Anda di halaman 1dari 3

Nama : R. Ahmad Rosyiddin B.

NIM : 11171110000024

Antropologi dan Pembidangannya


Karakteristik - Sejarah - Ilmu Pengetahuan - Hubungan

Antropologi secara bahasa terdiri dari dua kata, yaitu Antropos yang bermakna manusia, dan Logos yang
berarti ilmu. Ini menunjukan bahwa Antropologi adalah ilmu yang mempelajari khusus mengenai seluk-beluk
kehidupan manusia. Ilmu Antropologi setidaknya memiliki dua ciri khas yang sulit untuk kita temukan di disiplin
bidang ilmu yang lain, ciri khas antropologi adalah pendekatannya yang holistik terhadap manusia sebagai objek
kajiannya, disebut holistik karena pendekatan yang terdapat pada antropologi bersifat menyeluruh ke berbagai
aspek objek penelitiannya. Hal ini berarti antropologi mencakup kajian manusia di dunia pada masa lalu hingga
sekarang, dan ditinjau dari berbagai macam aspek, seperti biologis, dan aspek sosial budaya.

Ciri khas berikutnya dari antropologi adalah prinsipnya yang relativisme kultural, prinsip ini berangkat
dari kenyataan bahwa kebanyakan anggota suatu masyarakat merasa bahwa perilaku dari kebiasaan mereka
sajalah yang benar. Oleh karena itu, seorang antropolog tidak diperbolehkan memiliki cara pandang seperti itu
dalam penelitiannya, melainkan ia harus menggunakan data yang ada di lapangan dan menggunakan sudut
pandang masyarakat yang bersangkutan.

Antropologi bisa disebut adalah ilmu yang masih baru keberadaannya di muka bumi, tidak sebagaimana
ilmu kedokteran ataupun ilmu politik yang sudah ada sebelum masehi, antropologi baru menunjukan
eksistensinya pada awal abad ke-18. Secara garis besar, sejarah dan perkembangan antropologi sebagai suatu
disiplin ilmu yang berdiri sendiri dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu :

Fase pertama (Sebelum 1800), fase ini adalah fase awal kedatangan bangsa Eropa ke Afrika, Asia, dan
Amerika. Mereka datang dengan berbagai maksud dan tujuan, ada yang hanya datang sebagai musafir,
menyebarkan ajaran nasrani, sebagai pegawai pemerintah, hingga datang untuk memperluas daerah jajahan.
Bersamaaan dengan hal itu, muncullah banyak karya tulis dari orang-orang eropa yang berusaha untuk
menggambarkan keadaan masyarakat di daerah-daerah yang mereka singgahi, mulai dari adat-istiadat,
keberagaman etnis, ciri-ciri fisik dan lain sebagainya, itulah yang sekarang kita kenal sebagai etnografi —yang
juga merupakan penemuan terpenting pada fase ini— yaitu sebuah teknik penulisan untuk mendeskripsikan
tentang suatu suku bangsa. Dan juga pada fase ini lah, mulai adanya perhatian kepada sebuah ilmu pengetahuan
tentang masyarakat dan adat-istiadat yang ada di dalamnya oleh bangsa eropa.

Fase kedua (Pertengahan abad ke-19). Minat orang-orang terhadap kajian mengenai etnografi semakin
meluas, termasuk para cendikiawan pada masanya pula yang mulai tertarik dengan kajian ini. Berkembanglah
etnografi yang pada mulanya hanya menggambarkan kondisi masyarakan secara umum menjadi lebih spesifik,
yakni dengan adanya penggolongan-penggolongan berdasarkan tingkat evolusinya jika dibandingkan dengan
bangsa eropa. Dengan munculnya sebuah karya tulis pada tahun 1860 yang dengan secara jelas
mengklasifikasikan beragama kebudayaan di seluruh dunia kedalam beberapa tingkatan-tingkatan evolusi
tertentu, maka muncullah ilmu antropologi. Kemudia pada fase ini pula timbul sebagian orang yang
menyebarkan hasil penelitian mengenai penyebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi, dan pada fase ini
pula antropologi menjadi suatu ilmu yang memiliki tujuan secara praktis yang dikaji oleh para sarjana di
universitas-universitas.

Fase ketiga (Permulaan abad ke-20). Pada fase ketiga ini, antropologi menjadi ilmu yang semakin penting
dan menjadi sebuah cabang ilmu yang memiliki fungsi praktis, karena hakikat ilmu antropologi sebagai sebuah
ilmu yang mempelajari pola-pola masyarakat khususnya di luar eropa sangat berguna bagi negara-negara eropa
yang mulai menginvasi bangsa-bangsa yang mayoritas memliki tingkat evolusi yang masih rendah jika
dibandingkan dengan bangsa eropa. Khususnya Inggris, yang dikenal memiliki daerah jajahan yang luas,
antropologi sangat berguna bagi mereka untuk mengetahui seluk-beluk kebudayaan di daerah yang mereka
targetkan untuk dijajah.

Fase keempat (Sesudah 1930-an). Seiring berjalannya waktu, semakin banyak perubahan yang terjadi di
muka bumi, diantaranya, munculnya antipati terhadap sistem kolonialisme sesudah Perang Dunia II, dan
menghilangnya bangsa-bangsa primitif di belahan bumi yang diakibatkan oleh banyak sebab. Kedua faktor
tersebut membuat seolah-olah antropologi kehilangan objek kajiannya, yang menyebabkan antropologi sempat
mengalami “mati suri”. Lalu dilakukalah simposium internasional yang dihadiri oleh 60 tokoh antropologi untuk
membahas tentang keberlangsungan ilmu ini. Maka meluaslah objek kajian antropologi yang semula hanya
terbatas pada masyarakat primitiv menjadi masuk ke masyarakat secara umum, meliputi masyarakat pedesaan
maupun perkotaan.

Setelah kita membahas tentang sejarah dan perkembangan dari ilmu antropologi, kita juga perlu
mengetahui tentang objek kajian dari antropologi yang meliputi : Pertama, masalah asal-usul dan perkembangan
manusia; kedua, sejarah keanekaragaman fisik manusia; ketiga, perkembangan keanekaragaman bahasa di
Indonesia; keempat, keanekaragaman budaya manusia; kelima, masalah asas-asas dari kebudayaan manusia
dalam kehidupan suku-suku bangsa di dunia.

Antropologi digolongkan oleh sebagian banyak orang masuk kedalam rumpun ilmu sosial. Walaupun
pada penelitiannya kerap menggunakan pendekatan dari ilmu-ilmu alam, seperti biologi. Banyak pula sebagian
orang yang beranggapan bahwa antropologi adalah ilmu yang sama persis dengan sosiologi, dikarenakan
kesamaan pada objek penelitiannya, namun sejatinya kedua ilmu itu memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Bisa saja kita melihat dari sejarah awal munculnya kedua ilmu tersebut, antropologi pada awalnya digunakan
oleh orang eropa untuk meneliti kehidupan suku-suku primitiv diluar eropa, sementara sosiologi digunakan oleh
orang eropa untuk meneliti kehidupan orang eropa itu sendiri setelah banyak perubahan struktur sosial yang
terjadi di eropa. Begitupula dengan pendekatan yang digunakan untuk penelitian, antropologi lebih
mengedepankan penelitian yang menggunakan metode penelitian partisipatoris, sedangkan dalam penelitian
sosiologi, peneliti masih bisa –dan ini masih sering digunakan– analisis berdasarkan perhitungan jumlah statistik.

Selain memiliki kaitan dengan sosiologi, antropologi juga memiliki kaitan yang sangat banyak dengan
disiplin bidang ilmu lainnya, baik yang bersifat ilmu sosial, maupun ilmu alam. Dan karena memiliki banyak kaitan
dengan ilmu-ilmu lainnya inilah yag mengakibatakan antropoli menjadi memiliki banyak cabang di dalamnnya.
Dan hubungan yang terjalin antara antropologi dengan ilmu lainnya adalah hubungan yang bersifat timbal balik,
karena pada umumnya sifat sebuah disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya adalah saling melengkapi satu sama
lain. Adapun ilmu-ilmu yang memiliki hubungan dengan antropologi diantaranya adalah ilmu sejarah, politik,
geografi, geologi, biologi, anatomi, ilmu kesehatan, linguistik, hukum adat, psikiatri, dan paleontologi.

Dan mengenai pembagian dalam ilmu antropologi, selain dipengaruhi oleh ilmu-ilmu yang memiliki
hubungan dengannya, pembagian tersebut juga dipengaruhi oleh tujuan dari antropologi itu sendiri yaitu untuk
meningkatkan pemahan tentang manusia melalui banyak pendekatan. Pada dasarnya, antropologi terbagi atas
antropologi biologi dan antropologi budaya, sesuai dengan perspektif dalam antropologi bahwa manusia dapat
ditinjau sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk sosial budaya. Selain itu terdapat pula arkeologi dan
linguistik yang dapat digolongkan ke dalam antropologi budaya meskipun dalam perkembangannya kini telah
menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

Antropologi biologi adalah kajian mengenai biologi manusia yang dikaitkan dengan perspektif
antropologi yang mengkaji manusia secara luas. Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang sejarah
terjadinya aneka macam manusia berdasarkan aspek lahir (fenotipik) maupun aspek dalam (genotopik).
Antropologi budaya adalah subdisiplin yang paling luas yang berusaha menjawab pertanyaan-
pertanyaanyang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk sosialatau manusia sebagai makhluk yang hidup
dalam kelompok atau masyarakat.

Arkeologi ialah subdisiplin yang berusaha merekonstruksi cara hidup sehari-hari dan kebiasaan bangsa-
bangsa pada masa prasejarah, yakni pada zaman manusia belum mengenal huruf, dan mengungkapkan
perubahan-perubahan serta memberi keterangan tentang sebab-sebab terjadinya perubahan kebudayaan
tersebut.

Arkeologi linguistik adalah suatu cabang antropologi yang awalnya sangat berkaitan erat denga
antropologi. Hal ini bermula ketika bahasa dianggap sangat penting dalam mempelajari adat-istiadat dan
kebudayaan manusia, sehingga antropologi semakin bergantung pada kajian bahasa.

Selain cabang-cabang antropologi yang telah diuraikan di atas, sebenarnya masih banyak sekali cabang-
cabang ilmu lain dalam antropologi, yang tumbuh seiring dengan perkembangannya, objek kajiannya pun
semakin meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah antropologi hukum, yang mempelajari
tentang sistem hukum di masyarakat, antropologi ekonomi yang mempelajari segala aktivitas perekonomian,
antropologi politik, antropologi kesehatan, antropologi pendidikan, dan cabang-cabang ilmu antropologi lainnya
yang masih akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya tingkat kompleksitas kehidupan manusia.

Refrensi :

Zulkifli. 2008. Antropologi Sosial Budaya. Yogyakarta: Penerbit Shiddiq Press dan Penerbit Grha Guru

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai