Anda di halaman 1dari 23

BAB I

SIFAT
KOLIGATIF
LARUTAN
PETA KONSEP
A. SIFAT KOLIGATIF
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang dipengaruhi oleh jumlah partikel zat
terlarut dan tidak tergantung dari sifat zat terlarut. Jumlah partikel zat terlarut dalam
suatu larutan secara kuantitatif dinyatakan dalam berbagai satuan konsentrasi,
contohnya persen, fraksi mol, kemolaran (molaritas), dan kemolalan (molalitas).

Pada saat musim dingin di negara-negara


dengan empat musim, salju yang turun
dapat menutupi jalan sehingga mengancam
keselamatan pemakai jalan. Salah satu cara
untuk mencairkan salju adalah dengan
menaburkan garam.
B. SATUAN KONSENTRASI LARUTAN
Molaritas
Molaritas (M) menyatakan menyatakan banyaknya mol zat terlarut didalam setiap 1
liter larutan, dan dinyatakan dengan rumus:

n
M
V
dengan: M = molaritas larutan
n = jumlah mol terlarut
V = volume larutan
B. SATUAN KONSENTRASI LARUTAN
Molaritas

Contoh Soal
Hitunglah konsentrasi larutan yang dibuat dari 2 gram kristal NaOH
yang dilarutkan ke dalam air hingga volumenya 500 mL. (Mr NaOH =
40).
Jawab:
B. SATUAN KONSENTRASI LARUTAN
Molalitas

Molalitas (m) menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1.000 gram
pelarut. Untuk larutan dalam air, massa pelarut dapat dinyatakan dalam volume
pelarut sebab massa jenis air adalah 1 gram/mL. Kemolalandinyatakan dengan
rumus:

1.000 dengan: m = molalitas larutan


m n  n = jumlah mol zatterlarut
p p = massa larutan
B. SATUAN KONSENTRASI LARUTAN
Molalitas

Contoh Soal
Hitunglah kemolalan larutan yang terjadi apabila 24 gram kristal
MgSO4 dilarutkan dalam 400 gram air.(Mr MgSO4 = 120)
Jawab:
B. SATUAN KONSENTRASI LARUTAN
Fraksi Mol (X)

Fraksi mol suatu zat di dalam suatu larutan menyatakan perbandingan banyaknya
mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol seluruh komponen dalam larutan.JikanA
zat A bercampur dengan nB zat B, fraksi mol zat A (XA) dan fraksi mol zat B (XB)
dinyatakan dengan:

nA Jadi fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah 1


XA = XA + XB = 1
nA + nB Keterangan:
dan nA = mol pelarut A
nB
nB = mol zat terlarut B
XB =
nA + nB XA = fraksi mol pelarut A
XB = fraksi mol zat terlarut B
C. PENURUNAN TEKANAN UAP (∆P)
Konsep Penurunan Tekanan Uap

Tekanan uap yang ditimbulkan pada


saat tercapai kondisi kesetimbangan
dinamakan tekanan uap jenuh

Peristiwa penguapan zat cair dalam ruang tertutup sampai mencapai kondisi
kesetimbangan antara laju penguapan dan laju pengembunan.
C. PENURUNAN TEKANAN UAP (∆P)
Konsep Penurunan Tekanan Uap
Dari hasil pengukuran data-data eksperimen ternyata diketahui bahwa tekanan uap
jenuh larutan lebih rendah daripada tekanan uap jenuh pelarut murni.

Selisih antara tekanan uap jenuh


pelarut murni dengan tekanan uap
jenuh larutan disebut penurunan
tekanan uap jenuh
C. PENURUNAN TEKANAN UAP (∆P)
Konsep Penurunan Tekanan Uap
Sejak tahun 1887-1888 Francois Marie Raoult, telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa,
besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarutdan tekanan uap
dari pelarut murninya. Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Raoult dan dapat
dituliskan sebagai berikut.

P = P°pelarut X pelarut
ΔP = Penurunan tekanan uap
P°pelarut = Tekanan uap pelarut murni
Xzat pelarut = Fraksi mol zat terlarut
D. KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (∆Tb)
Konsep Kenaikan Titik Didih

Jika suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suatu suhu tertentu,tekanan uap zat cair di atas permukaan zat akan
sama dengan tekanan udara luar.Pada saat itulah zat cair mendidih. Suhu dimana
tekanan uap diatas permukaan zat cair sama dengan tekanan udara luar disebut
dengan titik didih.
Jika ke dalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100oC tekanan uap air belum mencapai 1 atm. Hal ini berarti air belum
mendidih. Agar dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm), maka diperlukan
suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut dengan kenaikan
titik didih(Tb).
D. KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (∆Tb)
Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (Kb)

Tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) adalah besarnya kenaikan titik didih untuk 1
molal larutan.
D. KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (∆Tb)
Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (Kb)

Nilai tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) untuk setiap pelarut tidak sama. Berikut
ini adalah nilai tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) untuk beberapa pelarut.

