2.2 Fungsi Pengumpulan Data .......................................................................... 19
2.2.3 Manfaat Pengumpulan Data....................................................................... 19
2.2.4 Etika Dalam Pengumpulan Data................................................................ 20
2.2.5 Macam-macam Jenis Pengumpulan Data ................................................. 21
2.2.6 Metode Dalam Pengumpulan Data ............................................................ 22
2.2.7 Langkah-langkah Dalam Pengumpulan Data .......................................... 31
2.2.8 Syarat Validasi Dalam Pengumpulan Data............................................... 33
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 40
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 40
3.1.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 40
3.1.2 Kerangka Karangan ................................................................................. 40

3
3.2 Pesan .................................................................................................................... 42
3.2.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 42
3.2.2 Kerangka Karangan ................................................................................. 42

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa berasal dari bahasa Bahasa sanskerta Bhasa, yang memiliki pemngertian
kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan
system komunikasi yang kompleks, serta sebuah bahasa adala contoh spesifik dari system
tersebut. Secara harfiah bahasa adalah sarana yang digunakan manusia sebagai alat
komunikasi dan interaksi dengan mahluk hidup. Sehingga dengan adanya bahasa, setiap
individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat di mengerti oleh masing-
masing individu.
Bahasa merupakan hal yang wajib dan penting dalam syarat komunikasi, sehingga
bahasa menjadi salah satu alat penghubung yang penting antar sesama manusia. Tujuan
dengan adanya bahasa, yakni : tujuan praktis yang berarti untuk komunikasi sehari-hari;
tujuan artistic yang berarti memberikan kepuasan estetis; tujuan filosofis yakni digunakan
untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia,
kebudayaan, serta adat-istiadat; dan tujuan pembelajaran yakni bahasa sebagai media
untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan baik dalam lingkup bahasa maupun diluar
bahasa.
Tidak ada yang diciptakan tanpa ada fungsinya, termasuk bahasa. Bahasa memiliki
antara lain : sebagai alat komunikasi, sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai identitas
suatu suku atau bangsa. Manfaat dari adanya bahasa yakni sebagai pengantar dalam dunia
pendidikan termasuk Indonesia.
Negara Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, pemersatu,
identitas. Dalam pengantar pendidikan, Bahasa Indonesia memiliki mata pelajaran khusus,
agar warga Negara Indonesia dapat memahami lebih dalam mengenai tata cara yang baik
dalam Bahasa Indonesia.
Banyak sekali orang-orang jenius yang menuangkan isi pikirannya kedalam sebuah
buku, bukan hanya orang Indonesia namun juga luar Indonesia. Sehingga akan terlalu
merepotkan apabila buku tersebut harus dituliskan dalam semua bahasa daerah yang ada
di Indonesia (translate). Maka dengan adanya bahasa pemersatu yakni Bahasa Indonesia
maka akan mempermudah tanpa harus dibuat dalam beerbagai bahasa daerah di Indonesia,
kalaupun translate, seperti buku edisi luar negeri maka terjemahannya pun hanya perlu
kedalam satu bahasa apabila akan masuk kedalam negeri, yakni bahasa Indonesia.

5
Mengenai soal penulisan, bukan hanya berbicara tentang buku. Namun juga terdapat
karya ilmiah dan sebagainya. Membahas pembuatan buku, untuk menjadi sebuah buku
ataupun karya ilmiah, penulis harus mengetahui kerangka karangan terhadap apa yang
akan di buat. Dan pada karya ilmiah, untuk membuat sebuah riset seorang ilmuwan harus
paham dan mengerti mengenai pengumpulan data dengan baik.
Pada bangku perguruan tinggi kami akan dituntut untuk membuat karya tulis, baik
skripsi, tesis maupun disertasi. Sehingga dalam proses pendidikannya kami diberikan mata
kuliah Bahasa Indonesia agar dalam membuat karya tulis nantinya kami telah mengerti
dan paham akan cara bagaimana membuatnya dengan baik.
Dengan adanya pembembuatan karya ilmiah nantinya dan mata kuliah Bahasa
Indonesia saat ini, maka dosen mata kuliah Bahasa Indonesia memberikan tugas untuk
membuat makalah ini. Selain itu, kami mahasiswi juga termotivasi untuk membuat
makalah mengenai Kerangka Karangan Dan Pengumpulan Data agar pada masa
pembuatan karya tulis kami sudah benar-benar paham.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah Kerangka Karangan dan
Pengumpulan Data yaitu :
1. Apa itu kerangka karangan dan mengapa harus dibuat?
2. Apa itu pengumpulan data dan mengapa harus dilakukan?
3. Bagaimana pola pembuatan kerangka karangan ?
4. Bagaimana pola melakukan pengumpulan data ?
5. Apa saja kriteria dan syarat dalam membuat kerangka karangan agar sebuah tulisan
dapat dikatakan baik?
6. Apa saja kriteria dan syarat dalam melakukan pengumpulan data agar sebuah tulisan
dikatan valid ?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Untuk memenuhi nilai tugas Bahasa Indonesia,
2. Untuk mengetahui secara detail mengenai pembuatan kerangka tulisan, dan
3. Untuk mengetahui secara detail dalam melakukan pengumpulan data.

6
1.4. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah mengenai Kerangka Karangan dan
Pengumpulan data diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca. Manfaat dari membuat dan membaca makalah ini dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pembuatan karya tulis, khususnya dalam hal membuat kerangka karangan
dengan baik dan melakukan pengumpulan data agar nantinya karya tulis tersebut valid.

7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kerangka Karangan
2.1.1 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan ialah suatu rencana yang teratur mengenai sebuah pembagian,
persiapan, penyusunan suatu gagasan. Untuk jenis kerangka karangan yang belum
mencapai final maka bisa di sebut dengan outline sementara atau garis besar untuk
sementara, sedangkan untuk kerangka karangan yang mana sudah tersusun rapi dan
juga lengkap, maka biasa disebut dengan outline final.

Selain itu pengertian kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang
diterbitkan oleh karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan pikiran
dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi tulisan
utama, atau dapat juga digunakan sebagai metode pembuatan karangan yang mana
topiknya dipecah menjadi sub-topik dan mungkin dipecah lagi menjadi sub-sub
topik yang lebih terperinci.

2.1.2 Fungsi Kerangka Karangan

Semua hal yang ada pasti memiliki fungsi. Dengan begitu kerangka karangan pun
memliki fungsi diantaranya yaitu :

1. memudahkan pengendalian sebuah variabel

2. Memperlihatkan pokok bahasan, sub-sub bahasan karangan dan memberi


persetujuan perluasan atas bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis
menciptakan suasana uang kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.

