Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

RESPIRASI ANAEROB

DISUSUN OLEH:

FATHUL JANNAH
XII MIA 2 / 12
SMA NEGERI 3 SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas untuk mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak
memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang
mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang
berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses dan hasil dari fermentasi alkohol?
2. Bagaimana pengaruh fermentasi terhadap perubahan yang ada?

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui hasil dari peristiwa fermentasi alkohol.
2. Mengetahui pengaruh fermentasi terhadap perubahan yang ada.

D. BATASAN MASALAH
Untuk mencegah terjadinya pelebaran masalah, maka peneliti membatasi laporan ini
terkhususkan pada fermentasi alkohol yang dilakukan pada botol tertutup, ragi roti, serta larutan
air kapur.

E. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Bagi Peneliti
Bagi Peneliti praktikum ini akan memberikan pengalaman dalam bidang biologi
khususnya proses fermetasi alkohol dan produk yang dihasilkan.
2. Bagi Pembaca
Bagi Pembaca praktikum ini akan memperluas wawasan untuk kedepannya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN FERMENTASI
Respirasi anaerob (fermentasi) adalah respirasi yang terjadi dalam keadaan ke tidak
tersediaan oksigen bebas. Asam piruvat yang merupakan produk glikolisis jika dalam keadaan
ketiadaan oksigen bebas akan diubah menjadi alkohol atau asam laktat.
Pada manusia, kekurangan oksigen sering terjadi pada atlet-atlet yang berlari jarak jauh
dengan kencang. Atlet tersebut membutuhkan kadar oksigen yang lebih banyak daripada yang
diambil dari pernafasan. Dengan kurangnya oksigen dalam tubuh, maka proses pembongkaran zat
dilakukan dengan cara anaerob, yang disebut dengan fermentasi. Fermentasi tidak harus selalu
dalam keadaan anaerob.

B. MIKROBA FERMENTASI
1.

2.

3.

4.

FermentasiAsamAsetat
Bakteri Acetobacter aceti merupakan bakteri yang pertama kali diketahui sebagai penghasil
asam asetat dan merupakan jasad kontaminan pada pembuatan wine. Saat ini bakeri
Acetobacter aceti digunakan pada produksi asam asetat karena kemampuannya mengoksidasi
alkohol menjadi asam asetat.
FermentasiAsamLaktat
Fermentasi asam laktat banyak terjadi pada susu. Jasa yang palingberperan dalam fermentasi
ini adalah Lacobacillus sp. Laktosa diubah menjadi asam laktat. Kini asam laktat juga
digunakan untuk produksi plastik dalam bentuk PLA.
FermentasiAsamSitrat
Asam sitrat dihasilkan melalui fermentasi menggunakan jamur Aspergillus niger. Meskipun
beberapa bakteri mampu melakukan, namun yang paling umum digunakan adalah jamur ini.
Pada kondisi aerob jamur ini mengubah gula atau pati menjadi asam sitrat melalui
pengubahan pada TCA.
FermentasiAsamGlutamat
Asam glutamat digunakan untuk penyedap makanan sebagai penegas rasa. Mula pertama
dikembangkan di Jepang. Organisme yang kini banyak digunakan adalah mutan dari
Corynebacterium glutamicu.

C. FAKTOR-FAKTOR FERMENTASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah:
sumber karbon, gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur, dan oksigen.
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi yang berasal dari karbon. Gula adalah
substrat yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas
alkohol yang dihasilkan.
Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram per liter (kira-kira 7,2atm) akan menyebabkan
terhentinya pertumbuhan yeast, tetapi tidak menghentikan fermentasi alkohol. Pada tekanan lebih
besar dari 30 atm, fermentasi alcohol baru terhenti sama sekali.
1. pH

2.

3.

pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap


mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk pertumbuhannya.
Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4,0 sampai 4,5. Pada
pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi alcohol akan berjalan dengan lambat.
Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrien. Nutrien yang dibutuhkan
digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien mikro. Nutrien makro meliputi
unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat yang mengandung karbohidrat, unsur N
didapat dari penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi
vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe,
Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal untuk
pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisarantara 25-30 oC dan temperatur
maksimal antara 35-47oC. Beberapa jenis yeast dapat hidup pada suhu 0 oC. Temperatur
selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur mempunyai
efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir.
Pada temperatur yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu
rendah yeast akan menjadi tidak aktif.

BAB III
METODOLOGI
A. JENIS PENELITIAN
Penyusunan laporan penelitian ini menggunakan metode eksperimen, metode eksperimen
adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta
adanya kontrol (Nazir,2003). Eksperimen ini dilakukan dengan percobaan membuat suatu

kondisi dimana ada 2 botol yang 1 mengandung larutan gula dan ragi roti. Botol yang lain di isi
larutan kapur dan beberapa tetes indikator phenolphtalein, kemudian 2 botol tersebut
dihubungkan dengan selang yang disusun sedemikian rupa. Kemudian dicatat perubahan apa
yang akan terjadi baik perubahan warna, timbulnya gas, maupun munculnya endapan.

B. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
2. Tempat

: Senin, 21 September 2015.


: Laboratorium Biologi, SMA 3 Semarang.

C. ALAT DAN BAHAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

2 botol uk. 600 ml.


Timbangan.
Selang akuarium.
Termometer.
Ragi roti (fermipan).
Larutan glukosa.
Larutan kapur.
Phenolphtalein.
Beaker glass.
Air suling.
Plastisin.
Label.

D. PROSEDUR KERJA
1. Melarutkan batu kapur dengan air suling dalam gelas kimia. Membiarkan beberapa saat
sampai terjadi pengendapan. Memindahkan air kapur dari endapannya ke dalam beaker glass.
Menambahkan sedikit phenopltalein sampai berwarna merah muda.
2. Memasukkan 100 ml air kapur yang sudah dicampur phenoplhtalein ke dalam botol B.
3. Memasukkan 100 ml larutan glukosa dalam botol A. Kemudian tambahkan ragi roti 2 gram.
4. Menutup masing-masing botol dengan rangkaian tutup yang sudah dipasang dengan selang
akuarium dan thermometer.
5. Mencatat kondisi awal tiap botol, dan amati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGAMATAN BOTOL A & BOTOL B

Indikator
Warna
cairan

Keadaan sebelum
percobaan
Botol A
Botol B
Krem
Bening
Keunguan

Keadaan setelah percobaan


Botol A
Krem Pekat

Botol B
Semakin
Bening

Keterangan
Tidak
Terjadi

Suhu

28oC

30oC

Bau

Manis Gula

Seperti
Alkohol

+++

++

Endapan
Putih

Gelembung
Gas
Terbentuk
Endapan
*keterangan:

+++
++
+
-

Fermentasi
Suhu
Meningkat
Terjadi
Fermentasi
Terjadi
Fermentasi
Terjadi
Fermentasi

: banyak
: sedang-sedikit
: sangat sedikit
: tidak ada

B. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapat bahwa:
1. WARNA
Air kapur yang ditetesi Phenolphthalein berubah warna menjadi merah muda. Hal tersebut
disebabkan karena indikator PP memiliki trayek PH 8,3 10 dengan indikasi tidak berwarna
hingga berwarna. Pada awal reaksi warna pada botol B adalah merah muda karena larutan kapur
bersifat basa. Namun seiring berjalannya reaksi, warna pada botol B mulai memudar hingga
menjadi tak berwarna. Hal ini karena adanya reaksi sebagai berikut:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Disini terlihat bahwa larutan kapur (Ca(OH) 2) mendapat gas CO2 dari botol A melalui proses
fermentasi. Sehingga larutan kapur yang ada di awal lama-lama bereaksi dan habis menjadi
netral. Kemudian terbentuk CaCO3 dan H2O, sehingga mampu mengubah warna larutan di botol
B dari awal mulanya merah muda menjadi tak berwarna.

2. SUHU
Berdasarkan pengukuran dengan termometer, suhu awal pada campuran larutan gula dan ragi
yaitu 27oC. Hal tersebut disebabkan lamanya pengadukan kedua zat sehingga panas yang
dihasilkan cukup tinggi. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm karena menghasilkan panas
yang merupakan gesekan antara pengaduk, wadah dan larutan dalam tabung tersebut .
Kemudian botol A tesebut ditutup dengan tutup botol yang sudah diberi plastisin untuk
menghalangi adanya gas yang keluar. Suhu akhirnya diamati menjadi 29oC, kenaikan suhu yang
cukup signifikan ini yaitu sebesar 2 derajat celcius menandakan adanya perubahan energi. Hal ini
membuktikan bahwa proses fermentasi itu menghasilkan energi memang benar adanya sesuai
reaksi :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
3. BAU

Berdasarkan hasil akhir reaksi tercium bau alkohol pada botol A setelah terjadi proses
fermentasi. Hal ini memang benar adanya, karena pada botol A terbentuk C 2H5OH sesuai reaksi:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Seperti yang kita tahu bahwa C2H5OH adalah nama lain dari etanol, etanol sendiri termasuk
dalam gugus alkohol. Sehingga wajar apabila tercium bau alkohol pada hasil akhir proses
fermentasi.
4. GAS
Seperti kita lihat di tabel, bahwa di botol A terbentuk banyak gelembung gas sedangkan pada
botol B terbentuk sedikit gelembung gas (setelah reaksi berlangsung). Gas tersebut adalah gas
CO2 sebagaimana bisa kita lihat pada reaksi berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Sehingga benar adanya apabila pada botol A terbentuk banyak sekali gelembung gas CO 2.
Selain itu pada botol B juga muncul gelembung gas karena gas CO 2 dari botol A mengalir ke
botol B melalui selang akuarium yang telah dirangkai sedemikian rupa.
5. ENDAPAN
Sebagaimana kita lihat pada tabel, di botol B terbentuk endapan putih. Endapan putih tersebut
adalah CaCO3 seperti yang digambarkan pada reaksi berikut:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Maka sudah benar adanya apabila pada botol B akan terbentuk endapan putih CaCO 3 karena
larutan Ca(OH)2 bereaksi dengan gas CO2 dari botol A yang dialirkan melalui selang akuarium
yang disusun sedemikian rupa.

BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Pada proses fermentasi akan
terbentuk gelembung gas CO2, meningkatnya suhu karena proses fermentasi menghasilkan energy
(2 ATP), dan terciumnya bau alkohol karena membentuk etanol (C 2H5OH). Kemudian apabila
dihubungkan dengan larutan kapur akan membentuk endapan putih CaCO 3, serta bisa mengubah

warna larutan yang awalnya merah muda akibat ditetesi indikator phenolphthalein menjadi tak
berwarna dengan bantuan gas CO2.
B. SARAN
Alangkah lebih baik apabila praktikum ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
yang jelas dari awal sehingga prosedur kerja dan hasil kerja akan tertata lebih rapi. Selebihnya
praktikum yang dilakukan oleh peneliti ini sudah cukup baik dari segi hasil maupun
pembahasannya.

LAMPIRAN

Alat dan bahan praktikum fermentasi

Tabung A dengan Tabung B

Tabung Fermentasi dibandingkan dengan Non-fermentasi

PERTANYAAN

1. Jelaskan fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan pada percobaan di atas?
2. Perubahan apa yang terlihat pada larutan dalam tabung A? Jelaskan dengan persamaan reaksi
kimianya.
3. Perubahan apa yang terlihat pada larutan dalam tabung B? Jelaskan dengan persamaan reaksi
kimianya.
4. Adakah hubungan antara konsentrasi gula/glukosa dengan volume CO2 yang terbentuk?
5. Apakah fungsi glukosa dalam percobaan ini?
6. Buatlah kesimpulan dari hasil kegiatan tersebut!

JAWABAN
1. Ragi roti (Fermipan)
: Sebagai katalisator reaksi fermentasi.
Plastisin
: Sebagai penghalang keluarnya gas CO2 dari botol.
Glukosa
: Sebagai penghasil CO2.
Kapur
: Sebagai indikator terbentuknya CaCO3 akibat dihasilkannya CO2.
Phenolphtalein
: Sebagai indikator asam-basa pada botol B.
2. - Muncul gelembung gas CO2.
- Adanya peningkatan suhu.
- Warna larutan berubah dari krem menjadi krem pekat.
- Muncul bau alkohol.
Persamaan reaksi kimia yang terjadi pada botol A yaitu:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Muncul bau
Gelembu
Peningkatan
alkohol
ng Gas
3. - Warna larutan berubah dari bening keunguan menjadi semakin bening.
- Muncul gelembung gas CO2.
- Timbul endapan putih CaCO3.
Persamaan reaksi kimia yang terjadi pada botol B yaitu:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

Endapan
Putih
4. Semakin pekat konsentrasi larutan gula maka semakin banyak gas CO 2 yang akan dihasilkan.
5. Percobaan ini adalah untuk membuktikan proses fermentasi, maka digunakanlah larutan gula
sebagai reaktan, kemudian diberi ragi roti (fermipan) sehingga akan menghasilkan etanol dan gas
karbon dioksida.
6. Kesimpulan berada pada BAB V.

Anda mungkin juga menyukai