Anda di halaman 1dari 7

Resume ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Landasan Antropologi


Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti
manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi
holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbanding atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini
banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi
sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang
tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir
atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri
fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi
fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya,
terpecah-pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi-spesialisasi,
termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada
umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam
dunia pendidikan.

B. Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami
tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi
menjadi empat fase sebagai berikut :
1. Fase Pertama (sebelum 1800)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba
untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru.
Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-
kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku
harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang
berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-
bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh
himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800)
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun
menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut
bardasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat
dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terrendah melalui
beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang
masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka
adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat
yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka
kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu
antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah
pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi
merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat
praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke 20)
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang
bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian
tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
Berikut panjalasannya :Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa
berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar
Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut
juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di
luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu
antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan
berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara
kolonial.
4. Fase Keempat
Ilmu Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat,
diantaranya pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya
yang semakin tajam. Perkembangan ini menyebabkan :
a. Timbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
b. Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar
hilang setelah Perang Dunia 2.

Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan


tujuan dan pokok yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode
ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam
suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari negara-negara di
Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada
penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa,
seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan,
yaitu :
1. Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik,
masyarakat dan kebudayaannya.
2. Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat
suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

C. Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus
sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa.
Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan.
Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui polaperilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat
(suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai
dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap
tata pergaulan umat manusia diseluruh duniakhususnya Indonesia yang
mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.

Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan


bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

D. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat


Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh
faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah
tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan
berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia
kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga
keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan
makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan
terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan
dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik
dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur
seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk
mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif mudah diambil,
membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga bila ada
seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan
mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di
pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah
didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi.
Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih keras untuk
mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan
perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut
oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap
proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena
proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan
sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di
negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-
pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan
masyarakat.
Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh :
perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata
pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan
kurikulum muatan lokal.
Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena
melalui antropologi bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang
dimiliki oleh Indonesia dan menghargai kebudayaan orang lain.

E. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah
sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi
masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik
secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat
kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang
dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta
dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan
nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3. Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk
pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional,
membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya,
bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi.

F. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini


Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal.
Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi
disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan
sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri,
mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan
budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari
sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna
bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam
lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum,
kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung
nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model
(guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru
oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik
dan mental siswa.

Sumber :
Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman
KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Saefuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenanda Media.
Sudomo. 1989. Landasan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyudin, Dinn., dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai