Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok pada Mata Kuliah
Pengantar Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:
Neneng Nurjanah M.Hum
Disusun oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Notasi Ilmiah” dengan lancar.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Bahasa
Indonesia di Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan makalah ini tentu
banyak kekurangan baik dalam segi pengetahuan, materi maupun teknik penulisan. Maka
dari itu, kritik dan saran sangat diharapkan dalam penulisan makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia yaitu Neneng Nurjanah M.Hum, serta rekan-rekan yang telah memberikan
dukungan dalam penyelesaian makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi penambahan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu karya ilmiah merupakan tulisan yang paling di banggakan tentunya baik dari
penulis ataupun pembaca, karena didalamnya terdapat berbagai macam ilmu yang telah di
rangkum untuk mencapai suatu hasil. Penulisan karya ilmiah ini merupakan tulisan yang
memerlukan penjelasan sumber yang tepat untuk para pembacanya, terutama dikalangan
pelajar, mahasiswa dan dosen. Keterangan sumber yang ada dalam tulisan karya ilmiah
bisa membantu para pembaca untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam untuk
menemukan sesuatu yang ingin dicari para pembaca.
Rangkaian kata yang merupakan bagian karya ilmiah akan dipertanggung jawabkan
kebenerannya pula maka dari itu penulis harus bisa menempatkan keterangan-keterangan
tersebut agar terbukti tulisan tersebut bukan hanya imajinasi.
Dalam Bahasa Indonesia penulisan karya ilmiah yang akan sering digunakan para
mahasiswa ataupun profesi yang lebih tinggi, maka penting bagi penulis karya ilmiah
untuk mempelajari bagaimana mencantumkan kutipan, catatan kaki dan bibliografi
(daftar pustaka) yang baik dan benar.
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian kutipan pada karya ilmiah.
2. Dapat memahami tentang pengertian catatan kaki pada karya ilmiah.
3. Dapat memahami tentang pengertian daftar pustaka pada karya ilmiah.
4. Dapat memahami cara penggunaan kutipan pada karya ilmiah
5. Dapat memahami cara penggunaan catatan kaki pada karya ilmiah
6. Dapat memahami cara penggunaan catatan kaki pada karya ilmiah
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kutipan
2.1.1 Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau
ucapan seseorang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.
Mengutip itu tidak tercela. Bahkan, sepanjang dilakukan secara jujur, mengutip
merupakan suatu keniscayaan dalam menulis karya ilmiah. Namun begitu, jika
dilakukan tanpa kejujuran mengutip merupakan suatu tindakan plagiat (penjiplakan).
Oleh sebab itu, sedapat mungkin dalam sebuah karangan ilmiah, kutipan ditulis dengan
catatan (notes) supaya terlepas dari tuduhan menjiplak.1
1
Ahmad Bahtiar & Syihaabul Huda, Khazana Bahasa: memaknai Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
(Bogor: Penerbit IN MEDIA), 2019, hal. 135-136.
6
bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Penulis hanya sekedar
mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
c. Menghilangkan bagian kutipan
Penghilangan kutipan biasanya di nyatakan dengan menggunakam [. . .]. Jika
unsur yang dihilangkan pada akhir sebuah kalimat, maka ketika titik berspasi itu
ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat tersebut. Bila bagian yang
dihilangkan terdiri dari satu alinia atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan
titik-titik berspasi sepanjang satu barisan halaman.2
2
Ibid., hal. 136.
3
Ibid.
4
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK), Diakses pada:
https://docplayer.info/34260883-Pedoman-penulisan-skripsi-fakultas-ilmu-tarbiyah-dan-keguruan-fitk.html ,
2013, hal. 35-36.
7
Intelegasi umum yang dikemukakan oleh Spearman itu pada
dasarnya terdiri dari 7 kemampuan yang dapat dibedakan dengan
jelas, yaitu: (1) untuk menjumlah, mengurangi, mengalikan, dan
membagi, (2) menulis dan berbicara dengan mudah, (3) memahami
dan mengerti makna yang diucapkan, (4) memperoleh kesan akan
sesuatu, (5) mampu memecahkan persoalan dan mengambil
pelajaran dari pengalaman lampau, (6) dengan tepat dapat melihat
dan mengerti hubungan benda dalam ruang, (7) mengenali objek
dengan tepat dan cepat.
4) Kutipan langsun terjemahan al-Qur’an dan Hadis diketik miring,
menjorok (masuk) lima ketukan, berspasi satu, dan tidak menyebut
kata “artinya”. Contoh:
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri.” (Q.S Ar Ra’ad [13]: 11)
5
Ibid., hal. 36.
6
Ahmad… op. cit., hal. 137.
8
2) Jarak antara baris dengan baris dua spasi
3) Kutipan itu diapit dengan tanda kutip
4) Sesudah kutipan selesai diberi no urut penunjukan setengah spasi ke atas,
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Misalnya:
Guru tak dapat memperhatikan muridnya seorang demi seorang. Dalam
seminar “The teaching of modern languages” oleh sekretariat UNESCO
di Nuwara Eliya, sailan, pada bulan Agustus 1953 dikatakan : because
of the very special nature of language, teaching us well on general
educatioanal grounds, it is vital that classes should be small” (hal.50).
untuk waktu yang …
Jadi kalimat because of the very special nature of language, …dst. Merupakan
suatu kutipan, tetapi kutipan itu tidak lebih dari empat baris ketikan. Oleh karena
itu, kutipan harus diintegrasikan dengan teks, serta spasi antara baris adalah spasi
rangkap. Tetapi sebagai pengenal bahwa bagian itu merupakan kutipan, maka
bagian itu ditempatkan dalam tanda kutip.7
b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu
harus digarap sebagai berikut:8
1) Kutipan itu dipisahkan dari teks 2,5 spasi
2) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi
3) Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tandap kutip
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut setengah spasi ke atas, atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan nomor
halaman tempat terdapat kutipan itu.
5) Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu
dimulai dengan alenia baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan
lagi 5-7 ketikan.
Contohnya:
7
Ibid.
8
Ibid.
9
“suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang
banyak manggambarkan buku-buku sebagai benda-benda yang tak berjiwa,
tidak efektif [sic!], serba damai yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari biara-biara
dan universitas dan tempat-tempat pengasingan diri yang lain yang jauh dari
dunia yang jahat dan materialistis” (Asrul Sani 1959:7)9
Buku aslinya berbunyi. . .
....................................................
. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata
istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya
daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang
sama bentuk fonemik-segmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan
tekanan. Denagn perkataan lain, tekanan itu hanya satu bagian dari tata aksen, disamping
unsur titinada, kontur dan jangka.21
. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
_______________________
9
Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah), 1994, hal. 185.
10
Ahmad… op. cit., hal. 138.
11
Keraf… op. cit., hal 187.
10
21 Hockett, op. cit. hal. 33 – 53; dan selanjutnya juga Hockett, “A Manual of Phonology”Indiana University
Publications in Anthropology and Linguistics, Memoir II, 1955; hal. 43 – 66.
2.2.2 Tujuan
12
Ibid., hal. 193.
11
Catatan kaki dapat pula digunakan untuk menyediakan referensi kepada
bagian-bagian lain dari tulisan itu. Dalam hal ini, penulis misalnya memberi
catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman atau bab
sebelumnya, atau halaman-halaman atau bab lain yang akan diuraikan
kemudian. Begitu pula penunjukan kepada apendiks atau lampiran harus
melalui catatan kaki.13
13
Ibid., hal. 194.
12
5) Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak
antar catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi
6) Baris kedua dari catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.14
a. Pengarang
1) Nama pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan
biasa yaitu gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Contoh: Prof.
14
Ibid., hal. 195-197.
15
Ibid., hal. 197-198.
13
Dr. Muhammad Thalib. Pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya
cukup pergunakan nama singkat misalnya: Thalib.
2) Bila terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang
dicantumkan. Namun kalau ada empat nama atau lebih cukup nama
pertama yang dicantumkan, sedangkan bagi nama-nama lain digantikan
dengan singkatan et al. (et alii = dan lain-lain).
3) Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama
degan nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) dibelakang
nama penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah
tanda koma.
4) Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai
dengan judul buku atau judul artikel.16
b. Judul
1) Semua judul buku, majalah atau ensiklopedi digaris bawahi atau dicetak
dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2) Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan
seterusnya atas sumber yang sama, tidak perlu disebut lagi dan
digantikan dengan singkatan Ibid., Op. Cit., Loc. Cit..
3) Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah,
maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah tanpa judul
artikel, misalnya: kompas, hal.6.17
c. Data Publikasi
1) Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada
referensi pertama; referensi-referensi selanjutnya ditiadakan. Tempat
dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan
sebuah koma, misalnya: (Jakarta, 1975).
2) Data pubikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama dan
tempat penerbit, tetapi harus mencantumkan nomer jilid dan nomor
halaman, tanggal, bulan (tidak boleh disingkat) dan tahun. Semua
mengenai penanggalan biasanya dicantumkan dalam tanda kurung,
misalnya: (Agustus, 1999).
16
Ibid., hal. 199
17
Ibid.
14
3) Data publikasi bagi artikel sebuah majalah terdiri dari: bulan, hari,
tanggal, tahun dan nomor halaman. Penanggalan tidak boleh
ditempatkan dalam tanda kurung.18
d. Jilid dan nomor halaman
1) Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hal.)
dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya: hal. 75.
2) Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan
nomor jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka
romawi. Untuk karya ilmiah nomor jilid dan nomor halaman dipisahkan
oleh titik dua. Misalnya: MISI, 1: 47-54 (April, 1963).19
Jenis Contoh
Referensi kepada buku dengan F. Graebner, Etnologie in die Kultur der
seorang pengarang Gegenwart (Lepzig, 1923), hal. 544.20
Referensi kepada buku dengan dua L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell,
atau tiga pengarang The Use of Personal documents in History,
Anthropology and Sociology (New York:
Social Science Research Council, 1945),
hal. 82 – 173.21
Referensi kepada buku dengan banyak Alton C. Morris, et al., Collage English,
pengarang the first year (new York, 1964), hal. 51 –
56.22
Buku edisi berikutnya mengalami H.A. Gleason, An Indtroduction to
perubahan Descriptive Linguistics (rev. ed.; New
York, 1961), hal. 56.23
18
Ibid., hal 199-200.
19
Ibid., 200.
20
Keraf, op. cit., hal. 201.
21
Ibid., hal. 202
22
Ibid.
23
Ibid.
15
Buku yang terdiri dari dua jilid atau A.H. Lighstone, Concepts of Calculus
lebih (Vol. I; New York: Harper & Row, 1966),
hal. 7524
Edisi dari karya seorang pengarang Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesustraan
atau lebih Indonesia, sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84 –
85.25
Sebuah terjemahan Multatuli, Max Havelaar, atau Lelalng
Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj.
H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.26
Artikel antologi David Riesman, “Character and Society,”
Towrd Liberal Education, eds. Louis G.
Locke, William M. Gibson, and George
Arms (New York, 1962), hal. 572 – 573.27
Artikel ensiklopedia Robert Ralph Bolgar, “Rhetoric,”
Encyclopaedia Britannica (1970), XIX,
257 – 260.28
“Vaccanation,” Encyclopaedia Britannica
(14 th ed.), XXII, 921.29
Artikel majalah Ny. H. Soebadio, “Penggunaan Sansakerta
dalam Pembentukan Istilah Baru,”
Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I
(April, 1963), hal. 47 – 58.30
Artikel harian Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari,
1973, hal. 4.31
S.A. Arman, “Sekali lagi Teroris,”
Kompas, 19 Januari 1973, hal. 5.32
24
Ibid., hal. 203.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ibid., hal. 204
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid., hal. 205.
