Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN ANTROPOLOGI HUKUIM MENURUT PARA AHLI INDONESIA DAN

DUNIA DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI HUKUM

SHIDDIQ ABDI NUGRAHA


Email: sanugraha04@gmail.com
No BP: 2110003600258
UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG

A. PENDAHULUAN

Antropologi adalah studi tentang manusia, dulu dan sekarang, yang mana

menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu kehidupan (alam), serta

humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti

“manusia” atau “orang”, dan logos yang berarti “wacana” (dalam arti “alasan”, “cerdas”) atau

secara etimologi berarti ilmu yang mempelajari manusia antropologi.Juga penggunaan

Antropologi studi lintas budaya dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok

manusia dalam perspektif budaya material, perilaku sosial, bahasa, dan cara hidup

(worldview).Dengan orientasi holistik, antropologi terbagi menjadi empat cabang yang saling

terkait item ilmu pengetahuan, yaitu: antropologi biologis, antropologi sosial-budaya, arkeologi,

dan linguistik. Cabang keempat memiliki sendiri studi kekhususan konsentrasi dalam penelitian

akademik dan ilmiah, dengan topik yang metode penelitian unik dan berbeda.

Pengertian Antropologi menurut para ahli :

Berikut ini adalah pengertian antropologi menurut para ahli, sebagai berikut:

Berdasarkan Etimologinya

Kata antropologi berasal dari kata yunani “Antropo” yang berarti manusia dan “logy” atau

“logos” berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.


Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2

antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.

Tulian Darwin

The origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-

penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena

makhluk hidup mengalami evolusi.Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai

penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia.

Menurut orang awam

Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang

demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian

Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya

arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi.

David Hunter

Antropologi merupakan sebuah ilmu yang lahir dari rasa ingin tahu yang tak terbatas dari umat

manusia.

Koentjaraningrat

Antropologi merupakan studi tentang umat manusia pada umumnya dengan mempelajari

berbagai warna, bentuk fisik masyarakat dan budaya yang dihasilkan.

William A. Haviland
Antropologi merupakan studi tentang umat manusia, berusaha untuk membuat generalisasi yang

berguna tentang orang-orang dan perilaku mereka dan untuk mendapatkan pemahaman yang

lengkap dari keragaman manusia.

Rifhi Siddiq

Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mendalami semua aspek yang terdapat pada manusia

yang terdiri atas berbagai macam konsepsi kebudayaan, ilmu pengetahuan, norma, seni,

linguistik dan lambang, tradisi, teknologi, kelembagaan

Menurut Mario

Anthropolgy itu ilmu yang meneliti hidup manusia dari segi kebudayaan / culture. Yang pasti

anthropology itu tidak mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet. kalau asalnya

monyet pasti disebutnya monyetologi / monkeytology.

M.J. Herskovits

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Anthropology is the science of man.

Pada awal tahun 1800an negaranegara Eropa Barat melakukkan kolonialisasi atas

negara–negara Afrika, Asia dan Amerika hal ini dikarenakan tujuan untuk 3 G (Gospel, Glory,

Gold) dan yang paling penting adalah mencari sumber-sumber daya alam baru khususnya

rempah-rempah yang sangat dibutuhkan masyarakat eropa pada saat itu. Menurut pandangan

orang Eropa bangsa-bangsa yang dijajah masih primitif, buas dan sering dikatakan bangsa-

bangsa yang masih asli, yang belum mengalami perubahan dan kemajuan.

Pada pertengahan abad 19 banyak ditemukan tulisan mengenai aneka warna kebudayaan

dan tingkat evolusinya. Deskripsi mengenai suku bangsa di luar Eropa merupakan kebudayaan
yang masih tradisional dan merupakan sisa kebudayaan kuno. Pada awal abad ke 20 ilmu

Antropologi mengalami kemajuan, ilmu Antropologi dipergunakan oleh bangsa Eropa untuk

mempelajari adat-istiadat dan keabiasaan bangsa yang terjajah. Dengan meangetahui data

tentang kebiasaan itu dapat dipergunaklan untuk mempertahankan kolonialismenya di negara

yang dijajah tersebut. Sesudah tahun 1930an ilmu Antropologi mengalami perkembangan luar

biasa, dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan penelitian.

Ada pun beberapa tulisan tentang masyarakat dan kebudayaan bangsa Indonesia banyak

sekali ditulis oleh para pegawai dari negara yang menjajah Indonesia seperti halnya Belanda dan

Inggris. Penelitian dan pengamatan antropologi di Indonesia telah ada sejak masa penjajahan

atau era kolonialisme. Pada abad ke 19, T.J. Willer, pegawai pemerintahan dari Belanda menulis

tentang masyarakat di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat dan Maluku. Pada waktu

Bengkulu dijajah Inggris, kepala pemerintahannya, W. Marsden (1783), menulis tentang suku

yang ada di Indonesia, yaitu Minang Kabau, Rejang dan Lampung. Selain itu C. Snouck

Hurgronje, seorang ilmuan berkebangsaan Belanda yang memberikan gambaran tentang Aceh.

Dia meneliti tentang kehidupan masyarakat Aceh. Penelitian ini bermaksud untuk

mengungkapkan rahasia semangat juang masyarakat Aceh. Snouck sejak 1889 meneliti pranata

islam di masyarakat pribumi aceh. Ia mempelajari politik kolonial untuk memenangi

pertempuran belanda di aceh.

Perkembangan antropologi, baik di barat maupun di Indonesia saling berkaitan erat

terhadap sejarah kolonialisme, dapat dilihat dari tulisan-tulisan yang mereka buat. Para pegawai

kolonial jaman dulu wajib menulis laporan karakter masyarakat dan daerah yang mereka ambil

sumber daya alamnya di daerah jajahan Belanda, yang mana dari catatan-catatan itu diberi nama

etnologi, sebuah penggambaran watak khas masyarakat. Antropologi timbul dari adanya rasa
ingin tahu dari manusia terhadap manusia lain. Rasa ingin tahu itulah yang mendorong manusia

mengadakan perjalanan ke daerah lain.

Pascakemerdekaan, antropologi menjadi kajian para intelektual di negeri sendiri dengan

didirikannya Jurusan Antropologi Universitas Indonesia, setengah abad lampau. Tepatnya, di

akhir September 1957, kajian antropologi hadir sebagai jurusan di lingkungan Fakultas Sastra

UI, diprakarsai Profesor Koentjaraningrat. Dia pula yang mendorong berdirinya jurusan

antropologi di berbagai universitas negeri lainnya di Indonesia. Bedanya dengan masa kolonial,

di era pascakemerdekaan antropologi lebih dimaksudkan menjadi semacam alat bagi kita untuk

belajar melihat dan mengenal diri sendiri. Masalah mengenal diri sendiri bukan perkara mudah.

Perlu upaya lebih berat dan keras bagi Indonesia dibandingkan bangsa-bangsa lain, mengingat

Indonesia berpenduduk sangat besar dan majemuk sehingga rentan disintegrasi. Itu semua

merupakan bagian dari pergulatan para antropolog. Terutama untuk menghadapi tantangan yang

kian berat dengan adanya permasalahan seperti multikuturalisme, kemiskinan struktural, korupsi

tanpa henti, konflik-konflik kepentingan golongan, kesenjangan sosial ekonomi, ketidakpastian

pelaksanaan hukum, dan jurang generasi. Belum lagi fenomena global seperti liberalisasi

ekonomi, seperti pada krisis ekonomi global yang melanda dunia dan berdampak kepada

Indonesia sendiri memudarnya ideologi serta meningkatnya komunikasi lintas-batas negara serta

budaya.

Keterkaitan antropologi di Indonesia dengan ideologi nasionalisme dan perjalanan

kapitalisme global berpengaruh besar terhadap teori sosial yang berkembang di antara para

ilmuwan lokal. Konservatisme teori juga diwarisi oleh rezim penjajahan. Sampai sekarang

antropologi di Indonesia masih dipengaruhi oleh pemikiran kuno Belanda yang berusaha mencari

struktur sosial dasar di mana semua masyarakat Indonesia dibayangkan mempunyai persamaan
dalil regularitas padahal begitu banyak permasalahanpermasalahan yang ada di Indonesia dan

harus mencari solusi akan permasalahan tersebut.

Melalui tangan Koentjaraningrat, salah seorang pendekar ilmu kebudayaan Indonesia,

antropologi Indonesia menjadi alat penting untuk nasionalisme. Praktikpraktik kultural yang

sangat bermacam-macam dilihat menurut sebuah standar yang mengukur sejauh mana kehidupan

seseorang cocok dengan sebuah "kultur nasional" yang ideal. Antropologi diberi tugas menggali

"mentalitas budaya Indonesia" yang akan dijadikan modal sosial untuk menyokong

pembangunan.

Masyarakat Indonesia setelah reformasi adalah sebuah “masyarakat multikultural

Indonesia” dari tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak masyarakat majemuk. Sehingga,

corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi keanekaragaman sukubangsaa

dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin dapat dilakukan

dengan konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa

Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk

mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya, selain itu kesamaan pemahaman mengenai makna

multikulturalisme dan bagunan konsep-konsep yang mendukungnya.

Multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan harus dipersamakan atau

setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep yang satu dengan lainnya. Karena

multikulturalsime itu adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan

derajat manusia dan kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif

fungsinya bagi kehidupan manusia. Saya melihat kebudayaan dalam perspektif tersebut dan

karena itu melihat kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Yang juga harus kita
perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu

operasional melalui pranata-pranata sosial. Multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi

yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan

sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di

dalam masyarakat yang bersangkutan Kajian-kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan

antar-manusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber-sumber daya akan merupakan

sumbangan yang penting dalam upaya mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi Indonesia.

Dengan demikian antropologi di Indonesia memiliki peran sebgai konseptual dan

teoretikal mampu untuk melakukan penelitian dan analisis atas gejala-gejala yang menjadi ciri-

ciri dari masyarakat majemuk yang telah selama ini. Selain itu kajian-kajian etnografi sangat

dibutuhkan dalam perkembangan antropologi dewasa ini dan harus disesuaikan dengan upaya

pembangunan masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang multikultural. Penelitian etnografi

yang terfokus dan mendalam, yang akan mampu mengungkap apa yang adai dibalik gejala-gejala

yang dapat diamati dan didengarkan, dan yang akan mampu menghasilkan sebuah kesimpulan

dalam mendukung pembangunan yang bersifat nasional itu. Selain itu pendekatan kualitatif dan

etnografi, yang biasanya dianggap tidak ilmiah karena tidak ada angka-angka statistiknya

digunakan dengan menggunakan metode-metode yang baku, karena justru pendekatan kualitatif

inilah yang ilmiah dan obyektif dalam konteks-konteks masyarakat atau gejala-gejala dan

masalah yang ditelitinya.

Dengan begitu antropologi Indonesia mempunyai ciri khas yang berbeda dengan lainnya.

Kajian-kajian yang bersifat kedalam. Maksudnya adalah terfokus pada mengenali diri sendiri

yakni masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang


ada di dalam masyarakat Indonesia yang majamukseperti multikuturalisme, kemiskinan

struktural, korupsi tanpa henti, konflikkonflik kepentingan golongan, kesenjangan sosial

ekonomi, ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan jurang generasi. Belum lagi fenomena global

seperti liberalisasi ekonomi, seperti pada krisis ekonomi global yang melanda dunia dan

berdampak kepada Indonesia sendiri memudarnya ideologi serta meningkatnya komunikasi

lintas-batas negara serta budaya inilah justru menjadi kajian penting antropologi Indonesia. hal

ini dimaksudkan sebagai usaha mencari solusi dari permasalahan tersebut dan sebagai dedikasi

ilmu antropologi Indonesia dalam mendukung pembangunan yang bersifat nasional.

Berbeda dengan antropologi luar Indonesia yang lebih keluar. Negara dunia ketiga

menjadi subjek penelitian seiring perkembangan ilmu antropologi itu sendiri yang awal mulanya

sebagi ilmu yang digunakan untuk melihat masyarakat-masyarakat di luar barat yang dianggap

“masyarakat primitive

B. PEMBAHASAN

MANFAAT  ANTROPOLOGI  HUKUM

Pengertian Antropologi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu Antropologi sebagai ilmu

pengetahuan artinya bahwa Antropologi merupakan kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang

kajian masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis atas dasar pemikiran yang

logis. Dan pengertian Antropologi yang kedua adalah cara-cara berpikir untuk mengungkapkan

realitassosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Metode penelitian antropologi hukum :


1.    Metode Ideologis,metode ini dilakukan guna untuk memperlajari kaidah-kaidah

hukum yg ideal (norma ideal) yg tertulis maupun yg tdk tertulis, Dan memperoleh

prinsip-prinsip hukum dalam kehidupan masyarakat.

2.    Metode Deskriptif, ini bersifat penjajahan yang bermaksud untuk mengetahui

bagaimana hukum dlm kenyataannya dapat diterima dalam kehidupan masyarakat.

3.    Study Kasus, biasanya mempelajari kasus-kasus perselisihan kelompok masyarakat,

latar belakang kultur yg menyebabkannya dan rencana solusi penyelesaiannya.

Selain dari metode penelitian diatas.Masih ada metode pendekatan dalam

antropologi hukum. Metode Pendekatan dalam Antropologi Hukum yaitu:

1.    Metode Historis mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya dgn kacamata

sejarah. Perkembangan karakteristik budaya merupakan awal budaya masyarakat.

Budaya hukum yaitu ide, gagasan, harapan masyarakat terhadap hukum.

2.    Metode Deskriptif Prilaku menggambarkan perilaku manusia dan budaya hukumnya

termasuk melukiskan / menggambarkan perilaku nyata jika mereka sedang berselisih /

bersengketa. (melihat system hukum mana yg digunakan (hukum adat atau hukum

Negara)

3.    Metode Study Kasus mempelajari kasus-kasus hukum dan penyelesaiaannya yang

berkembang dalam masyarakat. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan merupakan

alternative terakhir.

Setiap masyarakat mempunyai persamaan terhadap suatu perkara, peristiwa,

bahkan terhadap ideology dan karena itu yg menjaminnya dalam suatu kesatuan

(komunitas). Budaya hukum bukan merupakan budaya pribadi, melainkan merupakan


budaya yang menyeluruh dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan satu kesatuan

sikap dan prilaku.

Dengan mempelajari antropologi hukum ini kita dapat mengetahui bahwa

kemanfaatan antropologi hukum tidak saja dapat dilihat dari segi kebutuhan tioritis

tetapi dilihat juga dari peningkatan mutu berfikir ilmiah khususnya dilingkungan

perguruan tinggi terutama kepada ilmu-ilmu social dan terkhusus pula yang mempelajari

tentang ilmu kemasyarakatan serta ilmu ilmu-ilmu budaya dan hukum dan terkhusus

kepada praktisi-praktisi hukum yaitu dalam rangka pembangunan hukum pembentukan

peraturan-peraturan hukum ,penegakan serta penerapan hukum dan keadilan dalam

kehidupan masyarakat.

Manfaat Antropologi hukum ada 4 manfaat,antaralain:

1.    Manfaat bagi Teoritis

2.    Manfaat bagi praktisi hukum

3.    Manfaat bagi praktisi politik

4.     Manfaat bagi pergaulan masyarakat

1.   MANFAAT BAGI TEORITIS

Para teoritis yang dimaksud adalah ilmuan-ilmuan mahasiswa ilmu-ilmu social

terutama pada sarjana-sarjana ilmu hukum antropologi.

Ilmu hukum yang lebih banyak mengabdikan diri kepada kepentingan memajukan ilmu

pengetahuan hukum, hukum yang termasuk dalam golongan ini adalah para tenagaten ,

staf peneliti ilmiah hukum, para dosen, asisten, staf pengajar, dan mahasiswa yang lebih

banyak berfikir dan berprilaku sebagai pengamat (toeschower) terhadap kehidupan umum

,beberapa manfaat teoritisnya yaitu:


1.    Dapat mengetahui pengertian-pengertian hukum yg berlaku dalam masyarakat

sederhana dan modern.

2.     Dapat mengetahui bagaimana masyarakat bisa mempertahankan nilai-nilai dasar

yang dimiliki sekaligus mangetahui bagaimana masyarakat bisa melakukan

perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai dasar tersebut.

3.    Dapat mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat / pandangan masyarakat atas

sesuatu yang seharusnya mereka lakukan.

4.    Dapat mengetahui suku bangsa / masyarakat mana yang masih kuat / fanatic

mempertahankan keberlakuan nilai-nilai budaya mereka.

2.   MANFAAT  BAGI  PRAKTISI  HUKUM

Praktisi hukum yang dimaksud adalah cendikiawan hukum diatas panggung arena

hukum didalam kehidupan masyarakat termasuk dalam golongan ini seperti pembentuk

hukum yaitu seperti DPR, pelaksana hukum seperti pejabat instansi pemerintah para

penegak hukum yaitu : Polisi, Jaksa, Hakim, dan termasuk Pengacara advokasi.

3.   MANFAAT  BAGI  PRAKTISI  POLITIK

Dimaksudkan praktisi politik adalah aktivis politik yaitu semua yang dalam

pikiran dan perilakunya berperan dalam era politik baik yang duduk dalam pelaksanaan

pemerintah (penyelenggara Negara) maupun yang berada diluar pemerintahan seperti

berada diluar pemerintahan seperti berada lembaga-lembaga partai, organisasi politik dll.

4.   MANFAAT BAGI PERGAULAN MASYARAKAT

Dimaksudkan dengan pergaulan didalam masyarakat adalah bahwa bumi ini bertambah

kecil bukan saja radio dan televisi yang sudah sampai kepedesaan tetapi juga

telepon melalui jaringan hp yang sudah menjamur di pedesaan sehingga pembicaraan


dalam jarak jauh sudah dapat dijangkau dalam waktu sesingkat mungkin, ini adalah

semua kemajuan ilmu teknologi.

PENGERTIAN PERAN, STATUS, NILAI,

NORMA  DAN        BUDAYA/KEBUDAYAAN PERAN

Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya, apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu

peranan. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut :

1.    Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat

2.    Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3.    Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harusa dibedakan dengan posisi dalam

pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan

unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peranan lebih banyak

menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang

menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

1.    STATUS

Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu

kelompok sosial. Sedangkan kedudukan sosial (social status) artinya tempat seseorang

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Namun untuk

mempermudah dalam pengertiannya maka dalam kedua istilah di atas akan dipergunakan

dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah “kedudukan” (status) saja.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan(status), yaitu

sebagai berikut :

1.    Ascribed Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan

perbedaan-perbedaaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini diperoleh karena

kelahiran.

2.    Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha

yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari

kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.

Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assigned Status yang

merupakan kedudukan yang diberikan. Status ini sering berhubungan erat dengan

Achieved Status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golonganmemberikan

kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2.    NILAI

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap

baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap

menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan

nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan

tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.


Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang

dianut masyarakat. tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang

lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih

menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan.

Sementara apda masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena

dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.

Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam

masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk

mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga

berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan

sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai

dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan

diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga

berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan

nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga

berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya

mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

3.    NORMA

Norma dalam antropologi hukum adalah seluruh kaidah dan peraturan yang

diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini

membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya
norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang

berperilaku.

Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan

dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok

komunal maupun kelompok materiil.

Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturan

kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat norma

sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam

bermasyarakat.

4.    BUDAYA/KEBUDAYAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut

culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa

diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat

hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang

kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,

yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan

mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan


struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan

intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan

adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan

yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda

yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan

benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat

Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan

Sebelum menginjak lebih jauh mengenai pembahasan Hukum Adat sebagai

Aspek Kebudayaan, Budaya sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pikiran;

akal budi; hasil. Lalu disini akan lebih dikhususkan lagi dengan pengertian Kebudayaan

itu sendiri.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma

sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius ,DLL.

tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas

suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,

kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari uraian diatas maka dapat diambil pengertian bahwa Hukum Adat sebagai

Aspek Kebudayaan adalah Hukum Adat yang dilihat dari sudut pandang nilai, norma

sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious yang didapat

seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.

Jika hukum adat dilihat dari segi wujud kebudayaan maka hukum adat termasuk

dalam kebudayaan yang berwujud sebagai kompleks dari ide yang fungsinya untuk

mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia dalam berkehidupan di masyarakat,

dengan demikian hukum adat merupakan aspek dalam kehidupan masyarakat sebagai

kebudayaan bangsa Indonesia.

Hukum Adat merupakan hukum tradisional masyrakat yang merupakan

perwujudan dari suatu kebutuhan hidup yang nyata serta merupakan salah satu cara

pandangan hidup yang secara keseluruhannya merupakan kebudayaan masyarakat tempat

hukum adat tersebut berlaku.


Apabila kita melakukan studi tentang hukum adat maka kita harus berusaha

memahami cara hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan refleksi

dari cara berpikir dan struktur kejiwaan bangsa Indonesia.

Maka jelas dikatakan bahwa memang hukum adat adalah sebagai aspek

kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir

bangsa Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri.

Cara Berpikir Masyarakat Indonesia

Menurut Prof. Soepomo dilihat dari aspek struktur kejiwaan dan cara berpikir

masyarakat Indonesia mewujudkan corak-corak atau pola tertentu dalam hukum

adat yaitu :

A.Mempuyai Sifat Kebersamaan (Communal)

Manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan

yang erat, rasa kebersamaan, meliputi segala lapangan hukum adat.

  B.Mempunyai Corak Magis-Religius

Corak Magis-Religius yang berhubungan dengan aspek kehidupan didalam

masyarakat Indonesia.

C.  Sistem Hukum Adat diliputi oleh Pikiran Penataan Serba Konkret

Misalnya : Perhubungan perkawinan antara dua suku yang eksogam, perhubungan

jual (pemindahan) pada perjanjian tentang tanah dan sebagainya.

D.Hukum Adat mempunyai Sifat yang Sangat Visual

Hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dalam suatu

ikatan yang dapat dilihat.

Sifat-sifat Umum Hukum Adat


Dr. Holleman, dalam pidato inaugurasinya yang berjudul De Commune trek in

Indonesische rechtsieven, menyimpulkan adanya empat sifat umum hukum adat

Indonesia, yang hendaknya dipandang juga sebagai suatu kesatuan. yaitu sifat

religio-magis., sifat komun, sifat contant dan sifat konkret. "Religio-magis" itu

sebenarnya adalah pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung unsur

beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogis, animisme, pantangan, ilmu gaib,

dan lain-lain. Koentjaraningrat dalam tesisnya menulis bahwa alam pikiran

religio-magis itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 

1.    Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus, roh-roh dan hantu-hantu

yang menempati seluruh alam semesta dan khusus.

2.     Gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-

benda.

3.     Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam

semesta dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa,

binatang yang luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, tubuh manusia

yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa.

4.     Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai

magische kracht dalam berbagai perbuatan••perbuatan ilmu gaib untuk

mencapai kemauan manusia atau untuk menolak bahaya gaib.

5.    Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan

keadaan krisis, menyebabkan timhulnya berbagai macam bahaya yang hanya

dapat dihindari dengan berbagai macam pantangan. 


 F. D. Hollemen juga memberikan uraian yang menjelaskan tentang sifat-sifat Hukum

Adat yaitu : 

1.    Sifat Commune, kepentingan indibvidu dalam hukum selalu diimbangi dengan

kepentingan umum.

2.     Sifat Concreet, yang menjadi objek dalam hukum adat itu harus konkret atau

harus jelas.

3.     Sifat Constant, penyerahan masalah transaksi harus dilakukan dengan konstan.

4.      Sifat Magisch, hukum adat mengandung hal-hal yang gaib yang apabila

dilanggar akan menimbulkan bencana terhadap masyarakat.

         PROSES TERBENTUKNYA HUKUM                         

1. Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir

Hukum adat pada umumnya memang belum/ tidak tertulis. Oleh karena itu dilihat dari

mata seorang ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum adatnya dengan pikiran juga

dengan perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka akan ditemukan

peraturan-peraturan dalam hukum adat yang mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang

tidak boleh dilanggar dan apabila dilanggar maka akan dapat dituntut dan kemudian

dihukum.

2.Hukum Adat Tidak Statis

Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena dia menjelmakan perasaan hukum

yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum adat terus menerus dalam

keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri.

Van Vollen Hoven juga mengungkapkan dalam bukunya “Adatrecht” sebagai berikut :


“Hukum adat pada waktu yang telah lampau agak beda isinya, hukum adat menunjukkan

perkembangan” selanjutnya dia menambahkan “Hukum adat berkembang dan maju terus,

keputusan-keputusan adat menimbulkan hukum adat”

3.Unsur-unsur dalam Hukum Adat

     A.Unsur Kenyataan

Adat dalam keadaan yang sama selalu diindahkan oleh rakyat dan secara

berulang-ulang serta berkesinambungan dan rakyat mentaati serta

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

     B.Unsur Psikologis

Setelah hukum adat ini ajeg atau berulang-ulang yang dilakukan selanjutnya

terdapat keyakinan pada masyarakat bahwa adat yang dimaksud mempunyai

kekuatan hukum, dan menimbulkan kewajiban hukum (opinion yuris necessitatis)

4.Timbulnya Hukum Adat

Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para warga masyarakat

hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan hukum

itu atau dalam hal bertentangan keperntingan dan keputusan para hakim mengadili

sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, senafas, seirama,

dengan kesadaran tersebut diterima atau ditoleransi. Ajaran ini dikemukakan oleh Ter

Haar yang dikenal sebagai Teori Keputusan.

C. PENUTUP

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia. Oleh karena itu antropologi

didasarkan pada kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuan sebelumnya.


Pengertian Antropologi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu Antropologi sebagai ilmu

pengetahuan artinya bahwa Antropologi merupakan kumpulan pengetahuan-pengetahuan

tentang kajian masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis atas dasar

pemikiran yang logis. Dan pengertian Antropologi yang kedua adalah cara-cara berpikir

untuk mengungkapkan realitassosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan

prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Setelah di kaji kita dapat mengemukakan hasilnya bahwa manfaat di dalam

antropologi hukum sangat luas.Antropologi hukum telah memberikan kontribusi yang

sangat besar bangi perkembangan ilmu hukum.Dan kesimpulan yang dapat diambil

adalah dimana pun kita ,kita tidak akan pernah jauh dari hukum selama kita berada di

Negara hukum.

Peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya.

DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S, Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
https://doi.org/10.14710/mmh.47.1.2018.10-21
Laurensius Arliman S, Peranan Metodologi Penelitian Hukum di Dalam Perkembangan Ilmu
Hukum di Indonesia, Soumatera Law Review, Volume 1, Nomor 1, 201.
http://doi.org/10.22216/soumlaw.v1i1.3346.
Laurensius Arliman S, Peran Badan Permusyawaratan Desa di Dalam Pembangunan Desa dan
Pengawasan Keuangan Desa, Padjadjaran Journal of Law, Volume 4, Nomor 3, 2017.
https://doi.org/10.15408/jch.v4i2.3433.
Laurensius Arliman S, Penanaman Modal Asing Di Sumatera Barat Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Supremasi Hukum, Volume
1, Nomor 1, 2018. http://dx.doi.org/10.36441/hukum.v1i01.102 .
Laurensius Arliman S, Memperkuat Kearifan Lokal Untuk Menangkal Intoleransi Umat
Beragama Di Indonesia, Ensiklopedia of Journal, Volume 1, Nomor 1, 2018,
https://doi.org/10.33559/eoj.v1i1.18.
Laurensius Arliman S, Perkawinan Antar Negara Di Indonesia Berdasarkan Hukum Perdata
Internasional, Kertha Patrika, Volume 39, Nomor 3, 2017,
https://doi.org/10.24843/KP.2017.v39.i03.p03.
Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Di Dalam Pengelolaan Uang Desa Pasca Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Jurnal Arena Hukum, Volume 12, Nomor
2, 2019, https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2019.01202.5.
Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Di Negara Hukum
Indonesia, Dialogica Jurnalica, Volume 11, Nomor 1, 2019,
https://doi.org/10.28932/di.v11i1.1831.
Laurensius Arliman S, Mediasi Melalui Pendekatan Mufakat Sebagai Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional, UIR Law
Review, Volume 2, Nomor 2, 2018, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2018.vol2(02).1587
Laurensius Arliman S, Peranan Filsafat Hukum Dalam Perlindungan Hak Anak Yang
Berkelanjutan Sebagai Bagian Dari Hak Asasi Manusia, Doctrinal, Volume 1,
Nomor 2, 2016.
Laurensius Arliman S, Ni Putu Eka Dewi, Protection of Children and Women’s Rights in
Indonesia through International Regulation Ratification, Journal of Innovation,
Creativity and Change Volume 15, Nomor 6, 2021.
Laurensius Arliman S, Gagalnya Perlindungan Anak Sebagai Salah Satu Bagian Dari Hak
Asasi Manusia Oleh Orang Tua Ditinjau Dari Mazhab Utilitarianisme, Jurnal Yuridis,
Volume 3, Nomor 2, 2016, http://dx.doi.org/10.35586/.v3i2.180.
Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Jurnal
Ensiklopedia Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020..

Anda mungkin juga menyukai