Anda di halaman 1dari 7

Nama : Zahra Amalia Nurfajriyah

Npm : 110110160148
Mata Kuliah : Hukum Pidana
Dosen : Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H.
Erika Magdalena C., S.H., M.H.

PENGERTIAN TINDAK PIDANA

Menurut Prof. Moeljatno S.H., Tindak Pidana (strafbaar feit).adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Terdapat 3 (tiga) hal yang perlu
diperhatikan :
Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam
pidana.
Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang
ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang
yang menimbulkan kejadian itu.
Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena antara
kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan erat pula. Kejadian
tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat
diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya.
Selanjutnya Moeljatno membedakan dengan tegas dapat dipidananya perbuatan (die
strafbaarheid van het feit) dan dapat dipidananya orang (strafbaarheid van den person). Sejalan
dengan itu memisahkan pengertian perbuatan pidana (criminal act) dan pertanggungjawaban
pidana (criminal responsibility). Pandangan ini disebut pandangan dualistis yang sering
dihadapkan dengan pandangan monistis yang tidak membedakan keduanya.

UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA

Untuk mengetahui adanya tindak pidana, maka pada umumnya dirumuskan dalam
peraturan perundang-undangan pidana tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai
dengan sanksi. Dalam rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur atau syarat yang menjadi
ciri atau sifat khas dari larangan tadi sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari perbuatan lain
yang tidak dilarang. Perbuatan pidana menunjuk kepada sifat perbuatannya saja, yaitu dapat
dilarang dengan ancaman pidana kalau dilanggar.
Menurut Simons, unsur-unsur tindak pidana (strafbaar feit) adalah :
Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan).
Diancam dengan pidana (statbaar gesteld)
Melawan hukum (onrechtmatig)
Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)
Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatoaar person).

Simons juga menyebutkan adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari tindak
pidana (strafbaar feit).
Unsur Obyektif :
1. Perbuatan orang
2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.
3. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti dalam pasal
281 KUHP sifat openbaar atau dimuka umum.
Unsur Subyektif :
1. Orang yang mampu bertanggung jawab
2. Adanya kesalahan (dollus atau culpa). Perbuatan harus dilakukan dengan
kesalahan.. Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau
dengan keadaan mana perbuatan itu dilakukan.

Sementara menurut Moeljatno unsur-unsur perbuatan pidana :


1. Perbuatan (manusia)
2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
3. Bersifat melawan hukum (syarat materiil)

Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno terdiri dari :


1) Kelakuan dan akibat
2) Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yang dibagi menjadi :
a) Unsur subyektif atau pribadi
Yaitu mengenai diri orang yang melakukan perbuatan, misalnya unsur pegawai
negeri yang diperlukan dalam delik jabatan seperti dalam perkara tindak pidana korupsi.
Pasal 418 KUHP jo. Pasal 1 ayat (1) sub c UU No. 3 Tahun 1971 atau pasal 11 UU No.
31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang pegawai negeri yang menerima
hadiah. Kalau yang menerima hadiah bukan pegawai negeri maka tidak mungkin
diterapka pasal tersebut.
b) Unsur obyektif atau non pribadi
Yaitu mengenai keadaan di luar si pembuat, misalnya pasal 160 KUHP tentang
penghasutan di muka umum (supaya melakukan perbuatan pidana atau melakukan
kekerasan terhadap penguasa umum). Apabila penghasutan tidak dilakukan di muka
umum maka tidak mungkin diterapkan pasal ini Unsur keadaan ini dapat berupa
keadaan yang menentukan, memperingan atau memperberat pidana yang dijatuhkan.
Pentingnya pemahaman terhadap pengertian unsur-unsur tindak pidana.
Sekalipun permasalahan tentang pengertian unsur-unsur tindak pidana bersifat
teoritis, tetapi dalam praktek hal ini sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan
pembuktian perkara pidana. Pengertian unsur-unsur tindak pidana dapat diketahui dari
doktrin (pendapat ahli) ataupun dari yurisprudensi yan memberikan penafsiran terhadap
rumusan undang-undang yang semula tidak jelas atau terjadi perubahan makna karena
perkembangan jaman, akan diberikan pengertian dan penjelasan sehingga memudahkan
aparat penegak hukum menerapkan peraturan hukum.