31
Ibid.
32
Ibid.
16
Artikel jurnal Laura Aguilar,“Artist’s Statement”. Nueva
Luz: A Photographic Journal 4, no.2 (1993):
22.33
Tesisi dan disertasi yang belum di Mario Ontiveros, “Circumscribing identities:
terbitkan Chicana muralist and the representation og
Chicana subjectivity”. (Tesis Master,
Department of Art History, University of
California, Riverside, 1994), 44.34
Sumber dari website Philips B. Kurland dan Ralph Lerner. eds. The
founders’ Constitution. (Chicago: University
of Chicago Press, 2000), bab. 9, dok. 3,
http://presspubs.uchicago.edu/founders/35
Dokumen pemerintah Environmental Protection Agency (EPA).
Toxicology Handbook. 2nd ed. (Rockville, MD:
Government Institutes, 1986). 101-114
Presentasi Paper Jeff D. Speth and Don D. Davis,“Seasonal
variability in early hominid predation”(paper
presented at Conference on Archeology:
Broadening Subject Matter, Midland
University, Flat Prairie, Illinois, 24-16 Mei
1975), 31.36
Referensi kepada dua sumber atau M.J. Herskovits, Man and His Works: The
lebih Science of Cultural Anthropology (New
York: Alferd A. Knopf, 1948) hal. 501;
A.A. Goldenweiser, The Principles of
Limited Possibilities in the Development of
Cultural (London: Kegan Paul, Trench,
Trubner & Co., 1933), hal. 35 - 55.37
Bab dalam Buku Orlando Fromson, “Progressiveness in the late
twentieth century. Dalam To left and right:
33
SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH, diakses pada:
http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-PEDOMAN-
PENULISAN-KARYA-ILMIAH.pdf , 2017. Hal. 27
34
Ibid., hal. 28
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ibid., hal. 206
17
Cycles in American politics, ed. Wilmer F.
Turner (Jackson, MS: Lighthouse Press,1990),
627.38
Catatan penjelas Metode tersebut terakhir ini, yang
biasanya disebut Child training studies
sebenarnya berdasarkan jalan pikiran
bahwa tabiat seorang individu yang
dewasa ini telah dibangun oleh bahan-
bahan pengalaman yang diterima oleh si
individu dari sejak waktu ia masih kanak-
kanak. …39
Referensi pada catatan penjelas J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo
(Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I, 50.
Demikianlah Mallinckrodt memberi
pengertian yang lain sama sekali kepada
istilah magie, daripada misalnya J.G.
Frazer atau sebagian besar daripada
sarjana ilmu anthropologi-budayakan
mengartikannya. Menurut Mallinckrodt,
kekuatan magie itu adalah kekutan sakti.
Menurut Farazer, magie adalah ilmu gaib40
2.2.7 Singkatan-singkatan
a. Ibid.: singkatan ini dari berasal dari kata Latin yaitu ibidem yang berarti
pada tempat yang sama. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang
berikut menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan
nomor sebelumnya. Bila halamannya sama, maka hanya dipergunakan
singkatan ibid.; bila halamannya berbeda maka sesudah singkatan ibid
38
SK-REKTOR…, op. cit., hal. 28
39
R.M. Koentjaraningrat, Beberapa Metode Antropologi, (Djakarta, 1958), hal. 355, dikutip oleh Prof. Dr. Goyrs
Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende:Nusa Indah,1994), hal. 208.
40
R.M. Koentjaningrat…, op. cit., hal. 354, dikutip oleh oleh Prof. Dr. Goyrs Keraf, Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran, (Ende:Nusa Indah,1994), hal. 209.