3. Mencegah terjadinya suatu pembahasan yang keluar dari sasaran yang telah di
rumuskan di dalam suatu topic, judul, tujuan, masalah dan suatu kalimat pada
tesis.

4. Memudahkan penulis menyusun sebuah karangan dengan secara menyeluruh

5. Mencegah suatu ketidaklengkapkan didalam bahasan,

6. Mencegah pengulangan pembahasan sebuah ide

8
2.1.3 Manfaat Kerangka Karangan.
Ada beberapa manfaat bagi para penulis ketika menggunakan sistem kerangka
karangan. Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Agar suatu Karangan Dapat Tersusun Secara Teratur

Suatu karangan apabila di susun dengan di awali dengan sebuah kerangka


karangan, maka penulis akan bisa melihat sekilas mengenai wujud suatu gagasan
sehingga bisa memastikan apakah susunan dan hubungan suatu timbal balik
antara suatu gagasan – gagasan itu sudah tepat atau belum.

Dengan kata lain, apakah tesis atau pengungkapan maksud sudah diperinci
dan urutannya sudah disusun dalam pola teratur atau tidak. Demikian seterusnya,
setiap ada pembicaraan bawahan sudah diperinci pula maksimal dan telah
diurutkan pula dengan baik.

2. Untuk Memudahkan bagi Penulis dalam Menciptakan Suatu Klimaks yang


Berbeda – Beda

Setiap tulisan dikembangkan menuju satu klimaks tertentu. Namun sebelum


mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, merupakan bagian yang berbeda-
beda. kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Setiap bagian juga memiliki
kilrnaks khusus dalam bagiannya.

Supaya pembaca dapat terus-menerus menuju ke klimaks utama, maka


susunan bagian-bagian harus diurus oleh Iercipta klimaks yang berbeda-beda
yang dapat memikat perhatian pembaca.

3. Untuk Menghindari Penggarapan Sebuah topik Hingga Dua Kali bahkan


Lebih

Ada sebagian yang perlu dibicarakan, sesuai dengan kebutuhan setiap bagian,
dan karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih
tidak perlu. Karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan
misalnya: jika penulis tidak tahu betul maka pendapatnya tentang topik yang sama
pada bagian lain, sedangkan pada bagian kemudian dipertanyakan dengan yang
lain.

9
Hal ini tidak dapat diterima, artinya dalam satu karangan yang sama
merupakan pendapat yang disetujui satu sama lain. Di pihak lain menggarap topik
lebih dan satu kali hanya membuang waktu, materi, dan tenaga. Jika memang
tidak dapat dikembalikan maka penulis harus membahas tentang bagian mana
topik tadi harus diuraikan.

4. Dapat Memudahkan bagi Penulis untuk Mendapatkan Materi Pembantu

Dengan mempergunakan perincian-perincian dalam persetujuan karangan


penuiis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk
memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah
dikumpulkan akan digunakan untuk bagian-bagian mana dari karangannya itu.

Ketika seseorang berbicara tentang karangan yang telah siap, ia dapat


menyusutkan kembali untuk meminta karangan yang hakikatnya sama dengan
apa yang telah dibuai pengarangnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan
melihat wujud, mengarahkan, struktur, serta menilai umum dari karangan itu.

2.1.4 Kriteria Dalam Kerangka Karangan


Jika ingin menyusun sebuah kerangka karangan yang baik, maka penulis harus
memperhatikan beberapa kriteria berikut ini yaitu :

 Memakai sebuah bentuk kerangka yang standar


 Memakai suatu inden atau lurus dengan secara konsisten, serta tidak
mengombinasikan suatu bentuk-bentuk tersebut dengan secara bersamaan di
dalam sebuah susunan kerangka karangan
 Memakai sistem penomoran secara konsisten yaitu : angka desimal, angka
romawi, kombinasi dari angka romawi, angka dan angka arab
 Pada tiap judul bab bisa diberi sebuah nomor dengan secara konsisten
 Pada tiap subbab bisa diberi nomor dengan secara konsisten,
 Pada tiap unsur subbab dapat diberi nomor dengan secara konsisten,
 Pada tiap detail unsur dapat diberikan nomor dengan secara konsisten
 Suatu penomoran tidak perlu melebihi dari empat angka (digit)
 Sebuah kerangka karangan tidaklah sama dengan daftar isi (berbeda).

10
2.1.5 Macam-Macam Bentuk Kerangka Karangan
Dibawah ini ada beberapa bentuk – bentuk dari suatu kerangka karangan,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bentuk yang Berdasarkan Perumusan Teksnya

a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif (berita) yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kalimat :
i. Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan
diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
ii. Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah
lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya,
walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
iii. Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi
siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.

b. Kerangka topik

Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat


yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun
pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja,
dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik
dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka
topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik
manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika
tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan
penggarapannya cukup lama.

Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah kerangka


kalimat, misalnya dalam pembagiannya, penggunaan simbol-simbol, sub
ordinasi dan sebagainya.

11
c. Gabungan antara Kerangka karangan dan Kerangka topik

Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan


kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan
sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.

2. Berdasarkan sebuah Bentuk Karangan


Berdasarkan dari bentuk karangannya, maka kerangka karangan terdiri dari :

a. Karangan Deskripsi

Bentuk karangan seperti ini banyak di jumpai dalam berbagai betuk


karangan, misalnya novel, cerpen , laporan atau berita. Deskripsi adalah
Tulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupa, sifat, rasa
atau corak yang melukiskan perasaan. Sebuah deskripsi di buat untuk
membantu pembaca membayangkan suasana mengenal ciri orang, dan untuk
memahami suat sensasi atau perasaan melalui ungkapan bahasa. Oleh
karenanya dalam membuat deskripsi harus berdasar pada pengamatan yang
cermat dan penyusunan kalimat yang tepat yang harus diawali dengan sebuah
gambaran yang umum, yang berupa kalimat atau frasa. Ada berbagai jenis
deskripsi yang berupa deskripsi penampilan, kesopanan perilaku, sifat, suara,
cara bicara, dan sikap dan ada pula deskripsi melalui pencerapan salah satu
pancaindera kita yang harus disusun secara kronologis dan logis.

b. Karangan Narasi

Karangan narasi ini secara sederhana dapat di kenal sebagai suatu cerita,
peristiwa atau juga suatu kejadian di dalam satu urutan sebuah waktu yang
mana ada tokoh yang menghadapi suatu konflik yang berisikan tentang suatu
fakta atau suatu fiksi.

12
c. Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi ialah sebuah karangan yang memberikan sebuah


informasi, penjelasan, keterangan dan suatu pemahaman kepada para
pembaca yang bisa di temui dalam suatu tulisan edotorial, petunjuk, esai, dan
tulisan ulasan yang mana bisa didasarkan pada suatu perincian yang khusus
dan juga cermat, penggunaan contoh dan penalaran.

d. Karangan Argumentasi

Karangan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan


pendapat atau pendirian pribadi atau membujuk pihak lain agar sebuah
pendapat pribadi di terima yang dibuat dengan menyusun alasan atau
pembuktian untuk menunjang kalimat topik dengan memberikan penjelasan
dan fakta yang tepat.

e. Karangan Persuasi

Pada karangan persuasi ini memiliki tujuan untuk mempengaruhi para


pembaca untuk berbuat mengenai sesuatu.

3. Bedasarkan kepada Rinciannya

Kerangka karangan, apabila berdasarkan rinciannya dapat dibedakan menjadi :

a. Kerangka Karangan Sementara (Nonformal/informal)

Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat


bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi
dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan
yang dianggap perlu, karena kerangka karangan ini bersifat sementara maka
tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan
sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya
untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus
dicurahkan sepenuhnya pada penyusunan-penyusunan kalimat-kalimat,
alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana
susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.

13
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-
pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap
sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak
kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

b. Kerangka Karangan Formal

Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa


topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang
sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama
seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat,
kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi)
yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-
bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya.

Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat


mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci
minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.

2.1.6 Pola Dalam Kerangka Karangan


Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya
digunakan beberapa tipe susunan, terdiri atas:

1. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga
atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas – bawah, melintang –
menyebrang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya.
Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :

a. Urutan waktu atau urutan kronologis


Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap
kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)

14
 Asal usul penulis
 Pendidikan penulis
 Kondisi kehidupan penulis
 Keinginan penulis
 Karier penulis

b. Urutan ruang (sposial)


Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai
pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini biasanya di
gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif.

Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)


 Di daerah Kalimantan
 Di daerah Sulawesi
 Di daerah Sumatra

c. Topik yang ada


Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah
urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap,
mau tidak mau bagian-bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam
karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya,
tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.

2. Pola Logis

Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir


atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
Macam-macam, urutan pola logis yang dikenal adalah :

a. Urutan klimaks dan anti klimaks


Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa
posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi
kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contohnya : Topik (turunnya soeharto)

15
 Keresahan masyarakat
 Merajalela nya praktek KKN
 Kerusuhan sosial
 Tuntutan reformasi menggema

b. Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke
sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang
kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat-
akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah
atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia
pada umumnya.
Contohnya : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
 Tingginya harga bahan pangan
 Penyebab krisis moneter
 Dampak terjadinya krisis moneter
 Solusi pemecahan masalah krisis moneter

c. Urutan pemisahan masalah


Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju
kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut .Sekurang-
kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi,
dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di
hadapi tersebut.
Contohnya : Topik (virus flu babi / H1N1 dan cara penanggulangannya)
 Apa itu virus H1N1
 Bahaya virus H1N1
 Cara penanggulangannya

d. Urutan umum – khusus


Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti
dengan pembahasan secara terperinci (khusus).

16
e. Urutan familitas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di
kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal-hal yang kurang di
kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya
di terapkan dengan mempergunakan analogi.

f. Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan
familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau
tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu
gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di
setujui atau tidak oleh para pembaca.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah
awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan
kita dalam mengembangkan karangan.

2.1.7 Langkah-langkah dalam menyusun Kerangka Karangan


Ada beberapa langkah – langkah dalam menyusun sebuah kerangka karangan,
yakni :

1. Menentukan sebuah tema dan judul


2. Mengumpulkan beberapa bahan
3. Menyeleksi tentang Bahasa yang akan digunakan
4. Membuat suatu Kerangka
5. Mengembangkan sebuah Kerangka Karangan

2.1.8 Syarat Kerangka Karangan Yang Baik

Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang baik, maka kita harus
memperhatikan beberapa syaratnya yaitu sebagai berikut :

1. Dalam tesis atau pengungkapan, maka maksudnya harus yang jelas. Maka,
pilihlah sebuah topik yang mana merupakan suatu hal yang di anggap khas,
selanjutnya tentukanlah tujuan yang jelas. Kemudian buatlah tesis atau
pengungkapan suatu masksud.
2. Pada tiap unit hanya bisa mengandung satu gagasan saja.

17
3. Haruslah memakai sebuah simbol yang bisa konsisten.

2.2 Pengumpulan Data


2.2.1 Pengertian pengumpulan Data
Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih
membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai
dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal
tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.

Data bisa merupakan jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian
perlu di proses atau di ubah menjadi informasi. Jika jam kerja setiap karyawan
dikalikan dengan nilai per-jam, maka akan dihasilkan suatu nilai tertentu. Jika
gambaran penghasilan setiap karyawan kemudian di dijumlahkan, akan
menghasilkan rekapitulasi gaji yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Penggajian
merupakan informasi bagi pemilik perusahaan. Informasi merupakan hasil proses
dari data yang ada, atau bisa diartikan sebagai data yang mempunyai arti. Informasi
akan membuka segala sesuatu yang belum diketahui.

Informasi merupakan hasil pengelolahan dari sebuah model, formasi,


organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk data yang memiliki nilai tertentu, dan
bisa digunakan untuk penambhan pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal
ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi penerimanya. Informasi juga
bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun pemprosesan data.

Menurut Gulo (2002:110) pengumpulan data merupakan aktivitas yang


dilakukan guna mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka mencapai
tujuan dari suatu penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah jawaban dari rumusan
masalah ataupun hipotesis penelitian, untuk dapat menjawabnya diperlukan data
atau informasi yang diperoleh melalui tahapan pengumpulan data. Informasi atau
data mempunyai karakteristik yang berbeda beda sehingga membutuhkan metode
yang berbeda-beda pula.

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti
dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan
data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan

18
yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan
tidak dengan benar.

Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang berbeda,


tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti. Pengumpulan
data kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan data kuantitatif.
Pengumpulan data statistik juga tidak bisa disamakan dengan pengumpulan data
analisis.
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus
diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini
adalah demi mendapatkan data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan
penelitian pun tidak akan diragukan kebenarannya.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang
peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan, dugaan
tersebut disebut dengan hipotesis . Untuk membuktikan hipotesis secara empiris,
seorang peneliti membutuhkan pengumpulan data untuk diteliti secara lebih
mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam
hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan
masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai
wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan.
Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai
bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.

2.2.2 Fungsi Pengumpulan Data


Sama hal nya dengan kerangka karangan, pengumpulan data juga sangat
penting ketika akan melakukan sebuah penelitian. Karena pengumpulan data
memiliki fungsi yaitu agar hasil dari kesimpulan tidak sembarangan sehingga tidak
akan diragukan lagi kebenaran dari penelitian tersebut. Arti lainnya, dengan adanya
pengumpulan data, akan memperkuat artikel/tulisan yang disusun.