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

Pertanggung jawaban pidana menurut hukum pidana positif yakni dapat dipertanggung
jawabkannya dari si pembuat, adanya perbuatan melawan hukum, tidak ada alasan pembenar
atau alasan yang menghapuskan pertanggung jawaban pidana bagi si pembuat.
Dengan mengutip pendapat Alf Ross, Roeslan Saleh memberikan jawaban bahwa
bertanggung jawab atas sesuatu perbuatan pidana berarti yang bersangkutan secara sah dapat
dikenai pidana karena perbuatan itu.18 Pidana itu dapat dikenakan secara sah berarti untuk
tindakan itu telah ada aturannya dalam suatu sistem hukum tertentu, dan sistem hukum itu
berlaku atas perbuatan itu. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa tindakan (hukuman) itu
dibenarkan oleh sistem hukum tersebut. Hal itulah yang mendasari konsepsi liability menurut
Roeslan Saleh. Perlu juga dicatat keterangan-keterangan Alf Ross yang dikutip Roeslan Saleh
lebih jauh menegaskan tentang pertanggungjawaban itu dinyatakan adanya hubungan antara
kenyataan-kenyataan yang menjadi syarat dan akibat-akibat hukum yang disyaratkan.
Hubungan antara keduanya itu tidak bersifat kodrati atau tidak bersifat kausal, melainkan
menurut hukum. Jadi, pertanggungjawaban itu adalah pernyataan dari suatu keputusan hukum.
Konsep Rancangan KUHP Baru Tahun 2004/2005, di dalam Pasal 34 memberikan definisi
pertanggungjawaban pidana sebagai berikut : Pertanggungjawaban pidana ialah diteruskannya
celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana dan secara subjektif kepada seseorang yang
memenuhi syarat untuk dapat dijatuhi pidana karena perbuatannya itu. Di dalam penjelasannya
dikemukakan:19 Tindak pidana tidak berdiri sendiri, itu baru bermakna manakala terdapat
pertanggungjawaban pidana. Ini berarti setiap orang yang melakukan tindak pidana tidak
dengan sendirinya harus dipidana. Untuk dapat dipidana harus ada pertanggungjawaban
pidana. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan diteruskannya celaan (vewijbaarheid) yang
objektif terhadap perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana yang berlaku, dan secara
subjektif kepada pembuat tindak pidana yang memenuhi persyaratan untuk dapat dikenai
pidana karena perbuatannya. Dasar adanya tindak pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar
dapat dipidananya pembuat tindak pidana adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat
tindak pidana-tindak pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam
melakukan tindak pidana tersebut. Kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan
merupakan hal yang menyangkut masalah pertanggungjawaban pidana. Seseorang mempunyai
kesalahan bilamana pada waktu melakukan tindak pidana, dilihat dari segi kemasyarakatan ia
dapat dicela oleh karena perbuatannya.

RUMUSAN UNSUR TINDAK PIDANA

Perumusan unsur adalah hal yang paling penting dalam Hukum Pidana, karena jika salah satu
tidak terbukti, atau kurang bukti = tidak terbukti, maka terdakwa akan bebas atau lepas.
Dalam perumusan ini kita bertindak sebagai Jaksa Penuntut Umum yang menyakinkan Hakim.

Kasus (UTS FHUI 2005):

Ola (WN Australia keturunan Indonesia) sedang asyik membaca boran di pinggir kolam
renang, di apartemen tempat tinggalnya dikawasan Simprug-Jakarta Selatan, ketika itu
tibatiba Archie (WN Inggris), bekas pacaranya yang baru 2 (dua) hari lalu diputuskan
cintanya, menghampirinya dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar: Kalo gue nggak
bisa dapetin cinta loe, maka nggak seorang pun yang akan dapetin, sambil mengayunkan
stick softball yang dibawanya ke arah Ola. Menyadari adanya bahaya, Rudi security
apartemen langsung bertindak mencoba merebut senjata Archie. Sial bagi Rudi, ayunan
stick itu justru tepat mengenai rahangnya dan ia pun langsung roboh. Archie yang tidak
terima orang lain ikut campur, justru terus melampiaskan marahnya dengan memukul perut
Rudi dengan stick hingga Rudi pingsan. Dalam situasi itu, Ola mencuri kesempatan untuk
melarikan diri sehingga membuat Archie mengamuk membabi buta yang mengakibatkan
tiga orang terluka ringan, sejumlah meja, kursi, dan piring-gelas hancur berantakan selain
merusak suasana pagi yang cerah.

