Anda di halaman 1dari 9

BAB I

1.1 Latar Belakang


Antropologi adalah disiplin ilmu yang meneliti dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan
berbagai sistem tindakan manusia, dengan aspek belajar tang merupakan aspek pokoknya. Hampir
semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Misalnya segala kemampuan manusia
yang tidak merupakan bawaan dari alam (disebut juga naluri, karena sudah terprogram di dalam
gennya, seperti halnya pada hewan), tetapi harus dikuasainya dengan belajar. Contoh: manusia
makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan menggunakan alat-
alat, cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang terkadang sangat rumit, yang harus
dipelajarinya dengan susah payah. Ini berkaitan dengan filsafat, ketika belajar maka tidak lepas
dari memikirkan sesuatu lebih mendalam demi mencapai kebenaran.
antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Sedangkan David Hunter memberikan pendapatnya bahwa antropologi
adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. Selanjutnya
Koentjaraningrat menyatakan antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa pengertian dari Ilmu Antropologi?
1.2.2 Apa yang dimaksud masa depan umat manusia
1.2.3 bagaimana perkembangan antropologi masa kini
1.2.4 Analisi kasus
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penngertian antropologi
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan antropologi
3. Mengetahui perkembangan masa kini antropologi
4. Mengetahui perubahan kedepan umat manusia

BAB II
2.1 Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu.
Antropologii adalah salah satu cabang ilmu yang pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi muncul berawal dari ketertarikan dari orang-
orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Oleh Karena itu terbentuklah Ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama.
Menurut William A. Haviland, antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan David Hunter memberikan
pendapatnya bahwa antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas
tentang umat manusia. Selanjutnya Koentjaraningrat menyatakan antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2.2 Sejarah Perkembangan Antropologi
Disiplin antropologi merupakan peradaban barat. Dari lembaga-lembaga antropologi etnografi,
lahirlah Antropologi untuk pertama kali. Misalnya, lembaga Society Etnogiqui (Paris) 1839 oleh
M.Edwards,The Etnological Society (London) oleh T.Hodgokin (anti perbudakan). Tujuan
lembaga tersebut sebagai pusat pengumpulan dan studi bahan etnografi yang berasal dari banyak
kebudayaan di dunia.Dua puluh lima tahun kemudian (1874) di London diterbitkan buku Notes
and Queries in Anthropologi yang dipergunakan untuk menyusun pedoman dalam pengumpulan
etnografi secara teliti.
Etnografi (ilmu tentang bangsa-bangsa) resmi diakui dunia tahun 1884 dengan diadakannya mata
kuliah etnologi di universitas Oxford,inggris dengan E.B Tylor (ahli arkeologi peradaban yunani
dan romawi kuno) sebagai dosen pertama. Di amerika serikat,etnologi resmi diakuidengan
dibukanya Department of archeology and ethnologi di universitas Harvard tahun 1888.Dalam
perkembamgannya ,lembaga etnologi di amerika terdesak dengan istilah antropologi sebagai ilmu
tentang manusia dalam segala aspeknya,baik fisik maupun budayanya dari manusia dahulu sampai
sekarang.
Lewis H Morgan (1818-1881) adalah perintis dan pelopor yang paling berpengaruh dalam ilmu
antropologi dengan karya terbesarnya yang berjudul Ancient Society (1877) yang melukiskan
proses masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan yang universal
(zaman liar tua, zaman liar madya ,zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya,
zaman barbar muda, zaman peradaban baru, zaman peradaban masa kini). Namun teori Morgan
dikecam keras oleh antropolog inggris maupun amerika, sehingga tidak diakui dunia sedangkan di
Uni Soviet teori Morgan popular karena bersesuaian dengan ajaran Karl Marx dan F.Engels
mengenai evolusi masyarakat manusia.
2.3 Fase Perkembangan Antropologi
Dalam antropologi terdapat 4 fase yang terjadi dalam perkembangan antropologi sebagai ilmu,
yaitu:
1. Fase pertama
Fase ini terjadi sebelum tahun 1800, sekitar akhir abad 15 hingga awal abad 16 orang eropa mulai
mengelilingi wilayah di kawasan Asia, Afrika dan Amerika, sejak saat dalam perkembangannya
permukaan bumi ini mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Dalam perkembanganya
mulai terkumpul catatan, buah cerita laporan dan buku-buku kisah cerita dari para musafir, pelaut,
pendeta penyiar agama dan pegawai pemerintah jajahan mengenai wilayah yang mereka datangi.