19
2.2.3 Manfaat Pengumpulan Data
Adapun manfaat dari melakukan pengumpulan data yaitu :
1. Memperoleh informasi yang di butuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian,
2. Dapat menjawab pertanyaan penelitian (rumusan masalah) dengan bukti fisik,
yaitu dengan data.
3. Sebuah penelitian dapat dikatakan valid dan tidak menimbulkan sebuah
keambiguan
4. Dapat membantu peneliti dalam menghimpun data-data yang berfungsi dalam
proses merumuskan hasil penelitian dan dalam menarik kesimpulan.

2.2.4 Etika dalam Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data, terdapat juga etika yang harus
diperhatikan. Antara lain yaitu :

1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang


prinsip kerahasiaan karena data pribadi responden merupakan salah satu
tanggung jawab peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar tentang sifat
penelitian kepada subjek. Dengan bagaimanapun, peneliti harus
menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri berhak tidak ditanyakan, dan
jika hal tersebut diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus
dilakukan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan
alasan spesifik bagaimana informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian.
4. Apapun sifat metode melewati data, harga diri dan kehormatan subjek tidak
boleh dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespons survei dan responden
yang tidak mau berhak berpartisipasi tetap harus dihormati,
6. Dalam belajar laboratorium, subjek harus diberitahukan sepenuhnya tentang
alasan percobaan setelah mereka berpartisipasi dalam study.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik
secara fisik juga mental.

20
8. Harus ada surat izin yang telah disahkan oleh pemerintah, lembaga ataupun
pihak yang berkaitan
9. Sesuaikan penggunaan bahasa (formal/nonformal) keoada bermacam karakter
dari responden yang dibutuhkan,
10. Tidak diperkenankan memanipulasi data.

2.2.5 Macam-macam Jenis Pengumpulan Data


Macam-macam data dapat dikategorikan menjadi :
1. Menurut cara memperolehnya:
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian. Dengan kata lain data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber.
b. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari
objek atau subjek penelitian. Dengan kata lain data sekunder adalah data
yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan
terdiri absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan
pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan sebagainya.

2. Menurut Sumbernya
a. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan
dalam sebuah organisasi
b. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau
kegiatan di luar sebuah organisasi

3. Menurut Sifatnya
a. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
b. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

21
4. Menurut Waktu Pengumpulannya
a. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu
waktu tertentu
b. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan
keadaan/ peristiwa/ kegiatan.

2.2.6 Metode Dalam Pengumpulan Data


Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data
dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua
istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau
cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen
pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga
kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri,
namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih.
Beberapa metode pengumpulan data antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui
media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi
atas dua kategori, yakni sebagai berikut :
a. Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini,
peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis.
Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat
bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

22
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan
spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin
digali dari responden.

c. Kelebihan dan kelemahan Wawancara


i. Kelebihan Wawancara:
1. Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungjawabkan

2. Mempunyai nilai Yang tinggi

3. Semua kesalahpahaman dapat dihindari

4. Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber


dengan penjelasan-penjelasan tambahan

5. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut

6. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama

ii. Kelemahan Wawancara


1. Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas

2. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu
wilayah yang luas

2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak
terlalu besar.

23
a. Kategori observasi
Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori,
yakni:

i. Participant observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung
dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai
sumber data. Misalnya seorang guru bisa melakukan observasi tentang
bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan managerial
kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

ii. Non participant observation


Berlawanan dengan participant observation, non participant
observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara
langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya
penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang
menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai
peristiwa yang dipertimbangkan perlu sebagai data penelitian.

Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara antara lain:
lembar cek daftar, buku catatan, kamera foto, dll.

iii. Observasi kelompok


Ialah pengamatan yang dilakukan oleh berkelompok tim peneliti
terhadap sebuah masalah yang diangkat menjadi objek penelitian.

b. Manfaat Observasi
Adapun manfaat dari melakukan observasi yaitu :
• Peneliti akan Mampu Memahami Konteks Data Beroperasi Menyeluruh.
• Peneliti akan memperoleh Pengalaman Langsung.
• Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang dilihat oleh orang lain.
• Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.

24
• Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi
responden.
• Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang
diteliti.

c. Obyek Observasi
Saat melakukan observasi, yang dapat menjadi obyeknya ialah :
Ruang : Ruang dalam aspek fisiknya
Aktor : Orang yang terlibat dalam sejauh social
Aktivitas : Seperangkat Kegiatan yang dilakukan orang
Obyek : Benda-Benda yang berada di tempat itu
Bertindak : Perbuatan / Tindakan tertentu
Peristiwa : Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
Waktu : Urutan Kegiatan
Tujuan : Tujuan yang ingin dicapai
Perasaan : Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang

d. Tahapan Observasi
1. Observasi Deskriptif :
1. Peneliti belum temukan masalah yang melanjutkan secara jelas
2. Peneliti melakukan penjelajahan umum dengan melakukan
deskripsi semua yang dilihat, semua yang didengar, dll.
2. Observasi Terfokus :
Observasi dipersempit pada aspek tertentu
3. Observasi Terseleksi :
Peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan, jadi diperoleh data
yang lebih lambat, peneliti telah temukan karakteristik, perbedaan
dan Standar antar kategori

e. Kelemahan dan Kelebihan Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan metode Observasi juga


memilki kelemahan dan kelebihan. Yaitu :

25
i. kelelebihan dari observasi adalah sebagai berikut:
1. Merupakan alat yang langsung untuk meneyelidiki bermacam-
macam gejala. banyak aspek tingkah laku manusia dapat diselidiki
melalui jalan observasi langsung.
2. Untuk subyek yang diselidiki observasi lebih sedikit tentunya bagi
orang yang selalu sibuk, mungkin tidak keberatan untuk di amati,
tapi mungkin keberatan untuk mengisi kuesioner-kuesioner.
3. Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya
suatu gejala.
4. Tidak tergantung pada self-report
5. Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh dengan
pengamatan langsung.

ii. Kekurangannya adalah sebagai berikut:


1. Banyak kehidupan pribadi yang tidak terungkap, misalnya
kehidupan pribadi yang rahasia.
2. Memungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila yang di
oservasi mengetahui bahwa dirinya sedang di observasi.
3. Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
4. Subyektifitas observer sukar dihindarkan.

3. Angket (kuisioner)
Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data
yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag
akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuisioner dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
terbuka adalah kuisioner yang memberikan kebebasan kepada objek
penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah

26
kuisioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek
penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga
menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam
bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek
penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan
mereka.
a. Hal yang Harus Di Perhatikan
Beberapa hal yang perlu memperhatikan dalam persiapan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007: 163) terkait dengan
Prinsip berbicara angket, Prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket bertanya beberapa faktor antara lain :
1. Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan diantisipasi untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
2. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan
responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-
istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa
Inggris, dsb.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika
terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika
pernyataan tertutup maka responden hanya makan untuk memilih
jawaban yang disediakan.

b. Macam-macam kuesioner
1. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup merupakan daftar pertanyaan yang alternatif
jawabannya telah disediakan oleh peneliti. Cara ini seringkali
dianggap efektif karena responden dapat Iangsung membubuhkan
tanda centang (√) dalam kolom yang disediakan. Contoh kuesioner
tertutup sebagai berikut.
a. Kuesioner dengan dua alternatif jawaban
Apakah buku-buku yang ada di perpustakaan sudah cukup
memenuhi kebutuhan belajar Anda?
Ya ( )
Tidak ( )

27
b. Kuesioner dengan tiga atau Iebih jawaban
Bagaimana pendapat Anda apabila perpustakaan dilengkapi
koneksi Internet?
Sangat setuju sekali ( )
Sangat setuju ( )
Setuju Kurang setuju ( )
Tidak setuju ( )

2. Kuesioner Terbuka
Dimana tidak berada pilihan jawaban jadi responden haru
memformulasikan menjawab sendiri

3. Kuesioner Kombinasi Terbuka dan Tertutup


Kuesioner campuran adalah perpaduan antara bentuk kuesioner
terbuka dan tertutup. Contoh kuesioner campuran sebagai berikut.
Apakah Anda setuju apabila koneksi Internet dapat diakses gratis
oleh seluruh peserta didik?
( ) Setuju, alasannya..
( ) Tidak setuju, alasannya…

4. Kuesioner Semi Terbuka


Pertanyaan yang menjawab telah tersusun rapi, tetapi masih
ada menunggu tambahan jawaban.

c. Kelemahan dan Kelebihan Kuesioner


a. Kelebihan Kuesioner
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-
masing menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak
malu-malu menjawab.

28
5. Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.

b. Kelemahan Kuesioner
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi
diberikan kembali padanya.
2. Seringkali sukar dicari validitasnya
3. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
4. Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah,
hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika
dikirim lewat pos menurut penelitian
5. Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat

4. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan
data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan
analisis. Dokumentasi kira dengan suatu Kegiatan khusus terdiri
menyampaikan, Memproses, penyimpanan, dan penyebarluasan suatu
informasi. Dokumentasi adalah semua Kegiatan yang kira dengan foto, dan
penyimpanan foto. Pengumpulan, Memproses, dan penayimpanan informasi
dalam bidang pengetahuan.kumpulan bahan atau dokumen yang bisa digunakan
sebagai asas bagi sesuatu kejadian, bicara sesuatu terbitan. Arsip kliping surat,
foto-foto dan bahan rferensinya yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk
melengkapi berita atau karangan

a. Pengunaan Dokumen
Menurut Guba dan Lincoln dalam dokumen adalah setiap bahan tertulis
juga film yang tidak dipersiapkan karena keberadaan permintaan seorang
penyidik. Dokumen terdiri dari dokumen pribadi dan dokumen resmi.

29
Dokumen resmi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Dokumen resmi terbagi
dalam dokumen intern dan dokumen eksternal. Dokumen intern terdiri
memo, pengumuman perintah, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu
yang digunaksebuah dalam tengah sendiri Dokumen eksternal berisi bahan-
bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya
majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
• Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
yang lain.
• Dokumen yang Dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

b. Pengelompokan Dokumentasi
Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan
menjadi dua, yakni:

1. Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang
langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi

2. Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh
laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.

c. Kelebihan dan kekurangan Dokumentasi


Ada beberapa keuntungan dan kelemahan metode dokumentasi sebagai
sumber data, yaitu:
i. Keuntungan Metode Dokumentasi:
1. Untuk subjek manusia yang sulit dihubungi dengan dokumen akan
mempermudah;
2. Statis, tidak akan berpengaruh faktor luar;
3. Dalam hal peristiwa masa lalu dokumen akan sangat membantu dalam
pengumpulan data;
4. Dokumen peristiwa penting akan tersimpan dan tidak banyak makan
waktu dan biaya.

30
ii. Kelemahan Metode Dokumentasi:
1. Format tidak kaku;
2. Seringkali data kurang lengkap;
3. Tersedia secara selektif;
4. Bias, dokumen dapat ditulis secara berlebihan, kadang-kadang tanpa
fakta sehingga apabila dipakai sebagai acuan utama kurang mengena.

2.2.7 Langkah-langkah Dalam Pengumpulan Data


1. fase 1 : Pra-Pengumpulan Data
Dalam fase pertama ini Anda harus menyelesaikan tiga langkah penting:
1. Mendefinisikan dengan jelas apa tujuan dan sasaran pengumpulan data.
2. Memiliki pemahaman dan kesepakatan tentang definisi dan metodologi
untuk rencana pengumpulan data.
3. Pastikan pengumpulan data dan pengukuran : repeatability, reproducibility,
accuracy dan stability.

 Langkah 1: Tetapkan Tujuan Dan Target


Data Collection Plan yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan:
penjelasan singkat tentang proyek, data spesifik yang dibutuhkan, dasar
pemikiran untuk melakukan pengumpulan data, insight yang dihasilkan data,
dan apa yang harus dilakukan setelah data terkumpul. Dengan memahami
persyaratan ini, maka tim dapat melakukan pengumpulan data secara akurat
dan efisien.
 Langkah 2: Tetapkan Definisi dan Metodologi Operasinya
Tim improvement harus jelas dalam mendefinisikan data apa yang harus
mereka kumpulkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Disini tim harus
memutuskan apa yang akan dievalusi dan menentukan sebuah numerical
value untuk memudahkan pengukuran. Tim juga harus berbicara dengan
pelanggan untuk memastikan apakah data sudah valid. Setelah itu,
perbandingan bisa dibuat dan best practice dapat dibagikan. Selain itu, tim
juga harus merumuskan ruang lingkup pengumpulan data :

31
1. Berapa banyak pengamatan yang dibutuhkan
2. Interval waktu dalam penelitian
3. Data yang akan dikumpulkan : masa lalu, saat ini, atau data masa
depan
4. Metodologi yang akan digunakan untuk merekam semua data
Pemahaman dan kesepakatan tentang definisi, prosedur, dan pedoman
yang akan digunakan dalam data collection adalah penting, jika langkah ini
diabaikan maka masalah serius untuk organisasi bisa muncul ketika Anda
membuat keputusan bisnis berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan ini.
Jika tim ingin menggunakan data masa lalu ke dalam penelitian, maka
fokuskan untuk mengetahui apakah data dan sumber data tersebut dapat
diandalkan dan apakah data tersebut masih relevan untuk digunakan. Ingat
setiap data yang terbukti tidak valid harus dibuang.
 Langkah 3: Memastikan repeatability, reproducibility, accuracy dan
stability.
Data yang dikumpulkan dan diukur akan dapat diulang (repeatability)
jika operator yang sama mampu memperoleh hasil yang sama (beberapa kali)
pada satu item tertentu dengan menggunakan peralatan yang sama.
Sementara, sejauh mana sistem pengukuran stabil umumnya dinyatakan oleh
variasi yang dihasilkan dari operator yang sama yang mengukur item yang
sama, dengan peralatan yang sama, selama periode yang diperpanjang.
Tim improvement harus menyadari ada banyak faktor yang bisa
menyebabkan pengulangan, reproduksibilitas, akurasi, dan stabilitas
berkurang sehingga membuat data tidak lagi konsisten dan bisa dihandalkan.
Best practice yang disarankan disini adalah melakukan pengujian dalam
skala kecil, bagaimana data collection dan measurement akan dilanjutkan.

2. Fase 2 : Pengumpulan Data


Langkah penting dalam fase kedua ini adalah mengikuti proses pengumpulan
data sesuai rencana. Setelah proses pengumpulan data selesai direncanakan dan
ditentukan, tiba saatnya untuk menjalankan prosesnya dari awal hingga selesai
dan memastikan bahwa rencana tersebut dijalankan secara konsisten dan akurat.
Setelah Black Belt atau pemimpin proyek selesai berkomunikasi dengan tim
tentang apa yang harus dikumpulkan dan alasan di baliknya, mereka harus

32
membuat pelatihan atau acara demo untuk meningkatkan pemahaman bersama
tentang proses data collection sesuai yang ada dalam rencana.
Pemimpin proyek disarankan hadir pada saat data collection dimulai untuk
memberikan pengawasan dan terus melakukan peninjauan secara rutin.
Sehingga, baik Anda ataupun para peserta akan segera tahu ketika ada proses
yang dilakukan tidak sesuai atau tidak mengikuti rencana dengan benar. Jika
pemimpin proyek gagal mengawasi proses di tahap awal kemungkinan koreksi
akan perlu dilakukan di kemudian hari dan upaya data collection atau
measurement akan sia-sia.

3. Fase 3 : Post Pengumpulan Data


Satu langkah penting disini adalah mengikuti hasilnya. Mengacu pada fase
pertama, tentang repeatability, reproducibility, accuracy dan stability dari
sebuah data collection dan sistem pengukuran (measurement), seorang
pemimpin proyek harus memeriksa kembali apakah hasilnya (data dan
pengukuran) memenuhi kriteria dan reasonable. Jika hasilnya tidak memenuhi
kriteria, maka pemimpin proyek harus menentukan dimana masalah atau
gangguannya dan apa yang harus dilakukan dengan data atau pengukuran yang
mencurigakan tersebut. Meninjau ulang definisi dan metode operasi dengan tim
akan membantu Anda menyelesaikan kesalahpahaman atau salah tafsir yang
menjadi penyebab kesalahan.

2.2.8 Syarat Validasi Dalam Pengumpulan Data


1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Salah satu tahap melakukan suatu penelitian yaitu tahap pengambilan data.
Data yang diharapkan tentunya adalah yang baik. Data yang baik yaitu data yang
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat ajeg, tetap
atau dapat dipercaya. Data yang sesuai dengan keadaan yang sebebarnya inilah
yang disebut dengan data yang valid. Sedangkan data yang dapat dipercaya
disebut dengan data yang reliabel. Supaya diperoleh data yang valid dan
reliabel, maka instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data baik tes
maupun non tes harus mempunyai bukti validitas dan reliabilitas.

33
a. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa
validitas berhubungan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan
istrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Istilah valid
sukar untuk dicari penggantinya, sebagian peneliti ada yang menyebutknya
dengan “sahih”, “tepat”, dan juga “cermat”.
Secara garis besar validitas instrumen dibedakan menjadi dua yaitu,
validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (eksternal
validity).

i. Validitas Internal (Internal Validity)


Validitas internal berkaitan dengan kriteria yang berasal dari dalam
suatu instrumen penelitian, seperti tampilan instrumen, isi dan juga
kemampuan instrumen dalam mengukur. Validitas internal disebut juga
dengan Validitas Rasional, yang berarti validitas untuk sebuah instrumen
penelitian menunjuk pada kondisi yang memenuhi syarat valid
berdasarkan pada hasil penalaran atau rasionalitas. Instrumen dikatakan
mempunyai validitas Internal bila instrumen tersebut kriteria yang ada
dalam instrumen secara rasional telah mencerminkan apa yanga diukur.
Validitas internal dibagi menjadi dua, yaitu validitas isi (Content Validity)
dan Validitas Konstruk (Construct Validity).

1) Validitas isi (Content Validity)


Validitas ini harus dimiliki oleh instrumen yang mengukur hasil
belajar biasanya berbentuk tes. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
isi bila bisa mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta
indikator dan materi pembelajarannya. Untuk menguji validitasnya
dapat dilakukan dengan cara membandingkan instrumen penelitian
yang dibuat dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam
mengembangkan instrumen tes dapat memakai spesifikasi domain isi
tes, yang menjelaskan isi secara rinci dengan spesifikasi cakupan isi
dan tipe butir soal. Validitas ini berkaitan dengan pertanyaan ” sejauh

34
mana butir tes mencakup keseluruhan indikator kompetensi yang
dikembangkan dan materi atau bahan yang ingin diukur.
Menurut Djemari (2008:19-20) validitas isi sering dijelaskan
melalui validitas tampang dan validitas logis.
 Validitas Tampang
Validitas tampang didapatkan melalui pemeriksaan terhadap
butir-butir tes untuk membuat kesimpulan bahwa tes tersebut
mengukur aspek yang relevan. Dasar penyimpulannya lebih
banyak didasarkan pada akal sehat.

 Validitas Logis
Validitas logis disebut juga validitas pencuplikan (sampling
validity), yang mana menuntut batasan yang seksama terhadap
kawasan perilaku yang diukur dan suatu desain logis yang bisa
mencakup bagian kawasan perilaku yang diukur. Salah satu
cara untuk menunjukkan bukti validitas logis yaitu dengn
membuat spesifikasi tes untuk menunjukkan tuntutan bukti
validitas.

2) Valitias Konstruk (Construct Validity)


Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
penelitian mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar
penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari
teori yang dipakai dalam penelitian itu sendiri. Sehingga harus ada
pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur yang
menjadi dasar penentuan konstruk suatu instrumen. Berdasarkan teori
tentang variabel tersebut baru kemudian dirumuskan konseptual dan
definisi operasional, yang selanjutnya ditentukan indikator yang akan
diukur.
Suatu instruemen dikatakan mempunyai validitas konstruk bila
terdapat keterkaitan antara butir instrumen dengan indikator, definisi
operaional dan konsep teori tentang variabel peneltian yang diukur.
Untuk menguji validitas konstruk bisa menggunakan pendapat para
ahli (expert judgment). Para ahli akan memberikan keputusan apakah

35
instrumen tersebut bisa sipakai tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan
mungkin dirombak total. Menurut Sugono (2007:177) jumlah tenaga
ahli yang dibutuhkan minimal tiga orang dan biasanya mereka telah
bergelar doktor sesuai dengan ruang lingkup yang diteliti.

ii. Validitas Eksternal


Validitas Eksternal (esternal validity) dikenal juga validitas empiris
(empiricial validity). Pada validitas eksternal berdasarkan pada kriteria
yang ada dari luar isntrumen yaitu berdasarkan pada fakta empiris atau
pengalaman. Kriterian yang dipakai sebagai pembanding instrumen yaitu
sesuatu yang sudah tersedian dan sesuatu yang masih belum tersedia akan
tetapi terjadi diwaktu yang akan datang. Instrumen yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ada dikenal dengan validitas kesejajaran (concurrent
validity), sedangan instrumen yang sesuai dengan kriteria yang diprediksi
akan terjadi disebut dengan valditas prediksi (predictive validity).

1) Validitas Kesejajaran (concurrent validity)


Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas kesejajaran bisa
hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada, yang mana mempunyai
kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada
dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal yang sama dan sudah
diakui validitasnya, misalnya berupa tes terstandar. Akan tetapi juga
dapat dibandingkan dengan catatan-catatan yang ada di lapangan.
Validitas ini dapat digunakan untuk mengukur validitas instrumen
bentuk tes maupun non tes.

2) Validitas Prediksi (predictive validity)


Suatu instrumen diaktakan memiliki validitas prediksi bila
instrumen penelitian tersebut memiliki kemampuan untuk
memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan datang mengenai hal yang sama. Misalnya tes masuk perguruan
tinggi, tes tersebut diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan
calonmahasiswa dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang.

36
Calon yang lolos diperkirakan akan mampu perkuliahan di masa yang
akan datang dan begitu juga sebaliknya.

Validitas ini umumnya digunakan untuk menguji validitas dari suatu


instrumen dalam bentuk tes. Sebagai alat pembanding validitas
prediksi adalah nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti
perkuliahan di perguruan tinggi. Apabila ternyata siapa yang
mempunyai nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester I
dibandingkan dengan yang dulu nilai tesnya rendah maka instrumen
tersebut tidak mempunyai validitas prediksi. Pengujaian valditas
prediksi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar karena
prosedurnya yang cukup panjang dan berulang agar mendapat tes
dengan kemampuan prediktor yang baik.

2. Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu
reliability, yang mana asalnya dari kata reliable yang mempunyai arti dapat
dipercaya. Suatu instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) bila
memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) bila diteskan berkali-kali.
Misalnya suatu tes yang sama diberikan kepada siswa dalam satu kelas pada
waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(rangking) yang sama atau ajeg dalam satu kelas tersebut.
Ajeg atau tetap tidak harus skornya selalu sama, skor yang diperoleh dapat
berubah akan tetapi urutan dalam kelompoklah yang sama. Jika dikaitkan
dengan validitas maka validitas berhubungan dengan ketepatan sedangkan
reliabilitas berkaitan dengan ketepatan atau keajegan. Banyak sekali istilah yang
menuju pada reliabilitas, misalnya sperti konsistensi, keajegan, ketetapan,
kestabilan dan juga keandalan. Intrumen yang reliabel belum tentu valid.
Contohnya mistar yang patah diujungnya, bila dipakai berulang akan selalu
menghasilkan data yang sama (reliabel) akan tetapi selalu saja tidak valid.
Reliabilitasisntrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen.
Oleh karena itu meskipun instrumen yang valid biasanya pasti reliabel, tetapi
pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan.

37
Berdasarakan pada cara pengujian instrumen, makam reliabilitas instrumen
dapat dibagi menjadi dua yaitu, Reliabilitas Eksternal (External Reliability) dan
Reliabilitas Internal (Intenal Relability)

i. Reliabilitas Eksternal (External Reliability)


Reliabialitas eksternal didapatkan bila ukuran atau kriteria tingkat
reliabilitasnya berada di luar instrumen yang bersangkutan. Terdapat dua
cara untuk menguji reliabilitas suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk
paralel (equivalent method) dan metode tes berulang (test-retest method)

1) Metode bentuk paralel (equivalent method)


Metode ini dilakukan dengan cara menyusun dua instrumen yang
hampir sama (equivalent), selanjutnya diujicobakan padaa sekelompok
responden yang sama (responden mengejadakan dau kali) kemudian
dari hasil ujicoba tersebut dikorelasikan dengan teknik korelasi product
moment. Intrumen paralel atau ekuivalen adalah dua buah instrumen
yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan dan susunan, tetap
butir-butir pertanyaan/pertanyaan berbeda. Kelemahan metode ini
adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus
menyusun dua instrumen, dan harus tersedia waktu yang lama untuk
mencobakan dua kali tes.

2) Metode tes berulang (test-retest method)


Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pembuatan
soal dua kali. Pada metode ini peneliti hanya menyiapka satu perangkat
instrumen, yang selanjutnya diteskan dan dicatat. Kemudian diwaktu
yang berbeda perangkat tersebut diteskan kembali terhadap semua
responden yang sama dan hasilnya dicacat. Kedua hasil tersebut
kemudia diuji menggunakan korelasi yang sama dengn metode paralel.
Metode ini sebenarnya memiliki kelemahan yang berkaitan dengan
kemungkinan responden yang masih ingat butir-butir soal pada tes
yang pertama, sehingga dapat berpengaruh pada hasil tes yang kedua.
Waktu jeda antar tes menjadi masalah yang tersendiri , karena bila
waktu terlalu dekat ditakutkan masih banyak responden yang ingat

38
soalnya, namun bila terlalu lama kemungkinan kondisi responden
sudah berbuah misalnya responden telah belajar lagi.

ii. Relaibilitas internal (Internal Reliability)


Reliabilitas jenis ini diperoleh dari menganalisis data dari satu kali
pengumpulan data. Berdasarkan pada sistem pemberian skor (scoring
system) instumen, ada dua metode analisis internal yaitu Instrumen Skor
Diskrit dan Instrumen Skor Non Diskrit.

1) Instrumen Skor Diskrit.