18
dicantumkan pula nomor halamannya. Singkatan ibid selalu digarisbawahi
atau dicetak dengan huruf miring.41
b. Op. cit.: singkatan ini berasal dari kata Latin yaitu Opere Citato yang berarti
pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu
menunjuk kembali sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi
oleh sumber lain, dalam hal ini sesudah nama singkat pengarang,
dicantumkan singkatan Op.Cit. bila ada penunjukkan kepada halaman atau
jilid maka ditempatkan setelah singkatan op.cit.42
c. Loc. cit.: singkatan ini berasal dari kata Latin yaitu Loco Citato yang berarti
pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu
menunjuk kembali sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi
oleh sumber lain. Singkatan loc.cit. tidak boleh diikuti oleh nomor halaman,
karena penunjukan itu tidak kepada karya secara keseluruhan, tetapi
merujuk kepada halaman tersebut.43
d. et seq atau et seqq.: singkatan dari et sequens atau et sequentes yang berarti
dan halaman-(halaman) berikutnya. Singkatan ini dipakai sesudah
menyebut nomor halaman. 44
2.3 Bibliografi
2.3.1 Pengertian Bibliografi
Bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap.45 Bagi
pembaca pada umumnya mungkin menghiraukan daftar kepustakaan ini, tapi untuk
para sarjana, atau calon sarjana bahkan dosen ataupun professor akan sangat
memerlukan daftar kepustakaan tersebut.
Cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data kepustakaan (yaitu
mempergunakan kartu tik yang berukuran 10 cm × 12,5 cm) dapat dipergunakan pula
untuk mencatat segala keterangan yang diperlukan mengenai bahan kepustakaan
tersebut. Dengan demikian pada saat terakhir, ketika penulis siap dengan naskahnya,
khususnya pada waktu ia ingin menyusun daftar bibliografi atau daftar kepustakaan –
41
Keraf… op. cit., hal. 210
42
Ibid.
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid., hal. 213.
19
sebagai salah satu syarat mutlak dalam menyusun kelengkapan suatu karya ilmiah –ia
tidak akan menemui kesulitan lagi. Semua bahan sudah tersedia pada kartu tik.46
Ada penulis yang memberikan suatu daftar bibliografi yang panjang bagi karya
yang ditulisnya. Namun untuk penulisan karya-karya pada paragraph permulaan
cukup kalau diusahakan suatu daftar kepustakaan dari buku-buku yang dianggap
46
Ibid., hal. 213-214.
47
Ibid., hal. 214.
48
Ibid.
49
Ibid., hal. 214-215.
20
penting, dan sungguh-sungguh diambil sebagai pertimbangan atau dijadikan dasar
orientasi dalam penyusuanan bahan-bahan karya tulis itu.
Bila daftar bibiografinya cukup panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan
klasifikasinya. Ada yang membedakan daftar yang hanya memuat buku, artikel
majalah, artikel ensiklopedia, harian, dsb. Ada pula yang membuat daftar berdasarkan
kaitannya dengan tema yang digarap: buku-buku atau referensi dasar, bibliografi
khusus dan bibliografi pelengkap.
Persoalan lain yang perlu ditetapkan juga dalam hubungan dengan bibliografi
adalah: dimana harus ditempatkan daftar kepustakaan itu? Bila karangan tidak terlalu
panjang,misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar bibliografi pada akhir
karangan itu. Tetapi kalau bukunya sangat tebal serta tiap bab cukup banyak bahan-
bahan referensinya, maka dapat diusahakan sebuah bibliogrfai untuk tiap bab. Dalam
hal terakhir ini ada kemungkinan bahwa sebuah karya dapat disebut berulang kali
dalam bab-bab berikutnya.50
50
Ibid.
51
Ibid., hal. 215.
52
Dalam buku “komposisi sebuah pengantar kemahiran Bahasa” karya Prof. Dr. Gorys Keraf, menjelaskan
bahwa: Nama-nama cina tidak perlu dibalik karena dimulai dengan nama keluarga, kecuali gelar, singkatan
nama baptis selalu harus ditempatkan di belakang.
21
sebuah titik. Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang.
Namun hal terakhir ini akan mengganggu dari estetis, karena nantinya ada garis yang
pendek ada pula garis yang panjang sekali, terutama kalau nama penagarang itu panjang,
atau karena ada dua pengarang.53
Penulisan untuk daftar kepustakaan agak berlainan untuk setiap jenisnya. Maka harus
diperhatikan ketentuan-ketentuan yang dipakai untuk setiap jenis referinsi yang ada.
Nama keluarga (Hockett), lebih dahulu, baru nama kecil atau inisial
(Charles F.), kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memudahkan penyususnan
alfabetis. Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, maka nama
komisi atau lembaga itu dipakaimenggantikannnama pengarang. Jika tidak
ada nama pengarang, maka urutannya harus dimulai dengan judul buku.
53
Keref… op. cit., hal. 216.
22
publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman. Perhatikan penggunaan titik
dua sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit.54
Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain
ketentuannya sama seperti nomor a. Urutan nama pengarang harus sesuai
dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan
perubahan urutannya.55
e. Buku terjemahan
Multatuli. Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda ,
terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972.
54
Ibid., hal. 216-217.
55
Ibid., hal. 217.
56
Ibid., hal. 217-218.
57
Ibid., hal. 218.
23
Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis. Keterangan
tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan
sebuah tanda koma.58
f. Bab dalam Buku
Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan
judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah
tanda kutip. Jadi ketiga bagian dari kepustakaan ini tetapi dipisahkan dengan
titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua judul artikel-judul
buku dan editor, ketiga tempat terbit – penerbit – tahun terbit.60
58
Ibid., hal. 219.
59
SK-REKTOR-… op. cit., hal. 28
60
Keraf, Op. cit., hal. 219.
61
Ibid., hal. 221
24
“Rhetoric,” Encyclopedia Britannica, 1970, XIX, 257-260.
Bila ada artikel yang jelas pengarangnya, maka nama pengarang itulah
yang dicantumkan. Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang
harus dimasukkan dalam urusan alfabetisnya. Untuk penanggalan dapat
dipergunakan nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya. Perhatikan pula
bahwa antar judul ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit,
jilid dan halaman harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah.
Contoh yang kedua sebenernya sama dengan contoh yang pertama, hanya
terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat terbit dan penerbit. Bila tempat
terbit dan penerbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya berlaku bagi
ensiklopedi yang tidak teralu umum dikenal.62
62
Ibid., hal. 219-220.
25
halaman semuanya mempergunakan angka Arab, hanya harus diingat
bahwa sesudah nomor jilid harus diberi titi dua baru menyusul nomor
halaman. Penanggalan boleh ditemoatkan dalam tanda kurung boleh
juga tidak.63
Namun sesuai dengan keputusan rector UIN Jakarta dan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang dipakai dalam pembuatan karya ilmiah ada
pada contoh pertama atau ketiga.
Jasin, H.B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 Jld. Jakarta: Balai Pustaka
1969.67
63
Ibid., hal. 220.
64
SK-SEKTOR…, op. cit., hal. 27.
65
Kosasih, op. cit., hal. 211.
66
Ibid.
67
Keraf, op. cit., hal 218
26
Environmental Protection Agency (EPA). Toxicology handbook. 2nd ed.
Rockville, MD: Government Printing Office. 1986.68
c. Berupa makalah
Contoh:
Kartadinata, S..1989. “kualifikasi professional petugas bimbingan Indonesia:
kajian psikologis”. Makalah pada konvensi 7 IPBI, Denpasar.69
Sesuai keputusan Rektor UIN, penggunaan daftar kepustakaan seperti
berikut;
Speth, Jeff D., and Don D. Davis. “Seasonal variability in early hominid
predation”.Makalah dipresentasikan pada Conference on Archeology in
Anthropology: Broadening Subject Matter, Midland University, Flat
Prairie, Illinois. 24-26 Mei, 1975.70
5. Sumbernya dari internet
a. karya perorangan
cara penulisannya adalah pengarang/ penyunting, judul, jenis medium, […],
Tersedia: alamat di internet, tanggal diakses […], Tahun. Contoh:
Cara penulisannya adalah pengarang, judul, nama jurnal, jenis media […],
volume (terbitan), Halaman, Tersedia: alamat di internet, tanggal diakses […],
tahun. Contoh:
68
SK-REKTOR…, op. cit., hal. 28.
69
Kosasih, op. cit., hal. 211.
70
SK-SEKTOR…, op. cit., hal 29.
71
Kokasih, op. cit, hal. 212.
72
Ibid., hal. 212-213.
27
Supriadi, D. “restructuring the schoolbook provision system in Indonesian: some
recent initiatives” dalam educational policy analysis archives [online], vol 7
(7), 12 halaman. Tersedia: http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html. [ 17 Maret
2000]. 1999.73
73
Ibid., hal. 213.
74
Ibid.
75
Ibid., hal. 24.
76
Ibid.
28
2.3.5 Macam-macam Bibliografi
Dari banyaknya referensi yang di pakai bibliografi disusun dengan mempergunakan
semua bahan yang telah dipakai dalam karya ilmiah, baik secara langsung (yang dibuat
kutipan-kutipan) maupun tidak langsung. Sebab itu bahan-bahan referensi itu dapat dibedakan
dengan membuat daftar yang khusus, kalau memang cukup panjang daftarnya, misalnya;77
1. Buku-buku dasar: buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai
pokok yang di garap itu. Dalam hal ini mungkin tidk adasau bahan pun yang dikutipnya.
2. Buku-buku khusus: buku-buku khusus yaitu buku yang dipakai oleh penulis untuk
mencari bahan-bahanyang lansung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
Biasanya kutipan-kutipan yang terdapat dalam karya tadi diambil dari kelompok buku
khusus ini.
3. Buku-buku pelengkap: buku-buku pelengkap adalah buku-buku yang topiknya lain dari
pokok yang digarap penulis. Namun dalam beberapa hal buku-buku itu bisa memberi
jalan keluar atau penerangan yang lebih mendalam mengenai salah satu bagian dari karya
itu. Dari jenis buku ini biasanya juga diambil kutipan-kutipan.78
Dengan cara ini kita menyusun daftar kepustakaan sesuai ketentuan yang ada, yaitu: 80
1. Nama pengarang diurutkan menurut urutan alfabet. Nama yang dipakai dalam urutan itu
adalah nama keluarga.
2. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
alphabet. Perhatikan bahwa kata-kata sandangan dalam bahasa-bahasa Barat tidak
diperhitungkan untuk penyusunan ini
3. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk
referensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikut-sertakan, tetapi
digantikan dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
77
Keraf, op. cit. hal. 221.
78
Ibid., hal. 222.
79
Ibid.
80
Ibid., hal. 223.
29
4. Jarak antara basris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak
anatara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi
5. Baris pertama dimulasi margarin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus
dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.
b. Cara Kedua
Dalam cara kedua ini selain syarat yang dipakai dalam cara pertama untuk menyusun
daftar kepustakaan, adapula yang perlu diperhatikan, yaitu:81
1. Susunan unsur bibliografi: Nama pengarang (dibalik), tahun terbit, judul buku, dan
data publikasi lainnya
2. Bila ada dua ata tiga karangan dari seorang pengarang yang dimasukkan dalam
biblografi, maka karangan itu disusun menurut tahun terbitnya
3. Bila ada dua karangan atau lebih dari seorang pengarang yang diterbitkan dalam
tahun yang sama, maka di belakang tahun terbitnya diberikan nomor urut a, b, c, dst.
4. Selain itu penggunaan cara ini berguna melengkapi keterangan yang berada dalam isi
teks, seperti (bloomfield, 1962:104). Yang pasti kita tahu perkataan tersebut terdapat
pada karangan bloomfield pada tahun 1962 di halaman 104, maka untuk lebih
jelasnya harus ditulis pada bibliografi.
81
Ibid, hal. 225-227.
30
d. Contoh penyusunan Bibliografi
BIBLIOGRAFI
Anttila, Raimo. 1968. “The Relation between Internal Reconstruction and the
comparative Method”Ural-ltaische Jahrbucher, 40 159-173.
Bloch, Bernard. 1948. “A Set of Postulates for Phonemic Analyses,” Language, 24: 3-46.
Brace, C. Loring, and M.F. Ashley Montagu. 1965. Man’s Evolution, an Intoduction to
Physical Anthropology. New York: The MacMillan Company.
_______. 1964. “Linguistic evidence for the Relative Age of Iroquois Religios Practices,”
Southwestern Journal of Anthtopology, 20: 278-285.
_______. 1970. Meaning and the Structure of Language. Chicago: University of Chicago
Press.
31
_______. 1966b. “Language Universals,” Current Trends in Linguistics (Thomas A.
Sebeok, ed.), 3: 61-112, The Hague: Mouton.
Haugen, Einar. 1950. “The Analysis of ‘Linguistics Borrowing,” Language, 26: 210-231.
_______. 1958. A. Course in Modern Linguistics. New York: The MacMillan Company.
_______. 1960. “The Origin of Speech,” Scientific American, 3-11. Jespersen, Otto.
1964. Language, Its Nature, Development an origin. New York: The Norton Library.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau
ucapan seseorang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.
Prinsip-prinsip kutipan, yaitu: 1) Jangan mengadakan perubahan, 2) Bila ada
kesalahan diberi catatan: [sic!], 3) Menghilangkan bagian kutipan dinyatakan dengan
menggunakam [. . .]
Jenis Kutipan terbagi menjadi dua, yaitu kutipan langsung dan kutipan tak
langsung. Penulisan kutipan langsung terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Kutipan langsung
tidak melebihi satu halaman penuh, Kutipan langsung tidak lebih dari lima baris,
diketik biasa menyatu dalam teks diawali dan diakhiri oleh tanda petik (“) serta diberi
nomor kutipan. 2) Kutipan langsung lebih dari lima baris, diketik dengan menjorok
lima ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta tulisan dengan jarak 1 spasi. 3)
Kutipan langsung terjemahan al-Qur’an dan Hadis diketik miring, menjorok (masuk)
lima ketukan, berspasi satu, dan tidak menyebut kata “artinya”. Dan ada kutipan tak
langsung, yang menutip tanpa ada tanda, hanya pembawaan nama sebelum ada
perkataan yang akan ditulis.
Bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Fungsi
bibliografi adalah sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki. Unsur-unsur
Bibliografi tak jauh beda dari catatan kaki, yaitu referensi. Bentuk bibliografi
dibedakan dari berbagai macam teks bacaan pada saat ini, ada yang dari artikel,
33
jurnal, majalah, surat kabar, sumber dari web, bahkan dokumen dari pemerintah
sekalipun.
3.2 Saran
Demikian pokok bahasan yang dapat kami paparkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan referensi. Untuk itu kami mohon maaf atas
segala kekurangan kami. Kami harap pembaca bisa memberikan kritik dan saran, agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik. Terima kasih.
34
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah). 1994.
Bahtiar, Ahmad & Syihaabul Huda. Khazana Bahasa: memaknai Bahasa Indonesia dengan Baik dan
Kokasih, E. & Wawan Hermawan. Bahasa Indonesia: Berbasis Kepenulisan Karya Ilmiah dan Jurnal
http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-
PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH.pdf . 2017.
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK). Diakses
pada: https://docplayer.info/34260883-Pedoman-penulisan-skripsi-fakultas-ilmu-tarbiyah-dan-
keguruan-fitk.html . 2013.
Koentjaraningrat, R.M.. Beberapa Metode Antropologi. (Djakarta, 1958). dikutip oleh Prof. Dr.
Indah,1994).
35