Dalam buku-buku itu termuat mengenai deskripsi bangsa-bangsa yang terdapat di Afrika, Asia,
Oseania dan suku-suku bangsa lainnya. Bahan-bahan deskripsi tersebut sangat menarik perhatian
bangsa Eropa karena perbedaan dari wilayah yang dikunjungi dengan adat istiadat, bahasa,
susunan masyarakat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.
Bahan-bahan pengetahuan tadi disebut etnografi, atau seskripsi tentang bangsa-bangsa. Deskripsai
yang diperoleh tadi biasanya tidak begitu teliti sehingga seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan
hanya memperhatikan hal yang menurut orang Eropa nampak aneh saja, walau ada pula karangan-
karangan yang baik dan bersifat lebih teliti.
Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa
Barat sejak abad ke 18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentyangan
terhadap bangsa Amerika, Afrika Asia dan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa
menganggap bahwa mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan keturunan
manusia, ada juga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih murni yang belum
tersentuh oleh kejahatan, dan yang terakhir sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat dan
mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia sehingga
muncul museum-museum kebudayaan luar Eropa.
2. Fase Kedua
Masa ini berlangsung pada pertengahan abad ke-19, pada masa ini mulai muncul tulisan-tulisan
ataupun berupa karangan yang menyusun bahan etnhografi tersebut berdasarkan cara berfikir
evolusi masyarakat. Secara singkat kerangka berfikir tersebut bisa di golongkan seperti berikut:
Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam jangka beribu-
ribu tahun dengan berbagai tingkatan evolusi, dengan sebagai patokan tingkatan tertinggi adalah
masyarakat yang hidup seperti masyarakat dii Eropa Barat. Bentuk masyarakat yang tinggal di luar
Eropa disebut oleh mereka (orang Eropa) sebagai bangsa primitif, dianggap sebagai sisa-sisa
kebudayaan terdahulu yang masih hidup hingga sekarang. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut
maka pada tahun sekitar 1860 timbul beberapa karangan yang membandingkan tingkat
kebudayaan dari masing-masing bangsa berdasar tingkat-tingkat evolusi, sehingga timbula ilmu
antropologi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan
bangsa-bangsa di muka bumi. Disini pula orang Eropa masih menganggap kebudayaan diluar
Eropa merupakan sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih kuno, sehingga dengan meneliti
kebudayaan tersebut maka mereka dapat mengetahui sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu
antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat ssuatu
pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3.Fase Ketiga
Fase ini berlangsung pada permulaan abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar
negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan daerah jajahan dimana pada
waktu itu mulai berhadapan ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-
bangsa di daerah luar eropa justru menjadi sangat penting. Sejak itu timbul pendirian bahwa
mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting.
Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai di atas terutama berembang di negara
Inggris sebagai negara penjajah yang utama, tetapi juga di hampir semua negara kolonial lainnya.
Selain itu ilmu antropologi di Amerika Serikat yang bukan negara kolonial tetapi mengalami
berbagai masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian yang merupakan suku asli
atau penduduk pribumi Benua Amerika kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi yang baru
tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat
dirumuskan sebagai berikut : Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.
4.Fase Keempat
Fase ini kira-kira sesudah 1930. Pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya
yang paling luas. Hal ini termasuk bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun
mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan
di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat
hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh
kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia
II memang hampir tak ada lagi di muka bumi.
Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang, sehingga
memunculkan sebuah dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan
penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase
pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan sebagai
landasan bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di Amerika Serikat tetapi
menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, setelah 60 orang ahli antropologi dari
berbagai negara Amerika dan Eropa, menjalin seuatu simposium internasional untuk meninjau dan
merumuskan pokok tujuan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru.
2.4 Antropologi masa kini
2.4.1 Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai
universitas di beberapa Negara tempat ilmu antropologi berkembang yaitu terutama di amerika
serikat, ingris, eropa tengah, eropa utara, uni soviet, dan Negara-negara yang sedang berkembang.
