Anda di halaman 1dari 9

KONFLIK YANG TERJADI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT ADANYA

PERBEDAAN KEBUDAYAAN

Muhammad Ramzy Nauval, Novalia Agung Wardjito Ardhoyo

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Email : ramzynauval29@gmail.com

ABSTRAK - Antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk, unsur-
unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia. Ilmu Antropologi dibagi ke dalam
dua sub yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi fisik terbagi lagi menjadi
paleoantropologi dan antropologi ragawi. Sedangkan antropologi budaya terdiri dari prehistori,
etnolinguistik, dan etnologi. Sang maestro antropolog Indonesia mendefinisikan antropologi
sebagai ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna,
bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya. Antropologi berkaitan dengan
kebudayaan, dii satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang
“menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin hubungan
timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan. Dalam pandangan
antropologi, konflik diakibatkan oleh salah satunya yaitu perbedaan kebudayaan. Cara manusia
yang berbeda-beda dan akhirnya mendarah daging ke dalam suatu kelompok yang besar
menyebabkan kemungkinan besar terjadinya konflik. Tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk
mengetahui sebuah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan gaya bicara. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan: wawancara dan
observasi

Kata Kunci : konflik, gaya bicara


PENDAHULUAN

Definisi Antropologi

Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani


άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti
"wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti
ilmu yang mempelajari manusia. (dikutip dari Wikipedia)

Adapun pengertian antropologi menurut para ahli:

 Conrad Phillip Kottak


Antropologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman manusia secara holistik meliputi
aspek sosial budaya, biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam dimensi waktu lampau,
saat ini, dan di masa yang akan datang. Kottak membagi antropologi dalam empat
subdisiplin, yaitu: antropologi sosial budaya, arkeologi, antropologi biologi dan linguistik
antropologi.
 David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
 Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
 William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia. (dikutip dari Wikipedia)

Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan


dalam perkembangannya. Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi
empat fase sebagai berikut:

 Fase pertama (sebelum tahun 1800-an)


Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi
dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya
mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang
asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan
dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat,
atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut
kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
 Fase kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap
bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
 Fase ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni
tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-
pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
 Fase keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan,
kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul
semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu
penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah
mereka selama bertahun-tahun. (dikutip dari Wikipedia)

Definisi Komunikasi
Komunikasi (serapan dari bahasa Belanda: communicatie) adalah "suatu proses ketika
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".
Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian komunikasi, menurut Anwar Arifin,
komunikasi merupakan jenis proses sosial yang erat kaitannya dengan aktivitas manusia serta
sarat akan pesan maupun perilaku. Skinner juga berpendapat mengenai bagaimana komunikasi
sebagai suatu perilaku lisan maupun simbolik dimana pelaku berusaha memperoleh efek yang
diinginkan. Kemudian menurut Forsdale komunikasi adalah jenis proses pembentukan,
pemeliharaan serta pengubahan sesuatu dengan tujuan agar sinyal yang telah dikirimkan
berkesesuaian dengan aturan. Sedangkan menurut Gode komunikasi merupakan suatu kegiatan
untuk membuat sesuatu kemudian ditujukkan kepada orang lain.
Komunikasi dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Verbal merupakan komunikasi yang
dilakukan dengan bahasa lisan berupa kata-kata, sedangkan komunikasi nonverbal merupakan
komunikasi menggunakan gerak-gerik tubuh atau menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. (dikutip dari Wikipedia)

Definisi Budaya

Budaya (serapan dari Jawa: buddhayā) atau kultur (serapan dari bahasa Belanda: cultuur)


adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun, dan diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Antropolog Melville J.
Herskovits dan Bronisław Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah determinisme budaya (cultural-determinism). Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganik. Sementara menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan ,serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
menyatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sementara
itu, M. Selamet Riyadi, budaya adalah suatu bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang
diwariskan kepada seluruh keturunannya, dan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sementara itu, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. (dikutip dari Wikipedia)

Definisi Konflik
Secara etimologis, kata konflik berasal dari Bahasa Latin yaitu “con” dan “figere”.
Dimana kata “con” mempunyai arti bersama, sedangkan “figere” mempunyai arti memukul. Di
dalam KBBI, entri “konflik” diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan.
Sehingga bisa kota simpulkan bahwa konflik merupakan suatu kondisi ketika ada dua ataupun
lebih pandangan, kepercayaan, keinginan, kepentingan, kebutuhan yang berbeda, nilai, tidak
selaras, berseberangan, dan tidak sejalan. (dikutip dari Gramedia)
Adapun pengertian konflik menurut para ahli.
 Alo Liliweri
Konflik adalah suatu bentuk pertentangan alamiah yang berasal dari individu ataupun
kelompok karena mereka terlibat mempunyai perbedaan kepercayaan, sikap, kebutuhan, dan
nilai.
 De Moor
Dalam sebuah sistem sosial, bisa dikatakan ada konflik jika para penghuni sistem tersebut
membiarkan dirinya atau kelompoknya dibimbing oleh tujuan atau nilai yang bertentangan
dan hal tersebut terjadi secara besar-besaran.
 Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin
Istilah “conflict” dalam bahasa aslinya mempunyai arti sebagai perkelahian, peperangan, dan
perjuangan yang berbentuk konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
 Lewis A. Coser
Konflik merupakan suatu perjuangan tentang nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
bertujuan untuk menetralkan, mencederai, dan melenyapkan lawan.
 M.Z Lawang
Konflik adalah suatu bentuk perjuangan untuk mendapatkan status, nilai, dan juga kekuasaan
saat tujuan dari pihak yang berkonflik tak hanya memperoleh keuntungan, namun juga
menundukkan saingannya.
 Robert M.Z Lawang
Konflik merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan hal-hal yang langka seperti status,
nilai, kekuasaan, dan lain sebagainya. Tujuan dari adanya konflik tersebut tidak hanya untuk
mendapatkan kemenangan, tapi juga untuk menundukkan pesaing atau lawannya.
 Soerjono Soekanto
Konflik sebagai salah satu proses sosial individu per individu atau kelompok manusia yang
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan cara menentang pihak lawan yang disertai dengan
kekerasan ataupun ancaman. (dikutip dari Gramedia)

Definisi Miskomunikasi

Miskomunikasi atau miscommunication, adalah kegagalan dua orang untuk dapat


berkomunikasi secara memadai. Istilah satu ini juga menggambarkan ketidakmampuan seseorang
untuk mengungkapkan ide atau pikirannya dengan benar. Miskomunikasi dan konflik saling
berkaitan. Menurut ahli, konflik terjadi karena adanya interaksi komunikasi. Jika kita ingin
mengetahui konflik apa yang sedang terjadi, maka kita harus memiliki kemampuan yang tepat
dalam berkomunikasi. (Humaira Aliya, 2022)

Konflik individu merupakan konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun
individu dengan kelompok masyarakat. Penyebab terjadinya konflik individu adalah adanya
perbedaan cara pandang, perbedaan pendapat, atau perbedaan pemikiran yang berkaitan dengan
interaksi. Saya mengambil kasus ini karena di dalam kasus ini terdapat konflik yang
berhubungan dengan komunikasi antropologi. Di dalam kasus ini terdapat dua orang yang
mengalami miskomunikasi, yaitu antara Sitompul dan Cecep. Cecep yang orang Sunda salah
paham terhadap Sitompul yang orang Batak karena menggunakan nada keras. Akhirnya mereka
beradu argumen akibat kesalahpahaman tersebut.

Jenis Penilitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif dapat dipahami
sebagai metode penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan
dari orang dan pelaku yang dapat diamati.

Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data primer dihasilkan dari melakukan wawancara dengan
informan yang memiliki keterkaitan dalam penelitian ini yaitu Ucok (19 tahun, laki-laki) dan
Cecep (18 tahun, laki-laki). Dalam penelitian ini data sekunder berupa data hasil observasi.

Analisis Pembahasan

Konflik individu merupakan konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun
individu dengan kelompok masyarakat. Penyebab terjadinya konflik individu adalah adanya
perbedaan cara pandang, perbedaan pendapat, atau perbedaan pemikiran yang berkaitan dengan
interaksi. Saya mengambil kasus ini karena di dalam kasus ini terdapat konflik yang
berhubungan dengan komunikasi antropologi. Di dalam kasus ini terdapat dua orang yang
mengalami miskomunikasi, yaitu antara Sitompul dan Cecep. Cecep yang orang Sunda salah
paham terhadap Sitompul yang orang Batak karena menggunakan nada keras. Akhirnya mereka
beradu argumen akibat kesalahpahaman tersebut.

Konflik perbedaan budaya yang terjadi antara Ucok dan Cecep berhubungan dengan teori
komunikasi yang dicetuskan oleh Harold Laswell, seorang ahli ilmu politik dari Yale University.
Teori Lasswell mendefinisikan medium pesan dalam arti yang lebih luas, yaitu menggunakan
media massa. Dalam teori komunikasi Lasswell, tujuan komunikasi dinilai menciptakan
sekaligus mempengaruhi melalui pesan yang disampaikan. Aspek-aspek penting dalam
komunikasi menjadi fokus dan perhatian dari Lasswell. Dia menggunakan lima pertanyaan yang
perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what
(apa yang dikatakan), in which channel (saluran komunikasi), to whom (kepada siapa), with what
effect (unsur pengaruh).

Saya menggunakan teori ini karena dapat dilihat “who?” yang dimaksud dalam konflik
ini adalah Ucok, mahasiswa yang berasal dari Batak. Kemudian “says what?” dalam konflik ini
adalah Ketika Ucok menggunakan nada tinggi kepada Cecep, mahasiswa yang berasal dari
Sunda. Lalu “in which channel” dalam konflik ini adalah tatap muka. Selanjutnya “to whom”
yang dimaksud dalam konflik ini adalah Cecep. Terakhir “with what effect” tersebut diterima
oleh Cecep, sehingga muncul konflik yang diakibatkan oleh perbedaan budaya.
SOLUSI – Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik yang terjadi
akibat perbedaan kebudayaan ini adalah dengan cara saling menghargai, toleransi dengan adanya
perbedaan kebudayaan, menghilangkan sikap supremasi golongan.

Kesimpulan
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak konflik yang terjadi
diakibatkan oleh perbedaan kebudayaan, seperti contohnya dapat dilihat dari yang dijelaskan,
yaitu terjadinya konflik dikarenakan perbedaan gaya bicara antar suku.
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi

https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konflik/

https://glints.com/id/lowongan/miskomunikasi-miscommunication-adalah/#.ZCETinZBzIV

Anda mungkin juga menyukai