KELOMPOK 2
1. Ali Zaenal Abidi
2. Ilham Al-Hafid
3. Monang Roberto
4. Rendra Wijaya
5. Sakilla Hanifanissa
6. Siti Sahala Tunnazwa
7. Triwidodo
( XII MIPA 4 )
SMAN 1 KLAPANUNGGAL
Jl. Raya Terusan Bojong Desa Klpanunggal kec. Klapanunggal Bogor
2022
A. TUJUAN
Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya korosi (karat) pada paku
B. DASAR TEORI
Banyak teori tentang korosi atau karat pada logam yang di kemukakan oleh
para pakar, Secara umum, korosi adalah proses kimia atau elektro kimia yang terjadi
antara logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan degradasi sifat logam
tersebut akibat reaksi antara bahan logam dengan lingkungannya yang korosif.
Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen di bawah ini :
Anoda
Terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi
M M++ e
Katoda
Terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron
Larutan (electrolyte)
Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion-ion.
Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu dari keempat
elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi yang akan terjadi adalah :
Anoda : 4Fe 4Fe2+ + 8e (oksidasi)
Katoda : 4H2O + 2O2 + 8e 8 OH (reduksi)
4Fe2+ + 8OH 4Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 2Fe2O3 . 2H2O (karat)
2H++ 2e H2 gas (suasana asam)
Ada dua macam proses korosi :
1. Korosi Proses Kimia
Merupakan serangan korosi secara langsung, tanpa adanya aliran listrik pada logam.
Contohnya adalah berkaratnya baja dalam udara terbuka. Korosi oleh proses kimia
biasanya menyebar secara merata pada seluruh permukaan logam.
2. Korosi Elektro Kimia
1
Oleh proses elektro kimia, pada permukaan logam akan terbentuk daerah–daerah anoda
dan katoda, yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh jarak–jarak tertentu. Karena
potensial anoda “kurang mulia” atau tinggi drajatnya dibanding potensial katoda, maka
akan terjadi arus listrik diantara kedua elektroda tersebut, electron–electron akan
berpindah dari anoda ke katoda, sehingga anoda larut dan katoda mendapat perlindungan
(Amsori M Das, 2012)
Peristiwa korosi terjadi akibat adanya reaksi kimia dan elektrokimia. Namun, untuk
terjadinya peristiwa korosi terdapat beberapa elemen utama yang harus dipenuhi agar
reaksi tersebut dapat berlangsung. Elemen-elemen utama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Material
Dalam suatu peristiwa korosi, suatu material akan bersifat sebagai anoda.
Anoda adalah suatu bagian dari suatu reaksi yang akan mengalami oksidasi. Akibat
reaksi oksidasi, suatu logam akan kehilangan elektron, dan senyawa logam tersebut
ion berubah menjadi ion-ion bebas.
b. Lingkungan
Dalam suatu peristiwa korosi, suatu lingkungan akan bersifat sebagai katoda.
Katoda adalah suatu bagian dari rekasi yang akan mengalami reduksi. Akibat reaksi
reduksi, lingkungan yang bersifat katoda akan membutuhkan elekron yang akan
diambil dari anoda. Beberapa lingkungan yang dapat bersifat katoda adalah
Lingkungan air, atmosfer, gas, mineral acid, tanah, dan minyak. Lingkungan korosif
dibagi menjadi dua jenis Yaitu :
1. Lingkungan Korosi Kering
Adalah peristiwa korosi yang berlangsung tanpa adanya kelembaban atau cairan
pada temperatur tinggi dimana beberapa senyawa kimia menyublem, mencair atau
meleleh sehingga permukaan logam dapat terjadi keadaan antara fase logam dan cair atau
leleh senyawa kimia. Korosi merupakan reaksi kimia murni karena tidak adanya elekrolit
maupun mediumnya dan biasanya terjadi pada temperatur tinggi. Korosi ini banyak
terjadi pada tanur tinggi di pabrik besi baja atau pabrik semen.
2. Lingkugan Korosi Basah
Adalah suatu peristiwa basah berlangsung akibat lingkungan yang bersifat cair,
uap dan kelembaban udara yang bercampur dangan gas-gas polusi. Korosi basah
merupakan reaksi elektrokimia, karena adanya elektrolit dan medium yang menyebabkan
timbulnya reaksi kimia dari perpindahan electron. Korosi basah banyak ditrmukan pada
pabrik-pabrik pada umumnya.
d. Elektrolit
2
Untuk mendukung suatu reaksi reduksi dan oksidasi dan melengkapi sirkuit
elektrik, antara anoda dan katoda harus dilengkapi dengan elektrolit. Elektrolit
menghantarkan listrik karena mengandung ion-ion yang mampu menghantarkan
elektroequivalen force sehingga reaksi dapat berlangsung. (Tezar Prima Nurhamzah,
2011). 2.2
2. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun
kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila
metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk
korosi.
3. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan
untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH
antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S,
yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
5. Faktor Padatan Terlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan
3
ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan
pecahnya alooys.
Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi
dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi
dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.
Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat
juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan
oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfide yang korosif ( M. Fajar sidiq, 2013).
4
getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan yang menyebabkan
terjadinya korosi seragam. Ada tiga jenis tipe perpatahan pada kelompok ini, yaitu :
stress corrosion cracking (SSC), corrosion fatigue cracking (CFC), dan hydrogen-
induced cracking (HIC)
f. Kerusakan Akibat Hidrogen ( Hidrogen damage ), Kerusakan ini disebabkan karena
serangan hydrogen yaitu reaksi antara hydrogen dengan karbida pada baja dan
membentuk metana sehingga menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga, atau retak
pada permukaan logam. Pada logam reaktik seperti titanium, magnesium, zirconium
dan vanadium, terbentuknya hidrida menyebabkan terjadinya penggetasan pada
logam.
g. Korosi Antar Butir ( intergranular corrosion ), Korosi yang menyerang pada batas
butir akibat adanya segregasi dari unsur pasif seperti krom meninggalkan batas butir
sehingga pada batas butir bersifat anodic
h. Dealloying 10Dealloying, adalah lepasnya unsure- unsur paduan yang lebih aktif
(anodik) dari logam paduan, sebagai contoh : lepasnya unsur seng atau Zn pada
kuningan ( Cu – Zn ) dan dikenal dengan istilah densification.
i. Korosi Erosi, disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran yang
tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju korosi
rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat
menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat korosi.
j. Korosi Aliran (Flow induced Corrosion), Korosi Aliran digambarkan sebagai effek
dari aliran terhadap terjadinya korosi. Meskipun mirip, antara korosi aliran dan korosi
erosi adalah dua hal yang berbeda. Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang
disebabkan oleh turbulensi fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida
diatas permukaan logam. Korosi erosi adalah naiknya korosi dikarenakan benturan
secara fisik pada permukaan oleh partikel yang terbawa fluida.
Bahan
1. Larutan HCL (WPC) 0,1 M
2. Air
D. HASIL PENGAMATAN
1. Hari ke - 1 ( Rabu, 7 September 2022, sore )
Terbuka Tertutup
5
Paku yang tidak direndam Paku belum terlihat Paku belum terlihat
apapun perubahan perubahan
Paku yang direndam air Paku dan warna air belum Paku dan warna air belum
seluruhnya ada perubahan ada perubahan
Paku yang direndam air Paku dan warna air belum Paku dan warna air belum
setengah ada perubahan ada perubahan
Paku yang direndam Paku dan warna air belum Paku dan warna air belum
larutan HCL (WPC) ada perubahan ada perubahan
6
Hari libur sekolah. Tidak ada dokumentasi sesuai arahan dari guru bahwa hari Sabtu dan
Minggu tidak ada dokumentasi.
7
serbuk yang terlepas dari serbuk yang terlepas dari
paku sudah berkarat. paku terlihat mengalami
proses perkaratan
8
PEMBAHASAN
Pertanyaan
Berdasarkan pengamatan yang anda lakukan, jawablah pertanyaan - pertanyaan berikut.
1) Paku pada gelas manakah yang menjadi berkarat?
2) Samakah kecepatan terjadinya karat pada tiap paku? Jika berbeda, urutkan berdasarkan
kecepatan terjadinya karat!
3) Faktor - faktor apa saja yang menyebabkan besi berkarat?
4) Jika besi diganti dengan logam lain, misalnya aluminium apa yang terjadi? Jelaskan,
mengapa demikian!
Jawaban!
1) Paku yang tidak direndam apapun pada gelas yang terbuka, Paku yang direndam air baik
seluruh paku maupun setengah paku pada gelas terbuka dan tertutup.
2) Tidak sama. Urutan dari yang tercepat :
- Paku yang seluruhnya di rendam air pada gelas terbuka.
- Paku yang setengahnya di rendam air pada gelas terbuka.
- Paku yang seluruhnya di rendam air pada gelas tertutup.
- Paku yang setengahnya di rendam air pada gelas tertutup.
- Paku yang tidak direndam apapun pada gelas terbuka.
- Paku yang direndam larutan HCL (WPC) yang terbuka.
- Paku yang direndam larutan HCL (WPC) yang tertutup.
3) Faktor yang mempengaruhi besi berkarat :
- Gas Terlarut ( Oksigen dan Karbondioksida )
- Temperatur
- pH ( untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 - 13 dan laju korosi akan
meningkat pada pH<7 dan pada pH>13 )
- Bakteri preduksi
- Padatan terlarut ( klorida, karbonat, sulfat )
4) Jika besi diganti alumunium, maka untuk proses korosi akan susah terjadi karena dalam
aluminium terdapat oksidasi tipis yang menempel sangat kuat di permukaannya (Al2O3).
Namu, jika melalui proses oksidasi, aluminium dapat berkarat.
Dari data tersebut kita melakukan percobaan dengan memberi perlakuan yang berbeda pada 8
buah paku.
Paku yang pertama kita letakan pada gelas tanpa diberi perlakuan dengan gelas yang
terbuka.
Paku yang kedua kita letakkan pada dengan gelas tertutup.
Paku ketiga kita tambahkan air hingga seluruh paku terendam dengan gelas yang
terbuka.
Paku ke empat kita tambahkan air hinggal seluruh paku terendam dengan gelas yang
tertutup.
9
Paku yang ke lima kita letakkan pada gelas yang diisi air namun paku hanya di
rendam setengah saja dengan gelas terbuka.
Paku ke enam kita letakkan pada gelas yang diisi air namun paku hanya direndam
setengah dengan gelas tertutup.
Paku yang ke tujuh kita letakkan pada gelas yang di tambahkan larutan HCL dengan
gelas terbuka.
Paku yang ke delapan kita letakkan pada gelas yang ditambahkan larutan HCL dengan
gelas tertutup.
Setelah itu kita diamkan selama beberapa hari, setelah beberapa hari kita dapatkan perubahan
perubahan, yaitu:
Pada gelas pertama yang hanya berisi paku saja dalam keadaan terbuka, paku
mengalami perkaratan. Hal ini terjadi karena paku bereaksi dengan oksigen,
perkaratan terjadi agak cepat karena ada nya pertukaran udara pada gelas.
Pada gelas kedua yang berisi paku saja dalam keadaan tertutup, paku seharusnya
mengalami perkaratan. Namun, dalam hasil pengamatan kami paku tidak mengalami
proses perkaratan. Jadi, paku bereaksi dengan oksigen yang di dalam gelas, namun
perkaratan sangat lambat di banding gelas pertama (yang berisi paku saja dalam
keadaan terbuka) karna tidak adanya pertukaran udara dalam gelas. Namun, dalam
hasil pengamatan kami, paku yang tidak diberi perlakuan dengan gelas tertutup tidak
mengalami perkaratan dari hari pertama pengamatan sampai akhir pengamatan. Kami
mendapat hasil yang berbeda dengan teori, ini disebabkan karena kesalahan saat
mengamati paku pada gelas.
Pada gelas ketiga yang berisi paku dan air yang di isi sampai menutupi paku dalam
keadaan terbuka, paku mengalami korosi. Hal ini di sebabkan paku yang mengalami
kontak langsung dengan air keran, kandungan zat elektrolit, dan oksigen terlarut air
tersebut.
Pada gelas keempat yang berisi paku dan air yang di isi penuh dalam keadaan
tertutup, paku mengalami korosi namun lebih lambat dari pada gelas ketiga (keadaan
terbuka) karena tertutup rapat jadi tidak ada pertukaran oksigen yang seharusnya
memicu paku lebih cepat korosi. Paku mengalami korosi di sebabkan kontak langsung
dengan air keran, kandungan zat elektrolit, dan oksigen terlarut air tersebut.
Pada tabung kelima yang berisi paku dan air yang menutupi separuh paku dalam
keadaan terbuka, korosi dominan terjadi paku yang terkena air. Hal ini terjadi karena
faktor penyebab korosi lebih banyak terdapat pada paku yang terkena air,. Faktornya
yaitu air, oksigen terlarut, zat elektrolit lain yang terkandung dalam air.
Korosi(berkarat)terjadi juga pada bagian paku yang tidak terkena air hal ini terjadi
karena terdapat pertukaran ooksigen
Pada gelas keenam yang berisi paku dan air yang menutupi separuh paku dengan
keadaan tertutup, korosi dominan terjadi pada paku yang terkena air. Namun, proses
korosi yang terjadi tidak secepat atau sebanyak pada paku yang ada di gelas ketujuh.
Hal ini terjadi karena proses pertukaran udara tidak sebanyak paku yang berada di
gelas ketujuh. Korosi pun hanya bercak-bercak di bagian terkena air dan tidak banyak.
Faktor terjadinya proses ini yaitu air, oksigen terlarut, zat elektrolit lain yang
10
terkandung dalam air. Korosi (berkarat) terjadi juga pada bagian paku yang tidak
terkena air namun lebih lambat di banding gelas ketiga karena tidak terdapat
pertukaran oksigen.
Pada gelas keempat yang berisi paku dan larutan HCL (WPC) dalam keadaan terbuka,
paku tidak mengalami korosi. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan
kalau asam mempercepat laju korosi. Tetapi saat begian paku ada yang telepas karena
terjadi pengeroposan, serbuk-serbuk paku tersebut mulai berkarat bahkan laju
perkaratan serbuk paku tersebut lebih cepat dari paku yang direndam air sepenuhnya.
Ini terjadi karena serbuk-serbuk paku tersebut sudah berinteraksi dengan O2. Jadi
dapat kita ketahui asam akan mempercepat laju karat apabila paku tersebut sudah
berinteraksi dengan oksigen.
Pada gelas kedelapan yang berisi paku dan larutan HCL (keadaan tertutup) paku
mengalami korosi. Korosi yang terjadi sama seperti gelas keempat. Namun, laju
korosi lebih lambat dari gelas ketujuh
11
KESIMPULAN
1. Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas.Korosi juga
merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada disekitarnya dan menghasilkan
senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa oksida logam atau logam
karbonat.
2. Ukuran paku yang berbeda bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perkaratan.
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi
Oksigen
Aie
Keektrolitan larutan
Permukaan logam
Sel elektrokimia
12
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan, yakni:
Dalam melakukan percobaan, sebaiknya kelompok tersebut memiliki kerjasamayang
kompak. Jangan ada saling ketergantungan antara satu sama lain.
Sediakan alat dan bahan dengan lengkap.
Jangan lalai dengan kewajibannya untuk mengamati dan mencatat perubahan
yangterjadi pada gelas setiap hari
Ikuti petunjuk yang berlaku.
untuk mencegah dan mengatasi korosi sebaiknya melakukan pelapisan
misalnyadengan cat untuk mencegah kontak dengan O2 dan H2O, menggunakan
perlindungan katode dengan menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai
pelindung logam/sebagai korban, menyuplai listrik dari luar dan menggunakan
perlindungan anodedengan menyuplai arus anodik dari luar dengan alat potensiostat.
13
DAFTAR PUSAKA
Wordpres.com. 29 Juni 2016. Laporan Praktikum Kimia – Reaksi Redoks Pasa Besi. Diakses
pada tanggal 15 September, dari https://dimensipelajar.wordpress.com/2016/06/29/laporan-
praktikum-kimia-reaksi-redoks-paku-besi/
Academiaedu.com. —. Laporan Praktik Korosi Pada Paku. Diakses pada tanggal 15
September, dari https://www.academia.edu/24477193/Laporan_Paktek_korosi_pada_paku
14
DOKUMENTASI
Hari ke - 1 ( Rabu, 7 September 2022 )
Tidak sempat didokumentasi
15
Hari ke - 4 ( Sabtu, 10 September 2022 )
Tidak ada dokumentasi
16
Hari ke - 8 ( Rabu, 13 September 2022 )
17