Anda di halaman 1dari 3

Nama : T.

Alief Rizky Bayhaqi

Kelas : Antropologi C

Kelompok : 5

1. Pengertian Antropologi

Arti Antropologi Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani: anthropos, artinya “orang” atau
“manusia”; dan logos, artinya “ilmu/nalar”. Menurut kamus athropology dapat diartikan sebagai
suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari
aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya. Dari analisis usul asal
kata, disimpulkan bahwa antropologi merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia. (Ariyono
Suyono, 1985, Kamus Antropologi, Jakarta : Akademi Persindo, hlm. 28.)

Pengertian Antropologi Menurut Ahli Berikut adalah beberapa pengertian dari Antropologi

A) Roger Keesing (1981), Antropologi adalah kajian tentang manusia.

B) Wiliam A Haviland (1985) Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan perilakunya
dan melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia.

C) Koentjaraningrat (2009) , antropologi adalah adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
yang dihasilkan.

D) David Hunter, antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas
tentang manusia

Kajian antropologi fisik adalah aspek fisik, sedangkan antropologi budaya adalah kebudayaan
manusia dan masyarakat etnis tertentu, pola piker dan pola hidup manusia dalam bermasyarakat
Antopologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang orang Eropa yang melihat ciri ciri
fisik, adat istiadat dan budaya yang berbeda dengan mereka

2. Fase fase perkembangan antropologi


Fase Pertama (sebelum 1800)
Sejak akhir abad 15 sampai permulaan abad 16 kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika,
Asia, dan amerika membawa pengaruh bagi ketiga benua tersebut.
Dalam perkembangannya mulai terkumpul tulisan buah tangan musafir, kisah perjalanan,
penerjemah kitab injil, laporan dan sebagainya, yang berisi berbagai pengetahuan berupa adat
istiadat, susunan masyarakat, dan ciri ciri fisik di benua afrika, amerika, dan asia.
Etnografi (Bangsa) sangat menarik bagi bangsa eropa karena berbeda dengan kebudayaan
mereka. Tetapi bahan materi tersebut tidak jelas, tidak teliti, dan hanya berisi hal2 aneh bagi
mereka.
Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa
Barat sejak abad ke 18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentyangan
terhadap bangsa Amerika, Afrika Asia dan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa
menganggap bahwa mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan keturunan
manusia, adajuga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih murni yang belum
tersentuh olehkejahatan, dan yang terakhir sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat
dan ulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia
sehingga muncul museum-museum kebudayaan luar Eropa.

Fase Kedua (pertengahan abad 19)


Karangan karangan etnografi tersusun berdasarlam cara pikir evolusi masyarakat. Secara singkat
perumusan cara berfikir yaitu: “Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan
sangat lambat dalam jangka beribu-ribu taun dengan berbagai tingkatan evolusi, dengan sebagai
patokan tingkatan tertinggi adalah masyarakat yang hidup seperti masyarakat dii Eropa Barat.
Bentuk masyarakat yang tinggal di luar Eropa disebut oleh mereka (orang Eropa) sebagai
bangsa primitive, dianggap sebagai sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih hidup hingga
sekarang. “sekitar tahun 1860 klasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan diseluruh dunia
dengang tingkat evolusi tertentu dan timbulah ilmu antropologi.
Kemudian timbul karangan hasil penelitian sejarah tentang sejarah penyebaran penyebaran
kebudayaan dimuka bumi, menambah pengetahuan orang eropa barat tentang dunia luar.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu
antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat
ssuatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.

Fase ketiga (permulaan Abad 20)


Eropa melakukan penjajahan di negara negara luar eropa, untuk mencapai maksimal
kekuasaannnya maka ilmu antropologi digunakan sebagai ilmu untuk mempelajari serta
memahami bangsa2 diluar negara eropa. Hal ini sangat penting karena masyarakat diluar eropa
mempunyai masyarakat yang tidak kompleks, maka pengetahuan tentang masyarakat tidak
kompleks akan menambah pengetahuan dengan masyarakat yang kompleks.
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat
dirumuskan sebagai berikut: Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.

Fase Keempat (sesudah tahun 1930)


Dalam fase ini ilmu antorpologi mengalami perkembangan yang luas, baik pengetahuan yang
sudah diteliti maupun mengenai ketajaman metode ilmiahnya. Selain itu adanya dua perubahan
di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat
hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh
kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang
dunia II memang hampir tak adalagi di muka bumi.
Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang,
sehingga memunculkan sebuah dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan
lapangan penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat
dalam fase pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan
sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di amerkia Serikat
tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, stelah 60 orang ahli antropologi
dari berbagai negara Amerika dan Eropa, menajlin seuatu simposium internasional untuk
meninjau dan merumuskan pokok tujuan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru.

Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkrmbangannya yang
keempat ini dapat dibagi dua yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan
akademuikalnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk-makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warnabentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena
disalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan
praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa itu.

3. Hubungan Antropologi dengan Hukum

Secara mendasar, Ilmu Antropologi sendiri memiliki hubungan dengan Ilmu Hukum.
Dikarenakan hukum sendiri berasal dari kepentingan-kepentingan manusia, dan dari masa ke
masa, kepentingan tersebut bertambah. Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
manusia, lebih spesifik lagi mempelajari tentang perkembangan dan budaya manusia. Maka dari
itu, dua hal ini berhubungan. Dan karena ini pun, terdapat sub-ilmu di antropologi. Yaitu
antropologi hukum

Anda mungkin juga menyukai