Anda di halaman 1dari 33

Perkembangan Antrokes

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................1
BAB II : Perkembangan Antrokes............ ................................3
A. Hubungan Antara Sosial Budaya dan Biologi yang
Merupakan Dasar Dari Perkembangan Antrokes ...................11
B. Perkembangan Antrokes Dari Sisi Sosialcultural Pole........12
C. Perkembangan Antrokes Dari Sisi Biological Pole..............12
D. Beda Antara Perkembangan Antrokes Biological Pole dan
Sosialcultural Pole...................................................................13
E. Kegunaan Antropologi Pole.................................................15
BAB III : PENUTUP .................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

Secara teoritis dan praktis, antrokes sebagai ilmu akan


memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan
kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial.
Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola
pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan
paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan,
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang
telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat
sebagai “mother of science” dalam ilmu yang mempelajari
manusia terdiri dari: sosiologi, antropologi dan psikologi. Dalam
perkembangan dan penerapan keilmuan selanjutnya ketiga
ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu perilaku. Secara khusus,
sosiologi dan antropologi mempelajari manusia, dengan titik
berat sebagai mahluk bermasyarakat. Sedangkan, psikologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek
kepribadian individu (lebih ke arah sosok manusia itu sendiri)
dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.
Seringkali agak sulit membedakan secara tegas antropologi
dan sosiologi bagi ilmuwan eksakta atau yang kurang banyak
berkecimpung dalam memahami ilmu sosial. Obyek material
kedua ilmu memang memiliki persamaan, yaitu antropologi dan
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari dan memahami
manusia sebagai bagian dari suatu kelompok atau masyarakat.
Demikian pula dengan data dan model atau teori bisa saling
meminjam, artinya bisa sendiri ataupun bersama-sama
digunakan dalam bahasan antrokes ataupun sosiologi
kesehatan.
Dengan berdasar pada sejarah keilmuan yang berbeda,
awalnya antrokes lebih menekankan perhatian pada dunia non
Barat/dunia Timur (Non Western World). Perhatian peneliti
antropologi mulanya tentang adanya perilaku kesehatan di
beberapa negara non Western yang berbeda menurut
pengamatan orang-orang Western sebagai respon rasional
yang berbeda. Metode perbandingan yang biasa digunakan
oleh para ilmuwan antropologi telah memberikan pandangan
terhadap dinamika perilaku sehat berdasar perspektif budaya
masyarakat yang diamati. Sedangkan sosiologi kesehatan lebih
banyak melakukan kajian pada dunia Barat (Western World).
Meskipun dalam perkembangan selanjutnya, kedua ilmu ini
saling bekerjasama mengarah ke ilmu perilaku dalam
mengembangkan kesehatan masyarakat.
Meskipun mempunyai beberapa kesamaan, diantaranya
sasaran yang sama, tetapi antropologi dan sosiologi
mempunyai sudut pandang yang berbeda atau pengkajian
yang berbeda secara obyek forma. Sumber perbedaan antara
lain: masalah pokok, kerangka konseptual dan metode
penelitian. Antropologi lebih menekankan pada aturan manusia
(nilai/norma, unsur-unsur budaya yang mempengaruhi
peranserta, pandangan dan penghayatan individu terhadap
peny. dan proses penyembuhannya). Sedangkan sosiologi
lebih menekankan kepada aturan yang besar (aturan sosial,
peran serta masyarakat, struktur sosial, solidaritas kelompok).

Perhatian dan Perkembangan Antrokes


Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa
ilmu sosial memberikan sumbangan ke ilmu kedokteran.
Berdasarkan biomedical awalnya untuk melihat manusia dari
sisi peny, sedangkan sociomedicine untuk melihat manusia dari
pasiennya sendiri.

Perkembangan antrokes sehubungan dengan fenomena


konsep sehat dan sakit dapat dilihat dari faktor berikut:
1. Biologis dan ekologis, disebut, sebagai kutub biologi dengan
mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia maupun
peny. perkembangan peny. dalam evolusi ekologis. Kajian ini
didukung ilmu-ilmu lain seperti genetika, anatomi, serologi,
biokimia;
2. Psikologis dan sosial budaya, disebut sebagai kutub sosial
mengamati perilaku sakit pada pasien, mempelajari
etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme,
hubungan perawat-dokter-pasien-petugas farmasi. Kajian ini
didukung ilmu-ilmu seperti psikologi, sosiologi, administrasi,
politik, komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan
kesehatan.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROKES
A. Definisi Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip
seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan
pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia",
dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli
mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.

David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia

Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari
segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan shg setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi


Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga
mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi
menjadi empat fase sebagai berikut:

1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)


Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian
Antropologi. Sekitar abad ke-15-16, bangsa’s di Eropa mulai
berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika,
Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya
mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah
petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat
segala sesuatu yg berhubungan dengan suku’s asing tersebut.
Mulai dari ciri’s fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang
deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan
etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa
Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari
sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul
usaha’s utk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan
etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan’s etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan’s berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada
saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara
perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka
menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-
bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa
sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini,
Antropologi bertujuan akademis, mereka mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat’s sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)


Pada fase ini, negara-negara di Eropa ber-lomba’s
membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika,
Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni’s
tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari
bangsa asli, pemberontakan’s, cuaca yang kurang cocok bagi
bangsa Eropa serta hambatan’s lain. Dalam menghadapinya,
pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha men-cari’s
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukkannya. Untuk
itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi
tentang suku’s bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan
dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat.
Kebudayaan’s suku bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa,
mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
Eropa.Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di
Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak
perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian
besar negara’s di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran
itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga,
muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah
Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari
bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap
bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama ber-tahun’s.
Proses’s perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu
antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di
luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah
pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI DI BERBAGAI NEGARA

Perkembangan Anthropology di Inggris


E. B. Taylor, Antropolog Inggris Abad 19.
E. B. Taylor (1832 Okt 2–1917 Jan 2) dan James George
Frazer (1854 Jan 1 – 1941 Mei 7) dipandang sebagai perintis
anthropologi sosial budaya modern di Inggris Taylor melakukan
penjelajahan di Mexico, kemudian bersama sama dengan
Frazer melakukan studi banding atas hasil penelitian mereka
masing-masing dengan rujukan berbagai teks klasik atas
sejarah dan kesusasteraan Romawi dan Yunani, berbagai
naskah tentang cerita rakyat Bangsa Eropa, laporan perjalanan
kuam misionaris, pengembara serta berbagai tulisan dari kaum
ethnolog kontemporer.Taylor amat mendukung unilinealisme
dan menyetujui sebuah bentuk ”keseragaman budaya”. Taylor
secara khusus meletakkan dasar teori difusi kebudayaan.
Menurut Taylor, terdapat tiga jalan berbagai kelompok / suku
bangsa dapat memiliki bentuk budaya ataupun teknologi yang
serupa yakni melalui : penemuan independent, warisan dari
kaum penjajah di daerah yang berbeda, dan transmisi dari satu
ras/ suku bangsa menuju ras / suku bangsa lainnya.
Taylor memformulasikan suatu konsep culture /budaya yang
masih dipergunakan sampai sekarang. Menurutnya culture /
budaya adalah : "sekumpulan konsep yang cukup kompleks,
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
kebiasaan, serta berbagai keahlian dan kebiasaan lainnya yang
dimiliki oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.”
Talyor mengkhususkan kajiannya tentang deskripsi dan
pemetaan berbagai elemen dari kebudayaan, bukan
membahas fungsi’s-nya secara lebih luas. Perkembangan
kebudayaan secara multilineal kemudian diteruskan oleh para
antropolog penerusnya. Taylor juga mengeluarkan teori tentang
asal muasal perasaan keagamaan di dalam peradaban
manusia, dengan mengungkapkan teori animisme di masa
purba, menurutnya animisme memiliki beberapa komponen
yang terpenting adalah kepercayaan atas kekuatan
supranatural, dan hal ini dipandang kontradiktif dengan sistem
moral, dan kosmologi. James George Frazer, seorang ilmuwan
Scotlandia yang memiliki pengetahuan luas tentang
kesusasteraan juga mengkhususkan dirinya untuk mempelajari
kepercayaan, mitos dan magis. Studi komparasinya sangat
berpengaruh terhadap ilmuwan selanjutnya, dan terkumpul di
dalam jurnal The Golden Bough, tulisannya kebanyakan
menganalisis berbagai kepercayaan dan simbol simbol yang
terdapat di berbagai penjuru dunia.
Baik Taylor maupun Frazer hanya melakukan kerja penelitian
secara terpisah, belum sampai kepada tahapan menempatkan
berbagai elemen kebudayan dan kelembagaan secara ber-
sama’s. Beberapa ilmuwan muda Inggris yang penuh
semangat dan ambisi berusaha untuk menganalisa bagaimana
masyarakat hidup berkelompok mereka lebih menekankan
analisa sinkronis, bukan analisa sejarah atau analisa diakronis.
Selain itu mereka juga melakukan analisa jangka panjang
selama ber-tahun’s di suatu area kerja Universitas Cambridge
mendanai sebuah ekspedi multidisipliner ke pulau’s yang
terletak di jalur Torres pada tahun 1898 diorganisir oleh Alfred
Court Haddon, melibatkan seorang anthropolog fisik, W. H. R.
Rivers, juga seorang ahli linguistik, tumbuh tumbuhan, serta
bebagai spesialis lainnya. Berbagai penemuan dari ekspedisi
ini menetapkan bbrp standar baru dalam deskripsi ethnologi.
Satu dekade kemudian, Bronisław Malinowski, seorang
anthropolog kelahiran Polandia (1884-1942) mulai melakukan
pengumulan atas berbagai item kebudayaan, ketika PD I
berlangsung, karena Imperium Austro Hongarian berada di
dalam kekuasaan Inggris Raya, maka dia justru tertahan di
Papua Nugini untuk melanjutkan penelitiannya, karangannya di
dalam ethnografi klasik adalah Argonauts of the Western
Pacific, (1922) mendukung sebuah pendekatan ke arah studi
lapangan haruslah menjadi standart di bidang antropologi,
guna mendapatkan suatu sudut pandang yang asli melalui
observasi partisipant. Secara teoritis dia mendukung sebuah
interpretasi fungsionalist yang memeriksa bagaimanakah
kelembagaan sosal berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
individu. Anthropolog Inggris lainnya pada masa diantara Dua
Perang Dunia adalah Meyer Fortes.
A. R. Radcliffe-Brown juga mempublikasikan sebuah hasil kerja
seminal di tahun 1922. Dia menjalankan studi lapangan di
kepulauan Andaman dengan metode rekonstruksi sejarah.
Setelah mempelajari hasil kerja sosiolog Perancis Émile
Durkheim dan Marcel Mauss, maka Radcliffe-Brown
mempublikasikan sebuah catatan riset berjudul The Andaman
Islanders, menguraikan tentang makna dan tujuan upacara
ritual dan mitos. Selanjutnya dia mengembangkan sebuah
pendekatan yang dikenal dengan mana structural-
functionalism, dimana pendekatan baru ini berfokus kepada
bagaimanakah kelembagaan bekerja untuk menyeimbangkan
system social sehingga mampu berfungsi secara harmonis (hal
ini bertentangan dengan pendekatan fungsionalisme yang
dikemukakan oleh Malinowski, juga amat jauh berbeda dengan
berbagai pemikir structuralism dari Perancis – dimana para
ilmu Perancis ini lebih memeriksa konsep struktur di dalam
bahasa dan symbol Radcliffe-Brown, juga mengembangkan
anthropologi social dan mengampu mata kuliah tersebut di
dalam wilayah Commonwealth Inggris mulai dari akhir tahun
1930an sampai dengan priode Pasca Perang Dunia. Dia
mengeluarkan banyak tulisan, dan monografi serta mengelola
Jurnal ilmiah yang yang menjadi dasar paradigma British Social
Anthropology (BSA). Di dalam jurnal asuhannya banyak tulisan
tentang ethnografi yang terkenal seperti The Nuer, oleh Edward
Evan Evans-Pritchard, dan The Dynamics of Clanship Among
the Tallensi, oleh Meyer Fortes; beberapa tulisan serial yang
dikemas di dalam terbitan khusus mencakup African Systems
of Kinship and Marriage and African Political Systems.
Max Gluckman, bersama-sama dengan koleganya di Rhodes-
Livingstone Institute dan beberapa mahasiswanya di
Manchester University, kemudian terkenal dengan nama
mazhab Manchester, membawa BSA ke dalam arah baru
dengan mengenalkan theori Marxist khususnya penekanan
pada konflik dan resolusi konflik, serta cara bagaimana individu
bernegoisasi dan menggunakan berbagai structur social untuk
menyelesaikan konflik. Pada tahun 1960s dan 1970s, Edmund
Leach dan para mahasiswanya diantaranya adalah Mary
Douglas and Nur Yalman, mengenalkan strukturalisme
Perancis dengan gaya Lévi-Strauss; sementara anthropology
versi Inggris terus berlanjut untuk menekankan studi pada
organisasi social dan ekonomi melalui studi atas simbol’s dan
topik’s yang terdapat di dalam kesusasteraan.
Perbedaan antara Anthropologi Sosial Budaya Inggris,
Perancis, dan Amerika menjadi semakin terlihat di dalam theori
dan methodenya. Di Inggris Anthropologi sosial telah
menggunakan berbagai teori dari cabang ilmu sosial lainnya
serta memiliki banyak cabang ilmu pengetahuan. Namun di
wilayah Commonwealth Inggris (bekas jajahan Inggris)
Anthropologi Sosial seringkali secara kelembagaan terpisah
dari anthropologi fisik dan primatologi- yang terakhir ini lebih
banyak dikaitkan dengan cabang’s dalam ilmu biologi ataupun
zoology. Sementara archeologi dikaitkan dg kesusasteraan
Kuno/Klasik dan Egyptology. Di Negara’s lain, khususnya di
beberapa universitas kecil di Inggris dan Amerika Utara, para
Antropolog juga menemukan bahwa diri mereka secara
kelembagaan terkait dengan para ilmuwan dari bidang
kesusateraan, studi museum, geografi manusia sosiologi,
hubungan sosial, studi ethnic, studi budaya dan kerja sosial

Perkembangan Anthropology di Amerika Serikat 1800-1940


Mulai permulaan abad 19 sampai dengan abad 20,
anthropologi di Amerika Serikat terpengaruh oleh kehadiran
masyarakat Indian (sebagai suku bangsa asli Benua Amerika).
Penguasa Koloni disana : Inggris, Perancis, Spanyol dan
Portugis berusaha melibatkan ilmu ini untuk usaha pembinaan
kebangsaan atau civilization sehingga suku bangsa India
bersedia membaur dengan mereka. Konflik kepentingan
muncul antara keinginan untuk menggunakan anthropologi
hanya utk kepentingan ilmiah semata dg menggunakannya
sebagai alat kolonialisme yang cenderung bersifat pemaksaan,
dan eksploitasi membuat para anthropolog sebagai sumber
kritikan ataupun kecaman Karena dianggap sebagai antek
kolonialisme.
Anthropologi Boasian
Franz Boas, adalah salah seorang pioner anthropologi modern
dan disebut sebagai “Bapak Anthropologi Amerika”.
Anthropologi Budaya di Amerika Serikat sangat terpengaruh
obyeknya yakni Masyarakat Indian. Bidang ini dipelopori oleh
staff Bureau of Indian Affairs dan lembaga Ethnologi Amerika .
Para anthropolog seperti John Wesley Powell, Frank Hamilton
Cushing, serta Lewis Henry Morgan (1818-1881), seorang ahli
hukum dari Rochester, New York, menjadi pendukung
perkembangannya, Antrolopologi Sosial di Amerika cenderung
menjadi Anthropologi Politik. Obyeknya tidak hanya suku
bangsa Indian melainkan juga kaum Imigran. Studi Morgan,
terutama tentang kinship, amat berpengaruh dalam
perkembangan cabang anthropologi jenis ini Morgan
mengargumentasikan bahwa : Masyarakat manusia
seharusnya diklasifikasikan ke dalam kategori evolusi budaya
dalam skala mulai dari tahap buas / barbar menuju tahap
peradaban, umumnya Morgan menggunakan Indikator
teknologi , seperti pembuatan busur dan anak panah untuk
menentukan posisi suatu suku bangsa ke dalam skala miliknya.
Franz Boas membawa para akademisi anthropologi di Amerika
Serikat untuk menentang theori evolusi. Kaum Anthropolog
Boasian secara politis sangat didikte oleh Pemerintah AS dan
Kaum Kapitalist, sifatnya sangat empiris dan skeptis dalam
usahanya untuk menetapkan berbagai hukum hukum yang
bersifat universal. Boas pernah mempelajari anak-anak dari
kaum Imigran untuk menunjukkan bahwa ras biologis tidaklah
kebal dan generasi manusia terbentuk oleh makanan dan
interaksi bukan oleh gen nenek moyangnya Terpengaruh oleh
tradisi Jerman, Boas mengargumentasikan bahwa dunia penuh
dengan berbagai budaya yang berbeda dan evolusi tidak dapat
diukur dari seberapa besar mereka memasuki tahap
peradaban. Boas percaya bahwa setiap budaya harus
dipelajari secara khusus dan generasi lintas budaya akan
muncul membentuk suatu budaya baru. Boas berjuang
melawan diskriminasi terhadap kaum imigram khususnya yang
berasal dari Benua Afrika, dan juga diskriminasi terhadap suku
bangsa Indian sebagai penduduk asli Bangsa Amerika. Banyak
Anthropolog Amerika mengambil berbagai agenda kegiatan
penelitinnya dalam rangka reformasi sosial, dan berbagai
teorinya tentang ras berlanjut dipergunakan sampai sekarang,
bahkan empat Ruang Lingkup Antropologi yang dipergunakan
sekarang, sebenarnya berasal dari Kaum Boasian : empat
ruang lingkup tersebut adalah Anhtropologi sosial budaya,
Antropologi Biologi, Lingusitik dan Archeologi/Antropologi pra
sejarah
Boas menggunakan posisinya di Universitas Columbia dan
American Museum of Natural History untuk melatih dan
mengembangkan generasi ilmuwan baru. Generasi pertama
dari mahasiswanya antara lain : Alfred Kroeber, Robert Lowie,
Edward Sapir dan Ruth Benedict, semuanya secara produktif
menulis tentang budaya asli Amerika Utara dan menentang
teori evolusi tunggal / linear.
Publikasi berbagai buku teks dari Alfred Kroeber, Anthropology,
menandai sebuah titik peralihan menuju suatu generalisasi.
'Culture and Personality' buku yang ditulis oleh Margaret Mead
dan Ruth Benedict., umumnya sangat terpengaruh oleh
psikolog bidang psiko analistis seperti Sigmund Freud dan Carl
Jung, buku ini berusaha untuk mencari pemahaman tentang
berbagai personalitas setiap individu khususnya terkait dengan
kekuatan sosial budaya dari lingkungan.