Di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah
berkembang seluas-luasnya.
Di Inggris dan Negara-negara yang ada dibawah pengaruhnya seperti Australia, ilmu
antropologi dalam fase perkembangan yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya
daerah-daerah jajahan inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juga berubah. Para sarjana
antropologi bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa asli di papua nugini dan kepulauan
Melanesia untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya disana (sekarang bekas jajahan).
Di Uni Soviet, ilmu antropologi berdasarkan konsep Karl Marx dan Friedrich Engels mengenai
tingkat-tingkat evolusi masyarakat. Ilmu itu hanya dianggap sebagian dari ilmu sejarah, yaitu
bagian yang mengkhususkan pada asal mula, evolusi, dan penyebaraan kebudayaan bangsa-bangsa
di seluruh muka bumi.
Di India Ilmu antropologi dalam hal metode-metodenya mendat pengaruh besar dari aliran-
aliran di Inggris dan ilmu mendapatkan suatu fungsi yang sangat praktis dalam hal mencapai
pengertian soal-soal kehidupan masyarakt India.
Di Indonesia Baru mulai mgembangkan ilmu antropologi yang khusus. Dalam menentukan
dasar dari antropologi Indonesia. Belum terikat oleh suatu tradisi, ini juga masih sangat kental
dengan kepercayaannya dengan roh-roh maka dari itu agak sedikit lambatnya perkembangan
antropologi masa kini di Indonesia.
2.4.2 Perbedaan-perbedaan Istilah
Ethnography : pelukisan tentang bangsa-bangsa. Istilah ini umum digunakan di Eropa Barat.
Etnology: ilmu bangsa-bangsa. Amerka dan Inggris yang masih menggunakan istilah ini untuk
menyebut suatu bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah kebudayaan.
Volkerkunde: ilmu bangsa-bangsa. Istlah ini masih digunakan di Eropa Tengah sampai saat ini.
Kulturkunde: ilmu kebudayaan. Antropologi: ilmu tentang manusia. Istilah yang sangat tua.
Dahulu istilah ini digunakan dalam arti lain yaitu lmu tentang ciri-ciri tubuh manusia dan pernah
juga diartikan sebagai ilmu anatomi. Dalam fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah
ini pertama dipakai di Inggris dan Amerika. Di Eropa Barat dan Tengah istilah anthropology dalam
arti khusus, yaitu ilmu tentang ras-ras manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya.
2.4.3 Satu Kebudayaan Dunia.
Kebudayaan merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan manusia untuk memecahkan setiap
masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Lalu, apa yang dapat dikatakan oleh ahli antropologi
tentang masa depan kebudayaan? Kita sering mendengar suatu kepercayaan yaitu bahwa dalam
masa yang akan datang ini dunia akan menyaksikan tumbuhnya satu kebudayaan yang homogen.
Kepercayaan tersebut timbul didasarkan pada kenyataan bahwa perkembangan komunikasi,
transportasi, dan perdagangan membuat hubungan antar bangsa sangat erat, sehingga mereka
semakin banyak memakai pakaian yang sama, makan makanan yang sama, membaca surat kabar
yang sama, dan lain-lain. Yang lebih mencolok lagi yaitu meluasnya barang-barang seperti pakaian
gaya Barat, radio transistor, Coca-cola, dan hamburger Mc-Donald telah menyebar keseluruh
penjuru dunia, dan banyak negara misalnya Jepang, yang telah menjadi sangat kebarat-baratan.
2.4.4 Penolakan Modernitas
Setelah kita melihat bahwa adanya kecenderungan akan tumbuhnya satu kebudayaan yang
homogen karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
seperti perkembangan komunikasi, transportasi, perdagangan, dan lain-lain, tetapi masih ada pula
kelompok kelompok masyarakat yang menolak modernisasi ini. Meskipun barang-barang seperti
Coca-cola, dan Big Mac telah banyak diterima di seluruh dunia tetapi masih banyak perbedaan di
tengah kita di dunia dewasa ini. Manifestasi dari penolakan modernitas salah satunya adalah
adanya gerakan separatisme yang terjadi di dunia.
Orang-orang dari kelompok yang menolak modernitas ini adalah mereka yang setia pada
kehidupan tradisional, mereka tetap bertahan dengan kebudayaannya sendiri yang konservatif itu
meskipun berkenalan dengan barang-barang Barat. Di lain sisi, kita melihat orang-orang dalam
dunia ketiga yang malah mendambakan modernitas, seperti makin terlibat dalam ekonomi uang,
mengejar transistor, transportasi modern, dan lain-lain yang mana akan terus menekan kebudayaan
tradisional. Tetapi lain halnya dengan orang-orang yang masih tetap tinggal di dusun-dusun
mereka di pegunungan, dengan sadar mereka menolak itu semua, atau kebanyakan dari mereka
tetap mengorbankan babi kepada leluhur mereka, menggunakan rangkaian kulit kerang sebagai
perhiasan pesta, dan ekonomi mereka didasarkan atas kebutuhan hidup mereka sendiri, mereka
juga hidup di rumah-rumah beratapkan jerami serta berlantai tanah. Jadi, inilah sikap konservatif
yang sengaja menentang modernisasi. Orang-orang tersebut sungguh memilih hari kemarin dan
bukan hari ini atau hari depan sebagai strategi yang sengaja dengan sadar untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik.
2.4.5 Pluralisme Kebudayaan
Kalau satu kebudayaan dunia yang homogen tidak dengan sendirinya pasti merupakan harapan
masa depan, beberapan orang melihat pluralisme kebudayaan sebagai masa depan umat manusia.
Pluralisme kebudayaan adalah interaksi sosial dan politik antara orang-orang yang berbeda cara
hidup dan berpikirnya dalam masyarakat yang sama. Secara ideal, pluralisme kebudayaan berarti
penolakan kefanatikan, purbasangka, dan rasisme dan penerimaan sikap menghargai kebudayaan
tradisional orang lain. dalam kenyataannya,jarang adanya keadaan yang demikian.
Contoh sebuah bentuk pluralisme dapat dilihat di New York City, dimana orang-orang Puerto Rico
yang memiliki tradisi kebudayan dan nilai-nilainya sendiri hidup berdampingan dengan penduduk
New York lainnya. Orang Puerto Rico mempunyai bahasa, musik, dan makannnya sendiri, ada
juga hidup di barrio atau lingkungannya sendiri. Akan tetapi, pluralisme yang khas ini mungkin
bersifat sementara, dan merupakan suatu tahap dalam proses integrasi menjadi apa yang disebut
sebagai “kebudayan Amerika standar”. Dengan demikian dalam empat atau lima generasi, orang
Puerto Rico seperti orang Italia, Irlandia, dan Yahudi sebelumnya akan menjadi orang Amerika
Utara dengan gaya hidup yang tidak dapat dibedakan dari orang-orang sekitarnya. Jadi Amerika
Serikat tidak memiliki masyarakat yang kebudayaannya sungguh-sungguh pluralistis, karena
berbagai kebudayaan berkembang secara terpisah. Sebaliknya ia berupaya ke arah suatu
masyarakat yang dimana berbagai kebudayaan di anggap akan terserap ke dalam alur utama
kebudayaan Amerika Utara.
Beberapa contoh pluralisme kebudayaan lainnya dapat dilihat dari Swiss, dimana kebudayaan
Jerman,Italia,dan Perancis hidup berdampingan. Di Belgia di mana orang-orang Wallon yang
berbahasa Perancis dan orang Flaming masing-masing memiliki warisan kebudayaan yang
berbeda.
Masalah besar yang melekat pada pluralisme kebudayaan adalah konsep etnosentrisme, yaitu
kepercayaan bahwa kebudayaan sendiri lebih baik daripada semua kebudayaan lain. Dalam
bentuknya yang jahat, etnosentrisme adalah sebuat bentuk “dakwah-isme” yang sering ditandai
oleh tendensi militaris dan agresif, dan terdapat pada suatu kebudayaan yang berusaha
menyebarluaskan kepercayaannya pada kebudayaan lain. Salah satu faktor yang mendasar yang
menjadi penyebab munculnya etnosentrime adalah budaya politik dan masyarakat yang cenderung
tradisional dan tidak rasional.
Hari kedepan umat manusia akan ditentukan oleh keputusan-keputusan yang akan diambil
oleh umat manusia di kemudian hari. Karena keadaan demikian, pantaslah bagi kita untuk
memahami keadaan di dunia dewasa ini secara realistis, kalau kita ingin mengambil keputusan itu
haruslah secara bertanggungjawab. Sejumlah ahli Antropologi, memutuskan untuk mengabdikan
keahliannya yaitu untuk melihat sesuatu seacara keseluruhan. Mereka (para ahli antropologi)
berusaha melihat dunia seperti adanya sekarang ini sebagai semacam masyarakat dunia, di mana
semua orang di dunia yang satu terikat pada yang lain karena saling berhubungan.
2.4.6 Beberapa Masalah Antropologi Masa Kini
 Polusi
Polusi merupakan ancaman langsung kesehatan manusia yaitu dalam udara yang kita hisap,
air yang kita minum, makanan yang kita santap. Polusi ini disadari adalah akibat dari pertambahan
penduduk dan juga industrialisasi yang tidak terkendali atas lingkungan. Kegiatan Industri sudah
menghancurkan kesuburan tanah yang masih digunakan untuk produksi kayu dan pertanian,
sekalipun tanah itu jauh dari pusat-pusat kegiatan industri.
 Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk merupakan salah satu masalah kritis yang dihadapi umat manusia dimasa
yang akan datangadalah “ledakan penduduk”. Masih belum dapat memastikan apakah urbanisasi
dan pemukiman yang berjubel itu sendiri merupakan masalah-masalah yang serius tetapi tidak
mungkin ada keragu-raguan bahwa hal-hal seperti kelaparan, kemiskinan, pergolakan sosial dan
stres mental yangmenyertai pertambahan penduduk itu adalah krisis-krisis yang mendesak. Karena
faktor-faktor seperti usia yang semakin panjang, teknologi pertanian yang semakin canggih, dan
kemajuan dalam pengobatan, penduduk telah bertambah dengan laju yang sangat pesat pada
beberapa dekade terakhir. Seterusnya telah menciptakan masalah-masalah yang sampai sekarng
ini melebihi kemampuan kebudayaan untuk menemukan pemecahan-pemecahannya.
 Keluarga Berencana
Pertumbuhan penduduk dapat dihentikan. Ini khususnya berlaku sejauh yang dicari adalah
pemecahan permanen krisis pangan di dunia, tetapi ini juga berlaku untuk pemecahan masalah
lain. misalnya, praktek-praktek yang pada dasarny tidak menimbulkan polusi untuk penduduk
yang berjumlah kecil menjadi sebab polusi yang serius apabila jumlah penduduk menjadi besar.
Dalam abad ke-19 di Eropa Barat dan Amerika Utara terjadi penurunan angka kematian yang
rendah ditambah angka kelahiran yang rendah pula menyebakan populasi menjadi stabil. Yang
menjadi harapan adalah bahwa dunia yang kurang berkembang akan mengalami transisi
demografis yang sama. Bahwa teknologi kedokteran, dan praktek-praktek ilmu kesehatan akan
menyebabkan turunnya angka kematian disusul dengan turunnya angka kelahiran pada
pertengahan abad.
Sejak itu pada tahun 1976, hampir tidak ada tanda-tanda mengenai penurunan kelahiran yang
berarti. Sejak itu ada beberapa tanda menggembirakan seperti di Cina, dimana terjadi penurunan
kesuburan secara tajam. Sedangkan di Asia Selatan, Amerika Latin dan Afrika pengaruh sejumlah
program untuk menurunkan angka kelahiran masih belum memuaskan,
 Kekurangan Pangan
Pada skala dunia, banyak orang berpendapat bahwa umat manusia menghadapi hari depan yang
mengandung kemungkinan akan kurangnya sumber pangan yang tradisional. Contohnya adalah,
sebelum PD II orang memproduksi cukup banyak pangan, sehingga semua daerah geografi
mengekspor pangan (kecuali Eropa Barat). Samapi pada tahun 1960-an sedikit banyak produksi
pangan di dunia sejalan dengan pertumbuhan penduiduk, meskipun menjelang pertengahan tahun
1960-an pangan sudah mulai sulit diperoleh. Maka dari itu dilancarkanlah “Revolusi Hijau”.
Revolusi Hijau merupakan suatu usaha besar untuk meningkatkan produksi pangan di negara-
negara miskin di dunia, sampai terjadi persediaan surplus dunia dan kelebihan kapasitas produksi
kira-kira untuk selama 69 hari, tetapi pada tahun 1973 angka itu turun, malahan beberapa negara
berkembang mengimpor pangan lebih banyak daripada yang mereka hasilkan. Artinya revolusi
hijau belum dapat dijadikan suatu solusi untuk memecahkan masalah pangan bagi umat manusia
di hari depan.
Salah satu tanggapan terhadap keadaan pangan yang memburuk itu adalah usaha untuk
menaikkan produksi pangan. Kemajuan teknologi seperti dikembangkannya mesin panen, dapat
menaikkan produksi pangan, akan tetapi kemajuan itu memerlukam bahan bakar fosil, yang
menjadi lebih mahal dan persediannya tipis. Masalah produksi pangan ini juga diperumit oleh
praktek-praktek yang menyita lahan pertanian yang baik dari usaha produksi.

 Kebudayaan ketidakpuasan
Pemecahan sejumlah masalah masyarakat dunia juga tergantung pada berkurangnya
kesenjangan antara tingkat hidup Negara miskin dan Negara maju. Ini akan menuntut
perubahan-perubahan nilai yang dramatis dalam masyarakat-masyarakat barat yang
berorientasi pada materi dan kepada konsumen. Semua orang perlu melihat dirinya sendiri
sebagai bagian alam dan tidak diatasnya yang juga perlu adalah suatu tanggung jawab social
yang mengakui bahwa tidak ada suatu bangsa yang berhak untuk memonopoli segala sumber
daya yang penting, dan suatu kesadaran mengenai pentingnya ikatan saling membantu antar
manusia.

2.5 Masa Depan Antropologi


Antropologi sering dikenal oleh banyak orang sebagai suatu cabang ilmu yang perhatiannya lebih
banyak melihat ke masa lampau, seperti misalnya mendeskripsikan peninggalan-peninggalan suku
bangsa. Tetapi sebenarnya para ahli antropologi juga memberi perhatian khusus pada masa yang
akan datang dan perubahan-perubahan yang akan dibawanya. Seperti penduduk masyarakat
industri Barat yang sempat bertanya-tanya mengenai masyarakat “postindustri” yang telah
diramalkan itu. Mereka juga bertanya-tanya mengenai perubahan-perubahan apakah yang akan
terjadi dalam kebudayaan-kebudayaan non-Barat dalam tahun-tahun yang akan datang.
Modernisasi merupakan fenomena dunia yang dijadikan “alat” untuk mengejar ketinggalan dan
memperoleh kemajuan tertentu yang pernah atau sudah diraih oleh negara maju. Semua Negara
maju bisa seperti itu tidak lain dikarenakan peran dari antropologi, seperti pada salah satu kajian
antropologi adalah religi. Religi merupakan salah satu unsur universal dari kebudayaan.
Karakteristik utama religi adalah kepercayaan pada makhluk dan kekuatan supranatural. Banya
dari kalangan masyarakat memiliki beragam konsepsi tentang makhluk supranatural, namun pada
dasarnya dapat diklasifikan atas tiga kategori yaitu dewa-dewi, arwah leluhur, dan makhluk
supranatural lain/bukan manusia. Dan selain itu ada juga tiga komponen penting lainnya dari religi
adalah emosi keagamaan, sistem upacara religi, dan umat/pengikut religi. Dan yang terpenting
Religi memiliki fungsi psikologis dan sosial. Religi berperan penting dalam pengendalian sosial.
Religi juga berfungsi dalam memelihara solidaritas sosial. Fungsi lain dari religi terkait dengan
bidang pendidikan. Dari fungsi yang didapat dari kajian antropologi salah satunya religi sangatlah
berpengaruh pada kemajuan bangsa suatu Negara dikarenakan berfungsi dalam memelihara
solidaritas sosial dan dalam pengendalian sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai