Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“NEGARA DAN LEGITIMASI”

Disusun Oleh :

Mutiyah Tri Priyatnih

E041211055

ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................1
Tujuan...................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Konsep Negara..........................................................................................2
B. Legitimasi Kekuasaan...............................................................................2
C. Teori Legitimasi........................................................................................3
BAB III....................................................................................................................6
KESIMPULAN........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekuasaan Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu
merupakan tatakerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan
suatu keutuhan, tata kerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan
kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Suatu negara pasti dipimpin oleh pemegang kekuasaan.
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan.
Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk
membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat ataukah tidak.
Apabila masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk
membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat maka
kewenangan itu dikategorikan sebagai berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi
merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin
untuk memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik. Secara
etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin “ lex ” yang berarti hukum.Kata
legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal dan legitim.
Jadi secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan
dengan hukum yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum
formal, etis, adat istiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama
tercipta secara sah.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Negara?
2. Bagaimana legitimasi kekuasaan?
3. Apa teori legitimasi?
Tujuan
1. Menjelaskan konsep Negara
2. Menjelaskan legitimasi kekuasaan
3. Menjelaskan teori legitimasi

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Negara
Negara merupakan integrasi dan kekuasaan politik, Negara adalah organisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia
hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh
pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.
Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat
digunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan atau asosiasi,
maupun oleh Negara sendiri. Dengan demikian Negara dapat mengintegrasikan
dan membimbing kegiatan-kegiatan social dari penduduknya kea rah tujuan
bersama. Negara mempunyai dua tugas yaitu:
a. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asocial, yakni
yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonis yang
membahayakan.
b. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-
golongan kea rah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya.
Negara menentukan bagaimana kegiata-kegiatan asosiasi kemaasyarakatan
disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional.
Pengendalian ini dilakukan berdasarkan system hokum dan dengan
perantaraan pemerintah beserta segala alat perlengkapannya. Kekuasaan Negara
mempunyai organisasi yang paling kuat dan teratur, maka dari itu semua golongan
atau asosiasi yang memperjuangkan kekuasaan harus dapat menempatkan diri
dalam rangka tersebut.
B. Legitimasi Kekuasaan
Sebelum kita membahas apa itu legitimasi kekuasaan, sebelumnya kita
terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud kekuasaan. Konsep kekuasaan
menurut Max Weber dalam Frans Magnis-Suseno (1994:54) bahwa ”kekuasaan
adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan
sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan itu”.
Tetapi kekuasaan yang dipersoalkan disini adalah kekuasaan negara. Adalah ciri
khas negara bahwa kekuasaannya memiliki wewenang.Maka kekuasaan negara itu
dapat disebut ”otoritas” atau ”wewenang”.Menurut Miriam Budiardjo dalam
Frans Magnis—Suseno (1994:54) otoritas atau wewenang adalah ”kekuasaan
yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai,
melainkan juga berhak untuk menguasai. Wewenang adalah kekuasaan yang
berhak untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk memberikan

iv
perintah.Terhadap wewenang itu timbul pertanyaan tentang apa yang menjadi
dasarnya. Itulah pertanyaan tentang legitimasi atau keabsahan
kekuasaan.Terhadap setiap wewenang dapat dipersoalkan apakah wewenang itu
absah atau tidak, apakah mempunyai dasar atau tidak. Konsep legitimasi berkaitan
dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan.Artinya apakah masyarakat
menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan
keputusan yang mengikat masyarakat ataukahtidak. Apabila masyarakat
menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan
keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu dikategorikan sebagai
berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan
masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat dan
melaksanakan keputusan politik. Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa
latin “ lex ” yang berarti hukum. Kata legitimasi identik dengan munculnya kata-
kata seperti legalitas, legal dan legitim. Jadi secara sederhana legitimasi adalah
kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum yang berlaku, atau peraturan
yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat istiadat maupun hukum
kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara sah.
C. Teori Legitimasi
Kekuasaan Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu
merupakan tata kerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan
suatu keutuhan, tatakerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugasdan
kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Suatu negara pasti dipimpin oleh pemegang kekuasaan.
Obyek dan Tipe Kekuasaan Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem
politik secara keseluruhan mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan
pengakuan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya
untuk pemerintah, tetapi juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada. Yang
menjadi obyek legitimasi bukan hanya pemerintah, tetapi juga unsur-unsur lain
dalam sistem politik. Jadi legitimasi dalam arti luas adalah dukungan masyarakat
terhadap sistem politik sedangkan dalam arti sempit legitimasi merupakan
dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang berwenang. Menurut Easton
dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:93), terdapat tiga objek
dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar suatusistem politik tidak
hanya berlangsung secara terus menerus, tetapi mampu pula mentransformasikan
tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga obyek legitimasi itumeliputi:
komunitas politik, rezim dan pemerintahan. Sementara Andrain menyebutkan
lima objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar suatu sistem
politik tetap berlangsung dan fungsional. Kelima obyek legitimasi itu meliputi:
masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.
Menurut Zippelius dalam Franz Magnis—Suseno (Etika Politik, 1994:54) bentuk
legitimasi dilihat dari segi obyek dapat dibagi atas dua bentuk yakni :
1.Legitimasi materi wewenang Legitimasi materi wewenang mempertanyakan
wewenang dari segi fungsinya: untuk tujuan apa wewenang dapat dipergunakan

v
dengan sah? Wewenangtertinggi dalam dimensi politis kehidupan manusia
menjelma dalam dua lembaga yang sekaligus merupakan dua dimensi hakiki
kekuasaan politik: yakni dalam hukum sebagai lembaga penataan masyarakat
yang normatif dan dalam kekuasaan (eksekutif) negara sebagai lembaga penataan
efektif dalam arti mampu mengambil tindakan.
2.Legitimasi subyek kekuasaan Legitimasi ini mempertanyakan apa yang menjadi
dasar wewenang seseorang atau sekompok orang untuk membuat undang-undang
dan peraturan bagimasyarakat dan untuk memegang kekuasaan negara.
Pada prinsipnya terdapat macam legitimasi subyek kekuasaan:
1. Legitimasi religius Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah
faktor-faktor yangadiduniawi, jadi bukan pada kehendak rakyat atau pada
suatu kecakapanempiris khususnya penguasa.
2. Legitimasi eliter Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah
pada kecakapankhusus suatu golongan untuk memerintah. Paham
legitimasi ini berdasarkananggapan bahwa untuk memerintah masyarakat
diperlukan kualifikasikhusus yang tidak dimiliki oleh seluruh rakyat.
Legitimasi eliter dibagi menjadi empat macam yakni (1) legitimasi
aristoktratis : secara tradisionalsatu golongan, kasta atau kelas dalam
masyarakat dianggap lebih ungguldari masyarakat lain dalam kemampuan
untuk memimpin, biasanya jugadalam kepandaian untuk berperang. Maka
golongan itu dengan sendirinyadianggap berhak untuk memimpin rakyat
secara politis. (2) legtimasi ideologis modern : legitimasi ini
mengandaikan adanya suatuidiologis negara yang mengikat seluruh
masyarakat. Dengan demikian para pengembangan idiologi itu memiliki
privilese kebenaran dan kekuasaan.Mereka tahu bagaimana seharusnya
kehidupan masyarakat diatur dan berdasarkan monopoli pengetahuan itu
mereka menganggap diri berhak untuk menentukkannya. (3) legitimasi
teknoratis atau pemerintahan oleh para ahli: berdasarkanargumentasi
bahwa materi pemerintahan masyarakat dizaman modern ini sedemikian
canggih dan kompleks sehingga hanya dapat dijalankan secara
bertanggungjawab oleh mereka yang betul-betul ahli. (4) legitimasi
pragmatis : orang, golongan atau kelas yang de facto menganggap dirinya
paling cocok untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut
sertauntuk menanganinya inilah yang dianggap berhak untuk berkuasa.
Calahsatu contoh adalah pemerintahan militer yang pada umumnya
berdasarkanargumen bahwa tidak ada pihak lain yang dapat menjaga
kestabilan nasionaldan kelanjutan pemerintahan segara secara teratur.
Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97)
berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah
makalegitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:

1) Legitimasi tradisional; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan


kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan

vi
pemimpin “berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
2) Legitimasi ideologi; masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana
ideologi. Ideologi yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner seperti
komunisme, tetapi juga yang pragmatis seperti liberalisme dan ideologi pancasila.
3) Legitimasi kualitas pribadi; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi
berupakharismatik maupun penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam
bidang tertentu.
4) Legitimasi prosedural; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5) Legitimasi instrumental; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin
kesejahteraan materiil (instrumental) kepada masyarakat.

vii
BAB III

KESIMPULAN

Negara merupakan integrasi dan kekuasaan politik, Negara adalah


organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan
manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana
antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu
wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan
bersama itu.
Kekuasaan Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu
merupakan tata kerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan
suatu keutuhan, tatakerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugasdan
kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Suatu negara pasti dipimpin oleh pemegang kekuasaan.
Obyek dan Tipe Kekuasaan Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem
politik secara keseluruhan mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan
pengakuan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya
untuk pemerintah, tetapi juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiman, F. Budi. 2001. “’Politik’ dan ’Antipolitik’: Hannah Arendt TentangKrisis


Negara” dalam Atma nan Jaya, Tahun XV, No. 3. Jakarta : Lembaga PenelitianAtmajaya

Bdk. F. Budi Hardiman, 2007, ”Machiavelli dan Seni Berkuasa” dalam Filsafat Politik
(diktat), Jakarta : STF Driyarkara, hlm. 26.

viii

Anda mungkin juga menyukai