Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rayhan Rery Gymnastiar Putra

NIM : 11211110000133

PENGANTAR ANTROPOLOGI DAN PEMBAGIAN BIDANG-BIDANGNYA


Kata Kunci: Antropologi, sosiologi, masyarakat, pembagian, bidang

Dalam memahami manusia tentunya ada disiplin ilmu yang perlu diterapkan, baik dalam hal
memahami manusia maupun dalam hal budaya. Hal ini lah yang menyebabkan Antropologi dipakai untuk
memahami budaya yang ada di masayarakat. 1Antropologi sendiri terdiri dari 2 kata yaitu Anthropos dan Logos.
Anthropos yang berarti manusia dan Logos yang berarti pengetahuan ataupun ilmu. Jadi Antropologi
merupakan Ilmu yang memperlajari tentang Manusia. Alasan Antropologi ini ada ialah, adanya keinginan untuk
bisa mempelajari dan memahami apa yang dimaksud dengan manusia dalam konteks ruang atau tempat dan
waktu. Antropologi sendiri dahulunya mempunyai ruang lingkup yang sangat sempit dan terfokus pada
masyarakat secara kecil atau biasa dikatakan sebagai (Small Scale Society). Namun seiring dengan berjalannya
waktu, Antropologi ini semakin berkembang, mempelajari masyarakat yang modem dan majemuk pula.
Modem dan majemuk ini mempunyai artian dalam skala yang lebih besar, beragam dan juga luas cakupannya.
Selain mempelajari tentang kebudayaan, antropologi ini juga mempelajari tentang ciri-ciri biologis manusia.

Karakteristik Antropologi sebagai Disiplin Ilmu


Antropologi ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan mempunyai banyak makna, mempunyai
pendekatan yang holistik atau menyeluruh tentang manusia, bersifat inklusif atau tidak memposisikan diri
diatas atau dibawah. Lebih kearah bagaimana mensamaratakan tanpa melihat suku, ras, agama, jabatan, dan
hal-hal lainnya. Dari inklusivitas ini hadirlah salah satu keunikan antropologi yaitu “holisme” atau dipandang
sebagai sesuatu yang utuh dan bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah. Menurut Miller
dan Weitz, 2Holisme adalah upaya untuk menggabungkan semua pengetahuan ini ke dalam pemahaman yang
bermakna tentang kemanusiaan.
Kemudian adanya prinsip relativisme kultural atau kenisbian budaya dalam ruang lingkup antropologi,
arti dari prinsip relativisme kultural ini ketika seseorang tidak menggunakan sudut pandangnya sendiri dalam
memahami dan menilai sistem budaya serta perilaku masyarakat untuk menyelasikan suatu permasalahan. Ada
beberapa hal yang mencakup perkembangan yang luas terhadap ruang lingkup dan objek kajiannya.
3
Diantaranya, yang pertama masalah asal-usul dan perkembangan manusia secara biologi. Lalu yang kedua
yaitu tentang masalah sejarah beraneka ragamnya manusia yang dapat dilihat dari sudut pandang fisiknya atau
appearance-nya. Ini menjadi masalah karena sebagian besar manusia memiliki perawakan yang berbeda-beda,
ada kulit putih, kulit hitam, kulit coklat dan lain sebagainya. Selanjutnya ada masalah sejarah, asal- usul,
penyebaran dan terjadinya keanekaragaman kebudayaan manusia di dunia, entah karena penyebaran manusia
itu selalu nomaden atau hal lainnya. Yang terakhir yaitu masalah asas-asas dari kebudayaan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang terjadi diantara suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

Sejarah dan Perkembangan Antropologi


Menurut Koentjaraningrat, sejarah dan perkembangan antropologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri dibagi menjadi beberapa fase diantaranya,
- Fase Pertama (sebelum 1800), fase ini bisa dikatakan awal permulaan penyusunan etnografi dalam
definisi penggambaran suku-suku bangsa, hal ini lebih melakukan penggambaran tentang adat istiadat, ciri-ciri
fisik, bahasa dan aspek-aspek tertentu, khususnya pada hal yang aneh dan berbeda terhadap pandangan
mereka.
- Fase Kedua (Abad 19), fase ini secara garis besar dipengaruhi oleh kerangka pikir evolusi. Kerangka
pikir evolusi ini menggambarkan masyarakat dan kebudayaan yang berubah secara bertahap dan dalam waktu
yang relatif lama, dari hal yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Koentjaraningrat sempat
memaparkan

1
Zulkifli, h.17
2
Miller dan Weitz 1979: 2
3
Koentjaraningrat 1990: 12

1
bahwa antropologi ini 4mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
- Fase Ketiga (Awal abad 20), pada fase ini antropologi memiliki tujuan yang praktis. Karena adanya
kepentingan kolonialisme dan misionaris, selain hal itu juga tujuan praktis ini bermanfaat dalam rangka
mengedukasi, mengontrol dan menguasai daerah yang didatangi tersebut. Hal ini berhubungan denga napa
yang dikatakan oleh Koentjaraningrat bahwa 5mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di
luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat
masa kini yang semakin kompleks.
- Fase Keempat (Sejak tahun 1930), di fase ini tujuan antropologi tidak lagi tentang masalah
kolonialisme ataupun imperialisme dan tidak lagi tentang bangsa-bangsa primitif lagi tetapi lebih kearah tujuan
akademik atau pendidikan dan tujuan praktis. Dalam tujuan akademiknya, antropologi ini memusatkan tentang
pemahaman manusia dari segi aneka warna, perbedaan bentuk fisik, masyarakat dan tentunya kebudayaan
yang berlaku. Sementara dalam tujuan praktisnya, Antropologi ini memusatkan pemahaman tentang berbagai
macam manusia untuk membangun peradaban manusia dari yang terkecil hingga terbesar.
Hingga sampai saat ini disiplin dari Ilmu Antropologi sendiri telah berkembang pesat dalam hal kajian,
konsep dan juga teori-teori yang dihasilkan sehingga Ilmu Antropologi ini telah menghasilkan banyak bidang
yang beragam dan variatif.

Cabang-cabang Ilmu Antropologi


Ilmu Antropologi ini juga memiliki banyak cabang yang tentunya saling berkaitan antara satu dengan
yang lain namun tetap memiliki pusat pemahaman pada Ilmu Antropologi. Menurut Koentjaraningrat, Ilmu
Antropologi ini dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya,
- Antropologi Biologi atau Antropologi fisik/ragawi, cabang ini mempelajari tentang munculnya
manusia serta perkembangannya dalam kehidupan dan tentang perbedaan serta variasi manusia
secara biologis.
- Antropologi Budaya (Antropologi atau Antropologi Sosial Budaya), cabang ini mempelajari atau
mengkaji keanekaragaman kebudayaan masyarakat di dunia dalam mengungkap unsur-unsur
kebudyaan universal, struktur sosial dan sebagainya yang berkaitan. Wilayah utama Antropologi
Budaya ini berupa Antropologi Pembangunan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, Antropologi
Kependudukan, Antropologi Hukum, Antropologi Kognitif, Antropologi Ekologi, Antropologi Kesehatan,
Antropologi Pendidikan, Antropologi Psikologi, Antropologi Perkotaan dan juga Antropologi Terapan.
- Arkeologi (Arkeologi Prasejarah), cabang ini mempelajari tentang bagaimana merekonstruksi cara
hidup hidup sehari-hari dan kebiasaan masyarakat pada masa prasejarah dimana manusia belum
mengenal huruf. Secara singkat, Arkeologi ini berusaha mempelajari semua kebudayaan yang telah
berlalu dan yang tidak memiliki tulisan sehingga hanya bisa menyusun sejarah berdasarkan
kebudayaan yang ada.
- Antropologi Linguistik atau Etnolinguistik, cabang ini mempelajari aslinya membahas tentang Bahasa-
bahasa masyarakat sederhana. Dalam hal ini Bahasa juga dianggap penting karena dapat mempelajari
adat istiadat dan kebudayaan yang ada pada manusia. Secara singkatnya minat Antropologi Linguistik
ini tertarik pada bagian 6sejarah dan struktur Bahasa-bahasa yang tidak tertulis serta
keanekaragamannya yang terikat secara integral dengan prinsip relativisme kultural Antropologi
Budaya.

Hubungan Antropologi dengan Ilmu-ilmu Lain

4
Koentjaraningrat 1990: 4
5
Koentajaraningrat 1990: 4-5
6
Ember dan Ember 1981: 6-10; Saifuddin: 21-22
Nama : Rayhan Rery Gymnastiar Putra
NIM : 11211110000133

Antropologi ini memiliki hubungan erat dengan ilmu-ilmu lain dan ini yang menjadikan Ilmu
Antropologi memiliki ciri khusus yaitu Holistik atau bisa dibilang erat atau menjadi pusat dari beberapa ilmu-
ilmu yang lain.

1
Terkadang Antropologi ini menjadi sentral atau pusat yang saling menghubungkan bagian-bagian dari ilmu
humaniora seperti Filsafat, Seni, Susastra, Bahasa, Sejarah dan lain-lain. Yang menjadi fokus dalam ilmu
Humaniora adalah penelitan dan interpretasi yang ada dalam Antropologi. Kemudian ada Ilmu-ilmu alam
sepertri Biologi, Geologi, Ekologi dan Kimia dan yang terakhir ada ilmu-ilmu sosial, pada umumnya seperti
Sosiologi, Ekonomi, Ilmu Politik, Psikologi, Geografi dan sebagainya. Antropologi ini sering di hubungkan
dengan salah satu disiplin ilmu Sosiologi serta secara umum masyarakat menganggap bahwa Antropologi dan
Sosiologi ini sama dan serupa namun pada kenyataannya tidak. Antropologi ini lebih menekankan pada
penelitian menggunakan metode Kualitatif sementara untuk Sosiologi sendiri menekankan pada penelitian
menggunakan metode Kuantitatif.
Selain dengan Sosiologi, Antropologi juga berhubungan erat dengan sejarah atau bisa dipusatkan lagi
menjadi historiografi, pada hal ini Antropologi berperan melalui metode-metode dan pendekatan yang dipakai
dalam memahami latar belakang sosial dan budaya dari peristiwa-peristiwa yang berlalu maupun yang sedang
ditulis. Sebaliknya, Antropologi juga membutuhkan sejarah dalam mengkaji sejaraha suku bangsa yang sedang
diteliti serta metode-metode apa saja yang bisa merekonstruksi peristiwa masa lampau.
Kemudian Antropologi juga berhubungan erat dengan Ilmu Ekonomi, dalam Ilmu Ekonomi,
Antropologi berperan dalam pemahaman seluk-beluk ekonomi dari masyarakat baik dari struktur sosial dan
budaya masyarakat tersebut. Bahkan dalam Antropologi itu tersendiri terdapat spesialisasi antropologi
ekonomi yang mengkaji beragam sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat.
Yang terakhir, Antropologi juga berkaitan erat dengan Ilmu Politik, dalam hubungan ini Antropologi
berperan dalam memberikan metode-metode apa saja yang dapat memahami latar belakang sistem norma dan
adat istiadat yang mendasari tingkah laku dalam pemahaman politik. Sama seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik
juga memiliki spesialisasi dalam Antropologi yaitu Antropologi Politik. Menurut Koentjaraningrat 7untuk
memahami suatu masyarakat atau untuk menggambarkan etnografi suatu masyarakat dari segi aktivitas
politiknya, Antropologi perlu mengetahui konsep-konsep dan teori-teori Ilmu Politik.

7
Zulkifli, Pengantar Ilmu Antropologi hal.36; Koentjaraningrat 1990: 39

Anda mungkin juga menyukai