Anda di halaman 1dari 11

BAHASA INDONESIA

Nama : Farhan Ferdiansyah


Kelas : 12 Bahasa
No. Absen : 13
Judul novel :
Pendekar Sendang Drajat :
Memburu Negarakertagama
 
Pengarang :
Viddy D Daery
 
Jumlah halaman :
146 halaman
 
Waktu membaca :
4 jam (dikarenakan jumlah
halaman yang sedikit)
: Sinopsis
Novel yang berjudul Pendekar Sendang Drajat : Memburu Negarakertagama ini
menceritakan tentang seorang pendekar gagah perkasa berusia 30-an yang semasa
hidupnya mengabdi sebagai penjaga keamanan wilayah Kasunanan Drajat, Sendang
Duwur, dan Sedayu. Ia adalah Raden Ahmad alias Pendekar Sendang Drajat.

Suatu ketika saat Raden Ahmad sedang berjalan-jalan dengan Dewi dan santri yang
lain, tiba-tiba terjadi keributan antara pendekar dari negeri Melayu dan pendekar
Rase Ndendesi. Perkelahian pun berhasil dilerai oleh Raden Ahmad. Ternyata maksud
dan tujuan para pendekar dari negeri Melayu itu untuk berziarah ke Candi Gajah
Mada, mereka pun diajak menginap di pesantren oleh Raden Ahmad.
Keesokannya para pendekar dari negeri Melayu itu diajak berkeliling-keliling
melihat keindahan Desa Sendang Dawur oleh salah satu santri. Selagi para
pendekar itu berkeliling desa, Raden Ahmad ternyata telah melamar salah satu
santri di pesantren yang bernama Dewi. Akhirnya selang beberapa hari
pernikahan pun dilaksanakan. Semua orang berbahagia menyambut pengantin
baru.

Beberapa hari setelah pernikahan tibalah para pendekar dari negeri Melayu
yang sudah selesai berkeliling di Desa Sendang Dawur. Mereka takjub dengan
keindahan Desa Sendang Dawur. Keesokannya mereka langsung pergi untuk
berziarah ke Candi Gajah Mada ditemani oleh Raden Ahmad dan 2 santri
lainnya. Di tengah tengah perjalanan banyak rintangan yang dihadapi oleh
para pendekar dan Raden Saleh hingga akhirnya mereka sampai di desa yang
katanya seram dan misterius, yaitu Desa Centhini.
Penokohan :
 Raden Ahmad : baik hati, bijaksana, sholeh, tidak sombong
 Kiai Nur Iman : ayah dari Raden Ahmad, bijaksana, baik hati
 Nyai Ageng : Ibu dari Raden Ahmad, baik hati, ahli pengobatan
 Dewi : lemah lembut, baik hati
 Tumengung Ismail : bijaksana, baik hati, melestarikan kebudayaan
 Ratu Buaya Jamang : sombong, haus akan kekuasaan
 Koh Liong : jahat, penghasut
 Gus Min : jahat, pembegal

Tokoh utama :
Tokoh utama dalam novel ini adalah Raden Ahmad alias
Pendekar Sendang Drajat.
Latar :
1. Latar tempat
 Sawah
“setelah itu, para santri melakukan tugas sehari-hari untuk keperluan kehidupan pondok,
yaitu bertani di sawah dan tegalan.”
 Halaman pondok
“dewi, perempuan muda jelita berusia sembilan belas tahun, namun berkepribadian
matang karena sejarah hidupnya yang luar biasa, sedang menyapu halaman di pagi buta
setelah mengikuti kuliah subuh.”
 Pelabuhan
“yakni dengan pedati cikar sampai Pelabuhan Karang Cangkring, dilanjutkan naik perahu
sampai dua hari dua malam ke Pelabuhan Babat.”

2. Latar waktu
 Pagi hari
“dewi, perempuan muda jelita berusia sembilan belas tahun, namun berkepribadian
matang karena sejarah hidupnya yang luar biasa, sedang menyapu halaman di pagi buta
setelah mengikuti kuliah subuh.”
 Sore hari
“penguburan mayat-mayat pendekar Rase Ndendesi selesai pada sore hari oleh para santri
pondok pesantren Tanggul-Kranji.”
3. Latar suasana
 Kecewa
“dengan wajah dan hati kecewa, Dewi dan kawan-kawannya terpaksa
mengikuti langakah cepat Raden Ahmad.”
 Panik ketakutan
“tiba tiba, kesunyian pagi dan keromantisan suasana itu dipecahkan
oleh jerit para santri wanita yang berlari panik ketakutan.”
 Bahagia
“meskipun tidak diselenggarakan besar-besaran, mereka bahagia dapat
melestarikan adat buwuh...”
Alur :
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran.
 Alur maju:
“Setelah persiapan membawa bekal dan lain-lain rampung, rombongan segera
bertolak ke Pelabuhan Kemantren yang jauhnya sekitar empat kilometer.
Perjalanan dilakukan dengan dua perhau kecil, dari Sungai Kranji di depan
lapangan kompleks pondok pesantren menuju arah muara Laut Jawa.”
 Alur mundur:
“Suatu hari, kami kedatangan utusan dari Perguruan Garangan Putih yang
disertai dua jago silat negeri asing, yang satu orang Portugis dan satu lagi
pendekar botak dari negeri China.”
 
Amanat :
Di dalam novel ini sangat banyak terkandung amanat. Diantaranya walaupun
kita mempunyai kelebihan dalam hal apapun, kita tidak boleh bersikap
sombong, kita diajarkan harus tetap rendah hati. Selain itu kita juga tidak boleh
haus akan kekuasaan.
Nilai-nilai :
 Nilai agama
“Astaghfirullahal azhim ,,, ya Allah ... selalu hindarkanlah kami dari musibah dan
marabahaya ... aamiin.” (BERDOA)
“... kami hendak segera menunaikan shalat Zuhur.” (IBADAH)

 Nilai budaya
“... dia membaca syair, melantunkan kalimat yang merdu.
Bukan bijak beta minta serambut
Jauh berlayarangin mendorong lancang kami
Bukan kami yang pertama ribut
Para perampok menghadang jalan kami...”
(ORANG MELAYU BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN SYAIR)
 
Konflik :
 Terjadi pertempuran seru antara kelompok pendekar bersenjata dari
negeri Melayu dan juga pendekar Rase Ndendesi.

Akibat konflik :
 Akibat dari adanya pertempuran antara pendekar dari negeri Melayu
dan juga pendekar Rase Ndendesi ada 3 orang dari Rase Ndendesi
meninggal dunia.

Resolusi :
Raden Ahmad akhirnya melerai pertempuran antara pendekar dari negeri Melayu
dan pendekar Rase Ndendesi. Beliau juga menyuruh santrinya untuk membawa
pendekar yang meninggal ke pesantren untuk dikuburkan dengan layak.
Keunggulan dan kelemahan :
Keunggulan dari buku Pendekar Sendang Drajat : Memburu Negarakertagama
adalah covernya yang menarik sehingga membuat orang-orang yang melihatnya
tertarik untuk membaca, pembawaan ceritanya yang seru dapat mengajak orang-
orang untuk menyukai sejarah.
Terlepas dari keunggulan novel ini terdapat juga kelemahannya yaitu ada beberapa
bahasa yang sulit dimengerti, dan ceritanya yang menggantung.

Anda mungkin juga menyukai