UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2021/2022
ANTROPOLOGI BUDAYA
A. ISTILAH ANTROPOLOGI
Dari bahasa yunani “anthropos” (manusia) dan “logos” (ilmu) adalah ilmu tentang manusia,
baik dari segi hayati atau fisik maupun budaya. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. antropologi muncul
berawal dari ketertarikan orang-orang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya
yang berbeda dari apa yang dikenal di eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal atau
homogen, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama, antropologi
mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya.
Selain istilah antropologi juga dikenal istilah etnologi dan etnografi. Etnologi yaitu ilmu yang
mempelajari tentang manusia (etnis atau suku) dan kebudayaan dari suatu bangsa (ilmu bangsa-
bangsa). Sedangkan etnografi yaitu ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan
dari suatu bangsa pada suatu wilayah tertentu:
Kepribadian bangsa
Peranan individu dalam masyarakat
Nilai-nilai sosial
Kebiasaan dan adat istiadat, dll.
Antropologi di kategorikan meliputi:
1. Antropologi fisik (physical antropologi)
a. Paleo antropologi yaitu mempelajari tentang asal usul manusia, evolusi manusia,
fosil-fosil, manusia purba, sisa-sisa tubuh manusia, artefak-artefak dan dan bekas-
bekas kebudayaan.
b. Ciri-ciri manusia diantaranya warna kulit, bentuk tubuh, rambut, mua, dll. Tujuannya
untuk mengetahui ras-ras manusia (kaukasoid, mongoloid, dan negroid).
2. Antropologi budaya (cultural antropology)
Yaitu perilaku manusia, masyarakat atau suku bangsa (etnis) dan dikaji dari bahasa,
budaya (kebudayaan) diantaranya hasil cipta atau karya, rasa dan karsa.
3. Antropologi linguistic (linguistic antropology);
Yaitu perilaku dalam berkomunikasi mengunakan isyarat, mimic, istilah-istilah dalam
berbahasa baik diucapkan ataupun tidak.
4. Antropologi sosial (social antropology);
Perilaku manusia atau masyarakat, bagaimana manusia berinteraksi atau melakukan
hubungan sosial.
5. Antropologi ekonomi.
Yaitu perilaku manusia atau masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi, dan
memenuhi kebutuhan hidup
6. Antropologi politik.
Yaitu perilaku manusia atau masyarakat dengan bermusyawarah yaitu mengambil
kebijakan atau keputusan untuk menentukan seorang pemimpin atau penguasa di
masyarakat.
7. Antropologi hukum.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan kebudayaan khususnya di bidang
hukum. Ilmu ini merupakan spesialisasi ilmiah dari antropologi budaya dan antropologi
sosial sehingga melahirkan kebudayaan hukum (hilman hadikusuma)
Hal- hal merupakan kajian antropologi hukum yaitu perilaku manusia atau masyarakat, yang
khusus mengkaji dan memahami tentang gejala-gejala hukum, hak dan kewajiban,
menyelesaikan permasalahan hukum dan tujuan yang ingin dicapai (keseimbangan, keselarasan,
keharmonisan, kedamaian, keamanan, ketertiban dan keadilan sosial).
B. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN
1. Hubungan dengan ilmu geologi ialah mempelajari lapisan bumi serta perubahannya. Hal
ini dibutuhkan untuk mengetahui asal-usul fosil-fosil manusia purba, serta artefak-artefak
bekas kebudayaan, melalui analis terhadap umur dari lapisan bumi.
2. Hubungan dengan ilmu linguistic ialah mempelajari bahsa dalam naskah-naskah klasik
untuk mengetahui ciri-ciri bahasa yang digunakan oleh berbagai kelompok manusia,
masyarakat dan suku-suku di dunia, baik berupa kata-kata yang diucapkan maupun jenis
tulisan yang digunakan dalam berkomunikasi.
