Anda di halaman 1dari 21

Ajaran dan Teori Legitimasi Kekuasaan

Bella Nafilah Nur Azizah

Gholiyah Munjizatul Islamiyah

belaanflh@gmail.com

islamiyahgholiyah@gmail.com

Abstrak

Legitimasi kekuasaan adalah konsep fundamental dalam ilmu politik yang berkaitan dengan
otoritas badan pengatur untuk menjalankan kekuasaan dan mengatur masyarakat. Ajaran dan
teori legitimasi kekuasaan berkaitan dengan penyediaan landasan filosofis dan etis untuk
pelaksanaan kekuasaan politik. Ini adalah bidang yang kompleks dan multi-segi yang
mengacu pada berbagai disiplin ilmu seperti filsafat, sosiologi, dan sejarah. Konsep legitimasi
telah menjadi subyek perdebatan dan interpretasi selama bertahun-tahun. Beberapa ahli teori
berpendapat bahwa legitimasi berasal dari persetujuan yang diperintah, sementara yang lain
berpendapat bahwa itu muncul dari kombinasi faktor-faktor seperti tradisi, agama, dan
otoritas hukum. Ajaran dan teori legitimasi kekuasaan bukan hanya latihan akademis, tetapi
memiliki implikasi praktis untuk sistem politik. Para pemimpin politik berusaha untuk
mendapatkan dan mempertahankan legitimasi dengan membangun dukungan dan konsensus
di antara warga negara, dengan mematuhi aturan hukum, dan dengan memberikan manfaat
nyata bagi konstituennya. Kesimpulannya, konsep legitimasi kekuasaan merupakan elemen
krusial dalam kajian politik dan pemerintahan. Ajaran dan teori konsep ini memberikan
kerangka untuk memahami bagaimana kekuatan politik dijalankan dan bagaimana hal itu
dapat dibenarkan dalam masyarakat demokratis.

Kata kunci: Kekuasaan, Legitimasi, Politik

Abstract

The legitimacy of power is a fundamental concept in political science that deals with the
authority of a governing body to exercise power and rule over a society. The teaching and

1
theory of legitimacy of power is concerned with providing a philosophical and ethical basis
for the exercise of political power. It is a complex and multi-faceted field that draws on
various disciplines such as philosophy, sociology, and history. The concept of legitimacy has
been subject to debate and interpretation over the years. Some theorists argue that
legitimacy is derived from the consent of the governed, while others argue that it arises from
a combination of factors such as tradition, religion, and legal authority. The teaching and
theory of legitimacy of power is not just an academic exercise, but it has practical
implications for political systems. Political leaders strive to gain and maintain legitimacy by
building support and consensus among citizens, by adhering to the rule of law, and by
providing tangible benefits to their constituents. In conclusion, the concept of legitimacy of
power is a crucial element in the study of politics and governance. The teaching and theory
of this concept provide a framework for understanding how political power is exercised and
how it can be justified in a democratic society.

Keywords: Power, Legitimacy, Politics

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori legitimasi kekuasaan adalah konsep yang digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kekuasaan politik dan otoritas pemerintahan diperoleh dan dipertahankan
secara sah di mata masyarakat. Legitimasi mengacu pada dasar moral, hukum, atau
politik yang membuat suatu pemerintahan atau rezim diakui sebagai otoritas yang sah
dan memenuhi persyaratan untuk memerintah. Pentingnya legitimasi kekuasaan
adalah untuk mempertahankan stabilitas politik, menghindari konflik sosial, dan
mendapatkan dukungan masyarakat untuk pemerintahan. Ketika legitimasi kekuasaan
diragukan atau hilang, pemerintahan dapat menghadapi oposisi, kerusuhan, atau
bahkan revolusi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintahan untuk mencari cara
untuk memperoleh dan mempertahankan legitimasi di mata masyarakat.
Dalam suatu negara atau pemerintahan, sumber kekuasaan dapat berasal dari
beberapa hal, di antaranya adalah: kekuasaan konstitusi yang berasal dari konstitusi
atau hukum dasar suatu negara. Konstitusi menjadi pedoman dalam pembuatan
kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pemerintahan, kekuasaan legislatif yaitu
kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga legislatif atau parlemen untuk membuat

2
undang-undang dan mengawasi pelaksanaan pemerintahan, kekuasaan eksekutif yang
dimiliki oleh lembaga eksekutif atau pemerintah untuk mengambil keputusan dan
menjalankan kebijakan yang telah disetujui oleh lembaga legislatif, kekuasaan
yudikatif: Kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga yudikatif atau pengadilan untuk
menegakkan hukum dan menyelesaikan sengketa hukum.
Pemegang kedaulatan dalam suatu negara atau pemerintahan adalah rakyat
atau warga negara yang tergabung dalam suatu negara. Pemegang kedaulatan
mempunyai hak untuk memilih pemimpin dan mengontrol kebijakan pemerintah
melalui mekanisme pemilihan umum dan partisipasi dalam proses politik. Pengesahan
kekuasaan dalam suatu negara atau pemerintahan dapat dilakukan melalui beberapa
cara, di antaranya adalah pemilihan umum, referendum, penunjukan, pemberian
mandat. Semua cara tersebut bertujuan untuk menentukan siapa yang memegang
kekuasaan dan bagaimana cara pengambilan keputusan dalam pemerintahan
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan legitimasi kekuasaan?
2. Apa saja sumber kekuasaan?
3. Siapa pemegang kedaulatan?
4. Bagaimana pengesahan kekuasaan itu?
C. Alasan Penulisan Artikel
1. Mengetahui dan memahami legitimasi kekuasaan
2. Agar dapat memahami apa saja sumber kekuasaan
3. Untuk mengetahui siapa pemegang kekuasaan
4. Untuk memahami proses pengesahan

PEMBAHASAN
A. Legitimasi Kekuasaan
Negara merupakan sebuah organisasi kekuasaan, dimana kekuasaan
diorganisasikan agar tujuan negara dapat tercapai. Untuk itu dalam setiap Negara pasti
ada kekuasaan. Pemikir pertama yang mengemukakan teori pemisahan kekuasaan
dalam negara adalah John Locke dalam bukunya Two Treaties on Civil Government
(1690). Pada bab XII buku tersebut yang berjudul the Legislative, Executive, and

3
Federative Power of the Commenwealth, John Locke memisahkan kekuasaan dalam
tiap-tiap negara dalam kekuasaan legislatif, eksekutif, dan federatif. Kekuasaan
legislatif memiliki kekuasaan membuat, mengubah, dan menghapus undang-undang,
kekuasaan eksekutif memiliki kekuasaan yang menyatakan perang atau damai,
mengirimkan atau menerima duta, menjamin keamanan umum serta menghalau
musuh yang masuk: sedangkan kekuasaan yudisial memiliki kekuasaan menghukum
para penjahat atau memutuskan perselisihan yang 5 timbul diantara orang
perseorangan. Berbeda dengan John Locke, yang memasukkan kekuasaan yudisial
dalam kekuasaan eksekutif, Montesqieu mamandang kekuasaan yudisial sebagai
kekuasaan yang berdiri sendiri.1 Legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan
atas kewenangan yang diberikan oleh masyarakat kepada pimpinan yang telah
diberikan kekuasaan.2 Secara etimologis legitimasi asalnya dari bahasa latin yakni lex
yang artinya hukum. Secara legitimasi dipahami sebagai bentuk pengakuan atau
penerimaan atau sesuatu yang sah di masyarakat. Legitimasi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai: Hukum keterangan yang mengesahkan atau
membenarkan dan pernyataan yang resmi sesuai Undang- Undang. Legitimasi artinya
peraturan yang mengandung keabsahan atau pengakuan secara sah dan kualitas
otoritas yang dianggap sah. Legitimasi didefinisikan sebagai bentuk pengakuan
maupun penerimaan masyarakat pada hak moral pemerintah. Legitimasi merujuk
kepada langkah-langkah yang digunakan penguasa untuk memperoleh dukungan
masyarakat yang dimiliki atau kepercayaan sosial. Legitimasi merujuk pada
akseptabilitas publik terhadap moral seorang pemimpin (Surbakti,2010). Semakin luas
pemimpin diterima, semakin tinggi legitimasinya. Legitimasi memberi tanda atas
pemenuhan cara dan hasil tertinggi (lex, hukum). Proses memperoleh kekuasaan dan
bagaimana hasil perolehan kekuasaan itu sendiri. Bila kedua hal tersebut meragukan
dapat berakibat krisis legitimasi.
Menurut Soerjono Soekanto, kekuasaan dapat diberikan pengertian sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain sesuai denga kehendak pemegang
kekuasaan. Kemudian Bagir Manan menyatakan bahwa kekuasaan (macht) tidak sama
artinya dengan wewenang. Kekuasaan menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
berbuat wewenang berarti hak dan sekaligus kewajiban (rechten en plichten).

1
Dr. Isharyato, Ilmu Negara. Karanganyar: Oase Pustaka, 2016. Hal.120-121
2
Ramlan, Surbakti (2007).  Memahami Ilmu Politik  . Jakarta: Grasindo. hlm.  92.

4
Merujuk pada pengertian legitimasi dan kekuasaan di atas. maka yang
dimaksud dengan legitimasi kekuasaan adalah dasar pengesahan atas tindak penguasa
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Legitini kekuasaan ini oleh Abu Daud
Busroh" disebut dengan teori pembenaran hukum daripada negara atau penghalalan
tindakan penguasa (rechtsvaardiging theorieen). Di dalam teori itu dibahas tentang
dasar-dasar yang dapat dijadikan dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan
penguasa/negara.3 Sedangkan David Easton mengemukakan bahwa legitimasi
merupakan kepercayaan dari pihak masyarakat bahwa sudah sewajarnya baginya
untuk menerima baik serta mematuhi penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari
rezim itu. Cristhoper W morris : legitimasi berasal dari lex dan memiliki akar yang
sama dengan legislation yang salah satu artinya legitimate ialah sesuai dengan hukum
atau diperbolehkan oleh hukum (legalitas). Jadi semua diperbolehkan hukum atau
legal adalah sah. Roger Scruton : Konsep legitimasi adalah tentang kekuasaan dan
hak. Maksudnya pemerintah memiliki kekuasaan untuk memerintah, sementara yang
diperintah berhak untuk patuh dan tunduk.
Legitimasi kekuasaan merupakan legitimasi penyelenggaraan pemerintahan yang
dilakukan oleh penguasa negara.4 Tingkat legitimasi kekuasaan ditentukan oleh etika
politik. Pertimbangan yang diberikan dalam etika poliitik terhadap legitimasi
kekuasaan adalah mengenai sumber moral yang digunakan oleh penguasa dalam
melaksanakan kewenangan atas kekuasaan yang diberikan kepadanya. Selain itu,
etika politik juga mengatur bentuk pertanggungjawaban penguasa terhadap
masyarakat yang berkaitan dengan legitimasi kekuasaan.5
Tujuan dari legitimasi kekuasaan, yaitu:
1. bertujuan memelihara ketertiban politik dalam masyarakat, karena tanpa
legitimasi, maka para pemimpin harus bersandar pada penggunaan kekerasaan
untuk mempertahankan kekuasaanya, yang mungkin tidak cukup mampu
untuk memelihara kestabilan system berdasarkan kemampuan sendiri.
2. Legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dan kemungkinan-
kemungkinan untuk perubahan social. Pengakuan dan dukungan masyarakat
pada pihak yang berwenang akan mencipatakan pemerintahan yang stabil

3
Ramyanto, Karyadin (2020). Ilmu Negara. Sleman: Deepublish. Hlm. 51
4
Ibid…
5
Suadi, Amran (2019). Filsafat Hukum: Refleksi Filsafat Pancasila, Hak Asasi Manusia, dan Etika. Jakarta:
Kencana. hlm. 146.

5
sehingga pemerintah dapat membuat dan melaksanakan keputusan yang
menguntungkan masyarakat umum.
3. Legitimasi akan membuka kesempatan semakin luas bagi pemerintah untuk
tidak hanya memperluas bidang-bidang kesejahteraan yang hendak ditagani ,
tapi juga untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan.

Secara umum, terdapat dua alasan yang menjadikan legitimasi begitu penting,
yakni: mendatangkan kestabilan politik dan membuka kesempatan bagi pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan. Pertama, legitimasi akan mendatangkan
kestabilan politik dan perubahan sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat akan
menciptakan pemerintahan yang stabil sehingga pemerintah dapat membuat dan
melaksanakan keputusan yang menguntungkan masyarakat. Selain itu, pengakuan dan
dukungan masyarakat akan mengurangi penggunaan sarana paksaan fisik sehingga
anggarannya dapat dialihkan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dan dapat
membuat perubahan sosial. Dalam situasi yang sulit, pemerintah yang memiliki
legitimasi dari masyarakat akan lebih mudah mengatasi permasalahan dibanding
pemerintah yang kurang mendapatkan legitimasi. Kedua, legitimasi akan membuka
kesempatan yang semakin luas kepada pemerintah bukan hanya untuk memperluas
bidang-bidang kesejahteraan yang hendak diatasi, tapi juga meningkatkan kualitas
kesejahteraan itu.

Setiap pemerintahan, termasuk yang otoriter sekalipun, memerlukan legitimasi


dari masyarakat. Akibatnya, berbagai cara dilakukan pemerintah yang berkuasa untuk
mendapatkan dan mempertahanakan legitimasi. Cara untuk mendapatkan dan
mempertahankan legitimasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni secara simbolis,
materiil dan prosedural.

1. Cara pertama, secara simbolis. Penggunaan metode ini memerlukan


kemampuan mengidentifikasi kecenderungan moral, emosional, tradisi,
dan kepercayaan serta nilai budaya yang dominan dalam masyarakat.
Contoh penggunaan simbol-simbol untuk mendapatkan dan
mempertahankan legitimasi, yakni upacara kenegaraan yang megah,
penganugerahan tanda kehormatan dan pemberian penghargaan,
mengidentifikasikan diri dengan kelompok mayoritas dalam
masyarakat, membangun monumen nasional yang megah atau suatu

6
industri yang dapat dibanggakan, mengangkat pejabat tinggi negara
dari berbagai unsur masyarakat sehingga masyarakat merasa terwakili
dalam pemerintahan.
2. Cara kedua, secara materiil. Penggunaan metode ini membutuhkan
anggaran yang cukup besar. Cara ini ditempuh dengan menjanjikan
kesejahteraan materiil kepada masyarakat, seperti menjamin
tersedianya: kebutuhan dasar, fasilitas kesehatan dan pendidikan,
sarana komunikasi dan transportasi, kesempatan kerja, kesempatan
berusaha, sarana produksi pertanian.
3. Cara ketiga, secara prosedural. Metode ini ditempuh dengan cara
menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih presiden dan
wakilnya, wakil rakyat, atau pun referendum untuk mengesahkan suatu
kebijakan umum. Penyelenggaraan pemilihan umum ini dianggap
cukup untuk menunjukkan pemerintahan yang terpilih memiliki
legitimasi.

Adapun teori kedaulatan sebagai berikut, yaitu teori kedaulatan raja, teori
kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan rakyat, teori kedaulatan negara, dan teori
kedaulatan hukum. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam terkait jenis-jenis teori
kedaulatan.

1. Teori Kedaulatan Tuhan

Jenis teori kedaulatan yang pertama adalah teori kedaulatan Tuhan. Teori
kedaulatan Tuhan adalah teori yang menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi di
dalam sebuah negara berasal dari Tuhan. Setiap hal akan bersumber dari ajaran
Tuhan yang kemudian diberikan pada pemimpin negara. Teori kedaulatan Tuhan
ini mulai berkembang di dunia pada abad ke-5 sampai abad ke-15. Perkembangan
teori ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan agama Kristen (pada saat itu)
yang dipimpin oleh seorang Paus. Selain itu, berkembangnya teori kedaulatan
Tuhan ini dikarenakan orang-orang mempercayai bahwa tanpa adanya Tuhan,
maka tidak semua hal yang ada di dunia ini tidak dapat terjadi atau diwujudkan.
Menurut teori ini, setiap aturan-aturan yang dibuat oleh pemimpin negara
dipercaya oleh warga negaranya berasal dari Tuhan. Hal ini dikarenakan
pemimpin negara yang memimpin negara dengan kedaulatan Tuhan dipercaya

7
sebagai utusan atau dari Tuhan di dunia ini. Singkatnya, pemimpin negara itu
dianggap memiliki kemampuan memegang kekuasaan dan berperan menjadi
utusan Tuhan di dunia ini. Beberapa negara yang pernah menganut teori ini,
seperti Jepang, Ethiopia, dan lain-lain. Jepang pernah menerapkan kedaulatan
Tuhan ini pada masa kepemimpinan Tenno Heika. Sementara itu, negara Ethiopia
pernah menganut kedaulatan Tuhan pada masa kepemimpunan Raja Haile Selassi.

2. Teori Kedaulatan Raja

Jenis teori berikutnya adalah teori kedaulatan raja. Seperti yang dibahas
sebelumnya, jika kedaulatan pada suatu negara pasti ada pemegang kekuasaan.
Berdasarkan teori ini, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada pada raja. Oleh
karena itu, raja sangat berperan penting dalam membuat aturan dan mengatur warga
negaranya. Hal ini penting dilakukan oleh raja agar warga negaranya sejahtera,
sehingga negara mampu berdiri dengan kuat dan kokoh. Maka dari itu, Suatu negara
yang menganut kedaulatan raja ini sering dikatakan sebagai sebagai negara monarki.
Dalam teori ini, rakyat akan mempercayakan raja untuk membuat semua aturan-
aturan yang berkaitan dengan sistem tata negara. Dengan kata lain, rakyat “dipaksa”
atau “harus rela” untuk mengikuti semua aturan-aturan yang ditetapkan oleh sang raja.
Akan tetapi, pada saat ini kedaulatan raja ini mulai ditinggalkan oleh beberapa negara
dengan alasan karena kedaulatan raja ini bisa memunculkan suatu kekuasaan yang
absolut atau bahkan bisa menyebabkan sistem otoriter dalam suatu negara. Meskipun
sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa negara, seperti Perancis dan Jerman pada
masa pemerintahan Hitler, tetapi saat ini masih ada beberapa negara yang
menggunakan kedaulatan raja ini dalam sistem pemerintahannya. Adapun, negara-
negara yang masih menganut kedaualatan raja, seperti negara Thailand, Brunei
Darussalam, dan lain-lain. Negara Thailand dan negara Brunei Darussalam memang
menggunakan sistem pemerintahan raja, tetapi dalam menjalankan setiap tugas
negara, kedua negara tersebut dibantu oleh perdana menteri. Penemu atau pelopor dari
teori kedaulatan raja adalah Niccolo Machiavelli. Beliau mengungkapkan teori ini
melalui karyanya yang berjudul Il Principle. Menurut Niccolo Machiavelli
beranggapan bahwa raja merupakan seorang pemegang kekuasaan yang mutlak dalam
suatu negara. Adapun beberapa tokoh yang menganut kedaulatan raja, seperti F.
Hegel, Jean Bodin, dan Thomas Hobbes.

8
3. Teori Kedaulatan Rakyat

Jenis teori kedaulatan yang ketiga yaitu teori kedaulatan rakyat. Teori kedaulatan
rakyat adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat. Meskipun kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, tetapi negara
tersbut dipimpin oleh seorang pemimpin negara dan yang menjankan sistem
pemerintahan diwakilkan oleh wakil rakyat. Para wakil rakyat itu berada di suatu
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Negara yang menganut kedaulatan rakyat
ini, setiap pemimpin negara dan wakil rakyatnya akan dipilih oleh rakyat. Karena
pemimpin dan wakil rakyat dipilih oleh rakyat, maka mereka harus melindungi hak-
hak rakyat dan selalu mendengarkan aspirasi rakyat ketika membuat suatu kebijakan
atau aturan negara. Negara-negara yang menganut kedaulatan rakyat ini sering
dikenal sebagai negara demokrasi. Pada negara demokrasi ini, warga negara berhak
melakukan protes jika kebijakan atau aturan yang dibuat oleh negara tidak sesuai
dengan aspirasi rakyat atau hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Adapun
negara-negara yang menganut kedaulatan rakyat, seperti Indonesia, Amerika Serikat,
Perancis, dan lain-lain. Setiap negara yang menggunakan kedaulatan ini, akan
melaksanakannya atau menerapkannya sesuai dengan ideologi dari masing-masing
negara.

4. Teori Kedaulatan Negara

Jenis teori kedaulatan yang keempat yaitu teori kedaulatan negara. Teori
kedaulatan negara adalah teori yang menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi pada
suatu negara berasal dari kedaulatan negara. Menurut teori ini, negara mempunyai hak
untuk membuat suatu aturan hukum yang berfungsi untuk menjaga keteraturan yang
ada di dalam suatu negara. Akan tetapi, hal yang perlu digarisbawahi pada aturan
hukum berdasarkan teori kedaulatan negara adalah negara memiliki kedudukan
tertinggi daripada aturan hukum itu sendiri. Hal ini dikarenakan hukum adalah sesuatu
aturan yang dibuat oleh negara. Para pemimpin yang menggunakan teori kedaulatan
negara saat memimpin negaranya, biasanya ia merupakan seorang diktator. Para
pemimpin diktator itu akan berusaha untuk mendominasi sistem pemerintahan.
Beberapa pemimpin contoh pemimpin diktator itu bisa kita temukan pada masa
kepemimpinan Hitler, Stain, dan Raja Louis IV. Pada saat itu, Hitler sangat
mendominasi sistem pemerintahan Jerman. Sedangkan Stain menjadi pemimpin

9
diktator ketika memimpin negara Rusia. Raja Louis IV ini merupakan pemimpin
diktator ketika memimpin pemerintahan Perancis.

5. Teori Kedaulatan Hukum

Jenis teori kedaulatan yang terakhir yaitu teori kedaulatan hukum. Teori kedaulatan
hukum adalah teori yang menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi pada suatu negara
ada di aturan hukum yang berlaku. Dengan kata lain, pada negara yang menganut
kedaulatan hukum, maka hukum itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu landasan
atau acuan dari kekuasaan dalam negara. Aturan hukum yang ada di negara
kedaulatan hukum akan berjalan dengan baik jika seluruh warga negara menaati
aturan hukum tersebut tak terkecuali para pemimpin atau pemegang kekuasaan. Setiap
warga negara yang melanggar hukum akan mendapatkan sanksi yang sudah
diterapkan di dalam aturan hukum tersebut.6

B. Sumber Kekuasaan
Kekuasaan merupakan fenomena yang melibatkan interaksi sosial, di mana
individu atau kelompok memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau
mengendalikan sumber daya tertentu. Kekuasaan dapat ditemukan dalam berbagai
konteks, termasuk politik, bisnis, organisasi, dan hubungan antarpribadi. Namun,
konsep kekuasaan kekuasaan melibatkan dimensi yang lebih kompleks, di mana
individu atau kelompok memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi dan mengendalikan
kekuasaan orang lain. Sumber legitimasi atas kekuasaan telah berubah dari kekuatan
fisik dan militer menjadi dukungan penuh dari masyarakat, khususnya pada legitimasi
poltiik. Efektivitas pengelolaan kekuasaan selalu memerlukan legitimasi agar
kekuasaan dapat menjadi kewenangan. Perubahan sumber legitimasi dapat terjadi
karena perkembangan pemikiran-pemikiran kritis dalam bidang filsafat dan politik.
Klaim atas kewenangan kekuasaan tidak lagi mengutamakan kekuatan fisik dari
militer maupun keyakinan atas feodalisme dan teokrasi. Peralihan sumber legitimasi
ini merupakan akibat dari adanya kritik rasional filsafaf yang pengungkap berbagai
bentuk penyelewengan kekuasaan. Sumber legitimasi atas kekuasaan telah
mempertimbangkan etika dari segi politik, sosiologi, hukum dan filsafat. 7 Dan sumber

6
Hubungan Internasional: Pengertian Teori Kedaulatan & Jenis Teori Kedaulatan (2021) Gramedia.com.
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/ diakses pada 7 juli 2023
7
 Karianga, Hendra (2017). Carut-marut Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Otonomi Daerah:
Perspektif Hukum dan Politik. Jakarta: Kencana. hlm.  189.

10
kekuasaan bersumber dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang diwakili oleh
pemerintah. Pemerintah memegang kekuasaan untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan oleh rakyat. Sumber kekuasaan yang umum ditemui dalam konteks sosial
dan politik, yaitu:
1. Kedudukan
Sumber kekuasaan pertama ini bisa berupa jabatan saat ini. Misalnya,
seseorang memiliki jabatan sebagai ketua di sebuah organisasi, memiliki
pangkat yang tinggi di bidang kemiliteran, dan sebagainya. Sumber kekuasaan
yang berasal dari kedudukan ini, jika ada pada seseorang yang salah, maka
akan memunculkan kerugian banyak orang. Dalam artian orang yang memiliki
jabatan atau nama dapat berkuasa penuh. Selain itu bisa saja sebagai orang
yang berasal dari keluarga terpandang atau keluarga yang salah sau
anggotanya pernah memiliki nama atau pernah menjabat dalam suatu
organisasi atau kepemimpinan juga tidak menutup kemungkinan untuk aggota
keluarga yang lainnya lebih mudah mendapatkan kekuasaan.
2. Kekayaan
Kekayaan menjadi sumber kekuasaan kedua. Sudah menjadi hal umum, jika
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang bisa menentukan apakah seseorang itu
bisa berkuasa atau tidak. Pada umumnya, seseorang yang kaya dapat
menguasai seorang politikus. Yang artinya kekayaan bisa menjadi jaminan
seseorang dapat berkuasa, karena realita nya uang dapat menjadi alat untuk
seseorang berkuasa. Dalam kehidupan saat ini sudah tergambar pada setiap
acara pemilu, pildes, dan lain-lain dilihat dari cara mereka mengadakan
kampanye besar-besaran yang mena tentunya biaya yang dikeluarkan tidak
sedikit.
3. Kepercayaan
Sumber kekuasaan yang terakhir adalah kepercayaan atau agama. Dalam hal
ini, seseorang yang sudah memiliki ilmu yang cukup tinggi dalam suatu agama
akan dianggap bisa membimbing para umatnya. Rata rata orang yang
dianggap atau dipercaya memiliki pengetahuan luas lebih sering dijadikan
panutan dan hal tersebut yang menjadi salah satu alat untuk mereka dapat
berkuasa. Maka dari itu usaha untuk mnjadi seorang penguasa salah satunya
adalah bagaimana kita dapat membangun kepercayaan bagi masyarakat yang

11
akan dipimin, tengan tujuan yang jelas dan tegas, agar merekatidak ragu dalam
memilih.
4. Kehendak
Kekuasaan kehendak adalah sumber kekuasaan yang berasal dari kemampuan
seseorang untuk mengatur atau memaksa orang lain melakukan sesuatu
melalui ancaman atau penggunaan kekuatan fisik. Ini termasuk kekuasaan
yang dimiliki oleh pemimpin otoriter atau diktator yang menggunakan
kekuatan militer atau polisi untuk mempertahankan kendali mereka. Namun,
kekuasaan kehendak juga dapat muncul dalam hubungan interpersonal di
mana satu individu memanfaatkan ancaman atau kekerasan untuk
mempengaruhi orang lain. Tentunya ambisi yang kuat akan membuat oaring-
orag yakin terhada kemampuan kita dalam memimpin.
5. Pengetahuan
Kekuasaan pengetahuan berasal dari kepemilikan pengetahuan atau informasi
yang dianggap berharga dan penting. Individu atau kelompok yang memiliki
pengetahuan atau informasi khusus yang tidak dimiliki orang lain dapat
menggunakan kekuasaan ini untuk mempengaruhi orang lain, mengambil
keputusan yang menguntungkan mereka sendiri, atau menjaga dominasi
mereka. Contoh dari kekuasaan pengetahuan termasuk ahli politik atau pakar
industri yang memiliki pengetahuan yang luas dan pengaruh dalam proses
pengambilan keputusan. Jika seorang pemimpin tidak memiliki pengetauan
yang luas bagaimana rakyat atau organisasi yang dipimpin akan maju, maka
dari itu pengetahuan yang luas juga sangat penting dalam keriteria seorang
pemimpin.
6. Legitimasi
Kekuasaan legitimasi berasal dari pengakuan dan penerimaan yang luas
terhadap otoritas atau kedudukan seseorang atau institusi. Kekuasaan ini
didasarkan pada keyakinan bahwa individu atau kelompok tersebut memiliki
hak atau wewenang untuk mempengaruhi orang lain atau mengambil
keputusan atas nama mereka. Contoh kekuasaan legitimasi termasuk
pemerintah yang dipilih secara demokratis, pemimpin agama yang dihormati,
atau lembaga internasional yang diakui secara luas.
7. Relasional

12
Kekuasaan relasional berkaitan dengan hubungan antara individu atau
kelompok dalam suatu sistem sosial. Kekuasaan ini muncul melalui interaksi
sosial, saling ketergantungan, dan pengaruh timbal balik antara individu atau
kelompok. Misalnya, seorang pemimpin politik dapat memperoleh kekuasaan
melalui dukungan dan loyalitas rakyat, atau seorang pekerja dapat
memperoleh kekuasaan melalui jaringan hubungan dan keterampilan
interpersonal yang kuat di tempat kerja.

Selain sumber kekuasaan seorang yang mempin juga harusmemiliki seni


kepemimpinan. Menurut William Cohen dalam bukunya “The New Art of Leader”
ada tujuh cara untuk memikat orang untuk mengikuti anda. (William Cohen, 2002:
79)8
yang pertama “Jika anda menginginkan orang lain mengikuti anda, maka buatlah
orang itu merasa penting” dimana dapat kita simpulkan bahwa dalam kehidupan kita
tidak boleh lepas dari menaruh perhatian dan rasa peduli kepada orang lain, dan
menganggap bahwa mereka ada dengan tidak meyepelekan dan menganggap bahwa
kita semua disini sama.

Kedua, “Jika anda tindak mempunyai pandangan kemana anda akan pergi, maka tidak
ada seorangpun yang menikuti anda” Tidak heran jika ingin menjadi seorang
pemimpin harus jelas visi dan misi nya, bagaimana langkah atau tindakan dia
kedepannya sebagai pemimpin, dan apa yang akan dilakukan untuk menjadi
pemimpin yang baik. Hal ini bertujuan agar orang-orang yang kelak dipimpin akan
hidup dengan tujuan yang tertata dan tidak sampai salah arah.

Ketiga, “Perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan” Sebagaimana


seorang pemimpin yang ingin dipandang dan diharhai oleh rakyatnya, maka orang-
orang yang dipimpin juga ingin diperlakukan dengan baik dantidak semena mena.

Keempat, “Tanggung jawab terhadap segala tindakan anda dan mengakui semua
kesalahan anda, maka mereka akan memberikan kepercayaan kepada anda dan akan
mengikuti kemanapun anda pergi” Seorang pemmpin harus berani mengambil
tindakan dalam menjalankan tanguung jawabnya sebagai pemimpin apapun

8
Agus Zaenul Fitri, Seni dan kekuasaan dalam kepemimpinan. Tulungagung: repo.iain.ac.id hl. 1

13
resikonya, dan tidak boleh lari dari semua resiko yang diterima serta mengakui semua
kesalahan yang dilakukan apabila dalam bertindak mengambil keputusan yang salah.

Kelima, “Memuji di depan umum, mengkritik secara pribadi” ngkritik orang di depan
orang lain akan membuatnya malu, dan akan menjadi sebuah masalah yang
menyebabkn permusuhan. Sebaliknya seseorang akan senang jika mendapatkan
pujian.

Keenam, “Sediakan waktu untuk melihat dan diihat” Sebagai pemimpin harus tetap
meluangkn waktu untuk berbaur dengan masyarakat biasa dan memperhatikan kondisi
mereka, berintereksi dan menunjukkan bahwa sebagai pemimpin masih memiliki rasa
peduli yang tinggi.

Ketujuh, “Menggunakan kompetisi untuk menjadikan pekerjaan sebagai permainan”


Menjadi seseorang yang senang bersaing maka akan membuat suatu prodak itu
berhasil, dan menjadikan kompetisi sebagai kekuatan positif untuk mencapai tujuan.

C. Pemegang Kedaulatan
Kedaulatan merupakan ciri pengakuan tertinggi negara terhadap eksistensi hak
dan kewajiban individu -individu dalam posisinya sebagai rakyat dalam suatu negara.
Suatu negara hukum ( nomokrasi) pada saat yang bersamaan menganut asas
kedaulatan rakyat dan berprinsipkan demokrasi. Hal tersebut dilandasi pengertian
bahwa dengan dianutnya kedaulatan rakyat, maka rakyat sebagai pemegang
kedaulatan menjalankan konsekuensi untuk membentuk pemerintahan (role the
government) dan menentukan atau memilih individu-individu sebagai wakil rakyat
untuk menjalankan kekuasaan tersebut melalui pemilihan berkala yang kompetitif.
Pemegang kedaulatan adalah konsep yang penting dalam sistem pemerintahan suatu
negara. Dalam arti luas, pemegang kedaulatan adalah rakyat yang berdaulat dan
memiliki hak untuk menentukan nasib negara mereka. Namun, dalam konteks
pemerintahan modern, pemegang kedaulatan dapat diidentifikasi sebagai warga
negara yang berhak memilih wakil mereka untuk duduk di parlemen dan mengambil
keputusan penting atas nama mereka.
Pemegang kedaulatan memiliki peran penting dalam pembentukan dan
pengambilan keputusan dalam pemerintahan. Mereka memiliki hak untuk memilih

14
para pemimpin melalui pemilihan umum dan mempengaruhi keputusan politik
melalui parisipasi aktif dalam proses demokratis yang dibuat oleh pemerintah.
Namun, menjadi pemegang kedaulatan juga berarti memiliki tanggung jawab dalam
menjalankan tugas-tugas sebagai warga negara yang baik dan menjaga integritas
negara. Menjadi pemegang kedaulatan bukan hanya tentang hak dan kekuasaan.
Sebagai warga negara yang baik, pemegang kedaulatan juga harus memiliki
kesadaran dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Mereka harus
mematuhi hukum dan peraturan, serta menjaga keamanan dan stabilitas negara.
Pemegang kedaulatan juga harus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, seperti
kebebasan, persamaan, dan hak asasi manusia. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945
menentukan “kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR.” Konsekuensi dari pasal tersebut telah menempatkan MPR sebagai organ
negara yang super body dan merupakan lembaga tertinggi dalam negara. Oleh karena
itu, peran rakyat dalam proses penyelenggaraan negara hanya diperlukan pada saat
Pemilu yang dilakukan setiap lima tahun sekali guna mengisi lembaga MPR, DPR
dan DPRD. Dengan kata lain, setelah Pemilu selesai suara rakyat tak terdengar,
karena segala kebijakan yang menyangkut kepentingan rakyat cukup ditangani oleh
MPR, DPR dan DPRD. Jadi, konsep kedaulatan ada ditangan rakyat hanya
dipraktekkan setengah hati. Dalam Perubahan UUD 1945, pemahaman konsep
tentang kedaulatan rakyat di atas mengalami perubahan yang fundamental. Perubahan
konsep kedaulatan rakyat ini, dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 hasil
amandemen sbb. : “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD”. Konsekuensi dari Pasal 1 ayat (2) ini adalah bahwa MPR tidak lagi memiliki
kedudukan yang ekslusif sebagai satu-satunya instansi pelaku dan pelaksana
kedaulatan rakyat. Pelaksana kedaulatan rakyat adalah rakyat itu sendiri yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan UUD. Dengan demikian, antara kedaulatan rakyat
dan hukum ditempatkan sejajar dan berdampingan sehingga menegaskan dianutnya
prinsip “constitutional democracy” yang pada pokoknya tidak lain adalah “Negara
demokrasi yang berdasar atas hukum atau negara hukum yang demokratis”.
Perubahan dalam konsep kedaulatan rakyat tersebut, diikuti pula perubahan dalam
tataran kekuasaan legislatif. Artinya, kekuasaan legislatif yang semula menurut Pasal
5 ayat (1) UUD 1945 sebelum diubah dipegang oleh Presiden dengan persetujuan
DPR, setelah perubahan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) dan (2).9
9
Ibid, hlm. 4.

15
Partisipasi aktif dalam proses pembangunan juga merupakan tanggung jawab
pemegang kedaulatan. Masyarakat perlu terlibat dalam mengidentifikasi kebutuhan
dan aspirasi mereka, serta memberikan masukan yang berharga dalam perencanaan
dan pelaksanaan program-program pembangunan. Dengan demikian, masyarakat
dapat memastikan bahwa kebijakan pembangunan yang diadopsi oleh pemerintah
sesuai dengan kepentingan dan kesejahteraan mereka. Dalam era globalisasi, negara-
negara saling terhubung dalam jaringan kompleks yang melibatkan ekonomi, politik,
dan sosial. Pemegang kedaulatan perlu memahami dan merespons perubahan ini
dengan bijaksana. Masyarakat harus menjaga kedaulatan negara melalui partisipasi
aktif dalam organisasi internasional, perdagangan yang adil, dan perlindungan
terhadap kepentingan nasional.
Karakteristik dari pemegang kedaulatan adalah mereka memiliki hak untuk
menentukan bentuk pemerintahan dan sistem politik yang diinginkan. Dalam sistem
demokrasi, pemegang kedaulatan dapat memilih antara berbagai macam bentuk
pemerintahan, seperti republik atau monarki, dan dapat memilih antara sistem politik
multiparti atau satu partai. Konsep pemegang kedaulatan memiliki implikasi besar
terhadap sistem politik suatu negara. Pertama-tama, konsep ini menegaskan bahwa
kekuasaan politik seharusnya berasal dari rakyat, bukan dari pihak luar seperti
kolonialisme atau imperialisme. Ini berarti bahwa negara harus merdeka dan bebas
dari campur tangan asing yang dapat mengancam kedaulatan dan integritas negara
tersebut. Selain itu, konsep pemegang kedaulatan juga menegaskan bahwa keputusan
politik harus didasarkan pada kehendak mayoritas rakyat, bukan pada kepentingan
kelompok tertentu atau individu. Ini berarti bahwa sistem politik suatu negara harus
mampu membawa kepentingan masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya segelintir
orang atau kelompok elit yang menguasai kekuasaan.
Demokrasi tidak hanya bersegi politis saja, melainkan harus dimengerti
sebagai konsekuensi kedaulatan rakyat dalam berbagai bidang untuk ikut
berpartisipasi menentukan jalannya pemerintahan, walaupun memang dalam ranah
hukum tata negara dan politik lebih mengedeepankan pembahasan -pembahasan
seputar demokrasi politik saja. Kedaulatan rakyat dan demokrasi bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak terpisahkan, dimana keduanya saling bersinergi dalam suatu
sistem pemerintahan sebagai sarana kontrol terhadap penjabaran kekuasaan dalam
negara. Namun, konsep pemegang kedaulatan juga dapat menimbulkan beberapa
masalah. Misalnya, dalam beberapa kasus, kehendak mayoritas dapat bertentangan

16
dengan hak-hak minoritas atau kelompok yang lemah. Ini dapat terjadi dalam sistem
politik yang tidak memiliki mekanisme perlindungan hak-hak minoritas atau sistem
politik yang korup.

D. Pengesahan Kekuasaan
Kekuasaan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Kekuasaan dapat mempengaruhi kehidupan orang banyak dan bahkan dapat
mengubah arah sejarah. Oleh karena itu, pengesahan kekuasaan sangat penting untuk
memastikan bahwa kekuasaan yang diberikan kepada seseorang atau suatu lembaga
benar-benar sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengesahan kekuasaan adalah
suatu proses yang penting dalam sistem demokrasi yang berfungsi untuk memvalidasi
dan melegitimasi pemimpin atau pemerintah yang baru terpilih. Melalui proses ini,
pemimpin atau pemerintah yang baru dipilih secara resmi mendapatkan mandat dari
rakyat untuk menjalankan tugas-tugas mereka. Proses ini biasanya dilakukan oleh
lembaga legislatif atau badan yang lain yang berkaitan dengan pemerintahan. Proses
pengesahan kekuasaan ini penting untuk menunjukkan bahwa pemerintah
mendapatkan dukungan dari rakyat dan lembaga-lembaga pemerintah yang lain.
Pengesahan kekuasaan juga penting untuk menjamin stabilitas politik dalam sebuah
negara. Dengan adanya pengesahan kekuasaan, rakyat akan merasa yakin bahwa
pemerintah memiliki kewenangan untuk memimpin negara. Hal ini akan mendorong
stabilitas politik dan keamanan, serta memberikan kepastian hukum bagi semua warga
negara.10
Pengesahan kekuasaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung pada
jenis kekuasaan yang dimaksud. Di Indonesia, misalnya, pengesahan kekuasaan
dilakukan melalui pemilihan umum. Orang-orang yang terpilih melalui pemilihan
umum diberikan kekuasaan untuk mewakili rakyat dan melakukan tugas-tugas negara
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.11
Namun, tidak semua kekuasaan dapat dipilih melalui pemilihan umum. Ada
juga kekuasaan yang diberikan melalui proses pengangkatan atau penunjukan.
Contohnya adalah kekuasaan yang dimiliki oleh hakim atau pejabat pemerintah yang
diangkat oleh presiden.

10
Setiawan, A. (2015). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 56
11
Kusnadi, J. (2014). Kekuasaan dan Tanggung Jawab: Tinjauan atas Teori Pengesahan Kekuasaan dalam
Negara Hukum. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 12(2), hlm. 104.

17
Dalam hal ini, pengesahan kekuasaan dapat dilakukan melalui proses yang
disebut sebagai sumpah jabatan. Sumpah jabatan adalah proses pengesahan kekuasaan
yang dilakukan secara resmi oleh seseorang yang mendapatkan kekuasaan melalui
pengangkatan atau penunjukan.
Proses sumpah jabatan ini dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah atau
janji untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
konstitusi. Dalam hal ini, sumpah jabatan merupakan bentuk pengesahan kekuasaan
yang sangat penting karena dapat memastikan bahwa orang yang mendapatkan
kekuasaan tersebut benar-benar berkomitmen untuk melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik.
Selain itu, proses pengesahan kekuasaan juga dapat dilakukan melalui proses
pengesahan undang-undang. Undang-undang adalah bentuk peraturan yang dibuat
oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, pengesahan
undang-undang sangat penting untuk memastikan bahwa undang-undang tersebut
benar-benar sah dan dapat diterapkan di masyarakat.
Proses pengesahan undang-undang dilakukan melalui proses yang panjang dan
melibatkan banyak pihak. Undang-undang harus disusun dengan baik dan melalui
proses konsultasi dengan berbagai pihak terkait sebelum akhirnya disahkan oleh
pemerintah.Selain itu, pengesahan kekuasaan juga memberikan legitimasi kepada
pemerintah dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Misalnya, pemerintah
dapat mengeluarkan kebijakan atau undang-undang yang mempengaruhi kehidupan
rakyat. Dengan adanya pengesahan kekuasaan, rakyat akan lebih mudah menerima
keputusan pemerintah karena mereka tahu bahwa keputusan itu diambil oleh
pemerintah yang sah dan memiliki kewenangan untuk melakukannya. Namun, tidak
semua pengesahan kekuasaan berjalan dengan lancar. Terkadang, terjadi perbedaan
pendapat antara pemerintah dan lembaga legislatif atau badan lainnya. Hal ini dapat
mengakibatkan penundaan dalam pengesahan kekuasaan, bahkan ketidakstabilan
politik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan
lembaga-lembaga pemerintah yang lain dalam proses pengesahan kekuasaan.
Dalam proses pengesahan kekuasaan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan agar pengesahan tersebut benar-benar sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hal-hal tersebut antara lain adalah:
a. Pengesahan harus dilakukan secara resmi dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

18
b. Pengesahan harus dilakukan oleh pihak yang berwenang dan memiliki
kewenangan yang sah.
c. Pengesahan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan
komitmen untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik.

Dalam sebuah negara demokratis, pengesahan kekuasaan juga melibatkan


partisipasi rakyat. Rakyat memiliki hak untuk memilih para pemimpinnya melalui
pemilihan umum. Dengan ini, rakyat dapat memberikan mandat kepada pemerintah
untuk memimpin negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
mendengarkan suara rakyat dan mempertimbangkan kebutuhan mereka dalam
mengambil keputusan. Pengesahan kekuasaan juga harus dilakukan secara transparan
dan akuntabel. Hal ini akan membantu mencegah terjadinya korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pemerintah harus memastikan bahwa proses pengesahan kekuasaan dilakukan dengan
benar dan tidak melanggar prinsip-prinsip demokrasi.12

Secara keseluruhan, pengesahan kekuasaan adalah suatu hal yang penting


untuk dilakukan oleh pemerintah. Proses ini membantu memastikan stabilitas politik
dan keamanan dalam sebuah negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah yang lain dan melibatkan
partisipasi rakyat dalam proses pengesahan kekuasaan.

E. Kesimpulan
Teori legitimasi kekuasaan adalah konsep yang digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kekuasaan politik dan otoritas pemerintahan diperoleh dan dipertahankan
secara sah di mata masyarakat. Legitimasi mengacu pada dasar moral, hukum, atau
politik yang membuat suatu pemerintahan atau rezim diakui sebagai otoritas yang sah
dan memenuhi persyaratan untuk memerintah. Sumber kekuasaan bersumber dari
rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang diwakili oleh pemerintah. Pemerintah
memegang kekuasaan untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh rakyat.
Diantar sumber kekuasaan, yaitu kedudukan, kekayaan,kepercayaan, kehendak,
pengeahuan, legitimasi dan resional.
Kedaulatan negara adalah salah satu prinsip dasar dalam hukum internasional
yang menegaskan otoritas dan kekuasaan suatu negara untuk mengatur dirinya sendiri
12
Rais, M. (2016). Demokrasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit Mizan, hlm. 38

19
secara independen. Kedaulatan di Indonesia adalah rakyat Indonesia yang diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam sistem demokrasi, masyarakat memiliki
peran yang sangat penting sebagai pemegang kedaulatan. Mereka memiliki hak untuk
memilih para pemimpin melalui pemilihan umum dan mempengaruhi keputusan
politik melalui partisipasi aktif dalam proses demokratis. Dalam menjalankan hak-hak
ini, masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang
mewakili kepentingan publik secara adil dan bertanggung jawab. Adapun teori-teori
dalam kedaulatan Negara yaitu: teori kedaulatan raja, teori kedaulatan Tuhan, teori
kedaulatan rakyat, teori kedaulatan negara, dan teori kedaulatan hukum.
Pengesahan kekuasaan dilakukan melalui proses pemilihan umum yang
dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum ini
dilakukan setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota legislatif dan presiden serta
wakil presiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber kekuasaan
berasal dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang diwakili oleh pemerintah,
pemegang kedaulatan di Indonesia adalah rakyat Indonesia yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dan pengesahan kekuasaan dilakukan melalui proses
pemilihan umum yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil. Dan untuk menjadi seorag penguasa juga harus menguasai beberapa seni
sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amri, N. F. (2017, September 4). Teori Legitimasi. Retrieved from Teori Legitimasi:
https://www.e-akuntansi.com/teori-legitimasi/

Repositori.unsil.ac.id http://repositori.unsil.ac.id, diakses pada 10 Juni 2023

Jurnal.uinbanten.ac.id https://jurnal.uinbanten.ac.id, diakses pada 10 Juni 2023

https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/, diakses pada 11 Juni 2023

Maliki, Zainuddin (2018). Sosiologi Politik: Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Isharyato. 2016. Ilmu Negara. Karanganyar: Oase Pustaka.

Repo.iain.ac.id http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3739/1/SENI%20DAN%20KEKUASAAN
%20DALAM%20KEPEMIMPINAN%20%28AGUS%20ZAENUL%20FITRI%29.pdf ,
diakses pada 7 Juli 2023

Hubungan Internasional: Pengertian Teori Kedaulatan & Jenis Teori Kedaulatan (2021)
Gramedia.com. https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/, diakses pada 7 Juli 2023

21

Anda mungkin juga menyukai