Anda di halaman 1dari 11

MANFAAT ANTROPOLOGI

Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, S.Ag., M.Hum.

GUSTI MAYA MAHARANI

175080400111014

Antropologi Perikanan A1

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
Pertemuan I
1. Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunanai asal kata “anthropos”
berarti“manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah
“antropologi” berartiilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog)
sering mengemukakan bahwaantropologi merupakan studi tentang umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasiyang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian
ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Secara khusus ilmu antropologi tersebut terbagi ke dalam lima sub-ilmu
yang mempelajari: (1) masalah asal dan perkembangan manusia atau
evolusinya secara biologis; (2) masalah terjadinya aneka ragam cirri fisik
manusia; (3) masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka
ragam kebudayaan manusia; (4) masalah asal perkembangan dan
persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan di seluruh dunia; (5)
masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia
dari aneka ragam sukubangsa yang tersebar di seluruh dunia masa kini.
Salah satu karakteristik yang paling banyak mendapat perhatian dalam
antropologi adalah hubungan antara kebudayaan dan ciri-ciri biologis
manusia. Masa ketergantungan manusia pada pengangkutan jalan kaki,
ukuran otak yang besar, dan kemampuan menggunakan simbol-simbol
adalah contoh beberapa ciri biologis yang memungkinkan mereka
menciptakan dan mendapatkan kebudayaan. Untuk membantu mahasiswa
dalam pelajaran awal, dapat dipergunakan rangkuman sebagai berikut:
antropologi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik hidup manusia
dengan naberorientasi pada kebudayaan yang dihubungkan dengan ciri-ciri
sosio-psikologi atau ciri-ciri biologis, melalui pendekatan yang holistik yaitu
pendekatan dengan cara melihat atau memandang sesuatu sebagai suatu
kebulatan yang utuh atau holistik.
Sehingga mempelajari antropologi dapat berguna dalam sebuah
penelitian terhadap manusia dengan segala aspek biologisnya. Ilmu ini
memang masih belum banyak dipelajari oleh para ahli. Karena antropologi
akan sedikit sulit dibedakan dengan ilmu – ilmu lainnya yang membahas
mengenai manusia dengan lingkup yang lebih luas selain manusia itu sendir,
contohnya seperti sosiologi.
2. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan
untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku
dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Ruang
lingkup dari antropolgi itu sendiri ada beberapa yaitu :
a. Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang
melacak perkembanhan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi
biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). 
b. Antropologi budaya memfokuskan perhatianya kepada kebudayaan
manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. 
Pendekatan yang digunakan dalam antropologi menggunakan
pendekatan kuantatif (positivisic) dan kualitatif (naturalistic).adanya
relativitas yang ekstrem, berangkat dari anggapan-anggapan bahwa tidak
ada dua budayapun yang sama, pola, tatanam, dan makna akan dipaksakan
jika elemen-elemen di abstrakan demi perbandingan. oleh karena itu,
perbandingan bagian-bagian yang telah diabstrasikan dari suatu keutuhan,
tidaklah dapat dipertahankan secara analistis.
Antropologi dikatakan sebagai salah satu akar atau landasan lahirnya
ilmu komunikasi. Seiring dengan perkembangan antropolgi tersebutlah
akhirnya para ahli budaya melihat jika dalam budaya juga sangat tergantung
pada komunikasi. Hal inilah yang kemudian dikaji mengenai proses dari
komunikasi tersebut sehingga lahirlah ilmu komunikasi dari antroplogi.
Namun untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan tersebut sebaiknya kita
terlebih dahulu melihat menganai antopologi dan komunikasi itu sendiri.
Sehingga dengan mengikuti mata kuliah antropologi saya dapat lebih
memahami bagaimana etika yang baik dalam meneliti seorang manusia.
Dan dapat mengambil langkah yang benar dalam melakukan penelitian agar
sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Mempelajari antropologi
ini cenderung susah susah gampang karena yang dipelajari adalah manusia
dengan banyak hal unik yang dimilikinya. Menceritakan manusia sendiri pun
tidak mudah karena kita hanya memiliki sedikit kosakata dibandingkan apa
yang bisa kita gambarkan. Oleh sebab itu selain melalui wawancara, peneliti
juga harus terjun langsung untuk merasakan kehidupan dari objek
penelitiannya secara langsung, agar dapat lebih memahami apa yang
sebenarnya dirasakan, dialami, dan dijalani oleh objek penelitiannya
Pertemuan II
3.    Metode penelitian etnografi termasuk dalam metode penelitian kualitatif.
Kata etnografi berasal dari kata-kata Yunani ethos yang artinya suku bangsa
dan graphos yang artinya sesuatu yang ditulis. penelitian etnografi adalah
penelitian kualitatif yang meneliti kehidupan suatu
kelompok/masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari,
mendeskripsikan, menganalisia, dan menafsirkan pola budaya suatu
kelompok tersebut dalam hal perilaku, kepercayaan, bahasa, dan
pandangan yang dianut bersama.
Masalah etika dalam etnografi muncul terutama ketika peneliti melakukan
kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Etika dalam etnografi
terkait tantangan-tantangan di lapangan yang memerlukan negosiasi
bagaimana untuk mendapatkan akses ke orang-orang dan tempat yang akan
dipelajari, berapa lama akan bertempat tinggal, apakah rekaman
pembicaraan sehari-hari atau pembicaraan wawancara yang diambil, dan
bagaimana cara berinteraksi dengan saling menghormati 
Inti dari etnografi adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari
kejadian yang menimpa seseorang yang ingin kita pahami. Beberapa makna
ini terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan banyak yang diterima
dan disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata dan perbuatan.
Tetapi dalam setiap masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna
yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami
diri mereka sendiri dan untuk memahami orang lain, serta untuk memahami
dunia dimana mereka hidup. Sistem makan ini merupakan kebudayaan
mereka; etnografer selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.
Sehingga manfaat yang didapatkan setelah mempelajari etnografi yaitu
para peneliti lebih mampu memahami objek yang akan ditelitinya. Peneliti
mampu membuat objek peneliti merasa nyaman ketika berbagi informasi
danmenjelaskan kehidupannya. Peneliti juga wajib untuk memiliki etika
dalam melakukan penelitian etnografi ini. Apabila peneliti berhasil
mendapatkan informasi dan data yang jelas dari objek penelitiannya maka
dapat dikatakan metode etnografi yang dilakukan oleh peneliti telah berhasil.
4. Budaya memiliki makna sebagai cara hidup masyarakat yang selalu
berkembang serta dimiliki oleh suatu kelompok manusia yang akan terus
diturunkan atau diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya mencakup berbagai komponen di dalam struktur masyarakat seperti
adat istiadat, bahasa, pakaian, rumah adat, masakan dan lain sebagainya.
Budaya memiliki banyak unsur yang rumit, unik dan khas di dalamnya
sehingga membedakan satu budaya dengan budaya lainnya.
Kebudayaan sebenarnya memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda
dari budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, rasa dan
karsa manusia guna melengkapi kebutuhan hidup yang kompleks berupa
keyakinan, ilmu pengetahuan, kesusilaan, kesenian, hukum adat dan norma-
norma. Beberapa ahli juga mendefinisikan kebudayaan sebagai hasil dari
tingkah laku luhur manusia dari jaman dahulu dan terakumulasi di dalam
pola hidup masyarakat hingga mengakar dan menjadi ciri khas dari suatu
bangsa. Hal ini mencakup kebudayaan jasmaniah dan juga kebudayaan
non-jasmaniah.
Konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang
dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat
(pakaian), atau cara hidup masyarakat. Definisi ini mengaburkan perbedaan
penting antara sudut pandang orangluar dengan sudut pandang orang
dalam. Pola tingkah laku, adat, dan pandangan hidup masyarakat semua
dapat didefinisikan, diinterpretasikan, dan dideskripsikan dari berbagai
perspektif. Tetapi dalam etnografi tujuan utama kita adalah memahami
sudut pandang penduduk asli, maka sangat perlu mendefinisikan konsep
kebudayaan denan cara yang merefleksikan tujuan ini.
Sehingga definisi kebudayaan yang sesungguhnya akan didapatkan.
Manfaat dari kebudayaan ini membuat kita lebih memahami budaya
sebenarnya dari penduduk asli. Jika kita tidak mendefinisikan sesuai dengan
yang ada pada penduduk aslu maka kita tidak benar-benar menjadi seorang
etnografer yang baik. Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu
dia juga menyelidiki makna tingkah laku itu. Etnografer melihat berbagai
artefak dan objek alam, tetapi lebih daripada itu dia menyelidiki makna yang
diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai objek itu.
Pertemuan III
5. Bahasa adalah suatu sarana yang digunakan untuk berkomunikasi oleh satu
orang kepada orang lain, sehingga apa yang ingin disampaikan orang
tersebut dapat dimengerti oleh orang yang di tuju (si penerima). Bahasa
pada umumnya bisa berbentuk lisan, isyarat dan tulisan. Ada beberapa
fungsi bahasa diantaranya yaitu : sebagai alat berkomunikasi, sebagai alat
pemersatu suatu bangsa, sebagai identitas suatu suku bangsa.
Bahasa lebih dari sekedar alat mengkomunikasikan realitas, bahsa
merupakan alat untuk menyusun realitas. Bahasa yang berbeda
menciptakan dan mengekspresikan realitas yang berbeda. Bahasa yang
berbeda itu mengkategorikan pengalaman dengan cara – cara yang
berbeda. Bahasa yang berbeda memberikan pola – pola alternatif ubtuk
berpikir dan memahami. Dalam upaya untuk menemukan realitas budaya
suatu kelompok penduduk tertentu, etnografer menghadapi satu pertanyaan
penting :”Bahasa apa yang akan saya gunakan untuk mengajukan
pertanyaan – pertanyaan dan mencatat makna- makna yang saya
temukan?”.
Etnografer yang bekerja di lingkungan masyarakat yang kompleks harus
mengetahui kebradaan perbedaan bahasa yang begitu tidak kentara namun
penting. Bahasa yang kita gunakan dalam berinteraksi dengan orang tua
berbeda dengan saat kita berinteraksi dengan teman sebaya. Semakin
berpendidikan seseorang pemilihan kata-kata yang digunakan pun akan
berbeda. Begitu pula dengan para pekerja kasar seperti buruh maupun
nelayan yang memiliki bahasanya sendiri dalam mengekpresikan apa yang
inginmereka katakan atau jelaskan. Terkadang bahasa dapat berupa isyarat
yang hanya mengandalkan bahasa tubuh tanpa mengeluarkan sepatah kata
pun. Bahasa isyarat berguna dalam memberikan informasi yang rahasia
agar tidak mudah diketahui orang yang tidak berkepentingan.
Oleh sebab itu etnografer perlu untuk terlebih dahulu melakukan studi
sungguh – sungguh mengenai cara orang berbicara. Etnografer bekerja
dalam masyarakatnya sendiri harus mempelajari bahsa tidak kurang dari
etnografer yang berasal dari luar masyarakat itu.
6. Hasil dari pembuatan etnografi adalah suatu deskripsi verbal mengenai
situasi budaya yang dipelajari. Bahkan film-film etnografi tidak
mendeskripsikan tanpa berbagai statemen verbal yang memberitahu
penonton hal – hal yang dapat dilihat oleh orang yang di filmkan dan
bagaimana mereka dapat menginterpretasikan suasana yang disajikan. Oleh
karena itum deskripsi etnografi tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan
bahasa.
Etnografer biasanya menulis dalam bahasa asli yang digunakannya atau
dalam bahasa yang khususnya seperi mahasiswa, ahli, atau masyarakat
umum. Demikianlah, deskripsi etnografi harus menggunakan istilah – istilah
asli (native) dan makna – maknanya juga menggunakan istilah yang
digunakan oleh etnografer. Hal ini tidak berarti bahwa campuran yang
terdapat dalam terjemahan semacam itu selalu sama. Di satu sisi, kita
menemukan deskripsi yang mengabaikan sudut pandang penduduk asli
sama sekali dan memutarbalikkan budaya itu. Deskripsi tersebut hampir
seluruhnya ditulis dalam bahsa orang luar. Di sisi lain pula dapat ditemukan
etnografi monolingual dan novel – novel etnografis yang ditulis oleh para
penulis yang berasal dari kalangan penduduk asli sendiri.
Deskipsi etnografis hampir tidak menggunakna bahasa yang digunakan
oleh penduduk asli, deskripsi ini jelas mengabaikan makna dari berbagai hal
itu. Masyarakat dan pandangan hidupnya dicirikan dengan stereotipe seperti
malsa, kotor, bodoh, primitif, aneh, dan tidak berpendidikan.
Sehingga bahsa yang digunakan dalam sebuah deskripsi etnografis
alangkah biaknya menggunakan bahasa dari penduduk asli. Hal ini
dilakukan untuk menantisipasi perbedaan interpretasi atau analisa yang
dilakukan oleh etnografer terhadap apa yang dikatakan oleh objek
penelitiannya. Apabila etnografer tidak menggunakan bahas asli yang di
gunakan oleh penduduk lokal, maka kesalahan interpretasi dan analisa
sangat besar kemungkinan terjadinya. Dan hal tersebut dapat mengubah
makna sebenarnya yang disampaikan oleh objek penelitian.
Pertemuan IV
7. Etnografer bekerja sama dengan informan menghasilkan sebuah
deskripsi kebudayaan. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary,
seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan
mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahsa atau dialeknya
sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan menrupakan
pembicara asli (Native Speaker). Informan diminta oleh etnografer untuk
berbicara dalam bahasa atau dialeknya sendiri. Akhirnya informan
merupakan sumber informasi, secara harfiah, mereka menjadi guru bagi
etnografer.
Perlahan-lahan melalui serangkaian wawancara, dengan berbagai
penjelasan yang diualng-ulang, serta dengan menggunakan berbagai
pertanyaan yang spesifik, orang awan akan menjadi informan yang baik.
Hubungan informan-etnografer seringkali dikaburkan dengan hubungan
lain. Seorang antropolog yang bekerja dalam masyarakat non-Barat
mengetahui bebragai kesulitan yang muncul ketika dia dianggap sebagai
misionaris, seorang pedagang, atau seorang agen pemerintah. Dalam
masyarakat kita, peran informan sering kali kabur dengan peran-peran
tradisional dan dengan peran-peran ilmu sosial.
Tetapi dalam masyarakat kita, peran informan seringkali kabur
dengan peran - peran tradisional seperti teman atau majikan, dan dengan
peran-peranilmu sosial seperti subjek atau responden. Jika kita
mempelajari kedua sumber kebingungan itu, maka kita akan memperjelas
sifat dasar hubungan informan - etnografer.
Peran seorang informan dalam sebuah penelitian etnografi
sangatlah penting, hal ini dikarenakan semua informasi yang dikatakan
maupun dilakukan oleh informan merupakan sumber data yang tidak
boleh diabaikan oleh seorang etnografer. Oleh sebab itu pemlihan
informan yang tepat harus dilakukan agar tidak adanya kesalahan
informasi yang didapat oleh seorang etnografer. Mempelajari bab ini juga
membuat saya lebih mengerti dalam memilih onforman yang tepat dalam
sebuah penelitian.
8. Hubungan antara etnografer dengan informan penuh dengan kesulitan.
Salah satu tantangan besar dalam melakukan enografi adalah untuk
memulai, mengembangkan, dan mempertahankan hubungan dengan
informan yang produktif. Perencanaan yang cermat dan sensitivitas terhadap
informan anda akan mengantarkan anda pada suasana wawancara yang
berat. Bagaimanapun, wawancara yang berhasil tergantung pada begitu
banyak hal yang tidak mungkin direncanakan, atau dikontrol sama sekali.
Untuk satu hal, wawancara dipengaruhi oleh identitas kedua pihak.
Kebanyakan kesulitan pada etografer pemula yang dihadapi mereka
karena perbedaan identitas, penghalang budaya, kepribadian yang tidak
sesuai, dan kurnagnya keterampilan interpersonal. Tetapi, permasalahan
yang menonjol muncu karena kegagalan mereka dalam menemukan
seorang informan yang baik. Informan yang baik adalah seorang yang dapat
membantu etnografer pemula dalam mempelajari budaya informan yang
pada waktu yang sama pemula itu juga belajar mengenai keterampilan
mewawancari. Lima persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik:
(1) enkulturasi penuh, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang
tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, dan (5) non-analitis. Di lapangan,
etnografer yang sudah termapil menggunakan sekian banyak informan yang
berbeda dan beberapa informan itu tidak akan memenuhi kelima persyaratan
itu. Tetapi, dalam upaya untuk belajar melakukan wawancara informan, hal
yang penting informan pertama yang dipilih harus memenuhi kelima
persyaratan ini.
Sehingga dapat dikatakan etnografer tanpa informan yang tepat akan sia-
sia. Dan cara terbaik untuk belajar etnografi adalah dengan melakukannya.
Oleh karena itu etnografi yang kita bahas ini tidak akan pernah berguna bila
hanya dipelajari saja tanpa melakukan dan terjun langsung ke lapang.
Karena keterlibatan langsung seorang etnografer akan memberikan efek
yang sangat berbeda dibandingkan hanya melalui buku atau bacaan tanpa
langsung terjun ke lapang.
Pertemuan V
9. bahasa dan catatan etnografis, sebuah catatan etnografis meliputi catatan
lapangan, alat perekam, gambar, artefak, dan benda lain yang
mendokumentasikan suasana yang terjadi. Bagian utama suatu catatan
etnografis terdiri atas catatan lapangan tertulis, baik catatan hasil observasi,
wawancara, rekaman, buku harian atau dokumen pribadi lainnya. Hal ini
berarti bahwa dari entri pertama, etnografer harus mengatasi masalah
bahasa, karena bahasa mempengaruhi penemuan etnografis dan deskripsi
etnografis.
Pembuatan sebuah catatan etnografis merupakan jembatan antara
penemuan dengan deskripsi, yang menghubungkan keduanya ke dalam
suatu proses tunggal yang kompleks. Penemuan ini akan menyebabkan
adanya catatan lapangan : pembacaan kembali catatan ini ketika di
lapangan akan memunculkan penemuan tambahan.
Hubungan timbal balik ini menegaskan kenyataan bahwa masing-masing
langkah dalam studi etnografi melibatkan terjemahan. Sebelumnya kita
sudah mengetahui bagaimana berbicara dengan informan untuk
menemukan pandangan dunianya (penemuan) dan menuliskan dalam
etnografi akhir (deskripsi), menuntut adanya satu pertimbangan yang cermat
terhadap proses terjemahan.
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah catatan
etnografis : (a) prinsip identifikasi bahasa dan, (b) prinsip harfiah. Prinsip ini
mempunyai tujuan tunggal, yaitu untuk mengurangi pengaruh kepandaian
etnografer untuk menerjemahkan ketika membuat catatn etnografis. Prinsip
identifikasi bahasa dapat ditegaskan secara sederhana : mengidentifikasikan
bahasa yang digunakan untuk masing – masing judul catatan lapangan.
Prinsip harfiah, etnografer harus membuat catatan harfiah terhadap hal – hal
yang dikatakan oleh masyarakat, pertimbangannya seperti pernyataan aktual
dari informan, entri catatan lapang.
Sehingga disini kita dapat lebih memahami prinsip yang digunakan dalam
membuat sebuah catatan etnografis. Dan dapat manggulangi kesalahan
dalam pembuatan catatan etnografi.
10. Ada beberapa jenis catatan lapangan dalam sebuah catatan etnografi:
a. laporan ringkas, semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual
atau observasi lapangan menunjukkan sebuah versi ringkas yang
sesungguhnya terjadi. Secara manusiawi tidaklah mungkin untuk mencatat
segala sesuatu yang berlangsung atau segala sesuatu yang dikatakan oleh
informan. Laporan ringkas seringkali meliputi frasa – frasa, kata – kata
tunggal, dan kalimat – kalimat yang tidak berhubungan.
b. laporan yang diperluas, tipe catatan yang kedua menunjukkan suatu
perluasan dari catatan lapangan yang diringkas. Secepat mungkin setelah
tiap-tiap pertemuan di lapangan, etnografer harus menuliskan secara detail
dan mengingat kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara cepat. Kata –
kata dan kalimat kunci yang tercatat dapat berperan sebagai pengingat yang
sangat bermanfaat untuk membuat suatu laporan yang diperluas. Ketika
memperluas laporan, pembicara yang berbeda harus diidentifikasikan dan
statemen harfiah harus dimasukan.
c. jurnal penelitian lapangan, seperti sebuah buku harian, jurnal ini akan
berisi berisi suatu catatan mengenai pengalaman, ide, kekuatan – kekuatan,
kesalahan, kebingungan, terobosan – terobosan, dan berbagai
permasalahan yang muncul selama penelitian lapangan itu. Sebuah jurnal
merupakan sisi pribadi suatu penelitian lapang: jurnal ini meliputi berbagai
reaksi terhadp informan dan perasaan yang anda rasakan terhadap orang
lain.
d. analisis dan interpretasi, yang memberikan suatu hubungan antara
catatan etnografis awal dengan catatan etnografis akhir dalam bentuk
tertulis. Disinilah tempatnya untuk mencatat analisis makna budaya,
berbagai interpretasi dan pandangan mengenai budaya yang dipelajari.
Dalam hal ini, penting untuk menganggap catatan lapangan ini sebagai
suatu tempat untuk menuangkan pikiran dalam tulisan mengenai
kebudayaan yang sedang dipelajari.
Sehingga dari materi in dapat diambil manfaat yaitu kita dapat
membedakan jeni-jenis dari catatan lapangan etnografis. Selain
membedakan kita juga dpat mengkategorikan catatan mana yang akan kita
ambil dan pakai dalam melakukan sebuah penelitian etnografis.

Anda mungkin juga menyukai