Kb Kb
Pelarut Pelarut
(oC/molal) (0/molal)

Air 0,52 Kloroform 3,63

Benzena 2,53 Dietil eter 2,02

Kamfer 5,95 Etanol (alkohol) 1,22


D. KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (∆Tb)
Menentukkan Titik Didih Larutan (Tb)
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa besarnya kenaikan titik
didih larutan merupakan hasil kali antara tetapan kenaikan titik didih molal (Kb)
dengan konsentrasi molal (m) dari larutan, atau:
Tb =Kbm
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut ditambah dengan besarnya kenaikan
titik didih, atau:
Tb =Tbo + Tb
Oleh karena kemolalan larutan dirumuskan dengan:
D. KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (∆Tb)
Menentukkan Titik Didih Larutan (Tb)

 1.000 
ΔTb  K b  n  
 p 

dengan: Tb = kenaikan titik didih molal


Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
n= jumlah mol zat terlarut
p= massa pelarut
E. PENURUNAN TITIK BEKU (∆Tf)
Tetapan Penurunan Titik Beku Molal (Kf)

Tetapan penurunan titik beku molal (Kf) adalah besarnya penurunan titik beku untuk
setiap molal zat terlarut dalam suatu larutan. Tetapan penurunan titik beku molal(Kf)
adalah besarnya penurunan titik beku untuk setiap molal zat terlarut dalam suatu
larutan.

Kf Kf
Pelarut Pelarut
(0C/molal) (0C/molal)
Air 1,86 Kloroform 4,68
Benzena 5,10 Karbon tetraklorida 29,80
Dietil eter 1,79 Etanol (alkohol) 1,99
E. PENURUNAN TITIK BEKU (∆Tf)
Tetapan Penurunan Titik Beku Molal (Kf)

Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali antara kemolalan larutan
dengan tetapan penurunan titik beku molal (Kf), dan dinyatakan dengan persamaan:

Tf = Kf×m
dengan: Tf= penurunan titik beku
atau Kf = tetapan penurunan titik beku molal
n= jumlah mol zat terlarut
 1.000  p = massa pelarut
Tf  K f  n  
 p 
F. TEKANAN OSMOSIS
Konsep Tekanan Osmosis

Peristiwa bergeraknya partikel ( molekul atau ion ) dari suatu larutan yang lebih encer
atau pelarut murni ke larutan yang lebih pekt melalui dinding semipermeabel disebut
dengan osmosis.

Peristiwa osmosis
F. TEKANAN OSMOSIS
Konsep Tekanan Osmosis

Besarnya tekanan osmosis diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan


beban pada permukaan larutan yang naik sehingga menjadi sejajar dengan
permukaan sebelumnya.Berdasarkan pengamatan Jacobus Henricus van't Hoff, pada
larutan ideal berlaku hukum gas ideal, sehingga dari persamaan gas ideal:

PV = nRT
maka tekanannya:

n RT
P
V
F. TEKANAN OSMOSIS
Konsep Tekanan Osmosis
Oleh karena menyatakan konsentrasi suatu larutan (M), maka nilai tekanan osmosis
suatu larutan dapat dinyatakan dengan:
 =MRT
dengan:  = tekanan osmosis
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K−1 mol−1)
T = suhu mutlak (K)
Jika dua larutan yang berbeda mempunyai tekanan osmosis sama, disebut dengan
isotonis, dan larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi dari yang lain
disebut dengan hipertonis. Hipotonis menyatakan keadaan dimana suatu larutan
mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari larutan yang lain.
G. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT
Konsep Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Menurut Van’t Hoff, besarnya nilai sifat koligatif larutan elektrolit akan lebih besar daripada nilai sifat
koligatif larutan non elektrolit. Pada larutan elektrolit, zat terlarut mengalami ionisasi dengan reaksi
ionisasi sebagai berikut:
A  nB
Mula-mula : a mol
Terurai : a mol

Akhir : a−a mol na
Setiap a mol A menghasilkan jumlah mol keseluruhan (A + B) sebanyak:(a− a + na) mol. Jika
disederhanakan menjadi:
a(1− + n) mol
a(1+n−) mol
G. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT
Konsep Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
atau:
a{1+ (n−1)} atau a{1+ (n−1)} mol
Dengan demikian, terdapat faktor perkalian sebesar {1 +(n−1)} dari jumlah mol semula. Nilai ini
disebut dengan faktor van’t Hoff dan diberi lambang (i). Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa
nilai sifat koligatif larutan elektrolit lebih tinggi daripada larutan nonelektrolit yang konsentrasinya
sama akibat terjadinya ionisasi pada larutan elektrolit, sehingga jumlah partikel yang ada dalam
larutan bertambah.
Dengan memperhatikan faktor Van’t Hoff, maka rumusan sifat-sifat koligatif untuk larutan elektrolit
harus dikalikan dengani.
i = 1 +(n−1)
dengan: n =jumlah ion yang dihasilkan dari setiap satu satuan rumus kimia senyawa terlarut
=derajat ionisasi(untuk larutan elektrolit kuat umumnya dianggap = 1)

Anda mungkin juga menyukai