3. Hubungan dengan ilmu arkeologi ialah mempelajari kebudayaan seperti; candi-candi,
istana kuno, prasasti, piramide, buku-buku kuno atau keramik-keramik kuno. Hal ini
penting untuk memahami perkembangan kebudayaan manusia atau suku-suku di dunia.
4. Hubungan dengan ilmu sejarah ialah untuk mengetahui peristiwa-peristiwa masa lalu
melalui analisis terhadap dokumen-dokumen, prasasti-prasasti kuno,naskah tradisional,
dan arsip-arsip kuno. Hal ini diperlukan untuk memahami konsep kehidupan masyarakat
dan suku-suku bangsa pada masa lalu.
5. Hubungan dengan geografi ialah mempelajari tentang alam dunia di sekitar manusia
(flora dan fauna), dalam kaitannya pemanfaatan flora dan fauna bagi kehidupan manusia.
6. Hubungan dengan ilmu ekonomi ialah mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan hidup, baik memanfaatkan alam (berburuh dan bercocok tanam) maupun
melakukan hubungan transaksi (tukar menukar, jual beli, dll)
7. Hubungan dengan ilmu hukum adat ialah mempelajari perilaku manusia dalam
menyikapi prinsip-prinsip hukum dan norma-norma sebagai kaidah hukum yang
disepakati oleh lembaga adat dalam mengatur, dan mengontrol kehidupan masyarakat.
8. Hubungsn dengan ilmu politik ialah mempelajari tentang proses politik dari suatu
msayarakat. Suku bangsa, bagaimana menentukan seorang pemimpin apakah secara turun
temurun, atau melalui system penunjukan secara musyawarah, pemilihan langsung,
perwakilan dengan suara terbanyak. Hal ini penting untuk memahami sistem
pemerintahan apakah menggunakan sistem absolut, monarki berkonstitusi atau
demokrasi.
C. MANUSIA DAN KEBUDAYAANNYA SEBAGAI BAHAN KAJIAN
ANTROPOLOGI (ASPEK HISTORIS)
Sekitar abad ke-15 sampai 16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Asia, hingga ke Australia. Selama penjajahan Bangsa
Eropa banyak menemukan hal-hal baru. Mereka menjumpai suku-suku (ethnics), dan
mempelajari perilaku serta niali-nilai sosial budaya pada suku tersebut. Kisah-kisah petualangan
dan penemuan tersebut kemudian merupakan catat dibuku harian ataupun jurnal. Mereka
mencatat mulai dari ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan- bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan
etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Dengan mempelajari etnografi dari bangsa
Benua Asia dan Afrika, dan Amerika ada 3 sikap yang berbeda pada Bangsa Eropa (abad 18):
1. Ada yang memandang rendah pada bangsa-bangsa tersebut sebagai manusia liar, tidak
beradab, manusia keturunan iblis, bangsa primitive, sehingga timbul istilah “savage and
primitives”.
2. Sebagian memandang pada bangsa tersebut sebagai masyarakat yang masih murni yang
belum terpengaruh kejahatan dan keburukan seperti pada Bangsa Eropa.
3. Ada yang hanya tertarik dan mempelajari adat istiadat yang aneh, serta mulai
mengumpulkan benda-benda budaya dari suku-suku pada bangsa-bangsa tersebut agar
dapat dilihat umum dalam suatu museum
Kemudia pada permulaan abad ke-19, perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi
suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, kemudian mereka berusaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi, termasuk nilai dan norma-norma hukum.
Pada fase tahun 1800-an, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-
karangan berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat pada saat itu, masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-
bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitf yang tertinggal, dan menganggap eropa
sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, antropologi bertujuan akademis,
mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh
pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Pada fase ketiga (awal bad ke-20), Negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun
koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia, dan Afrika. Dalam rangka membangun
koloni tersebut, munvul berbagai kendala seperti perlawanan dari bangsa asli, pemberontakan-
pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan colonial Negara eropa berusaha mencari kelemahan suku
asli untuk kemudian menaklukkannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan
etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya,
untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase keempat (setelah tahun 1930-an) antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan suku
bangsa asli yang dijajah bangsa eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, perang dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar Negara-
negara didunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan
sosial dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah eropa
untuk keluar dari belenggu penjajahan.sebaian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil
memerdekakan diri. Namun demikian tidak sedikit diantaranya masih terjajah dan terpecah belah
hingga saat ini seperti; bangsa aborigin, bangsa indian, bangsa kurdi, dll. Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada
penduduk pedesaan di luar eropa, tetapi juga pada suku bangsa didaerah pedalaman eropa seperti
suku bangsa soami, flam dan lapp.
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah “cultural determinins”. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut andreas eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious dan lain-lain.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Beberapa ahli yang mengemukakan mengenai unsur-unsur kebudayaan antara lain sebagai
berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu;
Alat-alat teknologi
Sistem ekonomi
Keluarga
Kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
Organisasi ekonomi
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas yang pendidikan
Organisasi kekuatan (politik)
Kebudayaan menurut selo soemardjan adalah hasil cipta atau karya, rasa dan karsa manusia
yang hidup bersama. Cipta atau karya menghasilkan ilmu pengetahuan, tekonologi dan dan
kebudayaan kebendaan, yang diperlukan untuk digunakan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitar, rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah dan nilai kemasyarakatan yang
diperlukan untuk mengatur kemasyarakatan yang diperlukan untuk mengatur masyarakat, dan
karsa mewujudkan adanya keyakinan atau kepercayaan pada manusia dalam hidup
bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan pada hakikatnya, unsur rasa pada khususnya merupakan
struktur normative atau yang disebut “ralp linton” sebagai desaign for living. Artinya bahwa
kebudayaan merupakan suatu “blueprint of behavior” yang memberikan pedoman tentang apa
yang harus dilakukan (soerjono soekanto, 1975).
Kebudayaan hukum adalah kebudayaan yang menyangkut aspek-aspek hukum, yang
digunakan oleh penguasa atau pemerintah untuk mengatur anggota masyarakat agar tidak
melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ditetapkan oleh masyarakay bersangkutan.
Menurut J.J. hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:
1. Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah yang terbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau didalam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka
itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudyaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara wujud
ketiganya.
E. PENETRASI KEBUDAYAAN
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)-peace penetration
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai misalnya; masuknya pengaruh
kebudayaan hindu dan islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan
tersebut tidak mengakibatkan konflik tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat
setempat. Pengaruh kedua kebudayaan inipun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-
unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan akulturasi, asimilasi atau
sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya; bentuk bangunan candi
Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan
india. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada
terbentuknya sebuah kebudayaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)-Hardness penetration
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya;
masuknya kebudayaan barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan
dalam masyarakat.
F. NILAI-NILAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT SEBAGAI POLA BUDAYA
Nilai kearifan yang mengandung makna jalinan keakraban dan rasa persaudaraan, merupakan
prinsip hidup bermasyarakat. Prinsip tersebut dikemas dalam ungkapan terminology bahasa
daerah dan perilaku yang sarat dengan makna simbolik, seperti pada masing komunitas atau
kelompok masyarakat. Apabila nilai-nilai tersebut dikongkritiskan menjadi norma-norma hukum,
maka nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merupakan dasar dari hukum adat yang berlaku pada
masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan norma-norma hukum adat sangat dipatuhi
dan dilaksanakan secara sukarela oleh masyarakat, artinya dalam menegakkan hukum adat tidak
ada unsur paksaan. Adapun segala tindakan yang diambil terhadap adanya penyimpangan
hanyalah merupkansuatu usaha untuk mengembalikan keadaan pada situasi semula agar
tercapainya ketentraman dan ketertiban yang merupakan salah satu tujuan hukum.
