Anda di halaman 1dari 30

AZAS-AZAS DAN RUANG

LINGKUP ANTROPOLOGI
Qaedi Qisthi (133)
KELOMPOK 5
Zahra Amalia (148)
ANGGOTA :
Annisa N. Shafira (151)
Riska Raniah R. (153)
Nijar Krismawan (170)
Herda Mardiana (172)
Anggia Rahmadiana Y. (193)
Nitta Amalia (196)
A. FASE-FASE PERKEMBANGAN
ILMU ANTROPOLOGI
1. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Berawal dari kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika sejak akhir abad ke-15 hingga
permulaan abad ke-16 membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Dalam buku tulisan
buah tangan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah Kitab injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk
kisah perjalanan, laporan dan sebagainya. Bahan deskripsi itu disebut (etnografi dari kata ethos= bangsa). Bahan
deskripsi itu sangat menarik karena berbeda bagi bangsa Eropa Barat kala itu. Kemudian muncul tiga macam sikap
yang bertentangan dengan bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian Amerika, yaitu:
Timbul istilah-istilah seperti savages, primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa yang mereka pandang bahwa
bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya, melainkan manusia liar, keturunan iblis, dan sebagainya.
Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat murni, belum
mengenal kejahatan dan keburukan seperti bangsa Eropa Barat kala itu.
Mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika.
Kumpulan-kumpulan pribadi tersebut menimbulkan museum-museum pertama tentang kebudayaan-
kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa.
2. Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Karangan-karangan etnografi tersusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Cara berpikir itu
sebagai berikut:
Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu
beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat sampai tingkat-tingkat
tertinggi. Bentuk masyarakat dan kebudayaan tertinggi itu adalah kebudayaan masyarakat Eropa Barat kala
itu. Semua bentuk kebudayaan dari masyarakat luar Eropa Barat (oleh orang Eropa disebut primitive)
dianggap sebagai sisa-sisa dari kebudayaan manusia zaman dahulu.
Dengan timbulnya karangan sekitar tahun 1860, yang mengklasifikasikan bahan tentang beragam
kebudayaan di seluruh dunia ke dalam tingkat-tingkat evolusi tertentu, maka timbul ilmu antropologi.
Dengan demikian dalam fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang
akademikal, artinya tidak mempunyai suatu tujuan secara langsung bersifat praktis, dan hanya dilakukan
dalam kalangan para sarjana di universitas-universitas (akademi).
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)

Ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daerah di luar Eropa itu
menjadi sangat penting untuk keperluan jajahannya di luar Eropa, karena bangsa-bangsa itu pada
umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa-bangsa Eropa.

4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)


Dalam fase ini, ilmu antropologi mengalami perkembangan yang paling luas, baik bertambahnya bahan,
maupun mengenai ketajaman metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di
dunia:
Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II
Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah Perang Dunia
II memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini.
Setelah tahun 1951 diadakan suatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok
tujuan dan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru itu. Pokok atau sasaran dari penelitian para ahli
antropologi sejak tahun 1930 tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif yang tinggal di benua-benua di
luar Eropa saja, tetapi sudah kepada manusia di daerah pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut
keragaman fisiknya, masyarakatnya, serta kebudayaannya.
B. ANTROPOLOGI MASA KINI

1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah


Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara tempat ilmu
antropologi berkembang, yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara yang
sedang berkembang.
Di Amerika Serikat, telah mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi. Ditambah dengan berbagai
spesialisasi yang telah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang dasar-dasar keragaman bentuk masyarakat dan
kebudayaan manusia yang tampak pada masa sekarang ini.
Di Inggris dan negara-negara dibawah pengaruhnya seperti Australia, mempelajari suku-suku bangsa asli di Papua Nugini dan Kepulauan
Melanesia untuk keperluan pemerintah jajahannya di sana (sekarang bekas jajahan).
Di Eropa Tengah, ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk memahami tentang sejarah
penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Di Eropa Utara, ilmu antropologi bersiafat akademikal. Di samping itu, para sarjana dari negara-negara Skandinavia juga mempergunakan
banyak metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat.
Di Uni Soviet, menunjukan bahwa aktivitas penelitian antropologi di sana sangat besar. Berdasarkan konsep Karl Marx dan Friedrich
Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
Di Indonesia, menentukan dasar antropologi belum terikat oleh suatu tradisisehingga masih merdeka untuk memilih dan
mengkombinasikan unsur-unsur dari berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat diselaraskan dengan masalah
kemasyarakatan di Indonesia dapat memberi bantuan dalam hal memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan di Indonesia sekarang,
dan dalam hal perencanaan pembangunan.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah

Ethnography,berarti pelukisan tentang bangsa-bangsa. Di Eropa Barat istilah ini untuk menyebut bahan
keterangan dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala
metode untuk mengumpulkan dan mengumumkan bahan itu. Istilah itu masih lazim dipakai untuk menyebut
bagian dari ilmu antropologi yang bersifat deskriptif.
Ethnology, berarti ilmu bangsa-bangsa. Istilah ini mulai ditinggalkan hanya dipakai di Amerika dan Inggris untuk
menyebut suatu bagian dari antropologi yang khusus untuk mempelajari masalah-masalah yang berhubungan
dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde (Volkenkunde), berarti ilmu bangsa-bangsa. Istilah itu dipergunakan terutama di Eropa Tengah
sampai sekarang.
Kulturkunde, berarti ilmu kebudayaan. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi ilmu kebudayaan
Anthropology, berarti ilmu tentang manusia. Di Eropa B arat dan Tengah istilah anthropology dipakai dalam arti
khusus, yaitu ilmu tentang ras-ras manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya.
Cultural anthropology dipakai di Amerika dan juga di negara-negara lain dalam arti luas yang tidak mempelajari
manusia dari sudut fisiknya. Sekarang dipakai secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi antropologi
budaya, untuk menggantikan istilah G.J. Held ilmu kebudayaan.
Social anthropology dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketinganya, sebagai lawan
ethnology, yang disana dipakai untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya.
C. ILMU-ILMU BAGIAN DARI ANTROPOLOGI

1. Lima Ilmu Bagian Antropologi.


Di Universitas-universitas di Amerika Serikat, di mana antropologi telah mencapai suatu perkembangan
yang paling luas, ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya
paling sedikit lima masalah penelitian khusus, yaitu :
Masalah sejarah asaln dan perkembangan manusia atau (evolusinya) secara biologis.
Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia, di pandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di
seluruh dunia.
Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh
dunia.
Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku
bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Ilmu antropologi mengenal juga ilmu-ilmu bagian

Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti soal asal-usul atau soal terjadinya dan evolusi mhluk manusia dengan
mempergunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa tubuh yang telah membatu
Antropologi fisik adalah dalam artian khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian
tentang sejarah terjadinya anekawarna mahluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya
Etnolingusitik atau antropologi linguistik adalah suatu ilmu bagian yang pada awal mulanya bersangkutan erat dengan ilmu
antropologi. Bahkan penelitiannya yang berupa daftar-daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-
ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini, terkumpul bersam-sama dengan bahan
kebudayaan suku bangsa.
Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi dalam zaman sebelum
manusia mengenal huruf. Dalam ilmu sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia mulai saat
terjadinya mahluk manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahun yang lalu, hingga sekarang, dibagi kedalam dua bagian : (1) masa
sebelum manusia mengenal huruf, (2) masa setelah manusia mengenal huruf. Sub ilmu prehistori sering juga dinamakan ilmu
arkeologi, tetapi dalam arti yang lain dari pada arkeologi Indonesia. Disini ilmu arkeologi sebenarnya adalah sejarah
kebudayaan dari zaman prehistori di Indonesia, diteruskan sampai pada masa jatuhnya negara-negara Indonesia-Hindu dan
lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindu.
Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai azas-asaz manusia, dengan mempelajari
kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka
bumi pada masa sekarang ini. Lebih khusus lagi dalam kalangan sub-ilmu etnologi, akhir-akhir ini telah berkembang dua
aliran, atau lebih baik dikatakan dua golongan penelitian. golongan yang satu menekankan kepada bidang diakronik,
sedangkan yang lain menekankan kepada bidang sinkronik dari kebudayaan umat manusia. Nama yang tepat untuk kedua
macam penelitian tersebut belum ada, tetapi sering dapat kita lihat adanya nama-nama seperti descriptive integration untuk
penelitian-penelitian yang diakronik, dan generalizing approach untuk penelitian-penelitian yang sinkronik.
Descriptive Integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil-
hasil penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik. Descriptive integration selalu mengenai satu daerah
tertentu. Bahkan keterangan pokok yang di oleh ke dalam descriptive integration dari daerah itu adalah
terutama bahan keterangan etnografi, sedangkan bahan seperti fosil (bahan dari paleoantropologi), ciri ras
(bahan dari somatologi), artefak-artefak (bahan dari prehistori), bahasa loka (bahan dari etnolinguistik),
diolah menjadi satu dan diingterasikan menjadi satu dengan bahan etnografi tadi. Dipandang dari metode-
metodenya, maka descriptive integration itu termasuk secara khusus dalam lapangan sub-ilmu etnologi,
tetapi mempunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang sejarah perkembangan dari suatu daerah,
artinya mencoba memandang suatu daerah pada bidang diakroniknya juga.

Generalizing approach (antropologi sosial) dalam etnologi mencari azas persamaan di


belakang aneka warna dalam beribua-ribu masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi ini.
Pengertian azas tersebut dapa dicapai dengan metode-metode yang dimasukkan ke dalam dua golongan.
Golongan pertama terdiri dari metode yang menuju ke arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah
masyarakat dan kebudayaan yang terbatas (tiga sampai paling banyak lima). Metode ini menyebabkan bahwa
seorang serjana antropologi mencapai suatu pengertian bulat tentang unsur-unsur kebudayaan tertentu
dalam rangka masyarakat yang dianalisa secara mendalam dan bulat tadi, dalam dalam rangka pada
masyarakat-masyarakat lain pada umumnya. Gelombang kedua terdiri dari metode yang menuju ke arah
perbandingan merata dari sejumlah unsur terbatas dalam suatu jumlah masyarakat yang sebanyak mungkin
(dua-tiga ratus atau lebih). Dalam metode ini pengertian tentang azas-azas masyarakat dan kebudayaan
manusia di capai melalui sifat aneka warna atau diversitasnya. Kedua golongan metode terurai di atas tadi itu
dalam cara berpikir seorang sarjana antropologi tentu tidak terlepas satu dengan yang lain.
2. Antropologi Spesialisasi

Antropologo spesialisasi adalah antropologi yang berkembang karena adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat yang menuntut pendekatan antropologi
kependudukan, antropologi pendidikan, antopologi perkotaan, antropologi pedesaan, dan antroplogi kesehatan. Adapun macam-macam antropologi spesialisasi
adalah sebagai berikut di bawah ini:

Antropologi industry : Antropologi industry adalah studi ilimu tantang manusia yang dipusatkan pada aktivitas mereka dalam mengelola sumber daya-sumber daya
(resources) baik Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Alam (SDA) di bidang produksi dan jasa.

Antropologi perkotaan : Antropologi perkotaan adalah stud ilmu tentang kehidupan manusia yang memfokuskan perhatiannya terhadap permasalahan yang
terdapat atau timbul dalam kehidupan komunitas perkotaan.

Antropologi pedesaan : Antropologi perkotaan adalah stud ilmu tentang kehidupan manusia yang memfokuskan perhatiannya terhadap permasalahan yang
terdapat atau timbul dalam kehidupan komunitas pedesaan.

Antropologi ekonomi : Antropologi ekonomi adalah suatu kajian dalam antropologi social budaya yang memusatkan studi pada gejala ekonomi dalam kehidupan
masyarakat manusia. Posisi bidang kajian ini adalah sejajar dengan bidang kajian lain dalam study antropologi.

Antropologi kependudukan : Pembahasannya pilihan dan kendala, dan keterkaitan dinamika populasi dan budaya melalui determinan terdekat (misalnya, struktur
keluarga, kematian bayi, penyusuan dan perawatan anak, usia, serta pembagian kerja seksual) yang menggambarkan bagaimana demografi dapat dan harus
digunakan sebagai titik awal untuk memahami banyak masalah antropologi.

Antropologi kesehatan : Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsure-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan.

Antropologi pendidikan : Antropologi pendidikan adalah suatu kajian antropologi yang mencoba mengungkapkan proses-proses transmisi budaya atau pewarisan
pengetahuan melalui proses enkulturasi dan sosialisasi. Selain itu, proses belajar individu sebagai kegiatan sosial budaya merupakan pemahaman dari Antropologi
Pendidikan, termasuk di dalamnya peran pendidikan formal dan pendidikan informal.
D. HUBUNGAN ANATARA ANTROPOLOGI SOSIAL DAN SOSIOLOGI

Ditinjau dari tujuan umumnya, ilmu antropologi dan ilmu sosiologi sama-sama bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada
umumnya. Namun apabila ditinjau dari sudut khusus, terdapat perbedaan mengenai kedua ilmu
tersebut, yaitu:
Perbedaan asal mula dan sejarah perkembangannya menyebabkan adanya perbedaan
pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu
Menyebabkan berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu
masing-masing.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pada mulanya sosiologi merupakan bagian dari ilmu filsafat. Sejak abad ke-19, teori dan konsep filsafat
sosial berubah, sejajar dengan berbagai perubahan aliran filsafat dan latar belakang cara berpikir orang
Eropa Barat. Pada fase kedua, setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa
Eropa (seperti Revolusi Prancis, Revolusi Industri, dsb), timbul kegiatan menganalisis masalah-masalah
masyarakat yang semakin digalakkan.
Ilmu antropologi sosial sebagai suatu himpunan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi
di daerah luar Eropa menjadi suatu ilmu khusus karena kebutuhan orang Eropa untuk mendapat
pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan
kebudayaannya sendiri. Sebaliknya, ilmu sosiologi semula adalah bagian dari ilmu filsafat, yaitu filsafat
sosial, kemudian menjadi suatu ilmu khusus karena bangsa Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan kebudayaannya sendiri akibat krisis yang melanda.
2. Pokok Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi

Objek penelitian ilmu antropologi tertuju pada masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang hidup di luar
lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika modern. Sebaliknya, ilmu sosiologi tertuju pada
masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa-Amerika.
Namun dalam fase keempat sarjana antropologi mulai memperhatikan gejala-gejala masyarakat dalam
lingkungan kebudayaan Eropa-Amerika, sedangkan sekitar abad ke-19 tampak banyak penelitian sosiologi
dari masyarakat suku bangsa pribumi di daerah luar Eropa.
Ilmu antropologi sosial objek penelitian utamanya adalah masyarakat pedesaan sementara sosiologi di
dalam masyarakat perkotaan. Umumnya keadaannya demikian tetapi perbedaan objek tersebut belum
dapat dipakai sebagai pegangan mutlak karena akhir-akhir ini para ahli antropologi mulai mencari objek
dalam masyarakat kompleks, sebaliknya dalam sosiologi terutama di Amerika berkembang kejuruan
sosiologi pedesaan (rural sociology) yang memperhatikan masalah-masalah masyarakat pedesaan di
Amerika Serikat
Metode ilmiah dari Antropologi sosial dan sosiologi

Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal meneliti kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Suku bangsa tersebut dapat diteliti sebagai
kebulatan. Sebaliknya, ilmu sosiologi memusatkan perhatian pada unsur-unsur atau gejala khusus dalam
masyarakat, dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang khusus (social groupings), hubungan
antara kelompok-kelompok atau individu-individu (social relations) atau proses-proses yang terdapat dalam
kehidupan suatu masyarakat (social process).
Ahli antropologi mengembangkan penelitian yang bersifat intensif dan mendalam misalnya dengan metode
wawancara, sementara ahli sosiologi meneliti masyarakat kompleks dan bersifat meluas seperti dengan
metode angket.
Dunia antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal menghadapi keragaman(diversitas)
sehingga metode mengumpulkan bahannya pun mengkhusus ke dalam, kualitatif, serta metode pengolahan
dan analisis yang bersifat komparatif. Sementara sosiologi lebih banyak meneliti gejala masyarakat yang
kompleks dan kurang memperhatikan sifat beragam hidup masyarakat dan kebudayaan manusia. Metode
pengumpulan bahannya lebih bersifat meluas, merata, dan berdasarkan perhitungan jumlah besar. Metode
ini dapat disebut kuantitatif, seperti metode statistik.
E. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI SOSIAL DAN ILMU-ILMU LAIN

Ilmu antropologi serta sub-ilmunya mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan ini
biasanya bersifat timbal balik. Baik ilmu antropologi atau ilmu-ilmu lainnya, mereka saling membutuhkan. Ilmu-ilmu itu
antara lain:
1. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Geologi
Ilmu Geografi mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta perubahan-perubahannya yang sangat di butuhkan oleh sub-ilmu
paleo-antropologi dan prehistori untuk menetapkan umur relatif dari fosil-fosil makhluk primata dan fosil manusia
zaman dahulu serta artefak-artefak dan bekas peninggalan kebudayaan yang digali dalam lapisan bumi. Penelitian ini
menggunakan metode-metode dari Ilmu Geologi.
2. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Paleontologi
Bantuan dari paleontologi ini adalah untuk membuat suatu rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk makhluk
dari zaman dahulu hingga sekarang, umur dari fosil dan artefak kebudayaan yang digali dapat dicapai dengan
mengetahui umur relatif dari fosil-fosil paleontologi yang terdapat di dekatnya, tentu juga sangat diperlukan oleh ilmu
paleo-antropologi dan prehistori.
3. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Anatomi
Ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia dan bagian tubuh manusia pada umumnya menjadi objek penelitian
yang terpenting dari seorang ahli antropologi fisik untuk mendapat pengertian tentang asal mula dan penyebaran
manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia.
4. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ilmu Antropologi dapat memberikan manfaat kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah
dengan keragaman budaya, metode-metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat
istiadat di daerah tersebut.
5. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Psikiatri
Ilmu psikiatri juga membutuhkan ilmu antropologi untuk mengetahui masalah latar belakang sosial-budaya yang biasanya menjadi penyebab
penyakit-penyakit jiwa.
6. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Linguistik
Dewasa ini, ilmu linguistik telah berkembang menjadi suatu ilmu yang berusaha mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk
mengupas segala maacam bentuk bahasa apapun di daerah manapun di dunia. Ilmu antropologi tentunya memerlukan ilmu linguistik. Setiap
peneliti yang mengumpukkan bahan etnografi di lapangan memerlukan pengetahuan kilat tentang bahasa penduduk yang di datangi. Bahasa
tadi merupakan suatu alat yang sangat penting dalam penelitiannya karena para peneliti hanya akan dapat mengumpulkan banyak bahan
tentang kehidupan masyarakat apabila ia dapat mudah bergaul dengan penduduknya.
7. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Arkeologi
Ilmu Arkeologi pada mulanya meneliti sejarah dari kebudayaan kuno seperti kebudayaan yunani, mesir kuno, rum klasik dsb. Ilmu antropologi
juga mempunyai tugas meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno saat masa kejayaan kebudayaan tersebut. Penelitian itu
dilakukan oleh sub-ilmu dari antropologi yaitu prehistori, dengan menguunakan sisa-sisa benda kebudayaan manusia yang tertinggal dalam
lapisan-lapisan bumi sebagai bahan penelitiannya.
8. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Antropologi memberi bahan prehistoris sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak masalah
tentang historigrafi sejarah suatu bangsa yang dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi. Sebaliknya, para ahli antropologi
juga memerlukan sejarah, terutama sejarah suku bangsa daerah yang didatangi nya. Sejarah itu diperlukannya untuk memecahkan masalah
yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar. Pengertian terhadap masalah-
masalah tadi baru dapat dicapai apabila sejarah tentang proses pengaruh tadi diketahui secara detail.
9. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Geografi
Geografi mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan memberi pelukisan tentang bumi serta ciri dari segala macam
bentuk hidup yang menduduki muka bumi ini seperti flora dan fauna. Selain itu juga ada makhluk manusia yang beragam pula rupa dan
sifatnya. Karena antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah beragam makhluk manusia itu, maka sudah tentu
ilmu geografi tidak dapat mengabaikan antropologi. Sebaliknya, seorang sarjana antropologi juga memerlukan pengertian tentang geografi,
karena banyak masalah kebudayaan manusia yang mempunyai sangkut-paut dengan keadaan lingkungan alamnya.
10. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Hukum Adat
Sejak permulaan timbulnya ilmu hukum adat di Indonesia yaitu permulaan abad ke-20,para ahli dari ilmu itu telah menyadari akan
pentingnya antropologi sebagai ilmu bantu dalam penelitian-penelitiannya. Antropologi dianggap penting karena hukum adat bukan
merupakan suatu sistem hukum yang telah di abstraksikan sebagai aturan-aturan dalam kitab-kitab undang undang, melainkan timbul dan
hidup langsung dari masalah perdata yang berasal dari dalam aktivitas masyarakat. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan bantuan ilmu
hukum adat Indonesia. Hal itu karena setiap masyarakat, baik yang sangat sederhana bentuknya, maupun yang telah maju, tentu
mempunyai aktivitas0aktivitas yang berfungsi sebagai pengendali sosial atau social control. Salah satu sistem pengendalian sosial ini adalah
hukum.
11. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Administrasi
Di Indonesia, ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah-masalah yang sama seperti ilmu ekonomi. Lagipula,
bahan keterangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan agraria, yang juga menjadi suatu kompleks
masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi, antara lain bisa didapatkan dengan melakukan penelitian
berdasarkan metode antropologi.
12. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Ekonomi
Di banyak negara yang jumlah penduduk desanya lebih banyak dibanding penduduk kotanya, kekuatan, proses dan
hukum-hukum ekonominya sangat dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup
dari masyarakat pedesaan tersebut. Dengan demikian, seorang ahli ekonomi yang hendak membangun ekonom di
negara-negara serupa itu tentu akan memerlukan bahan komparaif mengenai misalnya sikap terhadap kerja, sikap
terhadap kekayaan, sistem gotong royong dan bahan komparatif lainnya mengenai unsur dan sistem kemasyarakatan di
negara-negara tadi. Dalam hal mengumpulkan eterangan komparatif seperti itu antropologi sangatlah berguna.
13. Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Politik
Sebuah partai politik harus memahami latar belakang dan adat istiadat tradisional dari suku bangsa tersebut. Maka
metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapatkan pengertian mengenai
tingkah laku masyarakat tersebut. Sebaliknya, seorang ahli antropologi dalam mempelajari suatu masyarakat untuk
menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat tersebut, tentu akan menghadapi sendiri kekuatan dan proses
politikal lokal, serta aktivitas dari cabang-cabang partai politik nasional disitu untuk menganalisis gejala-gejala itu a
perlu mengetahui konsep-konsep dan teori ilmu politik juga.
F. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI

Metode ilmiah dari sebuah ilmu pengetahuan merupakan segala cara yang dilakukan dalam ilmu tersebut dalam rangka mencapai
suatu kesatuan pengetahuan. Karena tanpa dilakukannya metode tersebut suatu pengetahuan tidak dapat dikatakan sebagai ilmu.
Agar tercapai kesatuan pengetahuan tersebut ada tiga tingkat yang harus dilalui antara lain:

1. Pengumpulan data
Dalam hal antropologi budaya hal ini dikenal dengan istilah pengumpulan fakta. Pengumpulan fakta ini melalui beberapa metode
seperti mengobservasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup. Adapun
pada umumnya metode ini digolongkan kedalam tiga golongan yang masing masing memiliki perbedaan yaitu :

A. Penelitian di lapangan
Penelitian ini dilakukan dengan menunggu terjadinya gejala yang menjadi objek observasinya. Peneliti sendiri harus masuk kedalam
objeknya dalam arti harus memperhatikan hubungan antara objek dengan dirinya. Peneliti masuk kedalam suatu masyarakat dalam
rangka mengumpulkan keterangan tentang gejala kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut. Selain didapat dari hasil
observasi, keterangan didapat dari warga sebagai informan tersendiri bagi peneliti. Peneliti pula pada umumnya tertarik pada
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tidak lebih dari 3000 individu. Dalam antropologi budaya sendiri cara ini merupakan cara
yang terpenting untuk mengumpulkan fakta. Metode yang digunakan sendiri merupakan metode kualitatif yaitu wawancara dan
catatan hasil (field notes). Catatan hasil yang telah dikumpulkan harus diolah menjadi tulisan yang dapat dipergunakan oleh sarjana
lainnya untuk menjadi suatu teori tentang asas kebudayaan ataupun penambah pengetahuan bagi peneliti yang ingin terjun ke
daerah yang sama. Keseluruhan metode yang digunakan mulai dari pengumpulan bahan hingga pengolahan bahan tersebut
menjadi karangan merupakan bidang deskriptif ilmu antropologi yang disebut etnografi.
B. Penelitian di laboratorium
Penelitian dilakukan dengan membuat suatu gejala secara disengaja diadakan lalu diteliti oleh para peneliti. Dalam
penelitian ini, peneliti berada tetap diluar objek karena tidak adanya hubungan Antara dirinya dengan objek yang
dia teliti. Dalam antropologi budaya, penelitian ini hampir tidak berarti karena umumnya digunakan dalam
penelitian ilmu-ilmu alam dan teknologi.

C. Penelitian di dalam perpustakaan


Penelitian ini dilakukan dengan mencari gejala yang akan diteliti dalam berbagai sumber kepustakaan yang
beraneka ragam. Sama halnya dengan penelitian laboratorium, peneliti akan berada tetap diluar objek yang ia teliti
karena tidak memiliki hubungan diantara peneliti dan objek yang ia teliti. Penelitian ini kerap kali juga digunakan
dalam penelitan didalam ilmu antropologi budaya disamping penelitian lapangan yang sering kali digunakan.
2. Penentuan Ciri-Ciri Umum dan Sistem

Hal ini merupakan tingkat cara berpikir ilmiah yang bertujuan menentukan ciri-ciri umum dan himpunan
fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Dalam tahap ini, ditimbulkanlah metode yang hendak
mencari ciri-ciri yang sama dan umum diantara beragam fakta yang ada didalam kehidupan masyarakat
dan kebudayaan umat manusia. Proses berpikir berjalan secara induktif dari fakta khusus dan konkret kea
rah konsep ciri yang lebih umum yang lebih abstrak. Metode komparatif pun digunakan dengan dimulai
dari metode klasifikasi. Hal ini dilakukan dengan memperkecil jumlah keragaman tadi sehingga tersisa
beberapa perbedaan pokok saja. Tidak sama dengan ilmu eksakta yang dapat merumuskan hubungan
dengan mantap Antara fakta alam kedalam kaidah alam, dalam antropologi hanya dapat dilakukan sampai
pada pengertian saja tentang kehidupan masyarakat dari kebudayaan itu atupun sampai kaidah-kaidah
social budaya.
3. Verifikasi

Metode untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari cara menguji rumusan kaidah atau memperkuat
pengertian yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Di sini
proses berpikir berjalan secara deduktif yaitu dari perumusan umum kembali ke arah fakta yang
khusus. Dalam ilmu antropologi sendiri lebih banyak mengandung pengetahuan berdasarkan
pengertian daripada pengetahuan yang bersifat kaidah. Dengan mempergunakan metode kualitatif,
ilmu antropologi mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam
kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan
mendalam. Lawan dari metode ini adalah metode kuantitatif , mencoba menguji kebenaran dari
pengertian dan kaidah itu dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mengenai kejadian dan
gejala social budaya yang menunjukkan asas persamaan. Metode ini sering digunakan untuk mengolah
fakta social dalam jumlah yang besar yang sering juga disebut metode statistic. Metode yang dahulu
kurang diminati dalam ilmu ini kini sekarang mulai menjadi suatu metode analisis yang sangat penting
dalam ilmu ini.
G. TENAGA KERJA, LEMBAGA, MAJALAH, DAN PRASARANA ANTROPOLOGI

1. Kehidupan Ilmiah
Suatu cabang ilmu pengetahuan dikatakan hidup apabila para ahli di bidangnya melakukan kegiatan-
kegiatan penelitian untuk memecahkan berbagai macam masalah ilmiahnya.
Di samping mempunyai tugas memberikan pendidikan, perguruan-perguruan tinggi sering kali menjadi
badan-badan yang mendorong dan menyokong kegiatan para ahli itu. Dan juga harus berusaha
mengembangkan berbagai macam cabang ilmiah yang ada di sana. Selain perguruan tinggi juga sering ada
lembaga-lembaga yang khusus bagi tiap cabang khusus tadi.
Lembaga-lembaga ilmiah biasanya memberi sokongan kepada para ahli yang melakukan proyek-proyek
penelitian, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan atau kongres-kongres ilmiah, dan sering kali
lembaga-lembaga itu membiayai terbitnya majalah-majalah ilmiah. Kedua hal terakhir tersebut, sangat
diperluykan untuk perkembangan suatu cabang ilmiah, karena di situlah para peneliti dapat
mengumumkan hasil-hasil penelitiannya. Dengan demikian para ahli lain dapat memeriksa kebeneran
hasil-hasil itu, atau dapat memakainya sebagai landasan untuk mengembangkan persoalan-persoalan dan
penelitian-penelitian lebih lanjut.
2. Para Tokoh Sarjana Antropologi

Pada fase pertama perkembangannya, antropologi belum mempunyai tokoh-tokoh ahli yang ada hanyalah
pengarang-pengarang buku tentang manusia dan kebudayaan suku bangsa yang tinggal di luar Benua Eropa.
Para pengarang etnografi kuno golongan muafir adalah A. Bastian, seorang dokter kapal berbangsa Jerman. Ia
pernah menulis tiga jilid etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia.
Para pengarang etnografi kuno dari golongaan penyiar agama Nasrani sangat banyak jumlahnya, salah satunya
adalah J.F. Lafitau, seorang pendeta agama Katolik berbangsa Perancis. Ia juga penyiar agama dan telah menulis
sebuah etnografi klasik (1724) tentang kebudayaan suku Indian yang hidup di daerah Sungai St. Lawrence
(Amerika Utara dan Kanada Timur).
Seorang pengarang etnografi kuno dari golongan ahli eksploitasi adalah N.N Miklukho-Maklai, seorang bangsa
Rusia yang bayak mengembara di daerah Oseania di Lautan Teduh.
Thomas Stamford Raffles adalah salah satu dari banyak pengarang etnografi kuno yang berasal dari pegawai
pemerintah jajahan. Ia pernah menjabat menjadi Letnan Gubernur Jendral di Indonesia anatara tahun 1811 dan
1815, ketika Inggris merebut Indonesia dari Belanda pada perang Napoleon di Eropa. Pada tahun 1817 juga
Raffles menerbitkan dua jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa.
Tokoh-tokoh ahli ilmu antropologi menjadi tokoh antropologi pada fase kedua. Seperti Lewis Henry Morgan, seorang sarjana hukum bangsa
Amerika yang kemudian bekerja sebagai pengacara di antara para Indian di Amerika Serikat bagian Timur untuk membantu mereka masalah
hak tanah. Ia juga menulis berbagai buku etnografi, juga sebuah karangan teoritis berjudul Ancient Society (1877).
P.W. Schmidt, seorang sarjana antropologi berbangsa Austria adalah seorang ahli antropologi yang kurang terpengaruh dengan teori evolusi
masyarakat, dan lebih tertarik kan masalah sejarah penyebaran kebudayaan suku bangsa di seluruh muka bumi.
Dalam fase perkembangan ketiga para tokoh antropologi banyak berasal dari negara-negara yang memiliki tanah jajahan. Inggris merupakan
negara yang paling utama menyumbang ilmu antropologi, karena tanah jajahannya sangat banyak sehingga banyak tokoh antropologi Inggris
yang menulis tentang kebudayaan suku bangsa jajahannya. Dua dari beberapa tokoh antropologi Inggris yaitu B. Malinowski dan M. Fortes.
Para tokoh antropologi pada fase perkembangan keempat yang keempat, berasal dari Amerika Serikat. Berawal dengan munculnya Franz Boas
(1858-1942), mulanya ia adalah seorang ahli geografi bangsa Jerman, yang kemudian berubah menjadi warga negara Amerika. Tokoh lainnya
yaitu A.L. Kroeber, sedangkan tokoh ahli dalam ilmu antropologi psikologi atau etnopsikologi adalah Ruth Benedict, Margaret Mead, dan R.
Linton.
Terdapat juga ilmu antropologi-terapan yang dimulai dengan penggunaan metode antropologi dalam menganalisis proses-proses ekonomi di
tingkat masyarakat pedesaan. Tokoh ahlinya adalah R. Firth, seorang sarjana antropologi inggris.
A.R. Radcliffe-Brown adalah seorang tokoh dari Inggris yang mengembangkan teori antropologi sinkronis yang kemudian menjadi sublime
antropologi-sosial pada fase ketiga dalam sejarah perkembangan ilmu antropologi. Ia berambisi untuk mengembangkan suatu ilmu antropologi
baru dengan tujuan yang lebih berguna, yaitu mempelajari kebudayaan dari berbagai duku bangsa di dunia secara komparatif guna
menemukan asas-asas kebudayaan dan kaidah asasi yang mengatur kehidupan masyarakat.
Tidak hanya di Eropa dan Amerika, namaun ilmu antropologi juga sudah berkembang di negara-negara Asia, seperti India, Cina, Jepang, dan
Meksiko sejak sebelum Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II pun negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mempunyai tokoh-
tokoh antropologi. Beberapa yang menjadi terkenal diantaranya, dari India yaitu M.N. Srinivas dan Saran Chandra Dube. Dari Cina yaitu F.L. Hsu.
Seorang antropologi wanita dari Jepang bernama Chie Nakane. Lalu ada dari Afrika Bangsa Ghana yaitu K.A. Busia.
3. Lembaga-lembaga dan Majalah-majalah Antropologi

Salah satu majalah yang paling penting yang perlu dimiliki oleh tiap ahli antropologi adalah Current Anthropplogy yang diterbitkan
oleh University of Chicago Press yang memuat tentang perkembangan ilmu antropologi di sebagian besar dan pusat-pusat ilmiah
terpenting di seluruh dunia. Dalam terbitan jilid ke 11/3 tahun 1970 majalah Current Anthropplogy tercantum beribu-ribu sarjana
antropologi dari seluruh dunia berikut subilmu dan keahlian khusus mereka dan juga alamat mereka.
Dalam terbitan jilid ke 6/5 tahun 1965 dari majalah Current Anthropplogy itu juga tercantum daftar kurang lebih 600 lembaga,
museum, organisasi, atau perkumpulan antropologi yang tersebar dari 30 negara termasuk indonesia.Dalam terbitan XIII tahun
1972 majalah Current Anthropplogy juga memuat daftar kurang lebih 200 majalah antropologi yang diterbitkan lebih dari 30
negara.
Amerika adalh negara yang mempunyai lmbaga, organisasi, dna perkumpulan organisasi antropologi yang terbanyak jumlahnya.
Tiga paling penting diantaranya :
1. American Anthropology Association, yang mana mengadakan kongres setiap tahun untuk saling berdiskusi dan juga
menerbitkan sebuah majalah ilmiah yang merupakan salah satu dari majalah antropologi yang terpenting di dunia yaitu majalah
American Anthropologist.
2. American Association of Physical Anthropology, yang menghimpun aktivitas penelitian antropologi-fisik di amerika, dengan
menerbitkan majalah American Journal of Physical Anthropology.
3. Universitas Yale di Kota New Haven yang mempunyai lembaga bernama Institute of Human Relation, yang mana lembaga ini
menyusun dan menjaga suatu sistem kartu besar yang mana memuat data serta bahan keterangan etnografis tentang sebanyak
mungkin kebudayaan di seluruh dunia. Sistem kartu yang mulai disusun tahun 1937 itu bernama Human Relations Area Files dan
sekarang sudah memuat bahan tentang lebih dari 600 macam kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi.
Lembaga-lembaga antropologi di inggris yang amat penting
karena menerbitkan majalah-majalah ternama:
1. Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland, sebuah lembaga yang didirikan pada abad ke-19 berpusat di
London, majalah-majalah yang diasuhnya adalah Journal of the Royal Anthropological Institute yang juga merupakan salah
satu majalah antropologi yang terkenal disana dan sebuah majalah kecil bernama Man.

2. International Africa Institute adalah lembaga yang berpusat di Universsitas Oxford dan yang menggiatkan penelitian
ilmu-ilmu sosial di Afrika, nama majalahnya adalah Afrika.

Dalam kalangan ilmu antropologi majalah di New Zealand dan di Auatralia juga penting, diantaranya :

1. Di Sydney ada majalah yang menggiatkan penelitiannya di daerah Auatralia, Papua (Irian Timur), Melanisia, Polinesia,
Mikronesia, bernama Australian Research Council, ini merupakan lembaga yang menerbitkan majalah antropologi,
Oceania.

2. Di Wellington, New Zealand ada suatu lembaga tempar para sarjana Australia dan New Zealand yang bekerja dalam
lapangan sejarah, filosofi dan antropologi bernama Polynesians Society yang menerbitkan majalah Journal of the
Polynesians Society.
Negara Jerman, Australia, dan Swiss merupakan negara dimana terdapat lembaga-lembaga antropologi yang mengasuh suatu
majalah juga telah berjasa dalam hal membiayai ekspedisi ilmiah ke berbagai daerah:
1. Deutsche Gesselschaft fur Volkerkunde di Brauns-schweig merupakan pusat perkumpulan sarjana antropologi di eropa tengan,
yang nama majalahnya yakni Zeitschrift fur Ethnologie.
2. Frobenius Institut di Frankfurt yang membiayai ekspedisi ke Afrika, Amerika Selatan, dan Indonesia juga meiliki majalah yakni
Paiddeuma, mitteilungen zur Kulturkunde.
3. Di Freudbourg, Swiss ada lembaga antropologi yang dibuat oleh W.Schmidt yang mana lembaga ini bernama Anthropos Institut
yang mengusung majalah antropologi bernama Anthropos.

Lembaga-lembaga di dunia lainnya :


1. IInstitut dEthnologie di Paris.
2. Miklukho-Maklai Institut of Ethnography di Uni Soviet
3. Institut Nacional de Anthropologie e Historia di Meksiko
Di indonesia pendidikan sarjana antropologi terdapat di Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Sam Ratulangi. Universitas Indonesia juga mempunyai lembaga pusat penelitian antropologi yang menerbitkan majalah
bernama Berita Antropologi
4. Kamus dan Atlas Antropologi
Dalam ilmu antropologi selain ada kamus kecil yang disusun oleh C.Winnick, berjudul Dictionary of
Anthropology (1958) ada juga kamus besar yang berjudul Dictionary of Anthropology yang disusun oleh
W.H.Lindig sedangkan satunya lagi adalah sebuah kamus khusus mengenai istililah dalam 6 bahasa, Inggris,
Perancis, Spanyol, Jepang, dan Russia yang berjudul Multilingual Glossary of Anthropological Terms disusun
oleh tim redaksi yang diketuai oleh G.Mostny. sekitar 1980 telah disusun dalam bahasa indonesia Kamus Istilah
Antropologi oleh tim ahli dari jurusan antropologi, Universitas Indonesia.
Ilmu antropologi sama seperti ilmu bumi yang memerlukan suatu atlas untuk menunjukan lokasi dari beratus-
ratus suku bangsa yang menjadi objek penelitiannya. Ada buku tua susunan G.Gerland, berjudul Atlas der
Volkerkunde (Atlas Ilmu Bangsa-Bangsa)yang terbit tahun 1892 yang sudah sangat sulit didapat .
Atlas yang lebih muda usianya disusun oleh H. Bernetzig ahli geografi Jerman yang berjudul Die Grosse
Volkerkunde terbitan 1930. Dan sebuah atlas kecil berjudul An Ethno-Atlas diterbitkan oleh R.F. Spencer tahun
1956 yang juga pernah menyusun Atlat Ethnography Sedunia (1968) dalam bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai