reaksi
redoks dan
elektrokimia
PETA KONSEP
A. PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI REDOKS
Salah satu manfaat dari konsep reaksi redoks adalah untuk menyetarakan persamaan
reaksi kimia yang rumit. Persamaan reaksi yang sudah memenuhi kedua persyaratan
itu disebut dengan persamaan reaksi setara, dan untuk membuat suatu reaksi yang
belum setara menjadi setara disebut dengan penyetaraan persamaan reaksi.
Contoh:
+7 -2 -1 +1 +2 0 +1 -2
Atom yang berubah bilangan oksidasinya adalah Mn dan Cl, maka yang
dituliskan adalah MnO4−, Cl –, Mn2+, dan Cl2.
MnO4−+ Cl− Mn2++ Cl2
Cara Bilangan Oksidasi
Langkah
Setarakan jumlah yang berubah bilangan oksidasinya dengan mengubah
koefisiennya, kemudian tentukan berapa jumlah bilangan oksidasi dari
atom-atom tersebut.
+7 2 x -1 +2 0
(- 2)
Cara Bilangan Oksidasi
Langkah
Setarakan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi
dengan cara mengubah koefisien (jumlah atom atau molekul) dari atom-
atom yang berubah bilangan oksidasinya.
+7 -2 +2 0
Langkah
Tentukan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi.
MnO4−+ 2Cl− Mn2++ Cl2
+7 -2 +2 0
Langkah Setarakan jumlah atom hidrogen (H) dengan menambahkan H2O pada ruas
yang kekurangan atom H.
Pada contoh di atas,ruas kanan kekurangan 16 buah atom H sehingga di
ruas kanan ditambahkan 8 buah molekul H2O (mengandung 16 buah atom
H).
Pada penyetaraan dengan cara ion elektron, persamaan reaksi dipecah menjadi dua
persamaan reaksi yang masing-masing disebut setengah reaksi reduksi dan setengah
reaksi oksidasi. Setelah itu, kedua persamaan reaksi dijumlahkan dengan
memperhatikan jumlah elektron yang diikat dan dilepas.
Contoh:
Catatan:
Untuk mempermudah perhitungan jumlah elektron, digunakan pedoman
sebagai berikut.
• Jumlah kenaikan bilangan oksidasi sama dengan jumlah elektron
yang dilepas.
• Jumlah penurunan bilangan oksidasi sama dengan jumlah elektron
yang diikat.
A. PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi
Langkah
Setarakan muatan dengan menambahkan H+ (suasana asam) atau OH−
(suasana basa). Pada contoh ini suasananya basa sehingga:
Al(s) + 4OH – AlO2–(aq) + 3e–
NO3−(aq)+ 8e– NH4+(aq) + 10OH –
Langkah
Menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H2O pada ruas
yang kekurangan atom H.
Al(s) + 4OH–AlO2–(aq) + 3e– + 2H2O
NO3−(aq)+ 8e– +7H2O NH4+(aq) + 10OH–
A. PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI REDOKS
Cara Ion Elektron atau Setengah Reaksi
Langkah
Contoh Soal
Setarakan persamaan reaksi redoks berikut menggunakan cara
bilangan oksidasi atau ion elektron:
1. CuS + NO3 – Cu2+ + S + NO (asam)
2. Bi2O3 + ClO- Bi2O3- + Cl- (basa)
3. As2S5 + HNO3 H3AsO4 + H2SO4 + NO2 + H2O
4. Cr2O72-+ VO2+ Bi2O3 + VO3+ (basa)
5. H2O2 + MnO4- Mn2+ + O2 (asam)
B. SEL ELEKTROKIMIA
Sel volta adalah sel elektrokimia dimana energi kimia dari reaksi redoks
spontan diubah menjadi energi listrik.
Sel Volta
Rangkaian Jembatan
Anode Katode Elektrolit
Luar Garam
B. SEL ELEKTROKIMIA
Sel Volta
Anode Katode
→ Terjadi oksidasi → Terjadi reduksi
→ Bermuatan (–) → Bermuatan (+)
B. SEL ELEKTROKIMIA
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut
diagram sel.
Elektrode standar yang digunakan adalah elektrode hidrogen − platina, yaitu batang
platina yang dimasukkan ke dalam larutan asam yang mengandung ion H+(aq) 1M
pada suhu 25oC, dan melalui pipa dialirkan gas hidrogen pada batang platina dengan
tekanan 1 atm. Gas hidrogen diabsorpsi oleh batang platina sehingga yang dianggap
berinteraksi dengan larutan asam (H+) adalah gas hidrogen (H2).
Kondisi standar (25oC; 1 atm; 1,0 M) besarnya beda potensial elektrode tersebut
adalah 0,00 volt; dan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
2H+(aq) + 2e−→ H2(g) Eo = 0,00 V
atau
H+(aq) (1M) H2(g) (25oC,1atm) Eo = 0,00 V
C. POTENSIAL ELEKTRODE STANDAR
Elektrode Hidrogen sebagai Elektrode Standar
Elektrode standar
hidrogen
C. POTENSIAL ELEKTRODE STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)
Pengukuran nilai potensial suatu
elektrode dilakukan dengan
menyusun elektrode tersebut
menjadi suatu sel elektrokimia
dengan elektrode standar
(hidrogen-platina), dan besarnya
potensial dapat terbaca pada
voltmeter yang dipasang pada
rangkaian luar. Potensial elektrode
yang diukur dengan menggunakan
elektrode standar disebut dengan
potensial elektrode standar (Eo).
Bagan sel Volta
C. POTENSIAL ELEKTRODE STANDAR
Pengukuran Potensial Elektrode Standar (E°)
Besarnya beda potensial yang terbaca pada voltmeter adalah 0,76 volt. Berdasarkan
perjanjian, potensial elektrode hidrogen adalah nol, dan fakta pengukuran
menunjukkan bahwa potensial hidrogen lebih tinggi (karena arus listrik mengalir dari
elektrode hidrogen ke elektrode seng), sehingga besarnya potensial elektrode seng
adalah −0,76 volt.
Penulisan persamaan reaksinya adalah:
Zn2+(aq) + 2e− → Zn(s) Eo = −0,76 V
Potensial sel (Eosel) merupakan selisih antara nilai potensial elektrodedari anode dan
katodesuatu sel elektrokimia. Fakta bahwa arus listrik bergerak dari katode ke anode
menunjukkan bahwa katode mempunyai potensial lebih tinggi daripada anode (listrik
mengalir dari kutub dengan potensial tinggi ke rendah). Oleh karena itu,nilai potensial
sel merupakan selisih nilai potensial katode dikurangi anode, atau:
atau
Nilai potensial elektrode dapat digunakan untuk mengetahui daya oksidasi dan daya
reduksi suatu zat. Semakin positif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti zat tersebut
semakin mudah mengalami reduksi, dan itu berarti zat tersebut akan menjadi
oksidator kuat. Sebaliknya, semakin negatif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti
zat tersebut semakin mudah mengalami oksidasi, dan itu berarti zat tersebut akan
menjadi reduktor kuat.
Sel Primer
• Sel kering
Sel yang reaksinya tidak dapat
contoh • Sel alkaline
balik (irreversible), sehingga jika
• Sel perak
sudah habis, tidak dapat isi
oksida
ulang.
Sumber arus
searah
Sel kering atau sel Leclanche dikenal sebagai batu baterai. Sel ini terdiri dari katode
yang terbuat dari grafit dan anode dari logam seng. Elektrolit yang digunakan
merupakan pasta yang merupakan campuran MnO2 (pirolusit) serbuk karbon, dan
NH4Cl. MnO2 bertindak sebagai oksidator, sedangkan NH4Cl sebagai media yang
memberi suasana asam.
Sel alkalin merupakan pernyempurnaan dari sel Leclanche, yaitu dengan mengganti
NH4Cl dengan pasta KOH. Melalui penggantian ini, beda potensial yang dihasilkan
akan relatif tetap dan baterai lebih awet.Anode sel alkalin terbuat dari logam Zn dan
katodenya dari MnO2yang dicampur dengan KOH. Reaksi yang terjadi adalah:
Sel perak oksida banyak digunakan untuk arloji, kalkulator, dan alat-alat elektronik
kecil lainnya. Anode sel perak oksidaterbuat dari logam Zn, katodenya oksida perak
(Ag2O), dan elektrolitnya adalah pasta yang mengandung KOH. Reaksi yang terjadi
adalah:
Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan karena dapat berfungsi sebagai penyimpan
listrik yang setiap saat dapat dikeluarkan (dimanfaatkan). Sel aki termasuk sel
sekunder karena dapat diisi ulang. Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan
katodenya terbuat dari logam timbal yang dilapisi PbO2. Senyawa PbO2 inilah yang
berperan dalam reaksi redoks. Sebagai elektrolit digunakan asam sulfat (H2SO4) yang
kadarnya sekitar 37% dan sering disebut accu-zuur.
Sel Ni-Cd merupakan sel kering yang dapat diisi kembali. Anodenya adalah Cd dan
katodenya Ni2O3 (pasta). yang dihasilkan adalah 1,29 V. Penggunaan baterai ini sudah
jarang digunakan karena kadmium merupakan logam berat yang dapat mencemari
lingkungan. Beda potensial Reaksinya dapat balik dan diperkirakan:
Baterai litium atau biasa disebut Li-ion merupakan baterai yang banyak digunakan
pada telepon seluler, laptop, tablet, dan perangkat elektronik lainnya. Baterai litium
merupakan hasil nanoteknologi, dimana atom-atom Li ditaburkan pada lembaran
grafit berukuran mikro yang membentuk molekul LixC6. Katodenya merupakan oksida
logam litium yang terbentuk dalam senyawa LiMn2O4 atau LiCoO2 dengan elektrolit
yang terbuat dari LiPF6 yang dilarutkan dalam pelarut organik dengan konsentrasi 1M.
Ion Li+ bergerak dari anode ke katode atau sebaliknya. Reaksi yang terjadi:
Sel bahan bakar merupakan sel Galvani di mana pereaksi-pereaksinya (oksigen dan
hidrogen) dialirkan secara kontinyu ke dalam elektrode berpori. Anodenya adalah
nikel, katodenya nikel oksida, dan elektrolit KOH.
Reaksi yang terjadi adalah:
• Jika bahan elektrode terbuat dari grafit (C) atau logam inert (misalnya Pt atau Au),
elektrode tidak mengalami oksidasi atau reduksi. Jadi, yang mengalami oksidasi
atau reduksi adalah spesi-spesi yang ada di sekitar elektrode.
• Jika elektrodenya (terutama anode) dari logam aktif maka anode tersebut yang
akan mengalami oksidasi.
Contoh:
1. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode grafit
Na2SO4(aq) 2Na+(aq) + SO42−(aq)
Anode (+) : 2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e–
Katode (−): 4H2O(l) + 4e−2H2(g) + 4OH–(aq)
+
2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)
F. ELEKTROLISIS
Bahan Elektrode
Hasil elektrolisisnya adalah gas oksigen di anode dan gas hidrogen di katode.
Oleh karena anodenya dari Cu (anode aktif), maka anode Cu tersebut mengalami
oksidasi dan hasilnya adalah ion Cu2+ di anode dan gas hidrogen di katode.
Reaksi di Anode
OH− dari suatu basa, reaksinya: X− (X = Cl, Br, I) reaksinya: Sisa asam oksi ROnx− tidak teroksidasi,
tetapi yang teroksidasi adalah H2O dari
4OH−(aq) 2O2(g) + 2H2(g) + 4e− 2X−(aq) X2(g) + 2e−
pelarut
2H2O(l) O2(g) + 4H+ + 4e−
Reaksi di Katode
H+(aq) dari asam, Logam golongan IA, IIA, dan IIIA, logam lain, reaksinya:
reaksinya:
yang tereduksi H pada air Ln+(aq) L(s)
2H+(aq) +2e− H2(g)
2H2O(l) +2e− H2(g) + 2OH−(aq)
Hukum I Faraday
Menghitung massa zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis:
Ar (i t )
m gram
n 96.500
Jika kedalam beberapa larutan yang berisi ion logam dialirkan muatan listrik yang
sama jumlahnya, massa logam yang mengendap berbanding lurus dengan massa
ekivalennya. Massa ekivalen suatu ion logam merupakan perbandingan massa atom
relatif dengan muatan ionnya (Ar/n). Jadi, jika kedalam larutan Ag+, Cu2+, dan Cr3+
dialirkan muatan listrik dengan jumlah yang sama, massa yang diendapkan adalah:
Ar Ag Ar Cu Ar Cr
mAg : m Cu .: mCr : :
1 2 3