ANTROPOLOGI
Deskripsi Singkat:
Dalam perkuliahan ini anda akan mempelajari sejarah antro-
pologi, pengertian antropologi dan metode dalam antropologi.
Sejarah
Secara kenyataannva antropologi menjadi sebuah ilmu meng-
alami proses logika yang sangat berbeda dengan ilrnu-ilmu lainnya.
Antropologi mengalami penyadaran sebagai sebuah ilmu ketika ilmu
domir-un lainnya, seperti sosiologi sudah sangat mapan dan diterima
ciikalangan ilmuan. Antropologi mengalami jeda yang cukup panjang
dari kemunculan awalnya sebagai embrio pengetahuan antropologi
rnenuju ke posisi keilmuan antropologi.
Kebiasaanva proses pembentukkan ilmu-ilmu lainnya dilaku-
kan secara runut dari awal pengetahuan sampai akhirnya menjadi
Anhopologi - 1,
ilmu. Antropologi disadari menjadi ilmu yang rnuncul belakangan
setelah sosiologi, sehingga untuk membentuk prosesnya antropologi
merekontruksi ulang proses-proses awalnya antropologi sebagai
sebuah pengetahuan.
2 - euai Suryadi
kekuasaan negar:a penjajah di Eropa di daerah-daerah jajahannya di
luar Eropa. Iimu Antropologi digunakan untuk mempelajari bangsa-
bangsa di luar Eropa yang sangat beragam dan kon-rpleks kebudavaan
masyarakatnya. Coleman & Watson (2005) mengemukakan bahn a
praktek antropologi dimulai begitu manusia muiai berpikir tentang
masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar
memutuskan untuk membandingkan diri nlereka sendiri dengan
masyarakat-mas\rarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka.
Sebagai contoh sifat ilmu antropologi ini berkembang di negara
Inggris, yang pada r.t aktu itu sebagai negara penjajah yang paling
dominan.
Kemudian salah satu tokoh antropologi yang terkenal giat saat
itu adalah Franz Boas. Franz Boas dan mahasiswanya berusaha
menegakkan paham bahwa perbedaan-perl:edaan bioiogis yang ada
antara berbagai populasi manusia dan menjadi dasar klasifikasi rasial
itu sebenarnya tidak akurat, tetapi perbedaan-perbedaan budaya lah
yang menjadi sumber perbedaan pokok antara manusia (Kuper &
Kuper, 2000).
Keempat, sesudah 1930-an. Di fase ini ilmu antropologi
mengalami perkembangan yang paling luas, baik dari segi bahan-
bahan kajian vang lebih detil maupun dari segi penggunaan metode
ilmiahnya. Perkembangar-r ini terutama terjadi di universitas-uni-
versitas di Amerika serikat sampai tahun 1951-an berkembang ke
negara-negara lainnya. Pokok dan sasaran dari penelitian para ahli
antropologi tidak lagi hanva suku-suku bangsa yang tinggal di benua
di luar Eropa, tetapi sudah beralih ke daerah-daerah pedesaan yang
dari segi keragaman fisiknya, masyarakatnya serta kebudayaarutya.
Di fase ke empat ini, antropologi mengalami pergeseran *ila-
yah kajian dengan menjauhi upava pendokumentasian pola historis ke
perhatian vang melnfokuskan pada hubungan antara proses kultural
dan ekonomi, politik dan sosiologi, dengan tetap menekankan pada
aspek kultural (Lukes, dalam Outhwaite, 2008).
Antropotogi - 3
pengajar uni\rersitas-universitas di Indonesia sebagai kerangka acuan
mempelajari dan memahami proses pembentukan ilmu antropologi.
Definisi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yakni anthropos vang
berarti manusia dan logos vang berarti ihnu. Secara keseluruhan
antropologi adalah ilmu tentang manusia. Lukes dalam Othwaite
(2008), mengemukakan walaupun antropologi umumnya didefinisikan
sebagai studi manusia secara ilmiah. Namun definisi lama ini
dianggap menganclung sejumlah problem, yang mengalami kritisi
karena adanya pelkembangan antlopologi lebih terhadap gagasai:r
evolusioner dan progresionis tentang perilaku dan masyarakat
manusia, serta adanya penolakan terhadap penggunaan istilah'man'
untuk menyebut spesies manusia secara keseluruhan (Lukes, dalam
Outhwaite, 2008).
Pendefinisian antropologi ini mengaiami fluktuasi ketidak-
koherensian dari waktu ke waktu, hal ini dikarenakan adarrya
fragmentasi ke cabang sosial dan biologi, serta perpecahan sub-cabang
lairurya. Kenyataan-kenyataan ini secara tanpa disadari seperti tidak
memberi ternpat yang jelas bagi pendefinisian karakter yang khas
antropologi.
Beberapa ahli antropologi yang dikutip Saebani (2012), yang
mengemukakan definisi antropologi, yakni Havilland yang menyebut
antropologi adalah studi mengenai umat manusia yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perila-
kunya serta keragamannya. Hunter menyebut ankopologi adalah iln'ru
yang muncul dari keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat
manusia.
Kemudian Tylor dalam Kuper (2006) mendefinisikan antropo-
logi adalah kajian mengenai masvarakat primitif atau rnasyarakat
manusia vang pada tahap perkembangan awal, dan kira-kira sepertiga
akirir abad kesembilan belas merupakan pengkajian kebudayaan.
4 - ruai Suryadi
Keterpecahan pendefinisian antropologi ini menurut Koentja-
raningrat (2009), dikarenakan ilmu antropologi masih tergolong muda
yakni baru berumur kira-kira satu abad, yang menyebabkan tujuan
dan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks masalah
yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antara
berbagai aliran vang ada dalam kalangan sendiri. Penggolongan
antropologi berdasarkan kajian universitas dibeberapa tempat ilmu
antropologi berkembang, seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa
Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara sedang berkem-
bang lainn1ra.
Seorang ahli airtropologi bangsa Amerika pernah mengatakan,
bahr,r,a pokok-pokok yang tercakup oleh antropologi 'dibatasi hanya
oleh manusia'. Dalam pernyataan yang sederhana itu Alfred Kroeber
memberi penghargaan kepada ruang lingkup yang sangat luas dari
pengetahuan yang dicakup oleh ilmu antropologi. Jenis mahluk yang
disebut Homo Sapiens memang merupakan satu pokok yang sangat
luas, karena meliputi manusia sebagai mahluk fisik, manusia daiam
masa prasejarahnya dan manusia dalam sistem kebudayaannya, yaitu
sebagai pewaris suatu sistem yang kompleks, yang terdiri dari adat-
adat, sikap-sikap dan pelaku (Ember & Ember dalam Ihromi, 2006).
Bagi Koentjaraningrat (2007), ilmu antropologi sebagai suatu
ilmu yang mempelajari mahluk anthropos atau manusia, merupakan
suatu integrasi dari beberapa ilmu vang masing-masing mempelajari
suatu komplek masalah-masalah khusus mengenai mahluk manusia.
Kemudran Koentjaraningrat (2009) secara canggih mengemu-
kakan pendefinisian antropologi yang berdasarkan temuan fase
perkembangan llmu Antropologi, ia memberikan 3 pendefinisian ilmu
antropologi, yaitu: 1) ilmu antropologi sebagai iimu yang akademikal,
yang mempeiajari masyarakat dan kebudayaan primitif dalam ting-
katan sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia; 2)
Ilmu Antropologi sebagai ilmu praktis, yang mempelajari masyarakat
dan kebuda)raan suku-suku bangsa di luar Eropa dan masyarakat
masa kini vang l(empleks; 3) Ilmu Antropologi sebagai ilmu tentang
Antropologi - 5
makhluk manusia pada umumnya dan manusia dalam keberagaman
masyarakat suku bangsa.
Metode
Metode ilmial-r dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara
Vang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan
pengetalluan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetairuan bukan
lah suatu ilmu melainkan suatu himpunan pengetahuan saja, tentang
berbagai geiala alam atau masyarakat, tanpa ada kesadaran tentang
hubungan antara gejata-gejala yang terjadi. Kesatuan pengetahuan itu
dapat dicapai oleh para sarjana ib,ru yang bersangkutail melalui tiga
tingkatan, yaitu pengumpulan data, penentuan ciri-ciri umum dan
sistem, serta rrerifikasi (Koentj aran ingra t, 2009).
Antropologi sebagai suatu ilmu memiliki rnetode tersendiri,
seperti ilmu-ilmu lainnya. Metode ini menjadi salah satu svarat utama
keiimiahan sebuah ilmu pengetahuan. Tanpa adanya metode ilmiah,
kebenaran sebuah ilmu sangat diragukan. Ilmu antropologi memiliki
metode ilmiah yang melingkupi tahapan-tahapan sistematis dalam
menemukan pemaharnan terhadap peristiwa budaya.
Keesing (2008) mengemukakan para pakar atropologi sering
rnenghadapi kenyataan, di mana seringkaii metode iimiah klasik yang
tidak cocok. Upaya memahami simbolisme dan rnakna dari suatu
mitos atau ritual tidak lah sama seperti meramal siapa yang akan
memenangkan pernilihan umum atau menguji secara eksperimen
bagaimana tikus dapat belajar dan sebagainya.
OIeh karena itu Koentjaraningrat (2009), menvebutkan untuk
antropologi menggunakan pengumpulan fakta mengenai kejadian dan
gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengoiahan secala ilmiah.
Dalam kenyataan, aktivitas pengumpulan fakta di sini ferdiri dari
berbagai metode rnengobservasi, mencatat, mengolair dan mendes-
kripsikan fakta-fakta vang terjadi dalam masyarakat yang hidup.
Dalam pengumpulan data ini juga dilakukan metode wawan-
cara, menurut Koentjaraningrat (1986), metode \trawancara atau
6 - n.rai Suryadi
metode interuieu, mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang,
untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-
cakap'trerhadapan muka dengan orang lain.
Seorang ahli antropologi adalah seorang ilmuan sosial, artinya,
pekerjaan mengumpulkan data dan membuat kesimpulan dilakukan
di bararah kondisi-kondisi yang sangat berbeda. Periode pengumpuian
data berlangsung lama, kerapkali sangat sulit, dan biasanva meng-
haruskan si ilmuan terpisah jauh dari keluarga dan teman-temannya
di rumah (Coleman & Watson,2005).
Kemudian seiain itu menurut Koentjaraningrat (2C09), untuk
antropologi penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting
untuk mengumpulkan fakta-faktanya, dan penelitian kepustakaan.
Daiam penelitian di lapangan, peneliti datang sendiri cian mence-
burkan diri dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan
tentang gejala kehidupan manusia dalam masyarakat itu.
Proses kerja lapangan sebagai sebuah teknik riset rnerupakan
sesuatu yang tidak biasa, dalam arti bahwa hal itu benar-benar
mengendalikan kehidupan si ilmuan, kerap kali ur-rtuk jangka waktu
yang cukup lama setiap kalinya. Dalam upaya memahami cara hidup
dan cara pandang orang lain terhadap dunia, kita tidak dapat sekedar
rnelakukan perjalanan selintas melewati desa atau kota mereka,
rnenyewd seorang penerjemah dan memaksa brtata dengan pemimpin
mereka, sebelum kemudian bergegas menuju daerah penelitian
laiirnya. sebaiknya, pala pekerja lapangan harus mencoba berbaur
dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang diteiiti (Coleman
& \{atson,2005).
Kerja lapangan berarti memadukan dua kegiatan yang jelas
sangat berbeda. Partisipasi berarti ikut arnbil bagian dalam kehidupan
sehali-hari sebuah komunitas, mempelajari bahasa yang benar, dan
sejauh mungkin dianggap sebagai salah satu anggota komunitas biasa
cian bukan sekedar turis yang sedang singgah. Pengamatan jelas
terkait dengan keterlepasan dari berbagai kegiatan, sehingga si ahli
Antropologi -7
antropologi dapat berupaya n'reninjau berbagai hal dari sudut
pandang vang lebih luas (Coleman & Watson,2005).
Kemudian Saebarri (2012), mengemukakan beberapa fokus
penelitian dalam antropologi, yaitu sebagai berikut:
Pertama, penelitian terhadap peninggalan manusia pada masa
lalu, baik peninggalan unsur budaya maupun lahiriah. Penelitian jenis
ini seringkali disebut sebagai penelitian arkeologi;
Ked.ua, penelitian terhadap bahasa manusia sebagai alat berko-
munikasi dengan sesama manusia. Penelitian jenis ini seringkaii
disebut sebagai penelitian linguistik atau bahasa manusia;
Ketiga, penelitian terhadap pola pikir, pola hidup dan pola
tingkah laku manusia, berikut pertumbuhan dan perkembangannYa.
Penelitian jenis ini seringkali disebut sebagai penelitian budaya;
Keempat, penelitian terhadap peninggalan manusia pada masa
lalu dikaitkan dengan kel-ridupan bangsa-bangsa saat ini. prenelitian
jenis ini disebut sebagai penelitian etnologi;
Peneli.tian ketrudayaan manusia yang berkembang sejak rnasa
lalu hingga saat ini dengan mengkaitkannya pada kepribadian
manusia, strsosial , kelas sosial dan lainnya. penelitian antropologi ini
dibantu oleh berbagai pendekatan ilmu lainnya, seperti psikologi,
sosiologi, sejarah dan selagainya
RANGKUMAN
Secara historis, ada 4 (empat) rangkaian fase perkembangan
Ilmu Antropologi, yakni: 1) sebelum abad - 18; 2) pertengahan abad -
19; 3) permulaan abad - 20; 4) sesudair 1"930-an. Ke 4 (empat) rangkaian
fase perkembangan ilmu antropologi ini sampai sekarang dijadikan
oleh banyak atrli-ahii budaya maupun pengajar universitas-universitas
di Indonesia sebagai kerangka acuan mempelajari dan memahami
proses pembentukan iimu antropologi.
8 - ruai Suryadi
akademikal, vang mempelajari masyarnkat dan kebuda-rraan primitif
dalam tingkatan sejarair evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
rnanusia; 2) Ilmu Antropologi sebagai ilmu praktis, yang mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa dan
masyarakat masa kini yang kompleks; 3) Ilmu Antropologi sebagai
ilmu tentang rnakhluk manusia pada umumnya dan manusia dalam
keberagarnan masyarakat suku bangsa.
Beberapa metode vang digunakan dalam penelitian antropolo-
gi, seperti metode mengobservasi, mencatat, mengolah dan mendes-
kripsikan fakta-fakta r.ang terjadi dalam masyarakat )rang hidup,
metode -,^/.awancara atau metod e interaiezo, serta kerja lapangan dan
kepustakaan.
LATIHAN SOAL
Petunjuk I
PERTANYAAN:
1. Jelaskan pengertian antropologi?
2. Jelaskan sejak kapan antropologi sebagai pengetahuan?
3. Jelaskan sejak kapan airtropologi sebagai ilmu pengetahuan?
4. Jelaskan mengapa pendefinisian ilmu antropologi mengarami
ketidakkoherensian?
5. Jelaskan 4 fase perkembangan antropologi menurut Koentjara-
ningrat?
6. Jelaskan mengapa ilmu antropologi disebut sebagai ilmu yang
masih muda?
7. Jelaskan yang dimaksud dengan rnetode ilmiah?
B. ]elaskan metode yang seringkali digunakan daram penelitian
antropologi?
Anhopologi - 9
9. Jelaskan proses kerja lapangan dalam penelitian antropologi?
10. Jelaskan beberapa fokus penelitian dalarn antropologi?
TES FORMATIF
Petunf uk II
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tauda silang
(x) pada salah satu pilihan jar,t aban (a,b,c) yang saudara anggap benar.
Antropotogi:- L1
DAFTAR PUSTAKA
12 - nuai Suryadi
2
ANTROPOLO Gr &
ILMU LAIN NYA
Deskripsi Singkat:
Dalam perkuliahan ini anda akan mernpelajari hubungan ilmu
antropologi dengan ilmu lainnya, seperti sosiologi, kesehatan masya-
rakat, linguistik, arkeologi, sejarah, ekonomi, hukum, administrasi,
politik, pemerintahan dan kebijakan publik.
Hubungan Ilmu
Peltama, antropologi dan ilmu sosiologi. Menurut Carna (1996),
kaitan antropologi dan sosiologi sangat iah erat, tidak hanira berlaku
saling pinjam metociologi tetapi juga konsep-konsep dan teori$ra,
walaupun masing-masing sub-disiplin ilmu-ilmu iersebut mengem-
bangkan lebih jauh menurut filsafat dan perhatian khususnya.
Pernahaman tentang masyarakat dan kebudaYaan, seperti yang
dilakukan oleh sosiologi adalah tentang masyarakat dan antropologi
tentang kebuclayaan manusia akan tak terhindarkan dari keadaan
tumpang tindil-r, karena kehidupan manusia itu suatu keseluruhan
yartg tak terpisahkan dari keberadaan masyarakat dan tingkah
lakunya atau kebudavaan.
14 - euai Suryadi
Antropologi dan sosiologi, pada dasarnya mempunyai sasaran
studi yang sama, yaitu masyarakat manusia dan kebudayaannya. Yang
membedakan antropologi dari sosiologi adalah penekanan aspek-
aspek perhatian studinya dan pada pendekatan-pendekatan yang
digunakan oleh para ahli dari masing-masing bidang ilmu penge-
tahuan tersebut (Suparlan, 1,986).
Berdasarkan keilmuan, sosiologi lebih dulu dan lebih tua dari
antropologi. Sosiologi mengalami kemapanan dari cukup banyaknya
teoritisi yang dimilikinya, sehingga hai ini secara otomatis menjadikan
sosiologi sebagai pijakan bagi antropologi. Beberapa konsep sosiologi
digunakan oleh antropologi dalam pengembangan keilmuan dan
penelitiannya. Namun sebaliknya pada saat sekarang ilmu antropologi
sudah mengalami kemapanan secara keilmuan, sehingga sosiologi
memerlukan beberapa konsep antropologi untuk memahami perkem-
bangan budaya terkini di masyarakat.
Kedua, antropologi dan ilmu kesehatan masyarakat. Menurut
Koentjaraningrat (2009) hubungan antropologi dengan ilmu kesehatan
masyarakat berkaitan dengan data konsepsi dan sikap penduduk'desa
tentang kesehatan, sakit, dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan
pangan dan sebagainya. ilmu antropologi mernberikan kepada para
dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai
daerah dengan keragaman budaya, metode-metode dan cara-cara
untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan
dan adat-istiadat lainnya.
IImu antropologi mernberikan deskripsi sekaligus pemahaman
mengenai kebudayaan masyarakat setempat dalam mengatasi perma-
salahan-permasalahan hidupnya dari dulu sampai sekarang. Misalnya
budaya masyarakat yang masih menggunakan profesi dukun dalam
menyelesaikan masalah-masalah pen1zafti1 yang diderita mereka dan
kelahiran anak. Sebaliknya ilmu kesehatan masyarakat memberikan
inforn-rasi kesehatan masyarakat yang berguna untuk komparasi
perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu.
Ketiga, antropologi dan ilmu linguistik. Menurut Koentjarang-
ningrat (2009), hubungan antropologi dengan ilmu linguistik berkaitan
Antropologi & Ilmu Lainnya - 1-5
konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam
bentuk bahasa yang ada di daerah dan di dunia. Ilmu antropologi
sejak awal fase perkembangannya mengumpulkan bahan etnografi
tentang bahasa pribumi dari beratus-ratus suku bangsa )iang tersebar
di muka bunai ini. Bahan itu berupa daftar kata-kata, catata;r taia
bahasa bahkan peiukisan lengkap bahasa-bahasa.
Kemudian ilmu liguistik memberikan penjelasan bunvi dan
tanda-tanda Calam bahasa, yang memfasilitasi penelitian etnografi dan
perkembangan keilmuan antropologi. Misalnva teoritisi linguistik cie
Saussure yang menjadi salah satu penyumbang berkembangnya aliran
pernikiran antropologi struktural.
Ember & Ember dalam lhromi (2006), menyebutkan bahr't'a
sebagai suatu ilmu pengetahuan, ilmu bahasa agak lebil-r tua dari
antropclogi. Dua d.isiplin ini meniadi sangat erat hubungamrya psin
waktu para ahli ar-rtropologi mulai melakukan penelitian lapangan
karena mereka meminta bantuan tenaga-tenaga ahli bahasa untuk
mempelajari bahasa-bahasa masyarakat sederhana (primitif). Perkem-
bangan selanjutn-,ra, bahasa memegang peranan utama dalam perkem-
bangan kebudayaan manusia, bahasa pada hakekatnya merupakan
wahana utama untuk meneruskan adat-istiadai dari generasi vang
satu ke generasi belikutnya.
Keempat, antropologi dan ilmu arkeologi. Menurut Koentjara-
ningrat (2A06), hubungan antara antropologi dengan ihnu arkeologi
berkenaan dengan bahan-bairan penelitian kebudeiraan i<uno. Ilmtt
arkeolcgi memberikan keterangan mengenai seiarah clar:i keburi?)'aan-
kebudayaan kuno dalam zarnart purba, seperti kebudayaan Yunani
dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir kuno dari zaman para pharao,
kebudayaan kuno di daeral-r mesopotamis, kebudayaan kunb di
Palestina dan sebagainya. Sebaliknya antropologi dapat memberikan
keterangan tentang bagian kebudayaan suatu bangsa yang tidak dapat
diberikan oleh ilmu-ilmu lainnya yang meneliti kebudayaan, seperti
ilmu arkeologi.
Para ahli arkeologi atau prasejarah berusaha tidak hanya untuk
merekonstruksi atau menyusun kembali cara hidup sehar:i-hari dan
16 - nuai suryadi
adat-istiadar dari bangsa-bangsa masa prasejarah, tetapi juga mene-
lusuri perubahan kebudayaan dan mengajukan keterangan tentang
kemungkinan sebab dari perubahan-perubahan kebudavaan itu.
pokok perhatiannya sama dengan perhatian seorang ahli sejarah,
tetapi ia menelusuri masa lalu yang lebih jauh. Seorang airli sejarah
hanya rnempelajari kebudayaan yang mempunyai catatan-catatan
tertulis, dan dengan dernikian membatasi diri pada 5.000 tahun
terakhir dari sejarah rnanusia. Unfuk semua kebudayaan yang telah
berlalu dan yang tidak pernah memiliki tulisan, dan dalamnya
termasuk banvak kebudayaan yang hidup dalam 5.000 tahun terakhir
ini, seorang airii arkeoiogi bertindak sebagai seorang ahli sejarah.
Karena catatan-catatan tertulis untuk penelitian tidak ada, maka ia
terpaksa menyusun kembali sejarah berdasarkan sisa-sisa kebudayaan
manusia yang didapatinya (Ember & Ember dalarn Irhomi,2006).
Kelima, antropologi dan ilmu sejarah. Menurut Koentjaraning-
rat (2009), hubungan antara antropologi dengan ilmu sejarah
berkenaan antropologi memberikan prehistori sebagai pangkal bagi
tiap penulis sejarall dari tiap bangsa di dunia. selain itu banyak
masalah tentang historigrafi sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan
dengan mctode-metode antropologi. Sebaliknya para ahli antropologi
memerlukan sejarah terutama sejarah suku bangsa daerah yang
didatanginya. Sejarah ini diperlukan untuk memecahkan masalair-
masalah yang terjadi karena masyarakat yang diteliti mengalami
pengaruh dari suatu kebddayaan dari luar.
Misalnl.a sejarah memberikan keterangan mengenai peradaban
suku bangsa tertentu, yang inJormasi ini sangat berguna bagi
antropologi dalam memp-rel3j31i budaya suku bangsa tersebut.
sebaliknya antropologi memberikan pemahanan cara kerja analisis
artefak budaya, yang hal ini sangat berguna bagi penelusuran dan
perkiraan benda-benda historis bagi para ahli sejarah.
Keenam, antropologi dan ilmu ekonomi. Menurut Koentjara-
ningrat (2009), hubungan antara antropologi dengan ilmu ekonomi
berkaitan dengan kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang
berlaku daiam aktivitas kehidupan ekonomi masyarakat yang sangat
RANGKUMAN
Hubungan antropologi dengan ilmu lairurva, yakni hubungan
simbiosis-rnutualisme, yakni hubungan vang saling ketergantungan
dan saling menguntungkan dalam eksistensi keilmuarr. Ilmu
antr:opologi menjadi lengkap cara pandangnya terhadap peristira,'a
tertentn karena adanya ilmu lainnya, sebaliknya ilmu lainnya inenjadi
lebih komprehensif cara pandangnya terhadap peristiwa tertentu
karena adanya ilmu antropologi.
Hubungan antropologi dengan ilmu lainrrya meliputi sosiologi
yang n'remiliki hubungan sangat erat pada konsep-konsep dan
metodologi; kesehatan masyarakat yang fokus hubungan pada terapan
ilmunya, linguistik fokus hubungan pada konsep-konsep, arkeologi
fokus hubungan pada bahan-bahan masa lampau, sejarah fokus
hubungan pada peristiwa sejarah, hukum fokus pada perkembangan
kriminalitas, ekonomi fokus hubungan pada proses produksi, politik
fokus hubungan pada proses politik, administrasi fokus hubungan
pada proses admir-ristrasi, pemerintahan fokus hubungan pada proses
pemerintahan dan kebijakan publik fokus hubungan pada dampak-
nya.
LATIHAN SOAL
Petunjuk
20 - euai Suryadi
PERTANYAAN:
1. Jelaskan mutualisme simbiosis antropologi dengan ilmu lainnya?
2. Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu sosiologi?
3. ]elaskan hubungan antropologi dengan ilmu kesehatan masya-
rakat?
4. Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu arkeologi?
5. Jelaskan }-rubungan antropologi dengan ilmu linguistik?
6. Jelaskan irubungan antropologi dengan ilmu sejarah?
7. Jelaskan irubungan antropologi dengan ilmu hukum?
8. Jelaskan l-iubungan antropologi dengan ilmu ekonomi?
9. Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu pemerintahan?
10. ]elaskan hubungan antropologi dengan ilmu kebijakan publik?
TES FORMATIF
Petunjuk II
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang
(x) pada salah satu pilihan jawaban (a,b,c) yang saudara anggap benar.
22 - saaiSuryadi
DAFTAR PUST,&KA
Deskripsi Singkat:
Dalam perkuliahan ini anda akan mempelajari pengertian para-
digma dan sikiusnya perubahan, serta kategorisasi paradigma dalarn
antropologi.
Faradigma
Kuhn mengemukakan paradigma sebagai sesuatu yang saflgat
esensial bagi sains, dibandingkan standar-standar dan nilai-nilai
tertentu. sejak itu istilah paradigma menjadi semakin populer ketika
Khun dalam karyanya The Structure af Scientific Reuolution (1962),
menjelaskan istilah paradigma ke dalam 21 pengertian yang berbeda-
beda.
Paradigma Antropologi - 25
Tujuan utama Kuhn adalah untuk menentang asumsi yang
berlaku umum dikalangan ilmuan yang berpendirian bahwa perkem-
bangan atau kemajuan ilmu pengetahuan itu terjadi secala kumulatif.
Kuhn menilai pandangan demikian sebagai suatu mitos yang harus
dihilangkan. Inti tesis Kuhn adalah bahwa perkembangan ilmu Penge-
tahuan bukan terjadi secala kumulatif tetapi secara revolusi (Zamroni,
1ee2).
Paradigma Anhopologi - 27
Paradigma II menjadi acuan baru dalam kondisi normal berikutnya,
dan begitu seterusnya siklus perubahan paradigma.
Siklus perubahan paradigma di atas, mendapat kritikan dari
beberapa ahli sosial, yang mengemukakan siklus perubahan para-
digma itu hanya dapat diterapkan pada keilmuan eksakta diban-
dingkan keilmuan sosial. Dalam keilmuan eksakta sangat jelas
menunjukkan adanya proses falsifikasi sebuah teori, apabila sebuah
teori ditolak karena ditemukannya pembuktian baru maka teori itu
akan ditinggalkan dengan menggunakan teori yang baru tersebut.
Sebagai contoh teori tentang bumi berbentuk datar menjadi ditolak
ketika ditemukan pembuktian baru bahwa bumi berbentuk bulat.
Sementara dalam keilmuan sosial, sangat jarang ada teori yang
ditolak karena ditemukan fakta-fakta sosial baru. Kecenderungannya
dalam ilmu sosial antara satu teori dengan teori lainnya saling mengisi
dan saling menyempurnakan" Selain itu teori-teori masih dapat
diterapkan pada kondisi-kondisi tertentu. Sebagai contoh teori Marx
mengenai pembagian kelas di masyarakat, sampai saat ini masih
digunakan dikarenakan dalam fakta sosialnya masih ada terjadinya
pembagian kelas tersebut.
Bahwa dalam satu cabang iln'ru pengetahuan tertentu nampak-
nya dimungkinkan terdapatnva beberapa paradigma. Artinya
dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas iimuan yang masing-
masing berbeda titik. tolak pandangannya tentang apa yang
(menurutnya) menjadi pokok persoalan yang semestirwa dipelajari
dan diselidiki oleh cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Bahkan di dalam satu komunitas ilmuan tertentu dimungkinkan pula
terdapatnya beberapa sub-komunitas yang bebeda sudut pandar-rgnya
tentang apa yang menjadi subject nmtter, teori-teori, metode-metode
serta perangkat yang dipergunakan daiam mempelajari objek
studirrya, tanpa perlu cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan
kehilangan karakteristik dan identitas ilmiahnya (Ritzer, 1975).
28 - nuai Suryadi
Klasifikasi
Kemudian berdasarkan prinsip-prinsip perbandingan dan
evaluasi paradigma, saifuddin Q0a6), mengemukakan kategorisasi
paradigma dalam antropologi, yaitu sebagai berikut:
Pertama, evolusionisme klasik. paradigma ini berkernbang pada
akhil abad ke-19 tatkala disiplin ini untuk pertama kalinya
menemukan identitasnya yang jelas. Evolusionisme klasik khususnya
Lewis He,*y Morgan (1977) dan Edward B Tylor (1B71), berupaya
menelusuri perkembangan kebudayasn manusia sejak paling awal,
asal usul primitif, hingga yang paling mutakhir, bentuk yang paling
kompleks (yakni pada masa peradaban Barat abad ke-19). paracligma
ini mengalami kendala karena rnengandalkan data tangan kedua,
suatu etnosentrisme implisit, dan kecenderungan menghasilkan teori-
teori spekulatif dan tidak bisa diuji. Namun evolusionisme klasik
memiliki andil besar bagi pengembangan metode komparatif, yang
terbukti merupakan kontribusi amat penting bagi antropologi;
Kedua, difusionisme. Populer khususnya di Inggris dan Jerman
pada awal abad kedua puluh. Paradigma ini terutama berupaya
rnenjelaskan kesarnaan-kesamaan di antara berbagai kebudayaan.
Difusi adalah proses historis dari perubahan kebudavaan melalui
transmisi lintas budava dari otrjek_objek materi dan perilaku dan
kevakinan vang dipelajari. Difusionis Eropa yang terkemuka adalah
Fritz Graebner (1911) dan wilhelm schmidt (1929). Di Amerika serikat,
paradigma ini rnengekpresikan dirinya melalui konsep ,daerah
kebudayaan' dan tampak secara mencolok daiam karya Clark wissler
{1917) clan Alfred Kroeber (1939). Namun, semenjak pertengahan abad
ke-20 difusionisme tak lagi rnemiliki penclukung vang signifikan;
ParadiS;ma Antropologi - 29
bertanggung jawab bagi perkembangan kebudayaan-kebudayaan
tertentu. Partikularis sejarah menekankan pentingnya penelitian
lapangan tangan pertama yang lengkap dan ekstensif yang bertujuan
membangun catatan yang selengkap dan seakurat mungkin mengenai
kehidirpan suatu masyarakat asli {natit:e peoples). Partikularisme
sejarah meninggalkan jejak yang mendalam dalam antropologi
Amerika Serikat. Namun, tidak ada penelitian antropologi masa kini
yang mengikuti saran-saran paradigma tersebut, arti penting para-
digma ini secara ekslusif adalah historis;
Keempat, struktural-fungsionalisme' Paradigrna ini dikemtrang-
karr terutama di Inggris, khususnya oleh A.R. Radcliffe-Brown (1952)
dan B. Malinowski (1922). Prinsip yang melandasi paradigma ini
adalah analogi biologi: struktural-fungsionalisme berasumsi bahwa
komponen-komponen sistem sosial, seperti halnya bagian-bagian
tubuh suatu organisme , berfungsi memelihara integritas dan stabiiitas
keseluruhan sistem. Di An-rerika Serikat, paradigrna ini menirnbuikan
dampak terbesar terhadap kalangan sosiologi, di mana Talcor Parson
(1937) adalah salah satu tokoh terpenting. Paradigma struktural-
fungsionalisme secara utuh hanya mengilhami sedikit, itu pun kalau
masih ada, penelitian antropologi masa kini, akan tetapi bagaimana
pun konsep fungsi selalu tersirat dalam semua teori antropologi
mengenai struktur masyarakat;
Kelima, antropologi psikologi. Pertama kali dibangun di Ameri-
ka Serikat pada tahun 1920-an, pada mulanya disebut 'kebudavaan
dan kepribadian'. Antropologi psikologi rnengekspresikan dirinya
dalam tiga topik besar: hubungan antara kebudayaan dan hakikat
manusia, hubungan antara kebudayaan dan kepribadian individu, dan
hubungan antara kebudayaan dan tipe kepribadian khas masvar'akat.
Penelitian dalam antropologi psikologi terutama terletak pada konsep-
konsep dan teknik-teknik vang dikembangkan dalam psikologi (lihai
Campbell dan I'{aroll 1972). Kedua tokoh kunci dalam sejarah
paradigma ini adalah Margaret Mead (1928) dan Ruth Benedict (1934).
Paradigma ini masih cukup berpengaruh iringga pertengahan tahun
1980-an, tetapi kemudian mengalami surut setelair itu;
30 - euai suryadi
Keenan'r, strukturalisme. Paracligma inidibangun oleh ahli
antropologi Perancis Claude Levi-Strauss (1963). Strukturalisme
adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran
manusia, yakni struktur dari proses pikiran manusia, yang oleh kaum
struktiiralis dipandang sama secara lintas-budaya. Strukturalisme
berasumsi bahr.va pikiran manusia senantiasa distrukturkan menurut
oposisi binari, dan kaum strukturalis mengklaim bahwa oposisi-
oposisi tersebut tercermin dengan berbagai variasi fenomena kebuda-
yaan, termasuk bahasa, mitologi, kekerabatan dan makanan;
Paradigma Antropologi - 3L
melandasi perilaku. Perspektif teoritis mendasar dari paradigma terse-
but terkandung dalam konsep analisis komponensial, yang mengemu-
kakan bahwa komponen kategori-kategori kebudayaan (dari warna/
seni, hewary tumbuh-tumbuhan, alam supranatural, dan lain-lain)
dapat di analisis dalam konteksnya sendiri untuk melihat bagaimana
kebudayaan menstrukturkan lapangan kognisi. Arsitek utama
paradigrna ini meliputi Harol Conklin, Ward Goodenough dan Charles
Frake;
Kesepuiuh, antropologi simbolik. Paradigma ini dibangun atas
asumsi bahwa manusia adalah hewan pencari makna, dan berupa-va
mengungkapkan cara-cara simbolik dimana manusia secara indirri-
dual, dan kelompok-kelompok kebudayaan dari manusia memberikan
makna pada kehidupannya. Paradigma ini juga disebut antropologi
interpretif yang dikemukakan oleh Clifford Geertz;
Kesebelas, sosiobiologi. Paradigma ini dipandang sebagai
reduksionisme biologi oleh keban,vakan antropologi sosial budaya,
dan tak banyak biolog yang menaruh minat menggunakan pendekatan
ini. dikembangkan oleh seorang ahli biologi, Edward Wislon (1975),
yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip evolusi biologi terhadap
fenomena sosial dan menggunakan pendekatan dan program genetika
untuk meneliti banyak perilaku kebudayaan.
RANGKUMAI\
Paradigma adalah suatu jendela di mana peneliti akan menyak-
sikan dunia. Dengan jendela itu para peneliti akan memahami dan
menafsirkan secara objektif berdasarkan kerangka acuan yang
terkandung dalam paradigma tersebut, baik itu konsep-konsep,
asumsi-asumsi dan kategori-kategori tertentu. Oleh karenanya peneliti
yang berbeda yang masing-masing menggunakan paradigma yang
berbeda pula, meski mengkaji fenomena yang sama, mereka akan
keluar dengan kesimpulan yang berbeda.
Paradigma dalarn antropoiogi meliputi: evolusionisme klasik,
difusionisme, partikularisme historis, struktural-fungsionalisme,
32 - suai Suryadi
antropologi psikologi, strukturalisme, materialisme dialektika, ctrltural
materialisme, etnosains, antropologi simbolik, sosiobiologi.
LATIHAN SOAI,
Petuniuk I
Jawablah dengan singkat pertanyaan berikut di bawah ini, jika
anda dapat menjawab secara terperinci anda telah menguasai 90%
bahan dari bab 3
PERT,dNYAAN:
1. ]elaskan pengertian paradigma?
2. Jelaskan siklus paradigma ilmu pengetahuan dari Thomas Khun?
3. Jelaskan mengapa siklus paradigma Khun ini tidak berlaku pada
ilmu sosial?
4. Jelaskan paradigma evolusionisme klasik?
5. Jelaskan paradigma difusionisme?
6. Jelaskan paradigma partikularisme klasik?
7. Jelaskan paradigma struktural-fungsionalisme?
B. Jelaskan paradigma psikologi sosial?
9" Jelaskan paradigma strukturalisme?
10. Jelaskan perbedaan paradigma struktural-fungsionalisme dengan
pa r:adigma strukturalisme?
TES FORMATIF
Petunjuk II
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang
(x) pada salah satu piiihan jawaban (a,b,c) yang saudara angzap benar.
Paradigma Antropologi - 33
c. Karl poper
2. Sebutkan jenis ilmu yang tidak menggunakan siklus paradigma
Khun?
a- Ilmu alam
b. Ilmu sosial
c. Ihnu religi
Paradigma Antropologi - 35
DAFTAR PUSTAKA
35 - nuai suryadi