Perkembangan Anthropology di Canada


Athropology di Canada sama seperti di belahan bumi lain
adalah sebagai bagian dari dunia kolonial, data yang
dipergunakan adalah berbagai catatan kaum pengembara dan
misionaris seperti pendeta’s dari gereja LeClercq, Le Jeune
dan Sagard. Usaha yang serius mulai dilakukan ketika
pemerintah menetapkan Divisi Anthropologi di dalam Survey
Geologis pada tahun 1910. Para Anthropolog umumnya diambil
dari Inggris dan AS, umumnya adalah kaum Boasian dan para
ahli bahasa dari Oxford seperti Marius Barbeau and Diamond
Jenness.
Posisi Akademik yang pertama di bidang Anthropologi,
diberikan kepada Thomas McIlwraith di University of Toronto
pada tahun 1925. Beberapa universitas seperti UBC dan
McGill, pada tahun 1947 mulai mempekerjakan para
anthropolog he next universities to hire anthropologists, dan
Ph.D pertama di bidang Anthropologi diraih di tahun 1956,
hanya dalam waktu yang singkat beberapa Universitas di
Canada mampu menghasilkan lulusan Ph D lainnya sampai
dengan akhir tahun 1960an. Tahun 1970an merupakan puncak
perkembangan universitas dan profesi sebagai Anthropolog di
Canada, smapai dengan tahun 1980 sudah dihasilkan 400
doktor di bidang Anthropologi dan dipekerjakan di Canada,
disamping lulusan Master. Harry Hawthorne mendirikan
departemen Anthropologi di UBC dan menetapkan standart
riset anthropologi sebagai tuntunan kebijakan public bagai
Pemerintah Federal Canada, penyusunannya dibantu oleh M.-
A. Tremblay, buku petunjuk tersebut berjudul "A Survey of the
Contemporary Indians of Canada" (1966, 1967).
Anthropologi di Canada memiliki karakterisik perpaduan antara
type Boasian di AS, Inggris dgn penekanan atas fungsi dan
proses sosial, dan Francophone merintis riset di area pedesaan
& suku bangsa terpencil. Isu kesenjangan sosial,
kesinambungan, perubahan, ekonomi politik, lingkungan, dan
ekologi budaya, personalitas, budaya dan simbol-simbolnya
mendominasi wacana anthropologi di Canada sejak PDI
sampai dengan Perang Vietnam.
Perkembangan Anthropology Di Perancis
Anthropology di Perancis kurang memiliki asal muasal yang
jelas jika dibandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat,
karena banyak ilmuwan Perancis yang meneliti Anthropologi
umumnya sudah memiliki latar belakang sosiologi, ataupun
filsafat Marcel Mauss (1872-1950), keponakan dari Sosiolog
Émile Durkheim dipandang sebagai perintis Ilmu Anthropologi
di Perancis. Mauss menjadi anggota dari kelompok Année
Sociologique yang didirikan oleh Durkheim dan selagi
Durkheim serta yang lainnya meneliti masyarakat modern
maka Mauss dan rekanannya seperti Henri Hubert dan Robert
Hertz mengambil spesialisasi ethnography dan philology (ilmu
bahasa-bahasa) untuk menganalisa berbagai masyarakat yang
dipandang berbeda dari bangsa Eropa. Hasil karya Mauss
yang terkenal dan masih memiliki relevansi sampai sekarang
adalah Essay on the Gift sebuah analisa seminal tentang
perdagangan dan system barter.

Berbeda dengan di Inggris di Perancis tidak terdapat


perbedaan yang nyata antara ethnologi, anthropologi sosial
dan anthropologi budaya. Di sepanjang waktu Antara Dua
Perang Dunia, Ketertarikan akademisi anthropologi cenderung
ke arah gerakan kebudayaan ke arah yang lebih luas, menjurus
ke arah pengaruh surrealism and primitivism di dalam
ethnografi. Marcel Griaule dan Michel Leiris contoh ilmuwan
yang kemudian bergabung dengan para pelopor anthropology
versi Perancis. Pada saat itu apa yang diketahui tentang
ethnologi hanya terbatas kpd museum saja, dan anthropologi
memiliki hubungan yg erat dengan studi tentang cerita rakyat.
Claude Lévi-Strauss membantu melembagakan anthropology
di Perancis dengan menambahkan pengaruh structuralism
sehingga meluas melewati batas’s multi disipliner, Lévi-Strauss
menetapkan ikatan dengan Anthropologi Inggris dan Ameriks
Serikat. Pada saat yang sama dia mendirikan pusat kajian dan
laboratorium di Perancis untuk menyediakan sebuah konteks
kelembagaan di dalam anthropology dan sebagai sarana untuk
melatih para mahasiswa yang kelak akan menjadi ilmuwan
berpengaruh seperti Maurice Godelier dan Françoise Héritier.
Banyaknya karakter yang Berbeda dari Anthropolgi Perancis
sekarang adalah hasil dari fakta bahwa kebanyakan riset
Anthropologi didanai oleh pemerintah melalui CNRS atau
laboratorium Riset Nasional, bukan oleh Universitas
Anthropolog lain yang terkenal di tahun 1970an adalah Pierre
Clastres, yang melakukan penelitiana atas suku bangsa
Guayaki di Paraguay, dimana suku bangsa primitive tersebut
secara aktif menentang kebijakan Pemerintah Paraguay.
Meskipun primitive, suku bangsa tersebut memiliki lembaga
pemegang kekuasaan bersifat terpisah dari masyarakatnya
yang berperan sebagai juru bicara dan negoisator dengan
kelompok lain.
Ilmuwan lainnya di bidang Anthropologi yang terpenting setelah
jaman Foucault dan Lévi-Strauss adalah Pierre Bourdieu,
sebelumnya dia mendalami filsafat dan sosiologi dan pernah
menjabat Kepala Departemen Sosiologi di Collège de France.
Seperti Mauss dan yang lainnya dia mengelaborasikan kedua
ilmu baik sosiologi maupun anthropologi. Risetnya yang
terkenal adalah tentang suku bangsa Kabyles di Aljazair
mampu mengukuhkan namanya sebagai Anthropolog Eropa,
selain itu analisanya tentang fungsi dan reproduksi pakaian dan
Kapitalisme Kebudayaan di dalam masyarakat Eropa mampu
mengukuhkan namanya di jajaran Sosiolog Eropa.

Di Negara’s Lain
Anthropology di Yunani dan Portugis sangat terpengaruh oleh
Anthropologi Inggris Di Yunani, Anthropologi sudah ada sejak
Abad 19 sebagai ilmu cerita rakyat yang dikenal dengan nama
laographia (laography), di dalam bentuk sebuah ilmu interior,
yang lemah sekali teoritisnya, tetapi konotasi dari bidang ini
berubah pesat setelah PD II, ketika muncul gelombang
Anthropolog Anglo-Amerika, mengenalkan sebuah ilmu tentang
dunia luar–yakni tentang suku bangsa yang dianggap
terbelakang. Di Italia perkembangan Ethnografi tidak
menunjukkan perkembangan yang pesat, bahkan di Jerman
dan Norwegia muncul konflik antar ilmuwan yang berfokus
kepada isu sosial budaya domestic dengan sosial budaya asing
Anthropology setelah PD II : Meningkatnya Dialog di dalam
Anglophone anthropology
Sebelum PD II, Ilmuwan anthropologi sosial Inggris dan
Anthropologi Budaya Amerika masih merupakan tradisi
keilmuwan yang berbeda. Setelah PD II, cukup bnayak para
Anthropolog Inggris dan Amreika yang saling tukar menukar ide
dan satu sama lain mulai berbicara secara kolektif sebagai
Anthropologi Sosial Budaya. Pada th 1950an & pertengahan th
1960an anthropology cenderung mulai menemukan jati diri
keilmuannya setelah Ilmu’s Alam. Beberapa Anthropolog
seperti Lloyd Fallers dan Clifford Geertz, memfokuskan diri
kepada proses modernisasi dengan jalan mempelajari Negara-
negara yang baru saja merdeka. Sementara Julian Steward
dan Leslie White, berfokus kepada bagaimana masyarakat
mengelola dan menyesuaikan ekologi sekelilingnya sehingga
bisa meraih manfaat yang se-banyak’s-nya.- Sebuah
pendekatan yang dipopulerkan oleh Marvin Harris adalah
Economic anthropology, terpengaruh oleh Karl Polanyi dan
dilanjutkan oleh Marshall Sahlins dan George Dalton, mereka
berfokus kepada bagaimanakah ekonomi tradisional berjalan,
namun mengabaikan factor sosial dan budaya. Di Inggris
paradigma British Social Anthropology's paradigma mulai
terpecah di satu sisi Max Gluckman and Peter Worsley
terpengaruh oleh Marxism sementara beberapa ilmuwan
lainnya seperti Rodney Needham dan Edmund Leach
menggunakan structuralism milik Levi Strauss. Structuralism
juga mempengaruhi sejumlah perkembangan di tahun 1960an
dan 1970an, mencakup cognitive anthropology and analisa
komponensial. Beberapa Ilmuwan seperti David Schneider,
Clifford Geertz, dan Marshall Sahlins mengembangkan sebuah
konsep baru atas kebudayaan yakni : Kebudayaam adalah
sebuah jaringan pemaknaan atau signifikansi, dimana hal ini
akan semakin meningkatkan ruang lingkup disiplin ilmu ini
Seiring degan perkembangan jaman, anthropology menjadi
terpolitisir, mis peistiwa perang kemerdekaan Aljazair ,Perang
Vietnam. Marxism menjadi sebuah pendekatan teoritik yang
cukup popular. Pada akhir tahun 1970an banyak ilmuwan justru
menjadi bingung atas relevansi Anthropologi, sehingga
menerbitkan jurnal Reinventing Anthropology

Michel Foucault
Pada tahun 1980an isu power / kekuasaan, seperti yang
diuraikan di dalam karangan Eric Wolf berjudul Europe and the
People Without History, menjadi pusat perhatain kajian
Anthropologi. Buku-buku seperti Anthropology and the Colonial
Encounter semakin mempertegas ikatan anthropology dengan
masalah kesenjangan colonial, muncullkan ilmuwan seperti
Antonio Gramsci dam Michel Foucault yang menggerakkan isu
power dan hegemony ke dalam disiplin anthropologi. Gender
dan sexuality menjadi topic yang popular, karena keterkaiatan
antara disiplin ini dengan sejarah, khususnya dipengaruhi oleh
Marshall Sahlins, yang menggunakan teori dari Lévi-Strauss
dan Fernand Braudel untuk meneliti hubungan antara struktur
sosial dan angen individual. Ilmuwan strukturalis lainnya yang
berpengaruh antara lain Nietzsche, Heidegger, juga Derrida
and Lacan. Dari Mazhab Frankfurt.
Di akhir tahun 1980an dan 1990an beberapa ilmuwan seperti
George Marcus dan James Clifford lebih cenderung kembali
kepada ethnografi, khususnya bagaimana dan mengapa ilmu
anthropologi dipergunakan, dan mendominasi kajian. Kelompok
ii cenderung ke arah Feminists sebagai bagian dari aliran 'post-
modernisme’ Ethnographies berkembang menjadi lebih
refleksif, secara eksplisit mengungkapkan methodology,
kebudayaan, gender dan rasial. Selain itu anthropologi juga
mulai mengkaji masalah globalisasi, pengobatan, bioteknologi,
hak hak kaum pribumi, dan masalah masalah yang dihadapi
oleh masyarakat industri maju.

Hubungan Antara Sosial Budaya dan Biologi Merupakan Dasar


Dari Perkembangan antrokes
Anthropologi erat sekali kalitannya dengan kebudayaan dan
biologi, dimana keduanya sama-sama meneliti berbagai obyek
fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa sekarang maupun
di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai’s
budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam
berbagi divisi di atas, sebagai contoh medical anthropology
sering dipandang sebagai sub bidang anthropologi social
budaya ; namun banyak anthropolog yang mempelajari topic
kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis
disamping harus memperhatikan berbagai interaksi antara
budaya dan biologi. Mereka juga menggunakan analisa
linguistic untuk memahami komunikasi sekitar masalah
kesehatan dan peny., juga memahami teknis archeologis untuk
memahami sejrah kesehatan dan peny. di dalam masyarakat
jaman pra sejarah ataupun jaman sejarah.
Problem serupa juga muncul di dalam sub bidang forensic
anthropologists, dimana bisa menggunakan teknik-teknik di
dalam physical anthropology dan archaeology, dan juga
konsep’s di dalam anthropologi budaya seperti medical
anthropologists. Biocultural anthropology adalah sebuah sub
bidang yang digunakan untuk mendeskripsikan sintesa antara
perspektif cultural dan biologi. Applied anthropology mungkin
lebih sesuai jika dipandang sebagai suatu penekanan daripada
sebagai sub bidang; dimana para anthropolog terapan dapat
bekerja di kantor’s pemerintah, LSM, ataupun perusahaan
swasta, menggunakan berbagai teknik dari berbagai sub
bidang anthropologi untuk menyelesaikan berbagai masalah
seperti : implementasi kebijakan, dampak dari suatu akses,
pendidikan, riset pemasaran, ataupun pengembangan produk.
Akhir-akhir ini banyak program anthropology programs di
beberapa universitas ternama di AS telah mulai membagi
anthropology menjadi dua bidang : satu bidanmg menekankan
kepada humanities, critical theory, and interprepetative atau
pendekatan semantic ; sementara bidang lainnya menekankan
pada evolutionary theory, metode kuantitative, dan pengetestan
secara eksplisit (melalui deskripsi idiographic), meskipun juga
terdapat penekanan kelembagaan untuk menggabungkan
keduanya menjadi satu departemen.. Di beberapa universitas
program anthropologi biologi dan archaelogi juga telah pindah
ke departemen biologi atau bidang lainnya yang terkait.
Perkembangan Antrokes dari Sisi Sosialcultural Pole
Socio-cultural anthropology, adalah suatu investigasi yang
memerlukan jangka waktu yang cukup panjang dan intensif
(dengan observasi partisipan), atas budaya dan organisasi
sosial dari suku bangsa tertentu khususnya tentang: bahasa,
organisasi ekonomi dan politik, hukum dan resolusi konflik, pola
konsumsi dan perdagangan kinship dan struktur keluarga,
relasi gender, sosialisasi dan pemeliharaan anak, agama,
mytologi, simbolisme, dsb. Universitas di AS cenderung
mempergunakan istilah Anthropologi Budaya, sedangkan
Universitas Inggris cenderung mempergunakan istilah
Anthropologi sosial. Namun di abad 20, keduanya digabungkan
menjadi anthropolgi sosial budaya. Sub bidang dari
Anthropologi Budaya mencakup : Subfields and related fields
include psychological anthropology, folklore, anthropology of
religion, ethnic studies, cultural studies, anthropology of media
and cyberspace, Social Anthropology, Politic Anthropology,
study of the diffusion of social practices and cultural forms.
Perkembangan Antrokes dari Sisi Biological Pole
Biological or physical anthropology, berusaha untuk memahami
jasad/fisik manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi,
genetika populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk
primate / binatang yang menyerupai manusia). Sub bidang dari
Anthropologi fisik ini mencakup : anthropometrics, forensic
anthropology, osteology, and nutritional anthropology
Beda Antara Perkembangan Antrokes Biological Pole dan
Sosiocultural Pole

Antrokes
Antrokes adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya
terhadap penghayatan masyarakat tentang peny. dan
kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita
ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak
terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh
unsur budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu
seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi
mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antrokes yang diajukan Foster/Anderson mrpk
konsep yang tepat karena termaktub dalam pengertian ilmu
antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas.
Menurut Foster/Anderson, Antrokes mengkaji masalah’s
kesehatan dan peny. dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub sosial budaya.

Pokok perhatian Kutub Biologi :


• Pertumbuhan dan perkembangan manusia
• Peranan peny. dalam evolusi manusia
• Paleopatologi (studi mengenai peny’s. purba)

Pokok perhatian Kutub Sosial-budaya :


• Sistem medis tradisional (etnomedisin)
• Masalah petugas’s kesehatan dan persiapan profesional
mereka
• Tingkah laku sakit
• Hubungan antara dokter pasien
• Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan
barat kepada masyarakat tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antrokes adalah


disiplin yang memberi perhatian pada aspek’s biologis dan
sosio-budaya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang
cara’s interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan peny.
pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Menurut Weaver :
Antrokes adalah cabang dari antropologi terapan yang
menangani berbagai aspek dari kesehatan dan peny. (Weaver,
1968;1)

Menurut Hasan dan Prasad :


Antrokes adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia
(termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk
memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-
historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan
manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)

Menurut Hochstrasser :
Antrokes adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-
karyanya, yg berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan
(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245)

Menurut Lieban :
Antrokes adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973,
1034)

Menurut Fabrega :
Antrokes adalah studi yang menjelaskan:
• Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan
peranan didalam atau mempengaruhi cara’s dimana individu’s
dan kelompok’s terkena oleh atau berespons terhadap sakit
dan peny.
• Mempelajari masalah-masalah sakit dan peny. dengan
penekanan terhadap pola’s tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)

Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli’s antropologi


mengenai Antrokes seperti tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Antrokes mencakup:
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi
berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik
biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan
masa kini dengan derajat kesehatan dan peny., tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut;
2. Partisipasi profesional mereka dalam program’s yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara
gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui
perubahan tingkah laku sehat kearahyang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
3. Kegunaan Antrokes
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman
individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana
cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan
emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan
orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta
lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari
suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara
menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang
dilakukan dalam perwujudn kehidupan se-hari’s. Di sisi
lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang
penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia
(kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama,
ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap
sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola
pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antrokes senantiasa memberikan
sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat
secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana
cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap
bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik,
relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi
dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat
menjadi lebih baik;
2. Memberikan suatu model yang secara operasional
berguna untuk menguraikan proses sosial budaya
bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat
meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya,
tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan
luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat
berada pada situasi yang baru;
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil
penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang
tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang
suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai