Anda di halaman 1dari 3

Nama ; Raden Ahmad Rosyiddin Brillyanto

NIM : 11171110000024

KEKERABATAN DAN ORGANISASI SOSIAL


Pengelompokan – Kesamaan – Sistem Masyarakat

Hampir tidak ada manusia yang hidup sendirian di muka bumi ini, mengingat bahwa manusia adalah
sebuah entitas individu yang lahir sebagai sebuah mahluk sosial, yang sudah barang tentu ini berarti bahwa
manusia selalu membutuhkan individu lain dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Diantara orang-
orang yang selalu ada dalam kehidupan kita, yang sering bertemu dengan kita sejak kita kecil adalah kelompok
keluarga. Kelompok keluarga adalah suatu sistem kelompok sosial yang didirikan berdasarkan ikatan
pernikahan yang menghasilkan keturunan. Selain keluarga, seiring bertambahnya pengetahuan kita, kita akan
menyadari bahwa dalam memenuhi tujuan kita tidaklah bisa hanya dengan mengandalkan sistem kekerabatan
saja. Kita memerlukan suatu kesatuan antar beberapa individu yang lebih luas dan bebas, yang tidak terikat
batasan-batasan yang berarti.

Kajian mengenai kekerabatan dan organisasi soial memiliki tempat tersendiri dalam pembahasannya
dalam bidang antropologi, karena kekerabatan dan organisasi sosial merupakan tempat terciptanya interaksi
yang dengan seiringnya waktu akan menciptakan pola-pola pada masyarakat yang akan menjadi sebuah
kebudayaan yang ada di suatu tempat dimana objek itu berada. Jelas ini merupan sebuah kajian yang penting
dalam antropologi, mengingat bahwa kebudayaan merupakan salah satu pembahasan yang menjadi concern
dalam kajian antropologi.

Sudah dijelaskan pada paragraf pertama tentang peranan kekerabatan/keluarga dalam hidup kita.
Keluarga jika dilihat dari lingkup anggotanya dapat dibedakan atas tiga tipe, yakni. Pertama keluarga
batih/inti, keluarga inti merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Kedua
keluarga konjungal, jenis keluarga konjungal merupakan keluraga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak (kelurga
inti) yang dilengkapi dengan keberadaan / interaksi dengan kerabat dari keluarga orientasi salah satu atau
kedua belah pihak. Ketiga keluarga luas, keluarga luas adalah sebuah kesatuan keluarga yang cakupannya
paling luas, yang terdiri atas beberapa keluarga inti, yang masuk di dalamnya sistem kekerabatan yang
kompleks seperti bibi, sepupu, paman, dan berbagai personel keluaga lainnya.

Dalam institusi kekerabatan atau kekeluargaan dikenal pula berbagai macam tradisi yang mengatur
mengenai sistem perkawinan yang berlaku pada suatu kelompok masyarakat. pada dasarnya kita mengenal
dua macam bentuk perkawinan. Monogami, yakni perkawinan antara satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan, dan poligami yang berarti perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan pada
waktu yang sama, atau antara seorang perempuan dengan beberapa laki-laki pada waktu yang sama. Poligami
itu sendiri dibagi lagi berdasarkan bentuk perkawinannya. Pertama poligini, poligini adalah suatu sistem
bentuk perkawinan yang terdiri atas seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan pada waktu yang
sama. Kedua poliandri, yakni merupakan bentuk perkawinan yang merupakan kebalikan dari poligini, yaitu
bentuk perkawinan yang terdiri atas seorang perempuan dengan lebih dari satu laki-laki pada waktu yang
sama. Ketiga poligini khusus, bentuk poligini khusus atau yang dinamakan dengan soral polygyny, yaitu bentuk
perkawinan antara seorang laki-laki pada waktu yang sama dengan beberapa orang perempuan yang
merupakan saudara kandung.

Selain adanya berbagai macam model dalam bentuk perkawinan, dalam sistem kekerabatan pula
dapat kita temui sebuah sistem yang mengatur mengenai garis keturunan. Dalam hal penarikan garis
keturunan kita mngenal aturan partilineal, bilateral, matrilineal, dan keturunan rangkap / double descent. Pada
sistem partilineal yang merupakan sebuah sistem yang banyak kita jumpai di Indonesia, garis keturunan ditarik
melalui garis laki-laki. Pada bilateral, garis keturunan ditarik berdasarkan garis keturunan baik laki-laki maupun
perempuan. Pada sistem matrilineal gari keturunan ditarik melalui perempuan. Para ahli ilmu sosial,
khususnya dari bidang sosiologi dan antropologi beranggapan bahwa, berawal dari sistem garis keturunan ini
pula mempengaruhi sistem sistem yang lain dalam konteks kekerabatan. Masuk di dalamnya adalah sistem
perkawinan, mulai dari bentuknya, pembagian harta warisannya, dan lain sebagainya.

Pembahasan yang lebih luas cakupannya ketimbang kekerabaran, adalah masyarakat secara umum
yang tidak terikat oleh sebuah hubungan darah. Telah kita ketahui bersama bahwasanya manusia adalah
mahluk yang berbeda antara satu individu dengan indvidu yang lain, perbedaan ini nampak dari banyak faktor
dan barometer yang terdapat pada masyarakat tersebut, dari sanalah secara sadar ataupun tidak sadar
masyarakat terkotak-kotakan dalam suatu kelompok sosial yang membedakan suatu kelompok dengan
kelompok yang lain. Dalam ilmu sosial pengelompokan masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu stratifikasi dan
difrensiasi. Stratifikasi ialah sebuah pengelompokan masyarakat secara hierarkis / vertikal, menurut max
weber stratifikasi terbentuk karena terdapatnya tingkatan tertentu yang dianggap bernilai bagi msyarakat,
yaitu ukuran tentang kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan / pendidikan. Sementara
difrensiasi adalah bentuk pengelompokan masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sederajat. Ini
menanadakan bahwa dalam pengelompokan secara difrensiasi tidak ada kelompok yang dipandangan lebih
baik, lebih unggul, atau lebih berharga. Klasifikai masyarakat secara horisonal ini sekilas terlihat jauh lebih
kompleks ketimbang stratifikasi, dikarenakan kriteria yang dijadikan acuan lebih banyak ketimbang stratifikasi,
meliputi ras, suku, klen, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah, partai, dan lain sebagainya. Dalam
pembahasan mengenai pengelompokan sosial ada suatu istilah pula yang harus kita ketahui, yaitu “Mobilitas”.
Mobilitas diartikan sebagai berpindahnya seorang individu atau kelompok dari kelopok yang satu ke kelompok
sosial yang lain.

Analisa Terhadap Film “Cek Toko Sebelah”

Sekilas film “Cek Toko Sebelah” menceritakan sebuah konflik yang terjadi di dalam suatu keluarga
yang beretnis tionghoa, berupa perselisihan tentang penerus usaha berupa sebuah toko yang telah dirintis dari
awal oleh seorang ayah dan seorang ibu. Dalam film tersebut dapat dilihat bahwa sang ayah sepertinya
memiliki keyakinan terhadapt sistem stratifikasi tertutup, hal ini terlihat dengan keinginan sang ayah yang
ingin agar anaknya dapat meneruskan usaha tokonya dan pada awalnya cenderung untuk melarang anaknya
melanjutkan karirnya di luar negeri. Berikutnya terlihat pula rasa “senasib dan sepenanggungan” anatar
sesama pemilik toko, ini terlihat sewaktu “si ayah” telah menandatangani kontrak penjulan tokonya kepada
salah satu pengusaha, lalu datang pemilik toko lainnya yang menyesali keputusan tersebut dikarenakan ia
merasa kehilangan temannya.

Analisa Terhadap Masyarakat Keturunan Arab pada Artkel Tulisan Yasmine Zaki Shahab

Pada artikel tersebut dijelaskan mengenai eksistensi masyarakat keturunan arab di Indonesia
khususnya di Jakarta. Mereka digambarkan memiliki kharisma yang sangat kuat sebagai tokoh pengajar agama
islam (dai) di tengah-tengah masyarakat. penulis disana juga menjelaskan bahwa sistem patrilineal yang
terdapat pada masyarakat arab di Jakarta juga masih teras kuat sekali, bahkan seiring dengan perkembngan
teknologi, ini mempermudah mereka dalam pencatatan nama-nama orang tu dan anak keturunan mereka.
dijelaskan pula bahwa kelopok masyarakat arab di Jakarta berkelompok menjadi banyak kelompok yang
memeiliki ciri khas dengan penyebutan nama sesepuh pada kelopok tersebut di kahir nama kecil anggota
kelopok tersebut. Dianta mereka pun tidak ditutup kemungkinan akan munculnya kelompok-kelokpok (klen)
baru, biasanya disebabkan jika ada salah seorang diantara mereka yang dianngap mempunyai pengaruh cukup
besar atau pernah melakukan sesuatu yang dianggap memiliki bayak manfaat bagi banyak orang di sekitarnya.
Menurut penulis artkel, eksistensi masyarakat arab di Indonesia akan selalu berkembang seiring dengan
perkembngan zaman, tanpa merubah secara signifikan sistem patrilineal yang ada diantara mereka.

Refrensi

Yasmine Z. Shahab, Sistem kekerabatan sebagai katalisator peran ulama keturunan Arab di Jakarta

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Haviland, William A. 1999. Antropologi. Jakarta : Erlangga

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai