Anda di halaman 1dari 6

ANTROPOLOGI SOSIAL

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang
berarti ilmu. Menurut Haviland antropogi adalah studi tentang umat manusia yang
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunyaooo.
Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana
manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka
ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahli antropolgi juga tertarik untuk mempelajari
bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada
masa lampau dan masa kini.

Ketidakakuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena


dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan dengan disiplin ilmu
manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi
manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan
sastra.

A. Pengertian
Antropologi Sosial adalah cabang ilmu antropologi yang mempelajari
hubungan antara orang-orang dan kelompok. Ilmu ini juga mempelajari mengenai
manusia dari sisi keberagamannya serta fisik seperti perilaku, tradisi, dan juga niai-
nilai budaya. Cabang ilmu ini diperkenalkan pada awal abad ke-20. James George
Frazer menjadi salah seorang pelopor penggunakan antopologi sosial. Lewat proyek
evolusionis, James merekonstruksi masyarakat premitif asli dan mencatat
perkembangannya melalui tingkat peradaban. Bisa dikatakan antropologi sosial
merupakan kajian yang berkaitan apa saja didalam kehidupan manusia.

B. Tokoh-Tokoh Perkembangan Antropologi Sosial


1. EDWARD B TYLOR
Edward B Tylor ( 1832-1917 ) adalah orang inggris yang mendapatkan
pendidikan dalam kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik, dan
baru kemudian tertarik akan ilmu arkeologi. Karena ia mendapat kesempatan
untuk turut dengan keluarganya berkelana ke Afrika dan Asia, ia tertarik
untuk membaca etnografi. Buku pertama Tylor adalah Anahuac, or Mexico and
the Mexicans, Ancient and Modern ( 1861 ). Ia diangkat menjadi guru besar di
Universitas Oxford tahun 1883. Evolusionismenya dituangkan dalam bukunya
yang berjudul Researches into the Early History of Mankind. Diantara beratus-
ratus buku karyanya ada dua jilid Primitive Culture: Researches into the
Devolopment of Mythology, Philosofy, Religion, Language, Art and Custom
yang ia teliti sendiri (1874 )menjelaskan dua hal, pertama perbedaan yang
tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati dan
kedua tentang peristiwa mimpi.

2. LEWIS HENRY MORGAN


Lewis Henry Morgan ( 1818-1881 ) adalah seorang ahli hukum yang lama
tinggal di antar suku-suku bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St.
Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul League of the
Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois. Morgan percaya kepada konsep evolusi
masyarakat, melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society ( 1877 )
mencoba melukiskan evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan
tingkat. Evolusi yang universal ( zaman liar tua, zaman liar madya, zaman liar
muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya,z aman barbar muda, zaman
peradaban purba, zaman peradaban masakini ).

3. FRANZ BOAS
Franz Boas ( 1858-1942 ) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari
jerman. Boas melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa
Eskimo di pantai Pulau Baffinland dalam tahun 1883 hingga 1884. Bahan
etnografi yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi buku The Central
Eskimo ( 1888 ). Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas
Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi. Boas
mempunyai konsep marginal survival yaitu pertumbuhan kebudayaan
menyebabkan unsu-unsur baru yang akan mendesak unsure-unsur lam
kearah pinggir. Sehingga apabila ingin mencari unsur-unsur kuno maka
tempat untuk mendapatkannya adalah di daerah-daerah pinggir.

4. EMILE DURKHEIM
Emile Durkheim ( 1858-1917 ) adalah seorang perancis yang belajar
mengenai teologi untuk menjadi rabbi atau pendeta Yahudi,kemudia pindah
belajar kesusastraan perancis di suatu Lycee di Paris.Tahun 1887 ia menjadi
dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis buku tentang
pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall
Social ( 1893 ),tentang masalah aturan-aturan metode sosiologi yang
berjudul Les Regles de la Methode Sociologique ( 1895 ), tentang gejala
bunuh diri yang berjudul Le Suicide. Landasan dari seluruh cara berpikir
dukheim adalah pandangan mengenai suatu masyarakat yang hidup.
Manusia-manusianya disebut individu sedangkan tingkha laku mereka
disebut gejala atau fakta individual.

C. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA


Mengenai hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu social lainnya, Koentjaraningrat
(1981:35-41) mengemukakan sebagai berikut;

1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi


Sejak lahirnya sosiologi oleh Auguste Comte (*1789-1857), ilmu tersebut
bercirikan positivistic yang objek kajiannya adalah masyarakat dan perilaku
sosial manusia yang meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut
mencakup keluarga, etnis, suku bangsa, komunitas pemerintahan. Juga
berbagai organisasi social, agama, poloitik, budaya, bisnis, dan organisasi
lainnya (Ogburn dan Nimkoff, 1959: 13; Horton dan Hint, 1991:4).

Dengan demikian, objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia


terutama dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul
dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dalam antropologi budaya
mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan konteks social
budayanya. Jika saja sosiologi orientasinya memusatkan perhatian secara
khusu kepada orang yang hidup di dalam masyarakat modern sehingga
teori-teori mereka tentang perilaku manusia cenderung terikat pada
kebudayaan tertentu (culture-bound). Jadi, yang membedakan antropologi
budaya dari ilmu-ilmu social lainnya adalah perhatiannya kepada
masyarakat-masyarakat non-barat.

2. Hubungan antropologi dengan psikologi.


Hal itu tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari
perilaku manusia dan proses-proses mentalnay. Dengan demikian, psikologi
membahas factor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti
motivasi, minat, sikap, konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan dalam
antropologi, khususnya antropologi budaya, lebih bersifat factor eksternal,
yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga dan lingkungan social dalam arti
luas.

3. Hubungan antropologi dengan ilmu sejarah


Lebih menyerupai hubungan antara ilmu arkeologi dengan antropologi.
Antropologi memberi bahan prehistory sebagai pangkal bagi tiap penulis
sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak persoalan dalam
hitoriografi dari sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-
metode antropologi. Banyak sumber sejarah berupa prasasti, dokumen,
naskah tradisional, dan aarsipkuno, di mana peranannya sering hanya dapat
member peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas pada bidang politik saja.
Sebaliknya, seluruh latar belakang social dari peristiwa-peristiwa politik
itu sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tersebut. Konsep-konsep
tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropolohi dan
ilmu-ulmu social lainnya, akan member pengertian banyak kepada seorang
ahlki sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam
sejarah yang menjadi objek penelitiannya.

4. Hubungan antropologi dengan ilmu geografi


Kita dapat melihat bahwa geografi atau ilmu bumi itu mencoba mencapai
pengertian tentang keruangan (alam dunai) ini dengan member gambaran
tentang bumi serta karakteriidstik dari segala macam bentu hidup yang
menduduki muka bumi. Dia antara berbagai macam bentuk hidup di bumi
yang berupa flora dan fauna itu, terdapat sifatnya yang beraneka ragam di
muka bumi ini. Disinilah antropologi berusaha menyelami keanekaragaman
manusia jika dilihat dari ras, etnis, maupun budayanya (Koenjtaraningrat,
1981: 36).

5. Hubungan antropologi denga ilmu ekonomi


Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku alam
aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system
kemasyarakatan, cara berfikir, pandang, dan sikap hidupdarei warga
masyarakat pedesaan tersebut. Masyarakat yang demikian itu, bagi seorang
ahli ekonomi tidak akan dapat mempergunakan denga sempurna konsep-
konsep sesrta teori-teorinya tentang kekuatan, proses, dan hokum-hukum
ekonomi tersebut ( yang sebenarnya dikembangkan dalam mastyarakat
eropa-amerika serta dalam rangka ekonomi internasional), jika tanpa suatu
pengetahuan tentang ilmu social, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup
dari waraga masyarakat pedesaan tersebut.dengan demikian, ilmu
antropologi memiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonomi.

6. Hubungan antara antropologi dengan ilmu politik


Dapat dilihat bahwa ilmu politik telah memperluas kajiannya pada
hubungan antara kekuatan-kekuatan serat proses politik dalam segala
macam Negara dengan berbagai macam system pemerintahan, sampai
masalah yang menyagkut latar belakang social budaya dari kekuatan-
kekuatan poloitik tersebut. Hal ini penting jika seorang ahli ilmu politik
harus meneliti maupun menganalisis kekuatan-kekuatan politik di Negara-
negara yang sedang berkembang. Sebagai contoh, agar dapat memahami
latar belakang dan adat istiadat tradisional dari suku bangsa, metode analisis
antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat
pengertian tentang tingkah laku dari apa yang ditelitinya.

D. Hubungan Manusia dan Sosial


Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON
POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin
bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka
bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia
disebut makhluk sosial.

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial
artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain.
sebagai makhluk budaya menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang
membedakan dengan makhluk hidup lain dibumi ini.

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang


terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah
kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan
cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi
masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi ataukeyakinan.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan


perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan.

a. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk


bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup
sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan


dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan,
bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,


karena beberapa alasan, yaitu:

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia

b. Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah


makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya
sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha
menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya.

Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan


harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok
tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi
internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja
dengan baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa
setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam
pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi.

Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat


pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan


kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur
hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya
merupakan satu kesatuan.

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada


lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan
memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar.
Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang
dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan berbeda
kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai