Anda di halaman 1dari 4

 NAMA: NAWAL SINTA LESTI

 NIM: 07011382227239

RANGKUMAN MATERI
“Kekuasaan, kewenangan, dan legitimasi”

Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kewenangan yang dimiliki seseorang atau


sekelompok orang dalam menjalankan suatu hal. Logika kekuasaan pada dasarnya
adalah mempertahankan kekuasaannya di satu pihak, dan mengeliminir ancaman
yang bisa menghancurkan di lain pihak, apapun caranya. Logika ini sudah menjadi
dalil pokok setiap orde yang berkuasa.

Sumber kekuasaan

1. Tradisi, dirtikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu.
2. Perwahyuan (tuhan atau dewa), suatu kepercayaan atau pnutan.
3. Kharisma, sifat seseorang yang seakan memiliki kemampuan dan
kekuasaan yang luar biasa.
4. Perundangan pemerintah, peraturan peraturan yang tertulis yang
diterbitkan secara resmi.
5. Instrumental, atau kekayaan seperti kepuasan.

Kewenangam

Setidaknya ada lima sumber kewenangan yang biasa diakuiyakni


kewenangan memimpin berdasarkan mandat yang didapatdan mengatasnamakan
tradisi, Tuhan, kualitas pribadi seseorang,peraturan perundangan dan yang bersifat
instrumental. Dari kelimasumber kewenangan tersebut kemudian dikelompokkan
menjadidua tipe utama, yaitu kewenangan yang bersifat prosedural dansubstansial
(Andrain, 1988).Kewenangan yang bersifat prosedural ialah hak
memerintahberdasarkan perundang-undangan yang bersifat tertulis maupuntak
tertulis. Kewenangan yang bersifat substansial ialah hakmemerintah berdasarkan
faktor-faktor yang melekat pada diripemimpin, seperti tradisi, sakral, kualitas
pribadi dan instrumental.Sumber kewenangan sebenarnya tidak terlalu masa
lahasalkan implementasinya dapat dirasakan semua pihak sebagaikebaikan,
bermanfaat dan berkeadilan. Karena, akseptasi masyarakat sebagai ‘yang
diperintah’ akan seiring dengan legitimasi pemimpin.

Peralihan Kewenangan

1. Turun temurun dialihkan pada keturunan atau keluarga pemegang jabatan


terdahulu ( politik otokrasi tradisional ).
2. Paksaan, peralihan kekuasaan pada kelompok lain melalui partisipasi
nonkonvensional (revolusi, kudeta, dll).
3. Pemilihan, peralihan kekuasaan melalui partisipasi konvesional seperti
pemilu.

Legitimasi

Legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan atas kewenangan yang diberikan


oleh masyarakat kepada pimpinan yang telah diberikan kekuasaan. Sumber
legitimasi telah berubah dari sudut pandang kekuatan fisik dan militer menjadi
dukungan dari masyarakat secara masif. Organisasi yang memperoleh legitimasi
akan memperoleh dukungan sumber daya dari lingkungannya. Sumber legitimasi
yang utama adalah tradisi, karisma, atau instrumen rasional. Legitimasi terbentuk
melalui komunitas yang memiliki keinginan dan tujuan bersama yang
perwujudannya dalam bentuk kekuasaan.

Kadar legitimasi

 pra legitimasi , ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang memiliki
keyakinan tapi sebagian masyarakat belum mengakuinya.
 berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meminta masyarakat dan
masyarakat menerima dan mengakuinya.
 Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat
pengakuan dari masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk diri,
akhirnya muncul tak berlegitimasi. Untuk mempertahankan kemampuannya
biasanya digunakan cara-cara kekerasan
 Pasca legitimasi , yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah
Cara Mendapat Legitimasi

Adapun Cara mendapat legitimasi

1. Simbolis, yaitu memanipulasi kecenderungan moral, emosional,


tradisi, kepercayaan dilakukan secara ritualistik seperti upacara
kenegaraan, parade tentara atau pemberian penghargaan.
2. materiil/instumental yaitu menjanjikan dan memberikan kebutuhan
dasar masyarakat (basic needs) seperti sembako, pendidikan,
kesehatan dll.
3. pemilu untuk memilih orang atau referendum untuk menentukan
kebijakan umum

Krisis legitimasi

 Pemerintah kesulitan mengelola dan menjalankan pemerintahan (crisis of


governabiliy).
 Prinsip kewenangan yang berlalih atau berpindah (tradisional a legal
formal).
 Kehancuran ideologi (ideological bearkdown) perpecahan dalam tubuh
pemerintah.

Distribusi kekuasaan

Model elit yang berkuasa atau model elit yang memerintah.

Model elite artinya kekuasaan hanya dimiliki oleh kelompok kecil saja.
Artinya, distribusi dan alokasi perekonomian atau pembangunan ekonomi semata-
mata hanya menguntungkan segelintir elite semata. Pendekatan ini bermula dari
konsepsi tentang teori elite bahwa pada dasarnya masyarakat terbagi ke dalam dua
kelas, yakni sedikit orang yang berkuasa disebut elite, dan masyarakat yang diatur
atau dikuasai disebut massa. (Teori ini gilirannya akan mengilhami munculnya
teori oligarki politik).

Model kedua dari distribusi kekuasaan adalah model pluralis. Artinya,


kekuasaan dimiliki oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat dan lembaga
pemerintahan. Model ini hanya menempatkan pemerintah sebagai “petugas
penjaga malam”, hanya berfungsi menjadi arena persaingan dan kompromi di
antara kekuatan-kekuatan ekonomi yang sedang bersaing.

Model ketiga adalah model kerakyatan atau populis. Artinya, sama dengan
prinsip-prinsip demokrasi, kekuasaan dipegang oleh rakyat secara kolektif terkait
distribusi kekuasaan. Partisipasi dan kontribusi dari setiap lapisan masyarakatlah
yang menjadi penggerak dari setiap kebijakan yang akan ditelurkan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai