Anda di halaman 1dari 4

Rayhan Rery Gymnastiar Putra

11211110000133
Sosiologi 2C
SISTEM POLITIK
Kata Kunci : Masyarakat, Politik, Antropologi

Di dalam suatu masyarakat tentu kita tidak bisa lepas dari segala instrumen yang melekat pada
perkembangan dan juga pembangunan baik secara sistem maupun hal lainnya, tidak terkecuali Politik. Politik
sendiri menjadi salah satu instrument pembangun masyarakat dan mempunyai peran sebagai organisasi politik.
Organisasi politik sendiri terdiri dari beberapa bagian-bagian organisasi sosial yang secara khusus berhubungan
satu sama lain dengan individu maupun kelompok, untuk mengelola urusan kebijakan publik atau berusaha
untuk mengontrol pertemuan ataupun kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok 1. Berhubungan dengan
ruang kebijakan publik tidak lengkap jika tidak membahas tentang orang yang ada dibalik itu semua dan juga
kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan, orang yang melaksanakannya disebut dengan pemimpin dan kebijakan
yang dijalankan olehnya disebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan sendiri merupakan unsur yang penting
bagi adanya masyarakat dan adanya pemimpin menjadikan ia mempunyai fungsi sebagai sumber otoritas atau
sumber yang mempunyai wewenang akan hal yang akan dijalankan. Di dalam kepemimpinan juga mempunyai
syarat yang harus dipenuhi seperti kewibawaan, karisma dalam diri, keabsahan atau legitimitas dan kekuasaan
dalam artian khusus serta sifat-sifat lainnya yang menjadi syarat untuk menjadi kepala atau pemimpin dalam
masyarkat2. Kemudian seiring berjalannya waktu juga terdapat perbedaan. Seperti halnya kepemimpinan
tradisional, kepemimpinan ini memiliki arti luas yang sama namun detail yang diperlukan dalam syarat yang
membuat hal itu berbeda seperti Kewibawaan. Kewibawaan yang dimaksud meliputi kepandaian dalam
berburu dan betani, keterampilan berpidato, kemahiran berpidato, memiliki sifat-sifat yang seduai dengan cita-
cita dan keyakinan sebagian besar dari warga dan masyarakat. Kemudian dalam Keabsahan atau Legitimitas
meliputi memiliki keturunan yang sah, memiliki kekuatan yang sakti atau mahir dalam menggunakan
kemampuan baik fisik maupun magis, memliki pusaka-pusaka keramat yang dapat derajat wewenang kerajaan
dan mampu melaksanakan ritual upacara yang intensif. Selanjutnya Kharisma meliputi memiliki wahyu dari
Tuhan atau dewa-dewa dan dapat menggunakan kekuatan sakti yang diberikan Tuhan atau dewa-dewa. Yang
terakhir yaitu Kekuasaan dalam arti khusus yaitu mampu menggerakan kekuatan fisik dan mengorganisasikan
orang banyak atas dasar sistem sanksi.
Sementara dalam Kepemimpinan masa kini tetap memliki arti secara luas yang sama namun detailnya
yang berbeda, seperti dalam kewibawaan didasarkan ada popularitas (seberapa jauh individu tersebut dikenal
baik akan kekuatan fisiknya maupun kecerdasannya), memiliki kedudukan secara nasional untuk memecahkan
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan juga kecendekiawan (kepintaran maupun kepandaian). Lalu
dalam Keabsahan memiliki Legitimasi melalu prosedur atau tata cara adat atau hukum yang berlaku dalam
masyarakat, memiliki lambing atau simbol kepemimpinan (biasanya simbol atau lambing ini bermakna sebagai
tujuan atau pencapaiannya). Selanjutnya dalam Kharisma memiliki ciri-ciri rohaniah yang disegani banyak orang
dan juga memiliki lambang ataupun simbol kepemimpinan sama seperti Keabsahan. Dan yang terakhir
Kekuasaan dalam arti khusus yaitu mampu menggerakan kekuatan fisik dan mengorganisasi orang banyak atas
dasar sistem sanksi atau pemberian peringatan ketika melakukan kesalahan.
