Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PEMBUATAN KARANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Yuyun Setiawan putra, M.Pd

Oleh :
1. Atika Sisi Wulandari ( 19113200
2. Vira Nurazizah ( 19113200
3. Hernisa Putri (19113200

KELAS A

JURUSAN BIMBINGAN KONSLING ISLAM


FAKULTAS USULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
1441H/2019M

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMBUATAN
KARANGAN”.
Pembuatan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang di kerjakan secara kelompok. Makalah ini berisi tentang Pengertian
Kerangka Karangan, Fungsi dari Kerangka Karangan, Jenis-jenis Kerangka
Karangan, Syarat-syarat dalam Membuat Kerangka Karangan, dan Langkah-
langkah dalam membuat Kerangka Karangan; yang mana penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin dan pastinya bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan itu
penyusun sangat berterima kasih banyak kepada semua belah pihak yang telah
membantu terselesainya makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari
dalam susunan bahasa maupun penulisan. Oleh sebab itu terbuka bagi penyusun
saran dan kritik dari pembaca kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
memperbaiki karya tulis ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan inpirasi

Bengkulu, 01 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Pengertian Mengarang dan Karangan ..........................................................3
2.2 Tujuan Mengarang .......................................................................................4
2.3 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya ............................................5
2.4 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya. ................................9
2.5 Paragraf Karangan ..................................................................................... 17
2.6 Langkah membuat karangan ...................................................................... 18
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan
aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi.
Menurut Syafie’ie (1988:42), secara psikologis menulis memerlukan kerja
otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan
berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-
ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil
pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan
pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. di samping dituntut
kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya,
misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang
kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki
tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa,
keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini
harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen
dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam
keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan karangan?
b. Bagaimana teknik pembuatan karangan berdasarkan kriteria dan teknik ?
c. Bagaimana penggolongan karangan menurut bobot isinya?

1.3 Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian karangan.
b. Agar mahasiswa memahami proses pembuatan karangan berdasarkan kriteria
dan teknik penulisannya.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis - jenis karangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mengarang dan Karangan


Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu
makna katamengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah
dihasilkan suatukarangan.
Mengarangberarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah
hasil dari pekerjaan menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil
dari kegiatan merangkai bunga. Tanpa adaorang yang merangkai melati, misalnya,
tidak aka nada rangkaian melati.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis.
Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang
berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai
benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan
timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai
kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang
merangkai dan menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai,
tetapipenyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan
perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian
timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai
mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya
dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta (impromptu), otaknya
terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat
berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja keras” mengorganisasikan isi
pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan
kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif

3
atau induktif; klimaks1 atau antiklimaks). Apa yang didengar atau ditangkap
orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa mengarang adalah
pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau
mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan
(bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa
rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan, disini dikutipkan pendapat
Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77).
Menurut kedua penulis ini, mengarang adalah “keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan penyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.”

2.2 Tujuan Mengarang


Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai sarana komunikasi
tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulissecara
umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian,
meringkaskan, dan menyakinkan (Semi, 2003:14-154).
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan penulisan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Mengubah keyakinan pembaca;
2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3) Merangsang proses berpikir pembaca;
4) Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5) Memberitahu pembaca; dan
6) Memotivasi pembaca.

1
Arifin, Zaenal. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.Cetakan
kedelapan, Jakarta: Akademika Pressindo

4
2.3 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya
2.3.1 Karangan Ilmiah, Seilmiah, dan Nonilmiah
Berdasarkan bobot isinya, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
a. karangan ilmiah,
b. karangan seilmiah atau ilmiah popular,
c. karangan nonilmiah atau tidak ilmiah.
Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain
makalah, tesis, disertasi; yang tergolong sebagai karangan seilmiah antara
lain artikel, berita, editorial, feature, laporan, opini, tip; dan yang tergolong
sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen, dongeng, hikayat,
naskah, drama, novel, puisi.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.
Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus
yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari
karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak
terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan seilmiah.] berada
diantara keduanya.

Perbedaan karangan ilmiah, semiilmiah, nonilmiah

Karakteristik Karangan Karangan Karangan Nonilmiah


Ilmiah Semiilmiah

Sumber Pengamatan, Pengamatan, faktual Nonfaktual (rekaan)


faktual

Sifat Objektif Objektif+subjektif Subjektif

Bobot Ilmiah Semiilmiah Nonilmiah

5
Alur Sistematis, Sistematis, Bebas
Metodis kronologis, kilas
balik (flashback)
Denotatif/konotatif,
Bahasa Denotatif, (Denotatif+konotatif) semiformal/informal/i
ragam baku, semiformal stilah umum/daerah
istilah
khusus
Bentuk → Argumentasi, Eksposisi, persuasi, Narasi,deskripsi,
campuran deskripsi, campuran campuran

2.3.2 Ciri Karangan Ilmiah dan Semi ilmiah


Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah , ada sebaiknya
jika dipahami terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut.
Karangan ilmiah adalah tulian yang berisi argumentasi penalaran keilmuan
yang dikomunikasikan lewat bahasa tullis yang formal dengan sistematis-
metodis, dan sintetis-analitis . adapun karangan semiilmiah adalah tulian
yng berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal,
namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis
karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang
subjektif.
Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif
juga mengandung penegertian adanya sikap jujur dan tidak memihak.,
serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran ynag
subjektif (selera perseorangan). Objektif tersebutlah yang membuat
kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain,
kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa

6
dengan kondidi dan metode yang sama dapat dihasilakn kesimpulan yang
sama pula.
Berbeda dengan tulsian ilmiah, sumber tulisan nonilmiah dapat berupa
sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi.
Unsur objektif tersebut itu pulalah yang yang membuat kebenaran
tulisan noonilmiah sangat subjektif atau hanya berlaku untuk orang
tertentu saja (tidak umum).
Kedua, tulisa ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan
langakh-langkah yang teratur (sistematis) dn terkontrol melalui proses
pengidetifikasian masalah dan penentuan strategi
Ketiga, dalam pembahasan tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahsa ilmiah
bersifat lugas gar tidak menimulkan penafsiran dan makna ganda
(ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik
yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Betapa perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam penulsian,
tidak usah diragukan lagi.
Dalam hal ini, seorang pakar penulis ilmiah, Jujun Suriasumantri
(1986:58) berpesan secara khusus kepada calon para penlis, sebagai
berikut:
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan
subjek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang
terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan
informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika
berfikir , tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak
cermat pula. Oelh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan
ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.
Pakar lain, Surakhmat (1979:1) juga mengatakan, “bahasa adalah
medium terpenting didalam karangan”. Diingatkannya, apabila bahasa

7
yang dipakai kurang cermat, karangan bukan saja sukar dipahami, tetapi
juga mudah menimbulkan salah pengertian. “Bahasa karangan yang kacau
menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya”, tambahnya. Pendapat
dua pakar tersebut kiranya cukup membuat kita sadar akan perlunya
menguasai keterampilan berbahasa tulis sebagai bekal mengarang.
Selanjutnya persyaratan kebahasaan, sebuah tulisan ilmiah menuntut
adanya persyaratan material dan persyaratan formal (Keraf 1980:229)
persyaratan material mencakup adanya aspek yang dibicarakan, ema yang
menjadi tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-
pkok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan
mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Adapun yang dimaksud
dengan persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.
Tata bentuk karangan mencangkup tiga bagian karangan, yaitu
a. halaman-halaman awal (preliminaries) yang melputi judul, kata
pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran),
b. isi utama yang meliputi pendahuluan, isi, penutup, dan
c. halaman-halaman akhir (reference matter) yang melipui daftar pustaka,
lampiran, biodata penulis.
Dalam karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada.
Bagian awal karangan ilmiah populer langsung merupakan bagian isi.
Seperti halnya karangan ilmiah murni, karangan ilmiah populer boleh
menggunakan kutipan catatan kaki, dan daftar pustaka.
Untuk menyajikan topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau
teknik tertentu yang disesyuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang
hendak dicapainya.
Dengan kata lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan cara
penyajian dan tujuan penulis. Jika seseorang hendak menyampaikan
sesuatu informasi berupa berita, misalnya, ia akan menggunakan bentuk
karangan tertentu, dan bentuk itu akan berbeda jika ia hendak
menyamaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah perasaan atau
emosi.

8
2.4 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya.
Berdasarkan cara penyajiannya dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat
dibedakan atas enam jenis, yaitu:
(1) Deskripsi (pelukisan) (4) Argumentasi (pembahasan)
(2) Narasi (pengisahan) (5) Persuasi (pengajakan)
(3) Eksposisi (pemaparan) (6) Pampuran (kombinasi)
Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karagan
yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi, sedangkan deskripsi dan
argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan
lain.
Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau kisah. Contoh
karangan eksposisi yag berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita
dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi
yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti pamflet,
brosur, danadvertorial.
Dalam karagan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi.
Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering
ditunjng oleh deskripsi sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran
dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu dapat diterima asalkan penulisnya
memperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar yang mendominasi
karangan ilmiah, yaitu argumentasi.
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga jenis
karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai
karangan yang utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan
argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering
merupakan bagian dari karangn lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk
argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis karang tentu tidak diperoleh dengan
gampang. Latihan yang intensif dan terus-menerus merupakan syarat mutlak.
Satu hal lagi pedoman yang perlu diikuti oleh calon penulis adalah keharusan
mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum mencoba mengkombinasikannya.

9
2.4.1 Karangan deskriptif
Deskripsi dipungut dari bahasa inggris description yang tentu saja
berhubungan dengan kata kerjanya to describe (melukiskan dengan
bahasa). Seorang guru anatomi yang piawai akan mampu memerikan atau
mendreskripsikan bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-muridnya
sehingga dalam benak muridnya bagian tubuh itu tervisualisasikan seperti
keadaan yang sebenarnya. Itulah salah satu contoh deskripsi.
Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi
merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah
benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai degan asal
katanya describere (bahas latin) yang berarti ‘menulis tentang,
membeberkan(memberikan) suatu hal, melukiskan suatu hal’.
Penggambaran sesuatu dalam deskripsi memerlukan kecermatan
pengamatan dan ketelitian. Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan
oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan
bentuk. Dengan kata lain, penulis harus penulis harus sanggup
mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti
dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat,
mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.
Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai
gambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang
hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat atau hakikat dari objek yang
diseskripsikan itu. Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan
sebuah pengalaman pada diri pembaca dan memberi identitas atau
memberi informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat
mengenalnya bila bertemu atau behrhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan
memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi

10
penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan
interpretasinya sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperluka suatu
pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat
sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu
untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatju objek yang ditulis.
Pendekatan nyang dimaksud adalah pendekatan realistis dan
pendekatan impresionistis.
 Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal/benda
seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yng dilihatnya. Ia bersikap
seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rinci-
rincian, secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh
pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan dibawah ini
sebagai contoh.
Predikat IDT (Inpres Desa tertinggal) bagi desa Tunggulturus,
Tulungagug, hampir lenyap sama sekali. Rumah warga yang dulunya
berdinding anyaman bambu, kini hanya berjumlah hitungan jari. Yang
ada kini rumah tembok bercorak modern, beton berukir dan berjendela
kaca riben. Diatas gentig berwarna-warni terpancang antena televisi
bahkan parabola. Rumah-rumah disana rata-rata berlantai keramik dan
kamar mandinyapun tak lagi beratapkan langit. (Disunting dari “potret
Desa Pemasok TKI di Tulungagung”, Arif Purbadi,Media Indonesia,
12 Agustus 2002)
 Pendekatan Impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan
secara subjektif. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap
penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi terhadap
bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini
sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan
kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya.

11
2.4.2 Karangan narasi
Karangan narasi (berasal narration = bercerita) adalah suatu tulisan
yang berusaha menciptakan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan
manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung
dalam kesatuan waktu.
Seperti halnya karagan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam
sifat, yaitu (1) narasi ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugesti/
narasi berplot. Marasi yang hanya bertujuan untukmemberi informasi
kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi
ekspositoris. Sedangakan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal,
disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen,
sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi,
kisah perampokan, dan cerita cerita tentang pembunuhan. Kutipan
dibawah ini adalah contoh karangan ekspositoris atau narasi faktual yaitu
Khalil Gibran.
2.4.3 Karangan eksposisi
Karangan eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris exposision
sebenarnya berasal dari kata bahasa latin yang berarti ‘membuka atau
memulai’, krangan eksposisin merupakan wacana yang bertujuan untuk
memberi tahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dkomunikasikan terutama
adalah pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan eksposisi yang
berupa informasi dapat kita baca sehari-hari didalam media massa. Melalui
media massa berita di expose atau dipaparkan dengan tujuan memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk
menerima pendapat penulis, tetapi pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada
orang yang berpendapat demikian. Karena jenis karangannya bersifat
memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.
Sebagai contoh marilah kita simak kutipan karangan dibawah ini.
Contoh (1) karangan eksposisi berbentuk opini yaitu Ketika Kita
Kehilangan Etika.

12
2.4.4 Karangan argumentasi
Tujuan karangan argumetasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar
menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.
Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya
harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Karangan argumentasi memiliki ciri:
a. Memiliki alasasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b. Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan
c. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai sat penyelesaian.
2.4.5 Karangan persuasi
Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau
‘meyakinkan’ bentuk nominannya adalah persuation yang kemudian
menjadi kata pungut indonesia persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca
percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang
mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan
ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang
relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga
kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu dalam
menulis karangan persuasi harus pula dipehatikan penggunaan diksi yang
berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain.
Dalam uraian dibawah ini di sajikan macam-macam persuasi ditinjau
dari segi pemakaiannya, dari segi ini, karangan persuasi di diolongkan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang
politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan
kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan
persuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya.

13
b. Persuasi Pendidikan
Pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Seorang guru, msalnya bisa menggunakan persuasi itu
untuk mempengaruhi anak didiknya supaya mereka giat belajar,
senang membca, dan lain-lain. Seorang motivator dan inovator
pendidikan bisa memanfaatkan persusasi pendidikan degan
menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan
oleh pelaksana pendidikan.
c. Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk
memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat
persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal,
senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai
jas yang ditawarkan. Oleh karena itu, advertensi diberi predikat jalur
komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilikbarang dan publik
sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek,
dan ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah, persuasi yang mampu dan berhasil
merangsang konsumen membeli membeli barang yang ditwarkan.
Sebaliknya, persuasi itu tergolong sebagaipersuasi yang kurang baik,
apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang
yang diiklankan.
d. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah
informasi. Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti
pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi
diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat
sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi
kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari

14
kampanye adalah agar pembaca dan pendengar menuruti isi ajakan
kamoanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang
mengidap penyakit jantung yang disertai ajakan pengumpulan dana
untuk pengobatannya, atau selembaran yang beirisiinformasi tentang
situasi tertentu yang diserai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh
persuasi propaganda.
Perhatikanlah kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini:
Memilah Sampah
Sampah yang setiap hari dibuang, sebenarnya bisa disederhnkn menjadi
dua amcam sampah, yaitu sampah organik yang mudah membusuk dan
sampah anorganik atau yang sulit membusuk. Sampah organikya misalnya
dari sisa-sisa makanan atau sampah dapur yang biasanya basah dan daun-daun
yang dari kotak sampah yang sulit membusuk atau tidak bisa membusuk,
antara lain plastik, kaca atau gels, logam, karet atau kulit imitasi, kayu besar,
dan kain.
Kalau sekarang setiap rumah hanya ada satu tempat sambah, berarti harus
disediakan dua jenis tempat sampah yang berdekatan letaknya. Satu tempat
sampah khusus sampah yang organik yng biasanya basah dan tempat lainnya
khusus tempat sampah yang tidak bisa membusuk.
Jika dua jenis sampah itu sudah terkumpul, apa yang harus dilakukan?
Sampah organik yang tidak bisa membusuk sebaiknya jangan dibuang
digerobak sampah atau ditempat pembuangan sementara. Jiaka ada halaman
yang cukup luas, kira-kira 3m × 3m, sampah organik bisa dikubur. Semua
sampah yang tidak bisa membusuk bisa dikumpulkan bersama-sama di tingkat
Rukun Tetangga. Jangan takut smapah-sampah itu kemudian akan
menggunung. Sampah-sampah plastik, logam, kertas, kaca, selalu dicari-cari
oleh pemulung. Pengurus RT bisa mengorganisasi pembagian sampah yang
berguna kepada pemulung yang jumlahnya puluhan ribu dijakarta. Semua
sampah itu masih berguna bagi pemulung dan masih bisa medatangkan uang
bagi mereka. Volume sampah sudah dikurangi haya tinggal 10 persen saja.

15
Terbukti, sebenarnya daur ulang juga tidak mampu mengurangi sampah
yang akan menumpuk dipembuangan akhir.

2.4.6 Karangan Campuran


Selain merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi,
sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat
merupakan gabungan eksposisi dengan deksripsi, atau eksposisi dengan
argumentasi. Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan
sebagai ilustrasi bagi eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut ini:
Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil.
Sehingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression diharian Kompas,
Minggu 7 November 1933. Saya seperti mendapat firasat, inilah progam
yang tepat. (narasi)
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5
kg. Waktu hal ini saya kabarkan pada puteri saya, Maya, itulah yang saya
maksudkan, Mama, disini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut
program tersebut yang berhasil. (eksposisi)
Selama mengikuti program Impression, saya tidak mengalami
kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek
sampingan, sangat mudah dan meyenangkan.(persuasi)
Bagi saya saat ini terasa begitu cria, muka berseri, tubuh enteng, baju-
baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi
pangling akan penampilan saya.(persuasi)
Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir
setengah abad ini. Program Impression ternyata memulihkan kesehatan
saya, tekanan darah saya menjadi normal, kadar gula da kolestrol normal,
pokonya semua terasa segar dan ringan. (persuasi)
Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan wiraswasta
yang sukses, ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar 10.000
siswa dari bimbingan belajar, pendidikan computer & akuntansi, bahasa

16
inggris, sekretaris, program pendidikan Magister Management (M.M.),
mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri Kabaya Kartini ’94 dan Citra
Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program Impression.
(eksposisi)
2.5 Paragraf Karangan
2.5.1 Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada
segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian di dalam sebuah
karangan. Sebagai pengantar, paragraf pembuka ini harus benar-benar
menarik, kadangkala diawali dengan sebuah sitiran dari pendapat tokoh
tertentu. Maksudnya adalah untuk memikat dan memusatkan perhatian
dari para2 pembacanya. Berikut ini disajikan beberapa tips untuk menarik
pembaca dalam paragraf pembuka.
a. Menyampaikan berita hangat.
b. Menyampaikan anekdot.
c. Memberikan latar belakang dengan suasana yang pas.
d. Memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok pembicaraan.
e. Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas.
f. Menyentak pembaca dengan pertanyaan tajam.
g. Menyentak pembaca dengan perbandingan yang kontras.
h. Mengungkapkan isu misteri yang belum terungkap.
i. Mengungkapkan peristiwa luar biasa.
2.5.2 Paragraf Pengembang
Paragraf ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah
dirancang. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan di dalam sebuah
karangan. Jumlah paragraf pengembang ini tidak ada batasan. Yang
menjadi ukuran atau pembatas adalah ketuntasan pengungkapan
pikiran/gagasan karangan secara keseluruhan.

2
Yusuf, Denny.http://dennyyusuf.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-karangan- beserta-
contohnya_7.html

17
a) Menguraikan, mendreskripsikan, membandingkan, mengkontraskan,
menjelaskan, memaparkan, menceritakan ide pokok karangan.
b) Menolak konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan: alasan,
argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
c) Mendukung konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan:
alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
2.5.3 Paragraf Penutup
Paragraf penutup ini merupakan kesimpulan pembicaraan yang telah
dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Paragraf penutup mungkin hanya
merupakan sebuah rangkuman, atau mungkin juga sebuah penegasan ulang
dari hal-hal pokok yang disampaikan pada paragraf-paragraf sebelumnya.
Kalimat-kalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris sering kali dipakai
untuk mengakhiri paragraf penutup untuk meningkatkan bekas-bekas akhir
yang tidak mudah dilupakan dan menuntut pemikiran lanjutan.
Berikut ini beberapa tips untuk membuat kesan kuat tentang paragraf
penutup.
a) Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan menggunakan kata-kata
yang berbeda.
b) Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah disampaikan dalam
karangan.
c) Memberikan kesimpulan, saran, dan/proyeksi ke depan.
d) Memberikan pertanyaan reflektif dan/atau pertanyaan retoris yang tidak
menuntut jawaban sekarang.
2.6 Langkah membuat karangan
Penyusunan karangan sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
2.6.1 Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan
Topik berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti tempat. Dalam
perkembangan selanjutnya, topik diartikan sebagai ‘pokok
pembicaraan’ suatu karangan. Berdasarkan topik itulah, penulis
menempatkan tujuan beserta tema karangannya.