Perumusan Unsur:

Dalam kasus diatas maka Archie dapat diancam Pasal 360 ayat (2) KUHP atas perbuatannya
terhadap yaitu pemukulan yang mengenai rahang Rudi. Adapun unsur-unsur dari Pasal 360
ayat (2) KUHP:
a. Barangsiapa
b. Karena kealpaannya

c. Menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu.

Ad.a Barangsiapa

Unsur barangsiapa menunjuk kepada subjek hukum yaitu orang yang tidak memilki dasar
pemaaf atau dasar pembenar sehingga si pelaku dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Dalam kasus ini, unsur barangsiapa mengacu pada Archie sebagai subjek
hukum yang tidak memiliki dasar pembenar dan dasar pemaaf sehingga ia dapat
mempertanggungjawakan perbuatannya. Dengan demikian, unsur barangsiapa ini terbukti.

Ad.b Karena kealpaannya

Menurut doktrin kealpaan adalah sesuatu yang tidak memenuhi willen en wetens atau
menghendaki dan mengetahui. Dalam kasus ini, pemukulan Archie yang mengenai rahang
Rudi tidak dikehendaki oleh Archie sebelumnya dan juga dengan pukulan yang mengenai
rudi tersebut, Archie tidak mengetahui bahwa akan mengenai Rudi yang disebabkan Rudi
datang dengan tiba-tiba untuk merebut senjata, karena tujuan utamanya adalah memukul
Ola, bukan memukul Rudi. Dengan demikian, unsur karena kealpaan terbukti.

Ad.c Menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu.
Pemukulan Archie yang mengenai rahang Rudi terlihat bahwa Rudi tidak berdaya seketika,
sehingga dimungkinkan Rudi tidak dapat menjalankan pekerjaannya sebagai security untuk
selama waktu tertentu. Dengan demikian, unsur ini terpenuhi.
Dengan demikian, semua unsur ini terbukti dan dipenuhi oleh Rudi, sehingga Rudi dapat
diancam Pasal 360 ayat (2) KUHP dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau 6 bulan
kurungan.

Selain itu, perbuatan Archie juga dapat diancam pidana Pasal 351 ayat (1) KUHP, dimana
Archie tidak terima orang lain ikut campur. Adapun unsur dari Pasal 351 ayai (1) KUHP
yaitu Penganiayaan.
Unsur Penganiayaan menurut doktrin adalan menimbulkan rasa sakit, luka, atau merusak
kesehatan.
Ras sakit: merupakan sesuatu yang menimbulkan tidak enak atau menimbulkan sakit.

Luka: merupakan perubahan pada tubuh manusia.

Merusak kesehatan: merupakan sesuatu yang mengganggu fungsi organ tubuh.


Dalam kasus ini, penganiayaan yang dilakukan adalah rasa sakit dimana pemukulan Archie
terhadap Rudi yang mengenai rahangnya menimbulkan rasa sakit ketika Archie
melampiaskan kemarahannya sehingga menyebabkan robohnya Rudi, ini membuktikan
bahwa Rudi mengalami rasa sakit.

Unsur-unsur yang harus dibuktikan pada umumnya:

1. Barangsiapa: Subjek Hukum = orang = tidak mempunyai dasar pembenar & dasar pemaaf
= dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya = kasus = terbukti.
2. Dengan sengaja = menurut MvT = Willen en Wetens = bahwa si pelaku menghendaki
perbuatan dan akibatnya = dengan dilakukannya perbuatan itu maka ia mengetahui akan
timbul akibat = teori-teori kesengajaan: tujuan, keinsyafan kepastian, dan keinsyafan
kemungkinan = kasus = terbukti.

3. Karena kealpaan = berlawanan dengan kesengajaan, secara tidak mengira atau kebetulan =
kasus = terbukti.

4. Melawan Hukum = bertentangan dengan hukum, atau melawan hak = formil & materiil =
kasus = terbukti.

Anda mungkin juga menyukai