Jadi perbedaan Kepemimpinan Tradisional dengan Kepemimpinan Modern yaitu pada Pemimpin
tradisional biasanya menjadi penafsir, penterjemah, dan penjaga tradisi. Pada masyarakat tradisional kehadiran
seseorang pemimpin pada dasarnya juga melalui pilihan. Kemudian kemampuan yang menonjol pada
kepribadiannya dalam pergaulan dan komunikasi sosial. Biasanya yang menjadi modal kepemimpinan
tradisional ini adalah kemampuan membaca kebenaran terhadap sekitar (truth reality) sehingga dapat
menafsirkan keterkaitan realitas dengan alam yang bersifat maya. Sementara pada Kepemimpinan Modern
terihat pada ketergantungan pemimpin terhadap masyarakat, dimana Keabsahan atau Legitimasi berdasarkan
dekungan sebagaian besar masyarakat sehingga nantinya ditarik kesimpulan bahwa seorang pemimpin harus
dekat dengan masyarakat yang dipimpinnya.

1
Morton Fried, (1967), hlm.20-21, Conrad Kottak Bab 17, hlm 153
2
Koentjaraningrat, (1990), hlm 222
Setelah mengetahui perbedaan antara kepemimpinan tradisional dan modern, tentunya hal utama
yang harus dibahas yaitu sistem politik. Di berbagai belahan dunia dan berbagai negara terdapat sistem politik
yang muncul dan akhirnya digunakan sampai sekarang. Ada 8 sistem politik yang berlaku diantaranya,
3
Yang pertama Sistem Politik Liberal. Sistem politik ini memiliki ciri dimana pemegang kekuasaan
negara terletak pada parlemen atau biasanya dikatakan sebagai perdana Menteri, kelebihan dari sistem ini
hampir tidak adanya terjadi penyalahgunaan kekuasaan karena pemegang kekuasaan tidak didasarkan pada
satu pemegang kekuasaan saja, kelemahannya yaitu dapat terjadinya praktik monopoli kekuasaan yang
dilakukan oleh pemegang kekuasaan dengan cara bekerja sama.
Yang kedua yaitu Sistem Politik Komunis, sistem ini memposisikan negara sebagai pengelola dan
pengatur sekaligus sebagai pemegang penuh kekuasaan atas segala aspek kehidupan bernegara, mulai dari
tentunya politik, ekonomi hingga kepercayaan warga negaranya dalam kehidupan sosial masyarakat. Kelebihan
dari sistem ini yaitu segala hal dipenuhi oleh negara dan warga negara hanya tinggal mengikuti serta patuh
akan peraturan yang dibuat oleh negara sementara kelemahannya yaitu masyarakat diposisikan sebagai
pelayan negara yang bekerja dibawah instansi pemerintahan namun diberikan berbagai tugas yang melebihi
kapasitas diri sebagai seorang manusia.
Yang ketiga Sistem Politik Parlementer, hampir sama seperti Liberal, sistem politik ini juga dipegang
oleh perdana Menteri yang membedakannya yaitu adanya presiden. Presiden disini hanya bertindak sebagai
simbol sama dan yang menjalankan kekuasaannya yaitu perdana menterinya. Kelebihan sistem ini terletak
pada fleksibilitas yang tinggi terhadap pendapat dan aspirasi public sedangkan kelemahannya lebih ke tidak
stabilnya dan tidak adanya perbedaan antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif.
