Kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan sangat berkaitan dengan suatu keahlian tertentu
dalam pengaturan-pengaturan kehidupan suatu masyarakat. Hal ini menarik perhatian para ahli
sosial terutama karena fungsi dan peranan-peranan serta kedudukan seseorang dalam
kemampuan mengatur hidup sejumlah manusia. Dari masyarakat masih bersifat sederhana
hingga kompleks seperti zaman sekarang ini, perbincangan tentang kekuasaan, wewenang, dan
kepemimpinan semakin mengemuka karena pengaturan yang dilakukan semakin rumit dan
semakin membutuhkan keahlian dari seseorang untuk menjalankan pengaturan tersebut.
A. KEKUASAAN
Kekuasaan (authority) adalah kemampuan untuk memerintah dan memberi keputusan yang
baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lainnya.
Melihat sifat ilmu sosial yang tidak etis-normatif maka kekuasaan memiliki pengertian yang
netral untuk melihat baik dan buruknya perlu dilihat penggunaannya bagi keperluan masyarakat.
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh
karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Adanya wewenang maupun kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang nyata
atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut, lazimnya diadakan perbedaan, sebagai berikut:
1) Pengaruh bebas yang didasarkan pada komunikasi dan bersifat persuasif.
2) Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi aktif yang terbagi menjadi dua hal, yaitu:
a. Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk mencapai tujuannya.
b. Pihak yang berpengaruh mempunyai pengaruh di dalam kemampuan.
B. WEWENANG
Wewenang merupakan kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Wewenang memiliki arti sebagai
suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan,
menentukan keputusan, dan meyelesaikan pertentangan. Hak tersebut dapat diartikan sebagai hak
yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang; dengan demikian wewenang memiliki
tekanan pada hak bukan pada kekuasaannya. Kekuasaan tanpa wewenang dapat dianggap
kekuatan yang dianggap tidak sah oleh masyarakat. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan
dan pengesahan dari masyarakat agar kekuasaan tersebut memiliki wewenang.
Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu:
1. Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada kemampuan khusus
bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang tradisional merujuk pada kaidah seseorang
merupakan bagian dari kelompok yang sudah lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat.
Wewenang rasional disandarkan pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan
wewenangnya memiliki jangka waktu yang terbatas.
2. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang tidak resmi
dapat merupakan hasil dari sifat kondisional dalam masyarakat, sehingga tidak bersifat
sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang rasional.
3. Wewenang pribadi dan teritorial.
Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan berpusat pada
seseorang tanpa mengenal batas (contoh petani dengan buruh tani). Wewenang teritorial
menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan pada wilayah tempat tinggal
(contoh RT atau RW).
4. Wewenang terbatas dan menyeluruh
Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan atau
terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh adalah wewenang yang tidak terbatas
ada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang kehidupan masyarakat.
1. Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil
dinamika interaksi sosial. Di setiap kelompok akan selalu terdapat individu yang melakukan
peranan yang lebih aktif daripada individu lain dalam kelompok tersebut. Hal itu merupakan
awal terbentuknya kepemimpinan. Munculnya kepemimpinan sangat diperlukan dalam
keadaan-keadaan upaya pencapaian tujuan suatu kelompok mengalami hambatan dan apabila
suatu kelompok mengalami ancaman dari luar. Pada kondisi demikian muncul individu yang
memiliki kemampuan menonjol yang diharapkan mampu menanggulangi segala kesulitan yang
dihadapi. Dengan kata lain, kepemimpinan akan muncul karena dasar kebutuhan dari suatu
kelompok.
Sifat-sifat yang disyaratkan bagi seorang pimpinan tidak sama pada setiap masyarakat.
Idealnya seorang pemimpin pada dasarnya adalah seseorang yang peka atau mampu
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan hambatan dalam pencapaian kebutuhan
masyarakatnya. Diperlukan sikap idealis ketimbang mementingkan jabatannya sebagai pimpinan.
Tak jarang terjadi perpecahan dalam masyarakat karena pemimpin dianggap tidak memiliki
kapasitas bagi masyarakat untuk mencapai tujuan atau kebutuhan mereka.
Beberapa kebudayaan menggambarkan tugas seorang pemimpin sebagai contoh tauladan
bagi seluruh anggota masyarakat. Pemimpin harus memiliki karakter dan menjelaskan
cita-citanya kepada masyarakat dengan cara-cara yang jelas dan menentukan tujuan umum serta
mengantisipasi segala hambatan yang terjadi atau mungkin terjadi dikemudian hari. Selain itu
pemimpin juga harus dapat mengikuti kehendak masyarakat, seorang pemimpin harus turut
merasakan apa yang menjadi kebutuhan dan apa prioritas yang diinginkan oleh warganya.
Pemimpin pun memiliki tugas sebagai pengawal perkembangan masyarakat agar tidak keluar
dari norma-norma dan nilai-nilai yang dipandang berharga oleh warga masyarakat. Secara
ringkas, sendi kepemimpinan adalah harmoni; memiliki fungsi membimbing masyarakat.