18
Dalam kehidupan sehari-hari, topik sering dikacaukan
pemakaiannya dengan istilah tema. Menurut asal katanya, tema merupakan
kata Yunani tithenai, yang berarti menempatkan. Darisegi proses
penulisan karangan, tema dan topik memiliki rumusan yang berlainan
walaupun nantinya apa yang dirumuskan keduanya memiliki hakikat yang
sama. Apabila topik bermakna pokok karangan, maka tema diartikan
sebagai suatu perumusan dari topik yang dijadikan landasan penyusunan
karangan. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa topik lebih
singkat dan lebih abstrak daripada tema.
Topik dirumuskan lebih dahulu dari tema.
Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut.
a. Menarik Perhatian Penulis
b. Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis
berusaha untuk secara serius mencari data yang penting dan relevan
dengan masalah yang ia karang. Penulis akan terdorong terus-menerus
agar karangannya itu dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Sebaliknya, suatu topik yang sama sekali tidak disenangi
dapat menimbulkan kesalahan apabila terdapat hambatan-hambatan.
Penulis tidak akan berusaha menemukan data dan fakta dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang ia hadapi.
c. Dikuasai Penulis
d. Topik yang dikerjakan harus dikuasai penulis. Sekurang-kurangnya ia
mengetahui hal-hal mendasar dari persoalan yang hendak dikarangnya.
Idealnya, topik itu merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis
daripada pembacanya.
e. Menarik Dan Aktual
Suatu karangan disusun tidak lain untuk dibaca oleh orang
lain. Oleh karena itu, minat pembaca merupakan hal penting yang
harus diperhatikan penulis. Walaupun yang menarik minat itu amat
bergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu sendiri, namun
hal- hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara

19
umum, antara lain: yang aktual, penting, penuh konflik, rahasia,
humor atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
f. Ruang Lingkupnya Terbatas
Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada
akhimya karangan itu tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang
lingkup topik, memungkinkan penulis untuk mengarang dengan penuh
keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti masalah yang
akan ditulisnya secara intensif.
2.6.2 Merumuskan Judul Karangan
Erat kaitannya dengan topik atau tema serta tujuan karangan adalah
judul. Apabila topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka
judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan itu.
Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi untuk menarik minat
pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Sering kali judul dirumuskan
lebih dulu sebelum karangan dibuat.
Namun demikian, judul dapat pula dirumuskan setelah karangan
itu selesai. Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Relevan ada hubungannya dengan isi karangan.
b. Provokatif dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.
c. Singkat mudah dipahami dan enteng diingat.
2.6.3 Menyusun Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar
suatu karangan. Manfaat kerangka karangan:
a. Memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih
sistematis dan teratur.
b. Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting
dengan yang tidak penting.
c. Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan.
d. Membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya akhirnya penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang
untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam
keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Jadi jika kita ingin membuat suatu karangan yang sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur maka sebelum pembuatan karangan itu harus terlebih dulu
kita membuat sebuah kerangka karangan agar pada karangan tersebut menjadi
terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.


Cetakan kedelapan, Jakarta: Akademika Pressindo

Yusuf, Denny.http://dennyyusuf.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-karangan-
beserta-contohnya_7.html

Shanjaya, Bangkit.http://shimpel.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-karangan-ciri-
ciri-beserta.html

Purnomo, Dian.http://catatangembalakecil.blogspot.com/2012/12/macam-
macamkarangan-besertacontohnya_13.html

Cahya, Nadia.http://nadiachya.blogspot.com/2012/04/perbedaan-antara-karangan-
ilmiah-non.html

22

Anda mungkin juga menyukai