Yang keempat ada Sistem Politik Presidensial, sistem ini dibuat dengan menerapkan sistem pemisahan
antar pemegang kekuasaan baik yang eksekutif, legislatif bahkan yudikatif. Bisa dikatakan sebagai sistem politik
berdasarkan strata ataupun sistem kongresional. Pemegang kekuasaan disini hanya satu orang yaitu presiden
sebagai pemegang kekuasaan eksekutif sekaligus kepala negara. Hal yang menjadi keutamaan sistem politik ini
presiden berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat yang ada di dalam
pemerintahannya yang selanjutnya akan diproses melalui lembaga legislative dalam hal ini Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Yang kelima Sistem Politik Otoriter/Totaliter, sistem politik ini didasarkan pada asas sentralisasi yang
artinya bentuk peraturan maupun kebijakan yang berlaku berasal hanya dari satu sumber saja yakni pemegang
kekuasaan tertinggi. Sistem politik ini juga dikenal sebagai sistem politik diktaktor. Ada 6 ciri Sistem politik
otoriter, (1) pembangunan, proses maupun hasil infrastruktur dan fasilitas pemerintahan dikendalikan secara
sentralisasi atau terpusat, (2) mengikuti 4 prinsip (peraturan datang dari seseorang bukan datang dari hukum,
pemilihan umum atau pemilu yang bersifat kaku dan tertutup, semua keputusan yang menyangkut dengan
politis ditentukan oleh satu pihak saja dan penggunaan hak kekuatan politik yang tidak terbatas) 4, (3) hanya
mengandalkan sistem aklamasi ataupun mengajukan serta menyatakan diri sebagai pemegang kekuasaan
tunggal, (4) tidak diberikannya kebebasan hak sipil ataupun toleransi bagi pihak oposisi, (5) tidak diberikannya
kebebasan dalam membentuk suatu kelompok, organisasi maupun partai politik selain partai politik yang
memiliki peranan maupun pengalaman politik dan berpotensi untuk dipilih kembali. (6) kestabilan politik
dipertahankan melalui dukungan pihak militer, birokrasi yang mendukung rezim, adanya pengendalian
terhadap oposisi dari sisi internal negara dan melakukan pemaksaan untuk bisa patuh melalui berbagai
sosialisasi.
Yang keenam Sistem Politik Anarki, Anarki disini merupakan segala hal yang dilakukan dan terdapat di
dalam suatu negara, bukanlah suatu sistem yang diberlakukan secara umum namun hanyalah sebuah sistem
ciptaan oleh suatu negara. Tidak memiliki siapapun untuk menjadi pemimpin dan juga pemerintahan, ini
menjadikan tidak adanya suatu kekuatan ataupun kekuasaan yang dapat menyelesaikan segala hal yang terjadi.
Baik merancang serta memberlakukan hukum hingga menata dan mengelola sistem pemerintahan. Statusnya
hanya masyarakat biasa dan bukan warga negara.

3
Nova Adjra, 2017, Sistem Politik di Berbagai Negara di Dunia
4
Theodore M. Vestal, Ethiopia: A Post-Cold War African State
Rayhan Rery Gymnastiar Putra
11211110000133
Sosiologi 2C
Yang ketujuh Sistem Politik Demokrasi, sistem politik ini memberikan hak penuh pada rakyat karena
rakyat lah pemegang kekuasaan tertinggi mulai dari proses pengambilan keputusan hingga hal yang
menyangkut kepentingan Bersama dalam bermasyarakat dan bernegara. Memiliki ciri utama yaitu adanya wakil
rakyat sebagai wadah penghubung rakyat, mereka juga memiliki tugas mengawasi proses jalannya
pemerintahan serta juga sebagai wadah penampung aspirasi rakyat dalam berbagai hal khususnya
pemerintahan.
Kemudian yang kedelapan Sistem Politik Demokrasi Transisi, sistem politik ini merupakan sistem
pergantian atau perubahan dari satu sistem pemerintahan ke sistem pemerintahan lainnya dengan keadaan
yang tidak stabil. Ada tiga tahapan dalam masa demokrasi transisi yaitu, terjadinya polarisasi atau perbedaan
dalam pilihan politik setelah usai pemilihan umum antar pemain-pemain politik baru, terjadinya kompromi dan
negosisasi dan adanya habituasi (pembiasaan) dalam aturan-aturan demokratis 5.
Fungsi Politik dalam negara tentu sangat berbeda dengan fungsi politik dari organisasi. Negara
memiliki cakupan yang lebih luas dan butuh pemerataan untuk dapat menjalankan fungsinya. Fungsi politik dari
sebuah negara sendiri yaitu yang pertama, adanya fungsi Kontrol dalam Populasi. Fungsi ini bertugas
memperbaiki batas-batas antar masyarakat, pembentukan kategori dalam kewarganegaraan dan bertanggung
jawab terhadap sensus kependudukan. Yang kedua fungsi Peradilan, fungsi ini berhubungan dengan
pemberlakuan hukum yang berlaku, prosedur pemberlakuan legal dan juga pembentukan hakim peradilan.
Yang ketiga fungsi Penegakan Hukum, fungsi ini berkaitan dengan pembentukan secara permanen pasukan
militer dan polisi untuk menjaga keamanan dan fungsi yang terakhir yaitu fungsi Fiskal, fungsi ini berkaitan
dengan pengelolaan sektor perekonomian khususnya pajak negara 6. Sementara organisasi politik sendiri
memiliki persamaan dengan organisasi sosial hal yang berhubungan dengan itu yaitu dapat mengurus terkait
urusan public berupa kebijakan publik atau mengontrol pertemuan ataupun kegiatan yang dilakukan individu
atau kelompok, membuat regulasi terkait dengan hubungan kelompok dan perwakilannya, memperbaiki
penyimpangan dari norma, mempertahankan sistem integritas, turut serta dalam pengambilang keputusan,
control sosial dan resolusi konflik7.
Fungsi dari politik juga tidak jauh-jauh dari yang namanya Kontrol Sosial, Kontrol Sosial sendiri
merupakan segala proses dan interaksi sosial baik sudah direncanakan atau yang belum direncanakan. Memiliki
sifat mendidik, mengajak bahkan hingga memaksa agar masyarakat mematuhi kaidah dan nilai sosial yang
berlaku di dalamnya8 penerapan kontrol sosial ini dapat dilakukan melalui pengucilan, celaan dan ejekan.
Pertama pengucilan, merupakan bentuk tindakan sosial yang memberlakukan sikap tidak peduli dan
menganggap tidak ada seseorang yang melakukan hal menurut masyarakat menyimpang. Yang kedua ada
celaan, celaan disini termasuk pada tindakan kritik atau tuduhan atas dasar suatu pandangan, sikap dan
perilaku yang tidak sesuai dengan anggota kelompok lainnya secara umum. Tindakan celaan ini dapat mudah
dikenali berdasarkan ekspresi pengucapan, protes maupun kritik yang terbuka dan menunjukan langsung pada
orang yang dituju. Yang ketiga ada ejekan, merupakan suatu tindakan dengan cara menyerang menggunakan
kata-kata kiasan maupun perumpamaan yang berlebihan dan bermakna negative sehingga kadang dapat
menyerang kondisi psikis seseprang yang diejeknya.