G. PRINSIP ATAU ASAS HUKUM
Menurut Purwadarminta yang dimaksud dengan prinsip adalah asas kebenaran yang jadi
pokok dasar orang berfikir bertindak. Prinsip hukum merupakan suatu yang sangat mendasar
bagi suatu konsep hukum. Prinsip hukum dalam pengertian substantive tidak merupakan bagian
yang terpisah dari kategori norma-norma hukum melainkan hanya berbeda dalam isi dan
pengaruhnya.
Menurut Nursalam sianipar, suatu prinsip hukum adalah “norma yang sangat abstrak”, dan
jika tidak dituangkan lebih lanjut ke dalam norma lain, hanya akan berfungsi sebagai petunjuk
bagi para pembentuk peraturan atau pelaksananya atau subjek hukum pada umumnya, dan bukan
sebagai aturan yang meletakkan hak dan kewajiban secara konkrit. Namun tidak sebagaimana
halnya politik hukum, prinsip hukum tidak terbatas pada penetapan tujuan dan standar saja.
Prinsip hukum dapat meletakkan suatu norma yang harus dipakai sebagai titik tolak dalam
merelisasikan tujuan atau standar tersebut.
Kaitannya dengan prinsip hukum, Prof. koesnoe: dalam bukunya catatan-catatan terhadap
hukun adat dewasa ini, mengatakan; “didalam masyarakat lokal selalu diterapkan tiga prinsip
atau asas penting yaitu rukun patut, dan laras yang merupakan asas-asas yang menjadi pedoman
pokoknya” (koesnoe,1979:48).
1. Asas rukun, suatu pedoman dalam menyelesaikan segala persoalan di masyarakat.
Dari kata rukun terbentuk istilah “kerukunan” yang berhubungan erat dengan
pandangan dan sikap orang menghadapi hidup bersama di dalam suatu lingkungan
sosial untuk mencapai suasana hidup bersama yang aman, tentram dan sejahtera.
Menurut asas bahwa manusia sebagai makhluk tidak dapat dipisahkan dari manusia
lainnya (hidup bermasyarakat).
2. Asas patut, mendorong manusia untuk membentuk dirinya sebagai pribadi yang
terhormat, sehingga harapan setiap warga masyarakat mempunyai rasa malu agar
terhindar dari kejatuhan martabatnya sebagai orang-orang terhormat, oleh karenanya
setiap orang berusaha keras untuk selalu berkata dan berbuat patut dalam arti selalu
berkata dan bertindak dalam koridor moralitas yang mengandung sistem nilai baik
dan buruk menurut pandangan dan penilaian akal sehat secara universal.
3. Asas laras, dari kata laras terbentuk kata “kelarasan”, “keselarasan”: mengandung
makna bahwa penetrapan adat tidak boleh dilakukan begitu saja seperti apa adanya.
Factor-faktor tempat, waktu dan keadaan haruslah menjadi perhatian. Dengan
demikian sega perkataan dan sikap tindak setiap individu dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, dapat diterima semua pihak baik secara internal maupun eksternal.
Selanjutnya prof. hilman dalam bukunya hukum waris adat, mengatakan; “berpangkal tolak dari
sila-sila pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa di
dalam hukum bangsa Indonesia bukan semata-mata terdapat asas kerukunan dan asas kesamaan
hak tetapi selengkapnya berlaku 5 asas kehidupan bersama sebagai berikut” (Hilman, 2003:21):
1. Asas ketuhanan dan pengendalian diri
2. Asas kesamaan hak dan kebersamaan hak
3. Asas kerukunan dan kekeluargaan
4. Asas musyawarah dan mufakat
5. Asas keadilan
Upaya pengamalan terhadap prinsip-prinsip hukum adat tersebut tidak mudah untuk
dilaksanakan, lebih-lebih pada masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan dari
masyarakat sederhana dalam komunitas lokal ke masyarakat modern dalam komunitas nasional.
Pengmalan terhadap prinsip-prinsip tersebut tergantung pada:
a. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah sosial
b. Kesadaran hukum masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah sosial yang berlaku di
masyarakat
c. Peranan lembaga sosial dalam mendukung keberadaan dan pelaksanaan norma hukum
dalam masyarakat