Anda di halaman 1dari 55

BAB 2

reaksi
redoks dan
elektrokimia
PETA KONSEP
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Salah satu manfaat dari konsep reaksi redoks adalah untuk menyetarakan persamaan
reaksi kimia yang rumit. Persamaan reaksi yang sudah memenuhi kedua persyaratan
itu disebut dengan persamaan reaksi setara, dan untuk membuat suatu reaksi yang
belum setara menjadi setara disebut dengan penyetaraan persamaan reaksi.

Contoh persamaan reaksi setara:

3Cu(s) + 8HNO3(aq)  3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 6NO3−(aq) + 4H2O(l)

Penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan konsep reaksi


redoks, yaitucara bilangan oksidasidan cara ion elektron.
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi

Penyetaraan persamaan reaksi dengan cara bilangan oksidasi memerlukan


keterampilan menghitung bilangan oksidasi secara tepat dan cepat. Cara ini
mempunyai tahapan yang lebih sederhana, tetapi ada langkah yang harus dilakukan
secara berurutan.

Contoh:

MnO4−(aq) + Cl−(aq) + H+(aq)  Mn2+(aq) + Cl2(g) + H2O(l)


A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi
Langkah
Tentukan bilangan oksidasi atom-atom yang terlibat dalam reaksi,
kemudian tuliskan rumus kimia dari zat yang di dalamnya terdapat atom
yang berubah bilangan oksidasinya.

MnO4−(aq) + Cl−(aq) + H+(aq)  Mn2+(aq) + Cl2(g) + H2O(l)

+7 -2 -1 +1 +2 0 +1 -2

Atom yang berubah bilangan oksidasinya adalah Mn dan Cl, maka yang
dituliskan adalah MnO4−, Cl –, Mn2+, dan Cl2.
MnO4−+ Cl− Mn2++ Cl2
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi

Langkah
Setarakan jumlah yang berubah bilangan oksidasinya dengan mengubah
koefisiennya, kemudian tentukan berapa jumlah bilangan oksidasi dari
atom-atom tersebut.

MnO4−(aq) + 2Cl−(aq)  Mn2+(aq) + Cl2(g)

+7 2 x -1 +2 0
(- 2)
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi
Langkah
Setarakan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi
dengan cara mengubah koefisien (jumlah atom atau molekul) dari atom-
atom yang berubah bilangan oksidasinya.

MnO4−(aq) + Cl−(aq)  Mn2+(aq) + Cl2(g)

+7 -2 +2 0

Turun (5) Naik (2)


A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi

Langkah
Tentukan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi.
MnO4−+ 2Cl− Mn2++ Cl2

MnO4−(aq) + 2Cl−(aq)  Mn2+(aq) + Cl2(g)

+7 -2 +2 0

Turun (5x2) Naik (2x5)

2MnO4−+ 10Cl−2Mn2++ 5Cl2


A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi
Langkah
Hitung jumlah muatan, jika belum setara disetarakan dengan menambah:
• ion H+jika reaksi dalam lingkungan asam.
• ion OH– jika reaksi dalam lingkungan basa.
Pada contoh diatas, lingkungan reaksinya adalah asam (ditandai dengan
adanya ion H+).

2MnO4−+ 10Cl−2Mn2++ 5Cl2


-2 - 10 +4 0
Jumlah muatan ruas kiri = −12
Jumlah muatan ruas kanan = +4
Oleh karena lingkungan reaksinya asam, maka agar setara ditambahkan
ion H+ di ruas kiri sebanyak 16.
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Bilangan Oksidasi

2MnO4−(aq) + 10Cl−(aq) + 16H+(aq) 2Mn2+(aq) + 5Cl2(g)

Langkah Setarakan jumlah atom hidrogen (H) dengan menambahkan H2O pada ruas
yang kekurangan atom H.
Pada contoh di atas,ruas kanan kekurangan 16 buah atom H sehingga di
ruas kanan ditambahkan 8 buah molekul H2O (mengandung 16 buah atom
H).

2MnO4−(aq) + 10Cl−(aq) + 16H+(aq) 2Mn2+(aq) + 5Cl2(g) + 8H2O(l)


A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi

Pada penyetaraan dengan cara ion elektron, persamaan reaksi dipecah menjadi dua
persamaan reaksi yang masing-masing disebut setengah reaksi reduksi dan setengah
reaksi oksidasi. Setelah itu, kedua persamaan reaksi dijumlahkan dengan
memperhatikan jumlah elektron yang diikat dan dilepas.

Contoh:

Reaksi dalam lingkungan basa:


Al(s) + NO3–(aq)  AlO2−(aq) + NH4+(aq)
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi
Langkah
Persamaan reaksi dipecah menjadi dua buah setengah reaksi dan
tentukan jumlah elektron yang diikat atau dilepas.
Al(s)  AlO2–(aq) + 3e–
NO3−(aq)+ 8e –  NH4+(aq)

Catatan:
Untuk mempermudah perhitungan jumlah elektron, digunakan pedoman
sebagai berikut.
• Jumlah kenaikan bilangan oksidasi sama dengan jumlah elektron
yang dilepas.
• Jumlah penurunan bilangan oksidasi sama dengan jumlah elektron
yang diikat.
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi
Langkah
Setarakan muatan dengan menambahkan H+ (suasana asam) atau OH−
(suasana basa). Pada contoh ini suasananya basa sehingga:
Al(s) + 4OH –  AlO2–(aq) + 3e–
NO3−(aq)+ 8e–  NH4+(aq) + 10OH –

Langkah
Menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H2O pada ruas
yang kekurangan atom H.
Al(s) + 4OH–AlO2–(aq) + 3e– + 2H2O
NO3−(aq)+ 8e– +7H2O NH4+(aq) + 10OH–
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi
Langkah

Menyetarakan jumlah elektron yang diikat dan dilepas, kemudian


dijumlahkan.

Reduksi: 8Al(s) + 32OH–  8AlO2–(aq)+24e – + 16H2O


Oksidasi: 3NO3−(aq)+ 24e–+ 21H2O  3NH4+(aq) + 30OH–
+
Reaksi : 8Al(s) + 3NO3−(aq) + 2OH− + 5H2O  8AlO2− + 3NH4+
A. PENYETARAAN PERSAMAAN
REAKSI REDOKS
Contoh Soal
Setarakan persamaan reaksi redoks berikut menggunakan cara
bilangan oksidasi atau ion elektron:
1. CuS + NO3 – Cu2+ + S + NO (asam)
2. Bi2O3 + ClO-  Bi2O3- + Cl- (basa)
3. As2S5 + HNO3 H3AsO4 + H2SO4 + NO2 + H2O
4. Cr2O72-+ VO2+ Bi2O3 + VO3+ (basa)
5. H2O2 + MnO4- Mn2+ + O2 (asam)
B. SEL ELEKTROKIMIA
Sel volta adalah sel elektrokimia dimana energi kimia dari reaksi redoks
spontan diubah menjadi energi listrik.
B. SEL ELEKTROKIMIA

Anode dan katode diletakkan


Pemisahan reaksi redoks menjadi
dalam suatu elektrolit
2 bagian, yaitu setengah reaksi
dihubungkan oleh rangkaian luar
oksidasi di anode dan setengah
berupa kawat. Maka elektron akan
reaksi reduksi di katode.
mengalir dari anode ke katode.

Arus listrik ini disebabkan adanya


beda potensial antara anode dan
katode, yang dapat diketahui dari Aliran ini adalah arus listrik .
pengukuran menggunakan
voltmeter
B. SEL ELEKTROKIMIA

Sel Volta

Anode Katode
→ Terjadi oksidasi → Terjadi reduksi
→ Bermuatan (–) → Bermuatan (+)
B. SEL ELEKTROKIMIA
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut
diagram sel.

• Anode biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katode di sebelah


kananpada anode terjadi oksidasi Zn menjadi Zn.
• Di katode terjadi reduksi ion Cu menjadi Cu.
• Dua garis sejajar (||) yang memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan
garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas antarfase.
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Elektrode Hidrogen sebagai Elektrode Standar

Elektrode standar yang digunakan adalah elektrode hidrogen − platina, yaitu batang
platina yang dimasukkan ke dalam larutan asam yang mengandung ion H+(aq) 1M
pada suhu 25oC, dan melalui pipa dialirkan gas hidrogen pada batang platina dengan
tekanan 1 atm. Gas hidrogen diabsorpsi oleh batang platina sehingga yang dianggap
berinteraksi dengan larutan asam (H+) adalah gas hidrogen (H2).
Kondisi standar (25oC; 1 atm; 1,0 M) besarnya beda potensial elektrode tersebut
adalah 0,00 volt; dan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
2H+(aq) + 2e−→ H2(g) Eo = 0,00 V
atau
H+(aq) (1M)  H2(g) (25oC,1atm) Eo = 0,00 V
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Elektrode Hidrogen sebagai Elektrode Standar

Elektrode standar
hidrogen
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)
Pengukuran nilai potensial suatu
elektrode dilakukan dengan
menyusun elektrode tersebut
menjadi suatu sel elektrokimia
dengan elektrode standar
(hidrogen-platina), dan besarnya
potensial dapat terbaca pada
voltmeter yang dipasang pada
rangkaian luar. Potensial elektrode
yang diukur dengan menggunakan
elektrode standar disebut dengan
potensial elektrode standar (Eo).
Bagan sel Volta
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)

Besarnya beda potensial yang terbaca pada voltmeter adalah 0,76 volt. Berdasarkan
perjanjian, potensial elektrode hidrogen adalah nol, dan fakta pengukuran
menunjukkan bahwa potensial hidrogen lebih tinggi (karena arus listrik mengalir dari
elektrode hidrogen ke elektrode seng), sehingga besarnya potensial elektrode seng
adalah −0,76 volt.
Penulisan persamaan reaksinya adalah:
Zn2+(aq) + 2e− → Zn(s) Eo = −0,76 V
 
atau notasi setengah sel elektrode seng adalah:
Zn2+ Zn Eo = −0,76 V
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)
Setengah reaksi E0 (volt) Setengah reaksi E0 (volt)
Li (aq) + e−→ Li(s)
+ −3,045 Co (aq) + 2e –→ Co(s)
2+ −0,28
K+(aq) + e–→ K(s) −2,924 Ni2+(aq) + 2e –→ Ni(s) −0,23
Ba2+(aq) + 2e –→ Ba(s) −2,90 Sn2+(aq) + 2e –→ Sn(s) −0,136
Sr2+(aq) + 2e –→ Sr(aq) −2,89 Pb2+(aq) + 2e –→ Pb(s) −0,126

Nilai standar Ca2+(aq) + 2e –→ Ca(s) −2,76 Fe3+(aq) + 3e−→ Fe(s) −0,036


Na+(aq) + e–→ Na(s) −2,71 2H+(aq) + 2e –→ H2(g) 0,000
(EO) dari Mg2+(aq) + 2e –→ Mg(s) −2,375 Sn4+(aq) + 2e–→ Sn2+(aq) +0,15
beberapa Al3+(aq) + 3e –→ Al(s) −1,706 Cu2+(aq) + 2e –→ Cu(s) +0,34
Ti2+(aq) + 2e –→ Ti(s) −1,63 I2(s) + 2e–→ 2I–(aq) +0,535
elektrode
Mn2+(aq) + 2e−→ Mn(s) −1,029 Ag+(aq) + e–→ Ag(s) +0,799
potensial Cr2+(aq) + 2e –→ Cr(s) −0,91 Br2(aq) + 2e – → 2Br –(aq) +1,087
elektrode 2H2O(l) + 2e−→ H2(g) + 2OH–(aq) −0,83 Pt2+(aq) + 2e–→Pt(s) +1,2
Zn2+(aq) + 2e –→ Zn(s) −0,76 O2(g)+4H+(aq) + 4e–→ 2H2O(l) +1,23
Cr3+(aq) + 3e –→ Cr(s) −0,74 Cl2(g) + 2e –→2Cl–(aq) +1,34
Cr3+(aq) + e –→ Cr2+(aq) −0,41 Au+(aq) + e–→ Au(s) +1,68
Fe2+(aq) + 2e –→ Fe(s) −0,409 F2(g) + 2e –→ 2F–(aq) +2,87
Cd2+(aq) + 2e –→ Cd(s) −0,403
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)

Potensial sel (Eosel) merupakan selisih antara nilai potensial elektrodedari anode dan
katodesuatu sel elektrokimia. Fakta bahwa arus listrik bergerak dari katode ke anode
menunjukkan bahwa katode mempunyai potensial lebih tinggi daripada anode (listrik
mengalir dari kutub dengan potensial tinggi ke rendah). Oleh karena itu,nilai potensial
sel merupakan selisih nilai potensial katode dikurangi anode, atau:

Eosel = Eokatode – Eoanode

atau

Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi


C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Potensial Elektrode Standar serta Daya Oksidasi dan Daya
Reduksi
Nilai potensial elektrode dapat digunakan untuk mengetahui daya oksidasi dan daya
reduksi suatu zat. Semakin positif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti zat tersebut
semakin mudah mengalami reduksi, dan itu berarti zat tersebut akan menjadi
oksidator kuat. Sebaliknya, semakin negatif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti
zat tersebut semakin mudah mengalami oksidasi, dan itu berarti zat tersebut akan
menjadi reduktor kuat.

Jadi,semakin positif nilai potensial reduksi standar suatu zat semakin


kuat daya oksidasinya (oksidator kuat) dan sebaliknya, semakin
negatif nilai potensial reduksi standar suatu zat semakin kuat daya
reduksinya (reduktor kuat).
C. POTENSIAL ELEKTRODE
STANDAR
Potensial Elektrode Standar serta Daya Oksidasi dan Daya
Reduksi
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Salah satu contoh penggunaan sel elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari adalah
baterai (sumber arus searah).

Sel Primer • Sel kering


Sel yang reaksinya tidak dapat •
contoh Sel alkaline
balik (irreversible), sehingga jika • Sel perak
sudah habis, tidak dapat isi oksida
ulang.
Sumber arus
searah

Sel sekunder • Aki


Sel yang reaksinya dapat balik, • Baterai Ni –
sehingga dapat diisi kembari contoh
Cd
(reversible). • Baterai litium
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Kering (Sel Leclanche)

Sel kering atau sel Leclanche dikenal sebagai batu baterai. Sel ini terdiri dari katode
yang terbuat dari grafit dan anode dari logam seng. Elektrolit yang digunakan
merupakan pasta yang merupakan campuran MnO2 (pirolusit) serbuk karbon, dan
NH4Cl. MnO2 bertindak sebagai oksidator, sedangkan NH4Cl sebagai media yang
memberi suasana asam.
Katode : 2MnO2(s) + 2H+(aq) + 2e− Mn2O3(aq) +H2O(l)
Anode : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e−
+
Reaksi sel : 2MnO2(s) + Zn(s)+ 2H+(aq)  Mn2O3(s) +Zn2+(aq) + H2O(aq)
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Kering (Sel Leclanche)

Ion H+ berasal dari hidrolisis NH4+:


NH4+ + H2O  NH4OH + H+
dan ion Cl− akan bereaksi dengan
Zn2+ dengan reaksi:
Zn2+ + 2Cl− ZnCl2
Potensial sel yang dihasilkan 1,5 V.
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Alkaline

Sel alkalin merupakan pernyempurnaan dari sel Leclanche, yaitu dengan mengganti
NH4Cl dengan pasta KOH. Melalui penggantian ini, beda potensial yang dihasilkan
akan relatif tetap dan baterai lebih awet.Anode sel alkalin terbuat dari logam Zn dan
katodenya dari MnO2yang dicampur dengan KOH. Reaksi yang terjadi adalah:

Anode: Zn(s) + 2OH–(aq)  Zn(OH)2(s) + 2e− Eo= +1,2 V


Katode: 2MnO2(s) + 2H2O(l) +2e−2MnO(OH)(s) + 2OH–(aq) Eo = +0,3 V
+
Reaksi sel: Zn(s)+ 2MnO2(s)+ 2H2O(l)  Zn(OH)2(s) + 2MnO(OH)(s) Eosel= 1,5 V
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Perak Oksida

Sel perak oksida banyak digunakan untuk arloji, kalkulator, dan alat-alat elektronik
kecil lainnya. Anode sel perak oksidaterbuat dari logam Zn, katodenya oksida perak
(Ag2O), dan elektrolitnya adalah pasta yang mengandung KOH. Reaksi yang terjadi
adalah:

Anode : Zn(s) + 2OH–(l)  Zn(OH)2(s) + 2e−


Katode : Ag2O(s) + H2O(l) +2e−  2Ag(s) + 2OH–(aq)
+
Reaksi sel : Zn(s)+Ag2O(s) +H2O(l)  Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)

Nilai potensial sel yang dihasilkan adalah 1,34 V.


D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Perak Oksida

Baterai perak oksida dan bagian-bagiannya


D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Aki

Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan karena dapat berfungsi sebagai penyimpan
listrik yang setiap saat dapat dikeluarkan (dimanfaatkan). Sel aki termasuk sel
sekunder karena dapat diisi ulang. Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan
katodenya terbuat dari logam timbal yang dilapisi PbO2. Senyawa PbO2 inilah yang
berperan dalam reaksi redoks. Sebagai elektrolit digunakan asam sulfat (H2SO4) yang
kadarnya sekitar 37% dan sering disebut accu-zuur.

Anode : Pb(s) + SO42−(aq)  PbSO4(s) + 2e−


Katode : PbO2(s) + SO42−(aq) + 4H+(aq) + 2e− PbSO4(s) + 2H2O(l)
+
Reaksi sel: Pb(s) + PbO2(s) + 2SO42−(aq) + 4H+(aq)  2PbSO4(s) + 2H2O
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Aki

Pada saat aki diisi ulang, terjadi reaksi sebaliknya, yaitu:


2PbSO4(s) + 2H2O(l) Pb(s) + PbO2(s) + 2SO42−(aq) + 4H+(aq)
Kadar asam sulfat akan semakin encer pada saat aki digunakan (dikosongkan),
sedangkan pada waktu diisi maka kadar asam sulfat akan meningkat.

Sel aki dan bagian-


bagiannya
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Nikel-Kadmium (Ni-Cd)

Sel Ni-Cd merupakan sel kering yang dapat diisi kembali. Anodenya adalah Cd dan
katodenya Ni2O3 (pasta). yang dihasilkan adalah 1,29 V. Penggunaan baterai ini sudah
jarang digunakan karena kadmium merupakan logam berat yang dapat mencemari
lingkungan. Beda potensial Reaksinya dapat balik dan diperkirakan:

Anode : Cd(s) + 2OH−(aq)  Cd(OH)2(s) + 2e−


Katode : NiO2(s) + 2H2O(l) + 2e− Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
+
Reaksi sel: Cd(s) + NiO2(s) + 2H2O(l)  Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Nikel-Kadmium (Ni-Cd)

Sel Ni-Cd dan bagian-bagiannya.


D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Baterai Litium

Baterai litium atau biasa disebut Li-ion merupakan baterai yang banyak digunakan
pada telepon seluler, laptop, tablet, dan perangkat elektronik lainnya. Baterai litium
merupakan hasil nanoteknologi, dimana atom-atom Li ditaburkan pada lembaran
grafit berukuran mikro yang membentuk molekul LixC6. Katodenya merupakan oksida
logam litium yang terbentuk dalam senyawa LiMn2O4 atau LiCoO2 dengan elektrolit
yang terbuat dari LiPF6 yang dilarutkan dalam pelarut organik dengan konsentrasi 1M.
Ion Li+ bergerak dari anode ke katode atau sebaliknya. Reaksi yang terjadi:
Anode : LixC6 xLi+ + xe− + C6(s)
Katode: Li1−xMn2O4 + xLi+ + xe− LiMn2O4(s)
+
Reaksisel : LixC6 + Li1−xMn2O4 LiMn2O4(s) + C6(s) Esel = 3,7 V
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Baterai Litium

Baterai Li-ion dan


bagian-bagiannya
D. BATERAI PENYIMPANAN
LISTRIK
Sel Bahan Bakar

Sel bahan bakar merupakan sel Galvani di mana pereaksi-pereaksinya (oksigen dan
hidrogen) dialirkan secara kontinyu ke dalam elektrode berpori. Anodenya adalah
nikel, katodenya nikel oksida, dan elektrolit KOH.
Reaksi yang terjadi adalah:

Anode : 2H2(g) + 4OH–(aq)  4H2O(l) + 4e−


Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e– 4OH–(aq)
+
Reaksi sel : 2H2(g) + O2(g)  2H2O(l)
E. KOROSI
Korosi adalah rusaknya benda-benda logam akibat pengaruh lingkungan. Proses korosi
dapat dijelaskan secara elektrokimia, misalnya pada proses perkaratan besi yang
membentuk oksida besi: Fe2O3·nH2O.Ditinjau secara elektrokimia, proses perkaratan
besi adalah peristiwa teroksidasinya logam besi oleh oksigen yang berqasal dari udara.
E. KOROSI
E. KOROSI
Faktor-faktor yang Mempercepat Korosi

Air dan Permukaan Terbentuk-


kelembaban Elektrolit logam yang nya sel
udara tidak rata elektrokimia
E. KOROSI
Cara Memperlambat Korosi

Cara Memperlambat Korosi

Mengontrol atmosfer agar tidak Perlindungan katodik dilakukan


lembap dan banyak oksigen, Mencegah logam dengan menghubungkan logam
misalnya dengan membuat bersinggungan dengan yang akan dilindungi dengan
lingkungan udara bebas dari oksigen oksigen di udara logam lain yang mempunyai
dengan mengalirkan gas CO2. potensial elektrode sangat rendah.
F. ELEKTROLISIS

Sel elektrolisis

Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia


dimana energi listrik digunakan untuk
menghasilkan reaksi redoks tidak spontan.
F. ELEKTROLISIS

Kutub negatif dari sumber


Menghubungkan kutub
listrik akan mendorong
negatif dari sumber listrik
elektron mengalir ke
ke katode, dan kutub
katode sehingga katode
positif ke anode. bermuatan negatif (-).

Kutub positif dari sumber


listrik akan menarik
elektron dari anode
sehingga anode bermuatan
positif (+).

Katode yang bermuatan Katode yang bermuatan


negatif akan menarik ion- positif akan menarik ion-
ion positif dalam elektrolit, ion negatif dalam elektrolit,
F. ELEKTROLISIS
Ion-ion di Sekitar Elektrode
Pada anode, ion-ion disekitar anode yang memilki E° lebih negatif yang akan mengalami
oksidasi. Pada katode, ion-ion di sekitar katode yang memiliki E° lebih positif yang akan
mengalami reduksi.
Elektrolisis leburan KI dengan elektrode grafit.
2KI(l) → 2K+(l)+ 2I−(l)
Anode (+) : 2I−(l) → I2(g) + 2e−
Katode (−): 2K+(l) + 2e−→ 2K(l)
+
2KI(l) → 2K(l) + I2(g)
Hasil elektrolisis leburan KI dengan elektrode grafit adalah gas I 2di anode dan logam
kalium cair di katode.
Jika di sekitar elektrode tidak aktif (inert) hanya terdapat satu jenis zat atau ion, maka
zat atau ion tersebut yang akan mengalami oksidasi atau reduksi.
F. ELEKTROLISIS
Bahan Elektrode
• Jika bahan elektrode terbuat dari grafit (C) atau logam inert (misalnya Pt atau Au),
elektrode tidak mengalami oksidasi atau reduksi. Jadi, yang mengalami oksidasi
atau reduksi adalah spesi-spesi yang ada di sekitar elektrode.
• Jika elektrodenya (terutama anode) dari logam aktif maka anode tersebut yang
akan mengalami oksidasi.
Contoh:
1. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode grafit
Na2SO4(aq) 2Na+(aq) + SO42−(aq)
Anode (+) : 2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e–
Katode (−): 4H2O(l) + 4e−2H2­(g) + 4OH–(aq)
+
2H2O(l)  2H2(g) + O2(g)
F. ELEKTROLISIS
Bahan Elektrode

Hasil elektrolisisnya adalah gas oksigen di anode dan gas hidrogen di katode.
2. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode tembaga
Na2SO4(aq) 2Na+(aq) + SO42−(aq)
Anode (+) : 2Cu(s) 2Cu2+(aq) + 4e–
Katode (−) : 4H2O(l) + 4e−2H2­(g) + 4OH–(aq)
+
2Cu(s) + 4H2O(l)  2Cu2+(aq) +2H2(g) +4OH−(aq)

Oleh karena anodenya dari Cu (anode aktif), maka anode Cu tersebut mengalami
oksidasi dan hasilnya adalah ion Cu2+ di anode dan gas hidrogen di katode.
F. ELEKTROLISIS
Bahan Elektrode
Reaksi di Anode Anode terbuat dari

Grafit atau Platina Logam lain

Di sekitar anode Anodenya teroksidasi:


ada ion negatif dari: L(s)  Ln+(aq) + ne−

OH− dari suatu basa, reaksinya: X− (X = Cl, Br, I) reaksinya: Sisa asam oksi ROnx− tidak teroksidasi,
4OH−(aq)  2O2(g) + 2H2(g) + 4e− 2X−(aq)  X2(g) + 2e− tetapi yang teroksidasi adalah H2O dari
pelarut
2H2O(l)  O2(g) + 4H+ + 4e−
F. ELEKTROLISIS
Bahan Elektrode
Reaksi di Katode
Di sekitar katode terdapat
ion negatif dari:

H+(aq) dari asam, Logam golongan IA, IIA, dan IIIA, logam lain, reaksinya:
reaksinya:
yang tereduksi H pada air Ln+(aq)  L(s)
2H+(aq) +2e− H2(g)
2H2O(l) +2e− H2(g) + 2OH−(aq)
G. ASPEK KUANTITATIF
ELEKTROLISIS
Hukum I Faraday

Menghitung massa zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis:

Ar (i  t )
m  gram
n 96.500

dengan: m = massa zat yang dihasilkan (gram)


i = kuat arus (ampere)
Ar = massa atom relatif
n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi (muatan ion) t
= waktu (detik)
G. ASPEK KUANTITATIF
ELEKTROLISIS
Hukum II Faraday

Jika kedalam beberapa larutan yang berisi ion logam dialirkan muatan listrik yang
sama jumlahnya, massa logam yang mengendap berbanding lurus dengan massa
ekivalennya. Massa ekivalen suatu ion logam merupakan perbandingan massa atom
relatif dengan muatan ionnya (Ar/n). Jadi, jika kedalam larutan Ag+, Cu2+, dan Cr3+
dialirkan muatan listrik dengan jumlah yang sama, massa yang diendapkan adalah:

Ar Ag Ar Cu Ar Cr
mAg : m Cu .: mCr  : :
1 2 3

Anda mungkin juga menyukai