Perang dalam ranah Antropologi bersifat destruktif atau menghancurkan baik fasilitas yang dibangun
maupun masyarakat yang sudah dibentuk. Dalam peperangan juga khususnya penduduk yang terorganisasi
dalam negara, kekerasan peperangan menjadi salah satu opsi yang mudah untuk melakukan pembunuhan
tanpa pilih-pilih. Antropologi mengajarkan bahwa kekerabatan lebih penting dibandingkan dengan peperangan
ataupun konflik. Kekerabatan secara emosional memegang kuat analogi darah lebih kental dibandingkan
dengan air karena tanpa adanya kekerabatan, kebudayaan dan juga masyarakat tidak akan ada eksistensinya 9
hubuungan perang dengan organisasi sosial sangatlah terkait, sebab dalam macam-macam jenis organisasi
5
Dankwart Rustow, (1970), Transitions to Democracy: Toward a Dynamic Model (https://guruppkn.com/sistem-
politik-di-berbagai-negara)
6
Conrad Kottak, Chapter 17, hlm 405-406, Anthropology Appreciating Human Diversity
7
Conrad Kottak, Chapter 17, hlm 391, Anthropology Appreciating Human Diversity
8
Joseph S. Roucek dalam Liani Kartawijaya, Bab II Tinjauan Pustaka Kontrol Sosial (Social Control)
9
Keesing, Roger M. 1981. Antropologi Suatu Budaya; Suatu Perspektif Kontemporer.
sosial terdapat 4 aspek yaitu interaksi sosial, lembaga sosial, peran sosial dan juga kelas sosial. 4 aspek itu
dapat menjadi penyebab terjadinya peperangan maupun konflik yang lainnya namun hal yang lebih selalu
terkait ada pada aspek kelas sosial. Hal ini ini beesifat krusial karena adanya kelas sosial ini memberikan
dampak secara langsung seperti kesenjangan sosial antar kelas yang berakhir pada protes, pembrontakan
hingga peperangan. Hal yang sama terjadi pada kontrol sosial, kontrol sosial disini berkaitan dengan tindak
perilaku yang cenderung pada hal yang negative sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya peperangan.
Contohnya berupa perang Vietnam dan perang korea, perang itu didasarkan pada perselisihan dari control
sosial yang berlebihan, misalnya pada perang Korea, dulunya daratan Korea ini dijadikan satu. Namun karena
masalah kontrol sosial yang dilakukan berdasarkan ideologisme, dimana korea utara dipengaruhi kontrol sosial
ideologisme komunis sementara korea selatan dipengaruhi kontrol sosial ideologisme liberalis. Selain itu juga
pengendalian politik dan adanya harta milik yang berharga juga merupakan salah satu penyebab terdorongnya
masyarakat untuk melakukan suatu peperangan 10.
Dalam review ini juga disertakan sebuah film untuk dikaji apa saja hal mengenai politik yang bisa
dibahas, berjudulkan Inglorious Basterds merupakan film yang mengisahkan tentang dua upaya alternatif
sejarah untuk mengakhiri dan menghancurkan kepemimpinan Nazi. Skenario yang pertama menceritakan
wanita Yahudi asal Prancis yang dianggap sebagai orang yang bekerja di bioskop. Sementara upaya kedua
direncanakan tim tentara Amerika. Sistem politik Pada film ini berpusat di Jerman yang pada saat itu dikuasai
Nazi. Model pemerintahan yang dijalankan bisa dikatakan sangat formal dan kaku sehingga peraturan yang
ditetapkan juga harus ditaati dan jika melakukan pelanggaran maka akan diesksekusi langsung di tempat. Dari
sisi kontrol sosial, ketatnya peraturan yang ditetapkan menjadikan masyarakat tidak bebas dalam
berkehidupan, terutama peraturan yang diharuskan membunuh semua orang yang berkepercayaan yahudi dan
dikenal sebagai Holocaust. Terjadinya konflik berupa perang disini merupakan kesamaan rasa sepenanggungan
Pasukan Amerika dan Wanita Yahudi yang ingin membalaskan dendamnya kepada Nazi atas pemberlakuan
regulasi atau peraturan tersebut. Karena kesamaan visi dan juga misi, solidaritas atas organisasi sosialpun
muncul hingga akhirnya mereka berhasil menghabisi pasukan Nazi.

10
William. A. Havilland, Bab 20 Organisasi Politik dan Pengendalian Sosial, hlm 185

Anda mungkin juga menyukai