Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH NOTASI ILMIAH

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok pada Mata Kuliah
Pengantar Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Neneng Nurjanah M.Hum

Disusun oleh :

1. Aniyah Kholisoh Q. (11180170000083)


2. Miftahul Jannah (11180170000087)
3. Amalia Adnan Z (11180170000094)

Pendidikan Matematika 2-C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Notasi Ilmiah” dengan lancar.

Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Bahasa
Indonesia di Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan makalah ini tentu
banyak kekurangan baik dalam segi pengetahuan, materi maupun teknik penulisan. Maka
dari itu, kritik dan saran sangat diharapkan dalam penulisan makalah ini.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia yaitu Neneng Nurjanah M.Hum, serta rekan-rekan yang telah memberikan
dukungan dalam penyelesaian makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi penambahan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 17 Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Kutipan.................................................................................................................................... 6
2.2 Catatan Kaki.......................................................................................................................... 11
2.3 Bibliografi ............................................................................................................................. 19
2.3.1 Pengertian Bibliografi ....................................................................................................... 19
2.3.2 Fungsi Bibliografi ............................................................................................................. 20
2.3.3 Unsur-unsur Bibliografi .................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 33
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu karya ilmiah merupakan tulisan yang paling di banggakan tentunya baik dari
penulis ataupun pembaca, karena didalamnya terdapat berbagai macam ilmu yang telah di
rangkum untuk mencapai suatu hasil. Penulisan karya ilmiah ini merupakan tulisan yang
memerlukan penjelasan sumber yang tepat untuk para pembacanya, terutama dikalangan
pelajar, mahasiswa dan dosen. Keterangan sumber yang ada dalam tulisan karya ilmiah
bisa membantu para pembaca untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam untuk
menemukan sesuatu yang ingin dicari para pembaca.
Rangkaian kata yang merupakan bagian karya ilmiah akan dipertanggung jawabkan
kebenerannya pula maka dari itu penulis harus bisa menempatkan keterangan-keterangan
tersebut agar terbukti tulisan tersebut bukan hanya imajinasi.
Dalam Bahasa Indonesia penulisan karya ilmiah yang akan sering digunakan para
mahasiswa ataupun profesi yang lebih tinggi, maka penting bagi penulis karya ilmiah
untuk mempelajari bagaimana mencantumkan kutipan, catatan kaki dan bibliografi
(daftar pustaka) yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kutipan?
2. Apakah yang dimaksud dengan catatan kaki?
3. Apakah yang dimaksud dengan daftar pustaka?
4. Bagaimana menggunakan kutipan pada karya ilmiah?
5. Bagaimana menggunakan catatan kaki pada karya ilmiah?
6. Bagaimana menggunakan daftar pustaka pada karya ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian kutipan pada karya ilmiah.
2. Dapat memahami tentang pengertian catatan kaki pada karya ilmiah.
3. Dapat memahami tentang pengertian daftar pustaka pada karya ilmiah.
4. Dapat memahami cara penggunaan kutipan pada karya ilmiah
5. Dapat memahami cara penggunaan catatan kaki pada karya ilmiah
6. Dapat memahami cara penggunaan catatan kaki pada karya ilmiah

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kutipan
2.1.1 Pengertian Kutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau
ucapan seseorang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.
Mengutip itu tidak tercela. Bahkan, sepanjang dilakukan secara jujur, mengutip
merupakan suatu keniscayaan dalam menulis karya ilmiah. Namun begitu, jika
dilakukan tanpa kejujuran mengutip merupakan suatu tindakan plagiat (penjiplakan).
Oleh sebab itu, sedapat mungkin dalam sebuah karangan ilmiah, kutipan ditulis dengan
catatan (notes) supaya terlepas dari tuduhan menjiplak.1

2.1.2 Prinsip-prinsip Mengutip

a. Jangan mengadakan perubahan


Pada waktu melakukan pengutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah
kata-kata atau teknik dari teks aslinya, contoh pertentangan dan sebagainya. Dalam
hal yang demikian penulis harus memberikan tanda kurung segi empat […] bahwa
perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya.
Keterangan dalam kurung segi empat itu misalnya berbunyi sebagai berikut: [huruf
miring dari saya, Penulis].
b. Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terjadi kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan
ejaan maupun soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki
kesalahan-kesalahan itu. Penulis hanya mengutip sebagaimana adanya. Misalnya
kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan: [sic!] kata
sic! Catatan tersebut ditempatkan dalam kurung segi empat yang menunjukkan

1
Ahmad Bahtiar & Syihaabul Huda, Khazana Bahasa: memaknai Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
(Bogor: Penerbit IN MEDIA), 2019, hal. 135-136.

6
bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Penulis hanya sekedar
mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
c. Menghilangkan bagian kutipan
Penghilangan kutipan biasanya di nyatakan dengan menggunakam [. . .]. Jika
unsur yang dihilangkan pada akhir sebuah kalimat, maka ketika titik berspasi itu
ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat tersebut. Bila bagian yang
dihilangkan terdiri dari satu alinia atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan
titik-titik berspasi sepanjang satu barisan halaman.2

2.1.3 Jenis Kutipan

Berdasarkan jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan


kutipan tidak langsung (kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat
dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah
teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang
pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.3
Kutipan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:4
a. Kutipan Langsung
Penulisan kutipan langsung ditulis sebagai berikut:
1) Kutipan langsung tidak melebihi satu halaman penuh
2) Kutipan langsung tidak lebih dari lima baris, diketik biasa menyatu
dalam teks diawali dan diakhiri oleh tanda petik (“) serta diberi
nomor kutipan
Contoh :
Menurut Kadir, “Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu:.
3) Kutipan langsung lebih dari lima baris, diketik dengan menjorok
lima ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta tulisan dengan
jarak 1 spasi. Contoh:

2
Ibid., hal. 136.
3
Ibid.
4
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK), Diakses pada:
https://docplayer.info/34260883-Pedoman-penulisan-skripsi-fakultas-ilmu-tarbiyah-dan-keguruan-fitk.html ,
2013, hal. 35-36.

7
Intelegasi umum yang dikemukakan oleh Spearman itu pada
dasarnya terdiri dari 7 kemampuan yang dapat dibedakan dengan
jelas, yaitu: (1) untuk menjumlah, mengurangi, mengalikan, dan
membagi, (2) menulis dan berbicara dengan mudah, (3) memahami
dan mengerti makna yang diucapkan, (4) memperoleh kesan akan
sesuatu, (5) mampu memecahkan persoalan dan mengambil
pelajaran dari pengalaman lampau, (6) dengan tepat dapat melihat
dan mengerti hubungan benda dalam ruang, (7) mengenali objek
dengan tepat dan cepat.
4) Kutipan langsun terjemahan al-Qur’an dan Hadis diketik miring,
menjorok (masuk) lima ketukan, berspasi satu, dan tidak menyebut
kata “artinya”. Contoh:
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri.” (Q.S Ar Ra’ad [13]: 11)

b. Kutipan Tidak Langsung


Contoh:5
1) Kompetensi siswa adalah kemampuan siswa sebagai hasil belajar.
Belajar memiliki lima dimensi sebagaimana dikatakan Marzani,
yaitu ;
2) Dimensi sikap-sikap dan persepsi positif terhadap belajar
3) Dimensi penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan;
4) Dimensi perluasan dang penghalusan pengetahuan;
5) Dimensi penggunaan pengetahuan secara bermakna;
6) Dimensi kebiasaan-kebiasaan berpikir produktif.

2.1.4 Cara-cara Mengutip

a. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris


Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan,
akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:6
1) Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks

5
Ibid., hal. 36.
6
Ahmad… op. cit., hal. 137.

8
2) Jarak antara baris dengan baris dua spasi
3) Kutipan itu diapit dengan tanda kutip
4) Sesudah kutipan selesai diberi no urut penunjukan setengah spasi ke atas,
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Misalnya:
 Guru tak dapat memperhatikan muridnya seorang demi seorang. Dalam
seminar “The teaching of modern languages” oleh sekretariat UNESCO
di Nuwara Eliya, sailan, pada bulan Agustus 1953 dikatakan : because
of the very special nature of language, teaching us well on general
educatioanal grounds, it is vital that classes should be small” (hal.50).
untuk waktu yang …

Jadi kalimat because of the very special nature of language, …dst. Merupakan
suatu kutipan, tetapi kutipan itu tidak lebih dari empat baris ketikan. Oleh karena
itu, kutipan harus diintegrasikan dengan teks, serta spasi antara baris adalah spasi
rangkap. Tetapi sebagai pengenal bahwa bagian itu merupakan kutipan, maka
bagian itu ditempatkan dalam tanda kutip.7
b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu
harus digarap sebagai berikut:8
1) Kutipan itu dipisahkan dari teks 2,5 spasi
2) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi
3) Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tandap kutip
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut setengah spasi ke atas, atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan nomor
halaman tempat terdapat kutipan itu.
5) Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu
dimulai dengan alenia baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan
lagi 5-7 ketikan.
Contohnya:

7
Ibid.
8
Ibid.

9
“suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang
banyak manggambarkan buku-buku sebagai benda-benda yang tak berjiwa,
tidak efektif [sic!], serba damai yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari biara-biara
dan universitas dan tempat-tempat pengasingan diri yang lain yang jauh dari
dunia yang jahat dan materialistis” (Asrul Sani 1959:7)9
Buku aslinya berbunyi. . .
....................................................

c. Kutipan tak langsung


Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapatan itu yang
dikemukakan. Sebab itu kutipan tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa
syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung.10
1) Kutipan itu diintegrasikan dengan teks
2) Jarak antar baris dua spasi
3) Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contohnya:11

. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata
istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya
daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang
sama bentuk fonemik-segmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan
tekanan. Denagn perkataan lain, tekanan itu hanya satu bagian dari tata aksen, disamping
unsur titinada, kontur dan jangka.21
. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
_______________________

9
Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah), 1994, hal. 185.
10
Ahmad… op. cit., hal. 138.
11
Keraf… op. cit., hal 187.

10
21 Hockett, op. cit. hal. 33 – 53; dan selanjutnya juga Hockett, “A Manual of Phonology”Indiana University
Publications in Anthropology and Linguistics, Memoir II, 1955; hal. 43 – 66.

2.2 Catatan Kaki


2.2.1 Pengertian

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang


ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan,
entah kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung harus dijelaskan
mengenai sumber asalnya dalam sebuah catatan kaki.12

2.2.2 Tujuan

a. Untuk menyusun pembuktian


Semua pernyataan yang penting, yang bukan merupakan pengetahuan
umum harus didukung oleh pembuktian-pembuktian. Pembuktian itu dapat
dibeberkan dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki, atau
kedua-duanya. Bisa dengan menunjukkan kembali kebenaran-kebenaran
yang pernah dicapai oleh seseorang pengarang lain dalam bukunya. Sebab
itu penunjukan dalam catatan kaki dimaksudkan untuk menunjukkan tempat
atau sumber dimana suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
b. Menyatakan hutang budi
Penunjukkan sumber pada catatan kaki itu dimaksudkan pula untuk
menyatakan hutang budi kepada pengarang yang dikutip pendapatnya.
Dengan menyebut nama pengarang yang dikutip pendapatnya itu, sekurang-
kurangnya kita telah menyatakan hutang budi kita kepadanya.
c. Menyampaikan keterangan tambahan
catatan kaki untuk menyampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat
uraian di luar persoalan atau garis-garis yang diperkenankan oleh laju teks.
Keterangan tambahannya dapat berbentuk inti sari sebuah fragmen yang
dipinjam, uraian teknis, keterangan incidental atau materi yang memperjelas
teks.
d. Merujuk bagian lain dari teks

12
Ibid., hal. 193.

11
Catatan kaki dapat pula digunakan untuk menyediakan referensi kepada
bagian-bagian lain dari tulisan itu. Dalam hal ini, penulis misalnya memberi
catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman atau bab
sebelumnya, atau halaman-halaman atau bab lain yang akan diuraikan
kemudian. Begitu pula penunjukan kepada apendiks atau lampiran harus
melalui catatan kaki.13

2.2.3 Prinsip Membuat Catatan Kaki

a. Hubungan catatan kaki dan teks


Hubungan antara keterangan pada catatan kaki dengan teks dinyatakan
dengan mempergunakan nomer urut penunjukan baik yang terdapat dalam
teks maupun yang terdapat pada catatan kaki.
b. Nomor urut penunjukan
Bila nomor urut penunjukan hanya berlaku untuk tiap bab, maka
konsekuensi yang pertama adalah bahwa untuk tiap bab selalu dimulai
dengan nomor urut 1 untuk catatan yang pertama kemudia dilanjutkan
dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir bab. Konsekuensi kedua
adalah nama pengarang dan sumber yang pertama kali disebut dengan satu
bab. Bab tersebut akan menggunakan singkatan ibid atau nama singkat
pengarang dengan singkatan op.cit atau loc.cit.

c. Teknik pembuatan catatan kaki


1) Harus disediakan tempat atau ruang secukupnya pada kaki halaman
tersebut, hingga margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3cm,
sesudah diketik baris terakhir dari catatan kaki.
2) Setelah huruf terrakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah
garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika
atau 18 ketikan dengan huruf elite [-------------------].
3) Dalam jarak dua spasi dari garis tadi, dalam jarak 5-7 ketikan dari
margin kiri diketik nomor penunjukan
4) Langsung sesudah nomor penunjukkan, setengah spasi ke bawah mulai
diketik baris pertama dari catatan kaki

13
Ibid., hal. 194.

12
5) Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak
antar catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi
6) Baris kedua dari catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.14

2.2.4 Jenis Catatan Kaki

a. Penunjukan sumber referensi


Catatan kaki semacam ini disebut juga sebagai referensi, harus dibuat
oleh penulis bila:
1) Mempergunakan sebuah kutipan langsung
2) Menggunakan sebuah kutipan tak langsung
3) Menjelaskan kata-kata sendiri yang telah dibaca
4) Meminjam sebuah tabel, peta atau diagram dari suatu sumber
5) Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari
suatu sumber atau beberapa sumber tertentu
6) Menyajikan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai
pengetahuan umumMenunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan
itu.
b. Catatan penjelas
Catatan kaki yang dibuat dengan tujuan untuk membatasi suatu pengertian,
atau menerangkan dan memberi komentar terhadap suatu pernyataan atau
pendapat yang dimuat dalam teks. Penjelasan ini harus dibuat dalam catatan
kaki dan tidak dimasukkan dalam teks karena akan mengganggu jalannya
uraian dalam teks tersebut.
c. Gabungan sumber dan penjelas
Pertama menunjuk sumber dimana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks.
Kedua, memberi komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat
atau pernyataan yang dikutip tersebut.15

2.2.5 Unsur-unsur Referensi

a. Pengarang
1) Nama pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan
biasa yaitu gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Contoh: Prof.

14
Ibid., hal. 195-197.
15
Ibid., hal. 197-198.

13
Dr. Muhammad Thalib. Pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya
cukup pergunakan nama singkat misalnya: Thalib.
2) Bila terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang
dicantumkan. Namun kalau ada empat nama atau lebih cukup nama
pertama yang dicantumkan, sedangkan bagi nama-nama lain digantikan
dengan singkatan et al. (et alii = dan lain-lain).
3) Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama
degan nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) dibelakang
nama penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah
tanda koma.
4) Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai
dengan judul buku atau judul artikel.16
b. Judul
1) Semua judul buku, majalah atau ensiklopedi digaris bawahi atau dicetak
dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2) Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan
seterusnya atas sumber yang sama, tidak perlu disebut lagi dan
digantikan dengan singkatan Ibid., Op. Cit., Loc. Cit..
3) Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah,
maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah tanpa judul
artikel, misalnya: kompas, hal.6.17
c. Data Publikasi
1) Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada
referensi pertama; referensi-referensi selanjutnya ditiadakan. Tempat
dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan
sebuah koma, misalnya: (Jakarta, 1975).
2) Data pubikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama dan
tempat penerbit, tetapi harus mencantumkan nomer jilid dan nomor
halaman, tanggal, bulan (tidak boleh disingkat) dan tahun. Semua
mengenai penanggalan biasanya dicantumkan dalam tanda kurung,
misalnya: (Agustus, 1999).

16
Ibid., hal. 199
17
Ibid.

14
3) Data publikasi bagi artikel sebuah majalah terdiri dari: bulan, hari,
tanggal, tahun dan nomor halaman. Penanggalan tidak boleh
ditempatkan dalam tanda kurung.18
d. Jilid dan nomor halaman
1) Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hal.)
dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya: hal. 75.
2) Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan
nomor jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka
romawi. Untuk karya ilmiah nomor jilid dan nomor halaman dipisahkan
oleh titik dua. Misalnya: MISI, 1: 47-54 (April, 1963).19

2.2.6 Bentuk Catatan Kaki

Jenis Contoh
Referensi kepada buku dengan F. Graebner, Etnologie in die Kultur der
seorang pengarang Gegenwart (Lepzig, 1923), hal. 544.20
Referensi kepada buku dengan dua L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell,
atau tiga pengarang The Use of Personal documents in History,
Anthropology and Sociology (New York:
Social Science Research Council, 1945),
hal. 82 – 173.21
Referensi kepada buku dengan banyak Alton C. Morris, et al., Collage English,
pengarang the first year (new York, 1964), hal. 51 –
56.22
Buku edisi berikutnya mengalami H.A. Gleason, An Indtroduction to
perubahan Descriptive Linguistics (rev. ed.; New
York, 1961), hal. 56.23

18
Ibid., hal 199-200.
19
Ibid., 200.
20
Keraf, op. cit., hal. 201.
21
Ibid., hal. 202
22
Ibid.
23
Ibid.

15
Buku yang terdiri dari dua jilid atau A.H. Lighstone, Concepts of Calculus
lebih (Vol. I; New York: Harper & Row, 1966),
hal. 7524
Edisi dari karya seorang pengarang Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesustraan
atau lebih Indonesia, sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84 –
85.25
Sebuah terjemahan Multatuli, Max Havelaar, atau Lelalng
Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj.
H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.26
Artikel antologi David Riesman, “Character and Society,”
Towrd Liberal Education, eds. Louis G.
Locke, William M. Gibson, and George
Arms (New York, 1962), hal. 572 – 573.27
Artikel ensiklopedia Robert Ralph Bolgar, “Rhetoric,”
Encyclopaedia Britannica (1970), XIX,
257 – 260.28
“Vaccanation,” Encyclopaedia Britannica
(14 th ed.), XXII, 921.29
Artikel majalah Ny. H. Soebadio, “Penggunaan Sansakerta
dalam Pembentukan Istilah Baru,”
Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I
(April, 1963), hal. 47 – 58.30
Artikel harian Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari,
1973, hal. 4.31
S.A. Arman, “Sekali lagi Teroris,”
Kompas, 19 Januari 1973, hal. 5.32

24
Ibid., hal. 203.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ibid., hal. 204
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid., hal. 205.
31
Ibid.
32
Ibid.

16
Artikel jurnal Laura Aguilar,“Artist’s Statement”. Nueva
Luz: A Photographic Journal 4, no.2 (1993):
22.33
Tesisi dan disertasi yang belum di Mario Ontiveros, “Circumscribing identities:
terbitkan Chicana muralist and the representation og
Chicana subjectivity”. (Tesis Master,
Department of Art History, University of
California, Riverside, 1994), 44.34
Sumber dari website Philips B. Kurland dan Ralph Lerner. eds. The
founders’ Constitution. (Chicago: University
of Chicago Press, 2000), bab. 9, dok. 3,
http://presspubs.uchicago.edu/founders/35
Dokumen pemerintah Environmental Protection Agency (EPA).
Toxicology Handbook. 2nd ed. (Rockville, MD:
Government Institutes, 1986). 101-114
Presentasi Paper Jeff D. Speth and Don D. Davis,“Seasonal
variability in early hominid predation”(paper
presented at Conference on Archeology:
Broadening Subject Matter, Midland
University, Flat Prairie, Illinois, 24-16 Mei
1975), 31.36
Referensi kepada dua sumber atau M.J. Herskovits, Man and His Works: The
lebih Science of Cultural Anthropology (New
York: Alferd A. Knopf, 1948) hal. 501;
A.A. Goldenweiser, The Principles of
Limited Possibilities in the Development of
Cultural (London: Kegan Paul, Trench,
Trubner & Co., 1933), hal. 35 - 55.37
Bab dalam Buku Orlando Fromson, “Progressiveness in the late
twentieth century. Dalam To left and right:

33
SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH, diakses pada:
http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-PEDOMAN-
PENULISAN-KARYA-ILMIAH.pdf , 2017. Hal. 27
34
Ibid., hal. 28
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ibid., hal. 206

17
Cycles in American politics, ed. Wilmer F.
Turner (Jackson, MS: Lighthouse Press,1990),
627.38
Catatan penjelas Metode tersebut terakhir ini, yang
biasanya disebut Child training studies
sebenarnya berdasarkan jalan pikiran
bahwa tabiat seorang individu yang
dewasa ini telah dibangun oleh bahan-
bahan pengalaman yang diterima oleh si
individu dari sejak waktu ia masih kanak-
kanak. …39
Referensi pada catatan penjelas J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo
(Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I, 50.
Demikianlah Mallinckrodt memberi
pengertian yang lain sama sekali kepada
istilah magie, daripada misalnya J.G.
Frazer atau sebagian besar daripada
sarjana ilmu anthropologi-budayakan
mengartikannya. Menurut Mallinckrodt,
kekuatan magie itu adalah kekutan sakti.
Menurut Farazer, magie adalah ilmu gaib40

2.2.7 Singkatan-singkatan

a. Ibid.: singkatan ini dari berasal dari kata Latin yaitu ibidem yang berarti
pada tempat yang sama. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang
berikut menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan
nomor sebelumnya. Bila halamannya sama, maka hanya dipergunakan
singkatan ibid.; bila halamannya berbeda maka sesudah singkatan ibid

38
SK-REKTOR…, op. cit., hal. 28
39
R.M. Koentjaraningrat, Beberapa Metode Antropologi, (Djakarta, 1958), hal. 355, dikutip oleh Prof. Dr. Goyrs
Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende:Nusa Indah,1994), hal. 208.
40
R.M. Koentjaningrat…, op. cit., hal. 354, dikutip oleh oleh Prof. Dr. Goyrs Keraf, Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran, (Ende:Nusa Indah,1994), hal. 209.

18
dicantumkan pula nomor halamannya. Singkatan ibid selalu digarisbawahi
atau dicetak dengan huruf miring.41
b. Op. cit.: singkatan ini berasal dari kata Latin yaitu Opere Citato yang berarti
pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu
menunjuk kembali sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi
oleh sumber lain, dalam hal ini sesudah nama singkat pengarang,
dicantumkan singkatan Op.Cit. bila ada penunjukkan kepada halaman atau
jilid maka ditempatkan setelah singkatan op.cit.42
c. Loc. cit.: singkatan ini berasal dari kata Latin yaitu Loco Citato yang berarti
pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu
menunjuk kembali sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi
oleh sumber lain. Singkatan loc.cit. tidak boleh diikuti oleh nomor halaman,
karena penunjukan itu tidak kepada karya secara keseluruhan, tetapi
merujuk kepada halaman tersebut.43
d. et seq atau et seqq.: singkatan dari et sequens atau et sequentes yang berarti
dan halaman-(halaman) berikutnya. Singkatan ini dipakai sesudah
menyebut nomor halaman. 44

2.3 Bibliografi
2.3.1 Pengertian Bibliografi
Bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap.45 Bagi
pembaca pada umumnya mungkin menghiraukan daftar kepustakaan ini, tapi untuk
para sarjana, atau calon sarjana bahkan dosen ataupun professor akan sangat
memerlukan daftar kepustakaan tersebut.
Cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data kepustakaan (yaitu
mempergunakan kartu tik yang berukuran 10 cm × 12,5 cm) dapat dipergunakan pula
untuk mencatat segala keterangan yang diperlukan mengenai bahan kepustakaan
tersebut. Dengan demikian pada saat terakhir, ketika penulis siap dengan naskahnya,
khususnya pada waktu ia ingin menyusun daftar bibliografi atau daftar kepustakaan –

41
Keraf… op. cit., hal. 210
42
Ibid.
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid., hal. 213.

19
sebagai salah satu syarat mutlak dalam menyusun kelengkapan suatu karya ilmiah –ia
tidak akan menemui kesulitan lagi. Semua bahan sudah tersedia pada kartu tik.46

2.3.2 Fungsi Bibliografi


Fungsi sebuah bibliografi hendaknya secara tegas dibedakan dari fungsi
sebuah catatan kaki. Referensi pada catatan kakidipergunakan untuk menunjuk
kepada sumber dari pernyataan atau ucapan yang dipergunakan dalam teks. Sebab itu
referensi itu harus menunjuk dengan tepat tempat, dimana pembaca dapat
menemukan pernyataan atau ucapan itu. Dalam hal ini selain pengarang, judul buku
dan sebagainya, harus dicantumkan pula nomor halaman dimana pernyataan atau
ucapan itu bisa dibaca. Sebaliknya sebuah bibliografi memberikan deskripsi yang
penting tentang buku, majalah, harian itu secara keseluruhan. Karena itu fungsi
catatan kaki dan bibliografi seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain.47
Di pihak bibliografi dapat pula dilihat dari segi lain, yaitu ia berfungsi
sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki. Mengapa bibliografi itu dapat pula dilihat
sebagai pelengkap? Karena bila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut
tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya dalam
bibliografi. Dalam bibliografi ia dapat menegtahui keterangan-keterangan yang
lengkap menegenai buku atau majalah itu.48

2.3.3 Unsur-unsur Bibliografi


Unsur persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunann
bibliografi itu, tiap penulis harus tahu pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok
yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah:49

1) Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.


2) Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
3) Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa,
nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama
majalah, jilid, nomor dan tahun.

Ada penulis yang memberikan suatu daftar bibliografi yang panjang bagi karya
yang ditulisnya. Namun untuk penulisan karya-karya pada paragraph permulaan
cukup kalau diusahakan suatu daftar kepustakaan dari buku-buku yang dianggap

46
Ibid., hal. 213-214.
47
Ibid., hal. 214.
48
Ibid.
49
Ibid., hal. 214-215.

20
penting, dan sungguh-sungguh diambil sebagai pertimbangan atau dijadikan dasar
orientasi dalam penyusuanan bahan-bahan karya tulis itu.
Bila daftar bibiografinya cukup panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan
klasifikasinya. Ada yang membedakan daftar yang hanya memuat buku, artikel
majalah, artikel ensiklopedia, harian, dsb. Ada pula yang membuat daftar berdasarkan
kaitannya dengan tema yang digarap: buku-buku atau referensi dasar, bibliografi
khusus dan bibliografi pelengkap.
Persoalan lain yang perlu ditetapkan juga dalam hubungan dengan bibliografi
adalah: dimana harus ditempatkan daftar kepustakaan itu? Bila karangan tidak terlalu
panjang,misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar bibliografi pada akhir
karangan itu. Tetapi kalau bukunya sangat tebal serta tiap bab cukup banyak bahan-
bahan referensinya, maka dapat diusahakan sebuah bibliogrfai untuk tiap bab. Dalam
hal terakhir ini ada kemungkinan bahwa sebuah karya dapat disebut berulang kali
dalam bab-bab berikutnya.50

2.3.4 Bentuk Bibliografi


Cara penyusunan bibliografi tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung
dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun bibliografi untuk buku agak berlainan dari
majalah, dan majalah agak berlainan dari harian, serta semuanya berbeda pula dengan
cara menyususn bibliografi yang terdiri dari manuskrip-manuskrip yang belum
diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis
kepustakaan itu, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu:
pengarang, judul, dan data-data publikasi.51
Bibliografi disusun menurut urutan alfabetis dari nama pengarangnya. Untuk maksud
tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil,
lalu gelar kalau ada.52 Jarak antara baris dengan baris adalah spasi rapat. Jarak antara
pokok dengan pokok adalah spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertical,
dimulai dari pinggir margin kiri, sedangkan baris kedua, ketiga dan seterusnya dari tiap
pokokdimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi karya yang mepergunakan lima ketikan ke
dalam untuk alinea baru) atau empat ketikan (bagi karya yeng mempergunakan 7 ketikan
ke dalam untuk alinea baru). Bila ada dua karya atau lebih yang ditulis oleh pengarang
yang sama, maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya
dengan sebuah garis panjang, sepanjang lima atau tujuh ketikan, yang disusul dengan

50
Ibid.
51
Ibid., hal. 215.
52
Dalam buku “komposisi sebuah pengantar kemahiran Bahasa” karya Prof. Dr. Gorys Keraf, menjelaskan
bahwa: Nama-nama cina tidak perlu dibalik karena dimulai dengan nama keluarga, kecuali gelar, singkatan
nama baptis selalu harus ditempatkan di belakang.

21
sebuah titik. Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang.
Namun hal terakhir ini akan mengganggu dari estetis, karena nantinya ada garis yang
pendek ada pula garis yang panjang sekali, terutama kalau nama penagarang itu panjang,
atau karena ada dua pengarang.53
Penulisan untuk daftar kepustakaan agak berlainan untuk setiap jenisnya. Maka harus
diperhatikan ketentuan-ketentuan yang dipakai untuk setiap jenis referinsi yang ada.

1. Buku sebagai sumber acuan


a. Dengan seorang pengarang

Hockett, Charles F. A Course in Modern Linguistcs. New York: The


MacMillan Company. 1963.

Nama keluarga (Hockett), lebih dahulu, baru nama kecil atau inisial
(Charles F.), kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memudahkan penyususnan
alfabetis. Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, maka nama
komisi atau lembaga itu dipakaimenggantikannnama pengarang. Jika tidak
ada nama pengarang, maka urutannya harus dimulai dengan judul buku.

Bagi judul buku dalam bahasa Indonesia, cukup kita memperhatikan


huruf pertama dari buku tersebut. Untuk buku yang ditulis dalam bahasa
Inggris, Jerman atau Perancis dan bahasa-bahasa Barat yang lain, maka kata
sandang yang dipakai tidak turut diperhitungkan: A, An, Het, Das, Die, Le,
La, dsb. Jadi kata berikutnyalah yang harus diperhitungkan untuk penyusunan
bibliografi tersebut. Hal ini berlaku pula untuk artkelyang tidak ada
namapengarangnya. Judul buku harus digaris-bawahi (kalau dicetak
ditempatkan dalam huruf miring).

Urutan data publikasi adalah: tempat publikasi, penerbit dan


penanggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka cukup mencantumkan
tempat yang pertama. Jika tidak ada penanggalan, maka pergunakan saja
tahun copyright terakhir yang biasanya ditempatkan di balik halaman judul
buku.

Pencatuman banyaknya halaman tidak merupakan hal yang wajib,


sebab itu dapat pula ditiadakan. Perhatikan penggunaan tanda titik sesudah
tiap keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah data

53
Keref… op. cit., hal. 216.

22
publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman. Perhatikan penggunaan titik
dua sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit.54

b. Dengan dua atau tiga pengarang


Oliver, Robert T., and Rupert L. Cortright. New Training for Effective
Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc., 1958

Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain
ketentuannya sama seperti nomor a. Urutan nama pengarang harus sesuai
dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan
perubahan urutannya.55

c. Dengan banyak pengarang


Morris, Alton C., et al. Collage English, the First Year. New York: Harcourt,
Brace & World. Inc., 1964.

Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan


terbalik. Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya cukup
dipergunakan singkatan et al. singkatan dari kata latin et alii yang an dll atau dkk
(dan kawan kawan).56

d. Edisi berikutnya mengalami perubahan


Gleason, H.A. An Introduction to descriptive linguistics. Rev. ed. New York:
Holt, Rinehart and Winston, 1961.

Jika buku itu mengalami perubahan dalam edisi-edisi berikutnya, maka


biasanya ditambahkan keterangan Rev. ed. (revised edition = edisi yang
diperbaiki) di belakng juful tersebut. Di samping itu ada juga yang tidak
menyebut edisi yang diperbaiki, asal jelas menyebut cetakan ke berapa :
cetakan ke-2, cetakan ke-7, dsb. Keterangan mengenai cetakan ini juga
dipisahkan oleh sebuah titik. Penanggalan yang harus dicantumkan adalah
tahu cetakan dari buku yang dipakai.57

e. Buku terjemahan
Multatuli. Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda ,
terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972.

54
Ibid., hal. 216-217.
55
Ibid., hal. 217.
56
Ibid., hal. 217-218.
57
Ibid., hal. 218.

23
Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis. Keterangan
tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan
sebuah tanda koma.58
f. Bab dalam Buku

Fromson, Orlando. “Progressiveness in the late twentieth century. Dalam To


left and right: Cycles in American politics, ed. Wilmer F. Turner, 627-42.
Jackson, MS: Lighthouse Press,1990.59
2. Artikel sebagai sumber acuan
a. Artikel dalam sebuah himpunan
Riesman, David. “Character and Society,” Toward Liberal Education, eds.
Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms. New York: Holt.
Rinehart And Winston, 1962.

Perhatikan: baik judul artikel maupun judul buku harus dimasukan;


begitu pula penulis dan editornya harus dicantumkan juga. Judul artikel selalu
ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku digaris-bawahi atau dicetak
miring.

Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan
judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah
tanda kutip. Jadi ketiga bagian dari kepustakaan ini tetapi dipisahkan dengan
titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua judul artikel-judul
buku dan editor, ketiga tempat terbit – penerbit – tahun terbit.60

b. Artikel dalam surat kabar atau harian


Arman, S.A. “Sekali lagi Teroris,” kompas, 19 Januari, 1073, hal. 5.
Kompas, 19 Januari, 1973.61
c. Artikel dalam ensiklopedia
Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of
Linguistics, Information and Control, hal. 243-251.

Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of


Linguistics, Information and Control (Oxford : Pergamon Press Ltd.,
1969), Hal. 243-251.

58
Ibid., hal. 219.
59
SK-REKTOR-… op. cit., hal. 28
60
Keraf, Op. cit., hal. 219.
61
Ibid., hal. 221

24
“Rhetoric,” Encyclopedia Britannica, 1970, XIX, 257-260.

Bila ada artikel yang jelas pengarangnya, maka nama pengarang itulah
yang dicantumkan. Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang
harus dimasukkan dalam urusan alfabetisnya. Untuk penanggalan dapat
dipergunakan nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya. Perhatikan pula
bahwa antar judul ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit,
jilid dan halaman harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah.

Contoh yang kedua sebenernya sama dengan contoh yang pertama, hanya
terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat terbit dan penerbit. Bila tempat
terbit dan penerbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya berlaku bagi
ensiklopedi yang tidak teralu umum dikenal.62

d. Artikel dalam majalah


Soebadio, Ny. H. “Penggunaan Bahasa Sansekerta dalam Pembentukan
Istilah Baru,”Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, 1 (April, 1963), 47-58
Kridalaksana, Harimurti. “Perhitungan Leksikostatistik atas Delapan Bahsa
Nusantara Barat serta Penentuan Pusat Penyebaran Bahasa-bahasa itu
berdasarkan Teori Migrasi.” Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia,
Oktober 1964, hal. 319-352.
Samsuri, M.A. “ Sistim Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Edjaan
Baru,” Medan Ilmu Pengetahuan, 1 : 323-341, Oktober, 1960.
Samsuri, M.A. “ Sistim Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Edjaan
Baru,” Medan Ilmu Pengetahuan, 1 : 323-341 (Oktober, 1960).
1) Judul artikel dan judul majalah dipisahkan.
2) Tidak ada tempat publikasi dan penerbit, tetapi harus dicantumkan
nomor jilid. Tanggal dan nomor halaman.
3) Contoh pertama memperlihatkan bentuk atau cara yang paling
popular dengan mempergunakan angka Romawi untuk nomor jilid,
dan angka Arab untuk nomor halaman, serta penanggalan
ditempatkan dalam kurung antara nomor jilid dan halaman.
4) Contoh yang kedua sebenernya sama dengan contoh yang pertama
hanya disini tidak dicantumkan nomor jilid, karena dianggap sudah
jelas dengan mencantumkan tahun dan bulan.
5) Contoh yang ketiga dan keempat memperlihatkan bentuk yang biasa
dipakai dalam karya-karya ilmiah. Baik nomor jilid, maupun nomor

62
Ibid., hal. 219-220.

25
halaman semuanya mempergunakan angka Arab, hanya harus diingat
bahwa sesudah nomor jilid harus diberi titi dua baru menyusul nomor
halaman. Penanggalan boleh ditemoatkan dalam tanda kurung boleh
juga tidak.63

Namun sesuai dengan keputusan rector UIN Jakarta dan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang dipakai dalam pembuatan karya ilmiah ada
pada contoh pertama atau ketiga.

e. Artikel dalam Jurnal


Aguilar, Laura. “Artist’s Statement”. Nueva Luz: A Photographic Journal 4,
no.2 (1993): 22-40.64
Seperti dalam artikel sebelumnya, judul artikel berada diantara tanda
kutip dan judul jurnal di cetak miring dan nomer berada setelah judul jurnal
baru tahun terbit dan halaman.
3. Antologi sebagai sumber acuan
Urutan penyebutan keterangan dalam antologi adalah Nama pengarang,
Tahun terbit karangan, Judul karangan, Nama editor, Tahun terbit, Judul antologi,
Tempat terbit, dan, Nama penerbit.65
Tiap-tiap penyebutan keterangan, kecuali penyebutan nama editor dan tempat
terbit, diakhiri dengan tanda titik. Sesudah nama editor diletakkan tanda koma,
sedangkan sesudah tempat terbit diletakkan tanda titik dua.66 Contoh:

Jasin, H.B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 Jld. Jakarta: Balai Pustaka
1969.67

4. Sumber acuan berupa laporan penelitian dan dokumen lain


a. Berupa skripsi, tesis, atau disertasi.
Contoh:
Ontiveros, Mario. “Circumscribingidentities: Chicana muralist and the
representation og Chicana subjectivity”. Thesis Master, Department of
Art History, University of California, Riverside. 1994.
b. Berupa publikasi departeman dan dokumen
Contoh:

63
Ibid., hal. 220.
64
SK-SEKTOR…, op. cit., hal. 27.
65
Kosasih, op. cit., hal. 211.
66
Ibid.
67
Keraf, op. cit., hal 218

26
Environmental Protection Agency (EPA). Toxicology handbook. 2nd ed.
Rockville, MD: Government Printing Office. 1986.68
c. Berupa makalah
Contoh:
Kartadinata, S..1989. “kualifikasi professional petugas bimbingan Indonesia:
kajian psikologis”. Makalah pada konvensi 7 IPBI, Denpasar.69
Sesuai keputusan Rektor UIN, penggunaan daftar kepustakaan seperti
berikut;
Speth, Jeff D., and Don D. Davis. “Seasonal variability in early hominid
predation”.Makalah dipresentasikan pada Conference on Archeology in
Anthropology: Broadening Subject Matter, Midland University, Flat
Prairie, Illinois. 24-26 Mei, 1975.70
5. Sumbernya dari internet
a. karya perorangan
cara penulisannya adalah pengarang/ penyunting, judul, jenis medium, […],
Tersedia: alamat di internet, tanggal diakses […], Tahun. Contoh:

Thomson, A.. The Adult And the Curriculum [online]. Tersedia:


http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1988/Thompson.hotml. [30
Maret 2000]. 1988.71

b. Bagian dari karya kolektif


Cara penulisannya adalah pengarang/penyunting, sumber (edisi), jenis media
[…], penerbit, Tersedia: alamat di internet, tanggal diakses […], tahun. Contoh:

Daniel, R.T. The history of Western Music. In Britanica online: Macropedia


[online]. Tersedia:
http://www.eb.com:180/cgibin/g:DocF=macro/5004/45/0.html. [28 Maret
2000]. 1995.72

c. Artikel dalam jurnal

Cara penulisannya adalah pengarang, judul, nama jurnal, jenis media […],
volume (terbitan), Halaman, Tersedia: alamat di internet, tanggal diakses […],
tahun. Contoh:

68
SK-REKTOR…, op. cit., hal. 28.
69
Kosasih, op. cit., hal. 211.
70
SK-SEKTOR…, op. cit., hal 29.
71
Kokasih, op. cit, hal. 212.
72
Ibid., hal. 212-213.

27
Supriadi, D. “restructuring the schoolbook provision system in Indonesian: some
recent initiatives” dalam educational policy analysis archives [online], vol 7
(7), 12 halaman. Tersedia: http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html. [ 17 Maret
2000]. 1999.73

d. Artikel dalam majalah


Cara penulisannya adalah pengarang, judul artikel, Nama majalah, Jenis
media […], Volume, Jumlah halaman, Tersedia: alamat di internet, Tanggal
diakses […], tahun dan bulan. Contoh:

Goodstein, C. Healers from the deep. American Health [CD-ROM], 60-64.


Tersedia: 1994 SIRS / SIRS 1992 Life Science/ Article 08A [13 Juni 1995].
(1991, September).74

e. Artikel di surat kabar


Cara penulisannya adalah pengarang, Judul artikel, Nama surat kabar, Jenis
media […], Jumlah halaman, Tersedia: alamat di internet, Tanggal diakses,
tahun, tanggal, bulan. Contoh:

Cipto.B. “akibat perombakan cabinet berulang, fondasi reformasi bisa runtuh”.


Pikiran rakyat [online], halaman 8. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com .
[9 Maret 2000]. 2000, 27 April. 75

f. Pesan dari email


Cara penulisannya adalah pengirim (alamat e-mail pengirim), tahun, tanggal,
bulan, judul pesan, E-mail penerima. Contoh:

Musthafa, Bachrudin (Musthafa@indo.net.id). Bab V Laporan Penelitian. Email


kepada Dedi supriadi (Supriadi@indo.net.id). 2000, 25 April.76

6. Sumber hasil wawancara


Ditulis dengan cara menyebutkan nama yang diwawancarai, wawancara, tempat,
dan tanggal wawancara. Contoh:
Rais, M. Amien. Wawancara. Jakarta, 15 Desember 2006.

Berikut merupakan jenis-jenis daftar kepustakaan sesuai dengan keputusan rektor


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

73
Ibid., hal. 213.
74
Ibid.
75
Ibid., hal. 24.
76
Ibid.

28
2.3.5 Macam-macam Bibliografi
Dari banyaknya referensi yang di pakai bibliografi disusun dengan mempergunakan
semua bahan yang telah dipakai dalam karya ilmiah, baik secara langsung (yang dibuat
kutipan-kutipan) maupun tidak langsung. Sebab itu bahan-bahan referensi itu dapat dibedakan
dengan membuat daftar yang khusus, kalau memang cukup panjang daftarnya, misalnya;77

1. Buku-buku dasar: buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai
pokok yang di garap itu. Dalam hal ini mungkin tidk adasau bahan pun yang dikutipnya.
2. Buku-buku khusus: buku-buku khusus yaitu buku yang dipakai oleh penulis untuk
mencari bahan-bahanyang lansung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
Biasanya kutipan-kutipan yang terdapat dalam karya tadi diambil dari kelompok buku
khusus ini.
3. Buku-buku pelengkap: buku-buku pelengkap adalah buku-buku yang topiknya lain dari
pokok yang digarap penulis. Namun dalam beberapa hal buku-buku itu bisa memberi
jalan keluar atau penerangan yang lebih mendalam mengenai salah satu bagian dari karya
itu. Dari jenis buku ini biasanya juga diambil kutipan-kutipan.78

Disamping membedakan daftar biblografi berdasarkan hubungan bahan referensi terhadap


topic pembicaraan, ada pula pengarang yang menyusun daftar bibliografi dengan
membedakan daftar yang khusus mengenai buku, dan analogi, dan daftar yang khusus
mengenai buku, ada daftar yang khusus menyangkut artikel dalam majalah, ensiklopedia, dan
antologi, dan daftar yang khusus mengenai bahan-bahan yang belum dipublikasikan.79

2.3.6 Penyusunan Bibliografi


a. Cara Pertama

Dengan cara ini kita menyusun daftar kepustakaan sesuai ketentuan yang ada, yaitu: 80

1. Nama pengarang diurutkan menurut urutan alfabet. Nama yang dipakai dalam urutan itu
adalah nama keluarga.
2. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
alphabet. Perhatikan bahwa kata-kata sandangan dalam bahasa-bahasa Barat tidak
diperhitungkan untuk penyusunan ini
3. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk
referensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikut-sertakan, tetapi
digantikan dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.

77
Keraf, op. cit. hal. 221.
78
Ibid., hal. 222.
79
Ibid.
80
Ibid., hal. 223.

29
4. Jarak antara basris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak
anatara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi
5. Baris pertama dimulasi margarin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus
dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.
b. Cara Kedua

Dalam cara kedua ini selain syarat yang dipakai dalam cara pertama untuk menyusun
daftar kepustakaan, adapula yang perlu diperhatikan, yaitu:81

1. Susunan unsur bibliografi: Nama pengarang (dibalik), tahun terbit, judul buku, dan
data publikasi lainnya
2. Bila ada dua ata tiga karangan dari seorang pengarang yang dimasukkan dalam
biblografi, maka karangan itu disusun menurut tahun terbitnya
3. Bila ada dua karangan atau lebih dari seorang pengarang yang diterbitkan dalam
tahun yang sama, maka di belakang tahun terbitnya diberikan nomor urut a, b, c, dst.
4. Selain itu penggunaan cara ini berguna melengkapi keterangan yang berada dalam isi
teks, seperti (bloomfield, 1962:104). Yang pasti kita tahu perkataan tersebut terdapat
pada karangan bloomfield pada tahun 1962 di halaman 104, maka untuk lebih
jelasnya harus ditulis pada bibliografi.

81
Ibid, hal. 225-227.

30
d. Contoh penyusunan Bibliografi

BIBLIOGRAFI

Allen, W.S. 1951. “Phonetics and Comprative Linguistics,” Archivum Linguisticum, 3:


126-136.

Anttila, Raimo. 1968. “The Relation between Internal Reconstruction and the
comparative Method”Ural-ltaische Jahrbucher, 40 159-173.

_______. 1969a. Uusimman äännehistorian suunnasta ja luonteesta. Publications of the


Phonetics Department of the University of Turku, 5 (August).

_______. 1969b. Proto-Indo-European schaweabeablaut. University of California


Publications in Linguistics, 58. Berkeley and Los Angeles.

Bloch, Bernard. 1948. “A Set of Postulates for Phonemic Analyses,” Language, 24: 3-46.

Bloomfield, Leonard. 1962. Language. New York: Holt, Rinehart.

Brace, C. Loring, and M.F. Ashley Montagu. 1965. Man’s Evolution, an Intoduction to
Physical Anthropology. New York: The MacMillan Company.

Chafe, Wallace L. 1959. “Internal Recontruction in Seneca,” Language, 35: 477-495.

_______. 1962. “Phonetics, Semantics, and Language,” Language: 38: 335-344.

_______. 1964. “Linguistic evidence for the Relative Age of Iroquois Religios Practices,”
Southwestern Journal of Anthtopology, 20: 278-285.

_______. 1967. “Language as Symbolization,” Language, 43: 57-91.

_______. 1968. “The Ordering of Phonological Rules,” Internatonal Journal of American


Linguistics, 34: 115-136.

_______. 1970. Meaning and the Structure of Language. Chicago: University of Chicago
Press.

Greenberg, Joseph H. 1957. Essays in Linguistics. Chicago: University of Chicago Press.

_______. 1954. “A Quantitative Approach to the Morphological Typology of Language,”


Methode and Perspective in Anthropology: papers in Honor of Wilson D. Wallis
(Robert F. Spencer, ed.). 192-220. Minneapolis: University of Minneseta Press.

_______. 1966a. Language of Africa. Bloomington: Indiana University Press.

31
_______. 1966b. “Language Universals,” Current Trends in Linguistics (Thomas A.
Sebeok, ed.), 3: 61-112, The Hague: Mouton.

Gudschinsky, Sarah. 1956. “The ABC’s of Lexicostatistics,” Word, 12: 175-210.

Harris, Zellig S. 1951. Structural Linguistics. Chicago: university of Chicago Press.

Haugen, Einar. 1950. “The Analysis of ‘Linguistics Borrowing,” Language, 26: 210-231.

Hockett, Charles F. 1948a. “Implicatons of Bloomfield’s Algonkin Studies,” Language,


24: 117-131.

_______. 1948b. “Biographysics, Linguistics, and unity of Science,” American Scientist


36: 558-572.

_______. 1958. A. Course in Modern Linguistics. New York: The MacMillan Company.

_______. 1960. “The Origin of Speech,” Scientific American, 3-11. Jespersen, Otto.
1964. Language, Its Nature, Development an origin. New York: The Norton Library.

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau
ucapan seseorang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.
Prinsip-prinsip kutipan, yaitu: 1) Jangan mengadakan perubahan, 2) Bila ada
kesalahan diberi catatan: [sic!], 3) Menghilangkan bagian kutipan dinyatakan dengan
menggunakam [. . .]

Jenis Kutipan terbagi menjadi dua, yaitu kutipan langsung dan kutipan tak
langsung. Penulisan kutipan langsung terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Kutipan langsung
tidak melebihi satu halaman penuh, Kutipan langsung tidak lebih dari lima baris,
diketik biasa menyatu dalam teks diawali dan diakhiri oleh tanda petik (“) serta diberi
nomor kutipan. 2) Kutipan langsung lebih dari lima baris, diketik dengan menjorok
lima ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta tulisan dengan jarak 1 spasi. 3)
Kutipan langsung terjemahan al-Qur’an dan Hadis diketik miring, menjorok (masuk)
lima ketukan, berspasi satu, dan tidak menyebut kata “artinya”. Dan ada kutipan tak
langsung, yang menutip tanpa ada tanda, hanya pembawaan nama sebelum ada
perkataan yang akan ditulis.

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan


pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, entah kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung harus dijelaskan mengenai sumber asalnya
dalam sebuah catatan kaki. Unsur-unsur pembuatan catatan kaki melalui referensi
buku yang di pakai, antara lain: pengarang, judul, data publikasi. Tujuan pembuatan
catatan kaki yaitu agar pembaca menegtahui keterangan teks yang dikutip dari sebuah
buku.

Bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Fungsi
bibliografi adalah sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki. Unsur-unsur
Bibliografi tak jauh beda dari catatan kaki, yaitu referensi. Bentuk bibliografi
dibedakan dari berbagai macam teks bacaan pada saat ini, ada yang dari artikel,

33
jurnal, majalah, surat kabar, sumber dari web, bahkan dokumen dari pemerintah
sekalipun.

3.2 Saran
Demikian pokok bahasan yang dapat kami paparkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan referensi. Untuk itu kami mohon maaf atas
segala kekurangan kami. Kami harap pembaca bisa memberikan kritik dan saran, agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik. Terima kasih.

34
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah). 1994.

Bahtiar, Ahmad & Syihaabul Huda. Khazana Bahasa: memaknai Bahasa Indonesia dengan Baik dan

Benar (Bogor: Penerbit IN MEDIA). 2019.

Kokasih, E. & Wawan Hermawan. Bahasa Indonesia: Berbasis Kepenulisan Karya Ilmiah dan Jurnal

(Bandung: CV Thursina). 2012.

SK-REKTOR-NOOR-507-TENTANG-PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH. diakses pada:

http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-

PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH.pdf . 2017.

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK). Diakses

pada: https://docplayer.info/34260883-Pedoman-penulisan-skripsi-fakultas-ilmu-tarbiyah-dan-

keguruan-fitk.html . 2013.

Koentjaraningrat, R.M.. Beberapa Metode Antropologi. (Djakarta, 1958). dikutip oleh Prof. Dr.

Goyrs Keraf. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. (Ende:Nusa

Indah,1994).

35

Anda mungkin juga menyukai