Merupakan intrumen yang skor jawaban/responnya hanya dua, satu
dan nol, dengan kata lain benar dan salah. Untuk Instrumen skor diskrit
tingkat reliabitiasnya dapat dicari dengan menggunakan metode berikut,
metode belah dua (split-hallf metode); metode Flanagan; rumus Rulon;
rumus K-R 20; rumus K-R 21; dan rumus Hoyt.

2) Instrumen Skor Non Diskrit.


Merupakan instrumen pengukuran yang dalam sistem skoringnya
bukan satu dan nol, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjelasan skor mulai
dari skor tertinggi sampai skor terendah. Hal ini umumnya terdapat pada
tes bentuk uraian dan pilihan ganda, dan instrumen non tes bentuk angket
dengan skal Likert dan skala lajuan (ratting scale). Interval skor dapat
mulai dari 1 sampai 4; 1 sampai 5; dan sebagainya. Untuk instrumen skor
non diskrit dapat dianalisi menggunakan rumus Alpha.

39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kerangka Karangan
Dari materi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan
bahwa sebelum melakukan sebuah penulisan baik ilmiah maupun non ilmiah
(cerpen dan sebagainya) membuat kerangka karangan sangatlah penting. Karena
dengan begitu penulis akan lebih mudah membuat sebuah penulisan, tulisan yang
dibuat oleh penulis tidak akan keluar dari topic pembahasan, memperkecil
terjadinya kesalahan seperti terjadi pengulangan pembahasan, serta didalam tulisan
tersebut akan memiliki pembahasan yang komplek. Kerangka karangan memiliki
9 kriteria.
Kerangka karangan memiliki beberapa bentuk, diantaranya yaitu : berdasarkan
perumusan teks terdapat kerangka kalimat, kerangka topic, serta kerangka
gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topic; berdasarkan pada bentuk
karangannya, maka terdapat karangan deskripsi, karangan narasi, karangan
eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan persuasi; jika berdasarkan kepada
rinciannya, maka akan menemukan kerangka karangan
sementara(nonformal/informal), dan kerangka karangan formal.
Kerangka karangan memiliki beberapa pola, yaitu pola ilmiah yang terdiri atas
urutan waktu, urutan ruang,dan topic yang ada; pola logis yang terdiri atas urutan
klimak dan antiklimaks, urutan kausal, urutan pemisahan masalah, urutan umum-
khusus, dan urutan familitas.
Dalam menyusun kerangka karangan juga terdapat 5 langkah serta 3 syarat agar
kerangka karangan tersebut tepat dan baik.

3.1.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses dalam pengolahan data dan merupakan
hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian. pengumpulan data memiliki
fungsi yaitu agar hasil dari kesimpulan tidak sembarangan sehingga tidak akan
diragukan lagi kebenaran dari penelitian tersebut. Arti lainnya, dengan adanya
pengumpulan data, akan memperkuat artikel/tulisan yang disusun. Manfaat
daripada melakukan pengumpulan data ini yaitu mempermudah mencapai tujuan
penelitian, membantu menjawab rumusan masalah, hasil penelitian tidak akan

40
invalid karena memiliki bukti-bukti yang nyata, serta penulis dapat menarik
kesimpulan. Dalam melakukan pengumpulan data tidak boleh sembarangan tanpa
peraturan, maka terdapat 10 etika dalam pengumpulan data agar meminimalisir
kemungkinan timbul kesalahan dan permasalahan.
Macam-macam pengumpulan data dapat di kategorikan menjadi : menurut
cara perolehan terdapat data primer, dan sekunder; menurut sumbernya terdapat
data internal, dan data eksternal; menurut sifatnya terdapat data kuantitatif, dan
data kualitatif; dan menurut waktu pengumpulannya terdapat Cross
section/insidentil, dan Data berkala/ time series.
Dalam melakukan pengumpulan data terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, yakni : wawancara, yang dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak
terstruktur; observasi, yang dapat dilakukan dengan cara observasi partisipan,
observasi non partisipan, serta observasi kelompok; angket (kuesioner), dalam
kuesioner terdapat kuesioner terbuka, kuesioner tertutup, kuesioner tertutup dan
terbuka serta kuesioner semi terbuka; dan terakhir terdapat metode study
dokumentasi yang dapat di kelompokkan menjadi dokumen primer, dan dokumen
sekunder. Masing-masing dari metode pengumpulan data tersebut memiliki
kelebihan serta kelemahan.
Langkah-langkah untuk melakukan pengumpulan data yakni terdapat 3 fase.
Antara lain : fase 1 yaitu pra-pengumpulan data yang terdiri dari tetapka tujuan dan
target, tetapkan definisi dan metodologi operasinya, dan ketiga memastikan
repeatability, reproducibility, accuracy dan stability; fase kedua yaitu pengumpulan
data; dan fase ketiga yaitu post pengumpulan data yang mengacu pada fase pertama
yang memastikan epeatability, reproducibility, accuracy dan stability.
Agar pengumpulan data dikatakan valid, maka harus memenugi syarat yakni :
validitas instrument yang secara internal terdiri dari validitas isi (Content Validity)
yang sering dijelaskan melalui validitas tampang serta validitas logis, dan validitas
konstruk (Construct Validity), dan secara eksternal yang terdiri atas validitas
kesejajaran (concurrent validity), validitas prediksi (predictive validity); reabilitas
instrument eksternal yang terdiri dari metode bentuk pararel dan metode tes
berulang, sedangkan secara reabilitas instrumen internal terdiri atas Instrumen skor
Diskrit dan Instrumen skor non-Diskrit.

41
3.2 Pesan
3.2.1 Kerangka Karangan
Dari hasil pembelajaran mengenai kerangka karangan ini, maka penulis
memberikan pesan melalui tulisan ini kepada para pembaca makalah ini yang
nantinya apabila akan mealkukan penulisan apapun itu, maka buatlah kerangka
karangan sebaik dan sematang mungkin sesuai dengan apa peraturan yang ada agar
penulisan tersebut akan menjadikan karya yang teratur, tersusun rapi, dan dapat
menarik perhatian pembaca lainnya.

3.2.2 Pengumpulan Data


Dari hasil tulisan penulis kali ini, melalui huruf-huruf tersusun penulis
sebelumnya, maka penulis ingin menyampaikan pesan bahwa apabila nantinya yang
membaca tulisan ini akan melakukan suatu penelitian ataupun penemuan hal baru
maka lakukankanlah pengumpulan data yang sebaik-baiknya agar apa yang diteliti
dan ditemukan memiliki bukti nyata yang kuat, tidak menimbulkan keambiguan,
serta lakukanlah sesuai dengan peraturan yang ada, karena kunci validasi dari sebuah
penelitian salah satunya yang terpenting ada pada pengumpulan data.

42

Anda mungkin juga menyukai