Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Antropologi Sosial


1. Pengertian Antropologi Sosial
Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Sebuah ilmu
yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan
manusia yang menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun
imajinasi dalam etnis kebudayaan tertentu.

2. Tujuan Mempelajari Antropologi Sosial


Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi
manusia sebagai spesies homo sapiens (makhluk bijaksana) dan makhluk
social dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif . oleh
sebab itu, Antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
meberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat
manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga
menggunakan kajian lintas budaya (cross cultural) dalam menekankan dan
menjelaskan perbedaan antara kelompok manusia dalam perspektif
material budaya, perilaku social, Bahasa dan pandangan hidup
(worldview).

3. Manfaat Antropologi Sosial


4. Ruang Lingkup Antropologi Sosial

5. Sejarah Perkembangan Antropologi Sosial


Seperti halnya sosiologi, antripologi sebagai sebuah ilmu juga
mengalami tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat (1990)
menyususn perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase
sebagaimana penulis uraikan berikut:
a) Fase Pertama (sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15 – 16, bangsa-bangsa di Eropa mulai
berlomba-lomba menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, …., Asia
hingga ke Australia. Dalam penjelajahan mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka banyak menjumpai suku-suku
yang asing bagi mereka. Kisah pertualangan dan penemuan mereka
kemudian dicatat dalam buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-
suku asing tersebut. Mulai dari ciri fisik, kebudayaan, susunan
masyarakat atau Bahasa dari suku tersebut. Bahan yang berisi
tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan
bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar Eropa. Kemudian,
pada pemulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa dari sudut
pandang ilmiah menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-
usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi
tersebut.

b) Fase Kedua (sesudah tahun 1800-an)


Pada fase ini, bahan etnografi tersebut telah disusun
menjadi karangan bersasarkan cara berpikir evolusi masyarakat
pada saat itu. Masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara
perlahan-lahan dan dalam jangka waktu lama. Mereka menganggap
bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa primitif yang
tertinggal dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi
kebudayaannya. Pada fase ini, Antropologi bertujuan akademis,
mereka mempelajari masayarakat dan kebudayaan primitif dengan
maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat sejarah
kebudayaan manusia.

c) Fase Ketiga (awal abad ke-20)


Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba
membangun koloni (penjajahan) di benua lain seperti Asia,
Amerika, Australia, dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni
tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa
asli, pemberontakan dan cuaca yang kurang cocok bagi bangsa
Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya,
pemerintah kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah
mereka mulai mempelajari bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya
untuk kepentingan pemerintah kolonial.

d) Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)


Pada fase ini, Antropologi berkembang sangat pesat.
Kebudayaan suku bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa mulai
hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini
pula terjadi sebuat perang besar di Eropa yang disebut Perang
Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan
manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia
kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan
kemiskinan, kesenjangan social dan kesengsaraan yang tak
berujung. Namun pada saat itu juga, mucul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu
penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil. Namun
banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap
bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu
Antropologi tidak lagi ditunjukan kepada penduduk pedesaan di
luar Eropa tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pendalaman
Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam, dan Lapp.

Ringkasannya, Antropologi lahir atau berasal dari ketertarikan


orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat dan budaya etnis lain
yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih
memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama,
memiliki ciri fisik dan Bahasa yang digunakan serupa serta cara hidup
yang sama pula.

B. KONSEP ANTROPOLOGI KESEHATAN


1. Pengertian Antropologi Kesehatan
a) Secara umum
Antropologi kesehatan didefinisikan sebagai aktivitas formal
antropologi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Selain
itu, antropologi kesehatan juga bisa diartikan sebagai disiplin yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia.

b) Menurut para ahli


 Hassan dan Prasad (1959)
Pada awal pendefinisian diusulkan bahwa antropologi
kesehatan adalah cabang dari ‘ilmu mengenai manusia’ yang
mempelajari aspek aspek biologi dan kebudayaan manusia
(termasuk sejarahnya) dari titik-tolak pandangan untuk
memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-
historical), hukum kedokteran (medico social) dan masalah-
masalah kesehatan manusia.

 Hochstrasser dan tap (1970)


Antropologi kesehatan berkenaan dengan pemahaman
biobudaya manusia dan karya-karyanya yang berhubungan
dengan kesehatan pengobatan.

 Lieban (1973)
Antropologi kesehatan mencakup studi tentang fenomena
medis.

 Fabrega (1972)
Merumuskan bahwa antropologi kesehatan sebagai
sesuatu yang menjelaskan faktor, mekanisme dan proses yang
memainkan peranan di dalam mempengaruhi cara-cara dimana
individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau
berespons terhadap sakit dan penyakit. Serta mempelajari
masalah-masalah ini dengan penekanan pola-pola tingkah laku.

 Solita sarwono (1993)


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh
unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyrakat tentang
penyakit dan kesehatan. Definisi yang dibuat oleh solita ini masih
sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya
melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya. Koentjaraningrat
mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari
aspek fisik, social dan budaya (1968 : 76).

 Menurut Weafer
Antropologi kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit
(weaver, 1968 : 1).

 Menurut foster dan Anderson


Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah
kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub social budaya. Pengertian antropologi
kesehatan yang diajukan foster / Anderson meruoakan konsep
yang tepat seperti disampaikan koentjaningrat di atas. Pokok
perhatian kutub biologi berkaitan dengan : (1) Pertumbuhan dan
perkembangan manusia, (2) Peranan penyakit dalam evolusi
manusia dan (3) Paleopatogi (studi mengenai penyakit purba).
Sedangkan pokok perhatian kutub social-budaya merujuk pada
masalah : (1) Sistem medis tradisional (etnomedisin), (2) Masalah
petugas kesehatan dan persiapan professional, (3) Tingkah laku
sakit, (4) Hubungan antara dokter-pasien dan, (5) Dinamika usaha
memperkenalkan pelayanan kesehatan berat kepada masyarakat
tradisional
Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa
antropologi kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis sosio-budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di
sepanjang sejarah kehidupan yang mempengaruhi kesehatandan
penyakit pada manusia (foster atau Anderson, 1986: 1-3).
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi
social dan kebudayaan yang mempelajari bagaimana kebudayaan
dan masyarakat mempengaruhi masalah-masalah kesehatan.

2. Tujuan Antropologi Kesehatan

3. Manfaat Antropologi Kesehatan


Ada aneka manfaat Antropologi, tetapi dalam makalah ini penulis
mencoba mengangkat tujuh manfaat yang dianggap sangat relevan pada
kondisi saat ini, yakni:
a) Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan
kesehatan modern yang bisa diterima masyarakat tradisional dan
modern.
b) Untuk mewujudkan Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat.
c) Untuk penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit.
d) Untuk memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam menunjang pembangunan kesehatan, mendukung perumusan
kebijakan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam
pelaksanaan program kesehatan melalui pendekatan kebudayaan.
e) Untuk memberikan suatu cara memandang masyarakat secara
keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang
tepat dalam mengingkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan
tetap bertumpu pada akar kepribadiaan masyarakat yang
membangun.
f) Untuk memberikan suatu model yang secara operasional berguna
dalam menguraikan proses social budaya bidang kesehatan.
g) Untuk memberi sumbagan terhadap metode penelitian dan hasil
penelitian baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat
maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu
kondisi yang ada di masyarakat.

Dari ketujuh manfaat ini disimpulkan bahwa manfaat ilmu


Antropologi bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk
berkomunikasi dan berinteraksi bagi petugas kesehatan dengan pasien atau
dengan keluarga pasien dan dengan sesame profesi kesehatan sambal
memperhatikan aspek tingkah laku, kebudayaan dan sifat masing-masing
individu, keluarga, dan masyarakat.

4. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan


Antropologi berasal dari bahasa yunani yaitu anthropos yang
artinya manusia, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, antropologi adalah ilmu
tentang umat manusia atau ilmu yang mencoba memahami umat manusia,
baik dari segit fisik maupun sosial budayanya.
Ahli antropologi berusaha mencari jawaban dari asal-usul
manusia, perbedaan bentuk fisik manusia dan perubahan secara lambat
(evolusi) dari bentuk fisik manusia. Selain itu, antropologi juga menaruh
perhatian terhadap kapan dan dimana manusa mulai muncul di permukaan
bumi/ mengapa timbul perbedaan kebiasaan, tindakan, dan cara-cara
manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian, cakupan antropologi sangat luas. Antropologi
mencakup berbagai bidang yang dipelajari oleh ilmu-ilmu social, seperti
sosiologi, geografi, psikologi, politik, sejarah, ilmu kesehatan, dan ilmu
kemanusiaan lainnya.
Dengan demikian, ruang lingkup atau bidang kajian antropologi
untuk mempelajari hal-hal berikut ini:

a) Asal usul manusia


b) Evolusi fisik manusia
c) Keragaman bentuk fisik manusia atau ras
d) Kebudayaan, termasuk unsur-unsur kebudayaan, perkembangan, dan
penyebarannya

Paleo-antropologi adalah ilmu yang meneliti asal usul atau


terjadinya dan evolusi manusia dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh
yang telah membatu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam lapisan-lapisan
bumi yang harus didapat oleh si peneliti dangan berbagai metode
penggalian.
Antropolologi fisik adalah bagian dari antropologi yang
memusatkan perhatiannya kepada sejarah terjadinya beragam manusia
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya baik yang lahir (fenotipe) seperti
warna kulit, bentuk muka, hidung, rambut, bentuk tubuh, tengkorak dan
yang dalam (genotipe) seperti golongan darah dan sebagainya.
Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik adalah cabang ilmu
antropologi yang mempelajari bahasa-bahasa. Beberapa pokok kajian
dalam ilmu ini adalah mempelajari timbulnya bahasa, persebaran bahasa
dan bagaimana terjadinya variasi bahasa. Beberapa bidang ilmu yang
berhubungan dengan etnolinguistik adalah ilmu bahasa deskriptif, ilmu
bahasa struktural dan sosiolinguistik.

5. Konsep Dasar Individu dan Masyarakat


Konsep masyarakat dalam bahasa inggris ‘society’ yang asal
katanya adalah socius artinya kawan. Semenjak dilahirkan manusia tidak
akan mungkin hidup sendiri, manusia tanpa manusia lainnya pasti akan
“mati”, setelah banyak cerita tentang manusia yang “sendiri” namun pada
akhirnya akan kembali pada masyarakat.
Menurut Aristoteles bahwa manusia adalah zoon politican yaitu
makhluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau setdikitnya
mencari teman untuk hidup bersama, diperkuat oleh pendapat Darwin
dalam kelompok. Sedangkan, menurut Koentjaraningrat (2005:146)
masyarakat adalah kesatuan manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat istiadat tertentu yang bersifatdan yang terkait oleh suatu
system adat serta vans terkait oleh suatu ras identitas komunitas. Manusia
mempunyai ciri khas kehidupan kolektif yaitu :

a) Pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam sub atau


golongan individu dalam kolektif untuk melaksanakan berbagai
macam fungsi hidup.
b) Ketergantungan individu kepada individu lain.
c) Kerjasama antara individu yang diperlukan guna melaksanakan
kerjasama, dan
d) Diskriminasi yang diadakan antara para warga kolektif dan individu
dari luarnya.

6. Manusia dan Kebudyaan

7. Hubungan Manusia dan Kebudayaan


Kebudayaan memegang peranan penting dalam usaha
mempelajari aspek kesehatan dari adaptasi kelompok manusia terhadap
lingkungannya. Acques mays (2000) seorang ahli epidemiologi meneliti
masyarakat desa setelah perang dunia II. Ia mengatakan bahwa petani padi
banyak menderita penyakit cacing. Petani padi ini bekerja di lumpur yang
mengakibatkan larva cacing mudah memasuki telapak kakinya.
Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan cara hidup
atau perbedaan kebudayaan sangat menentukan jenis penyakit yang
diderita seseorang. Selain itu, investasi cacing adalah bagian dari
ekosistem yang melibatkan hubungan antara manusia, makhluk lain
dengan lingkungannya. Pendekatan ekologi ditandai oleh perhatian yang
sifatnya komprehensif terhadap hubungan organisme dan lingkungan.
Hal diatas menyebabkan bidang kesehatan masyarakat mulai
memperhatikan multi penyebab masalah kesehatan dan juga memusatkan
perhatiannya pada akibat tindakan manusia yang merubah hubungan
manusia dengan lingkungannya dengan konsekuensi-konsekuensi
kesehatan. Read dubos, alland memberikan sebagai contoh kasus
pembangunan bendungan irigasi di mesir yang telah menambah produksi
padi tetapi disamping itu meningkatkan incidence penyakit schistosomisis.
Perubahan-perubahan hubungan antara manusia dan parasite telah
melibatkan proses biologi dan kebudayaan. Misalnya penduduk yang padat
lebih mudah terkena wabah penyakit daripada penduduk yang tidak padat.
Perbedaan social dan budaya yang meliputi perbedaan umur, sex,
pekerjaan, kelas, suku bangsa juga mempunyai akibat yang berarti pada
phenomena epidemi. Misalnya saja incidence penyakit infeksi yang akut
sangat tinggi pada anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua,
manusia mengambangkan kekebalan yang mengurangi penyakit tersebut.
Selain itu adanya indikasi bahwa faktor-faktor biologi memegang
peranan yang besar ini di dalam terjadinya perbedaan kematian menurut
sex. Misalnya wanita mempunyai harapan hidup yang lebih panjang
daripada laki-laki. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi dan menentukan
jenis penyakit yang diderita seseorang. Misalnya murris menyatakan
bahwa pekerjaan yang menimbulkan tekanan-tekanan social dan psikologi
serta sedikit melibatkan aktivitas fisik erat hubungan nya dengan tingginya
incidence penyakit jantung.
Perbedaan status dan suku bangsa juga mempengaruhi prevalensi
penyakit. Qiisnbeng pada tahun1960 menentukan banyaknya kasus kanker
nasopharynk pada orang-orang filiphina, kanker payudara pada wanita-
wanita kulit putih, uterine cervix pada wanita Hawaii. Wynder pada wanita
yahudi dan dampaknya uniform di beberapa daerah di dunia ini. Sesuai
dengan penemuan diatas, graham juga menemukan rendah nya penderita
kanker cervix pada manila yange beragam islam dan wanita Persia.
Hubungan antar frekuensi penyakit dengan tempat asal seseorang
juga merupakan perhatian studi epidemiologi. Sehubungan denganhal
tersebut diatas scoth kota suku bangsa zulu dan ia menemukan bahwa
masyarakat kota lebih banyak menderita penyakit darah tinggi daripada
masyarakat desa. Ia mengatakan bahwa faktor stress merupakan faktor
yang penting yang menyebabkan terjadinya perbedaan pada kedua
masyarakat tersebut. Selanjutnya iya menyatakan bahwa stress ini timbul
karena masyarakat desa berpindah kedaerah kota tidak dapat
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan hidup di kota. Pendapat scotch ini
didukung oleh cassel Patrick dan lenkins (1960).

Anda mungkin juga menyukai