Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LEGITIMASI POLITIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Politik
Dosen Pengampu: Imam Sumantri, M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Farrasia Candra Fatikhani 33030190057

Faiz Laras Haty 33030190064

Tarisya Ilmiana Danu A. 33030190175

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya, kami kelompok 7
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik dalam menyelesaikan mata kuliah Sosiologi Politik pada Program
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Salatiga. Penyelesaian
makalah ini terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu praktikan
ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Siti Zumrotun M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Salatiga.
2. Imam Sumantri, M.A. selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Politik
3. Orang tua yang telah memberi dukungan berbentuk moril maupun materil.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami selaku kelompok 7 mengucapkan mohon maaf apabila
terjadi kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga penyusunan laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita mahasiswa hukum khususnya serta bagi pembaca umumnya.

Salatiga, 7 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

A. Pengertian Legitimasi Politik....................................................................................... 3

B. Objek Legitimasi Politik............................................................................................... 4

C. Jenis-Jenis dan Sumber Legitimasi ............................................................................. 6

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 9

B. Saran .............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk politik dan sudah menjadi hakikatnya manusia
untuk mengatur apa yang yang dilakukan dan tidak dilakukan. Politik sendiri dalam
pandangan klasik berfungsi untuk membicarakan dan menyelenggarakan hal-hal yang
menyangkut kepentingan bersama atau kebaikan bersama 1 . Untuk mempengaruhi
pikiran dan perilaku masyarakat untuk sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi
diperlukan kekuasaan. Dalam mencapai kebaikan bersama tersebut diperlukan peran
negara yang memiliki kekuasaan untuk menggunakan paksaan yang sah. Kekuasaan
yang sudah diperoleh tersebut digunakan sebagai kegiatan untuk merumuskan dan
melaksanakan kebijakan umum yang dilakukan oleh para elite politik.
Kewenangan politik dan legitimasi politik selalu menjadi bagian yang tak
terpisahkan karena seseorang dapat memiliki kewenangan, dengan terlebih dahulu
memiliki legitimasi (keabsahan) dalam menentukan suatu kebijakan untuk
kepentingan sebuah lembaga. Kewenangan tertentu berbeda dengan kekuasaan, sebab
dalam suatu kewenangan ada kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota lembaga
untuk menciptakan keseimbangan pada setiap komponen lembaga. Dalam hal ini
UUD 1945 dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa menjadi aturan pokok bagi
setiap warga dan pelaku politik.
Kewenangan politik tidak selamanya dapat sejalan dengan keinginan
masyarakat sebab, menentukan sebuah kebijakan politik, berarti harus ada
kesepakatan untuk menentukan prioritas utama dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara pembuat kebijakan dan masyarakat. Namun, kebijakan politik
harus tetap dilakukan meskipun adanya perselisihan pendapat ataupun konflik yang
membuat kondisi politik menjadi kurang stabil. Sehingga, dalam hal ini legitimasi
politik berperan untuk memberi pengakuan bahwa setiap kebijakan yang diputuskan
adalah yang terbaik untuk kepentingan masyarakat dimana kebijakan politik itu
disahkan. Maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Legitimasi
Politik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari legitimasi politik?

1
Surbakti, Ramlan, 2010, “Memahami Ilmu Politik”, Jakarta, Grasindo hlm 3

1
2. Apa saja objek dari legitimasi politik?
3. Apa saja jenis-jenis dan sumber legitimasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari legitimasi politik
2. Untuk mengetahui objek dari legitimasi politik
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan sumber legitimasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Legitimasi Politik


Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin yaitu lex yang berarti hukum.
Secara istilah legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap
kewenangan dan kekuasaan. 2 Legitimasi berarti suatu aturan yang menyangkut
keabsahan atau mengandung pengakuan secara formal dan merupakan kualitas
otoritas yang yang dianggap benar atau sah. Ada kode hukum tersendiri yang
diciptakan untuk membuat suatu tindakan dianggap sah atau menyimpan. Kata
legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal dan legitim. Jadi
secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan
hukum yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat
istiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara sah.
Legitimasi merupakan hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Secara
umum, legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral
pemimpin untuk memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik.
Legitimasi berkaitan erat dengan kekuasaan dan kewenangan. Ketiganya menyangkut
hubungan antara pemerintah dan rakyat yang dipimpin. Jika kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang memengaruhi proses politik,
kewenangan adalah hak moral untuk menggunakan sumber yang membuat keputusan
politik dan melaksanakannya. Adapun legitimasi merupakan penerimaan dan
pengakuan masyarakat terhadap hak moral tersebut.
David Easton menyatakan bahwa keabsahan (legitimasi) adalah: "keyakinan dari
pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan
menaati Penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu (The Convection on
the part of the member that it is right and proper for him to accept and Obey the
authorities and to abide by the requirements of the Regime) dalam legitimasi
kekuasaan bila seseorang memimpin menduduki pimpinan menduduki jabatan
tertentu melalui pengangkatan di anggap absah, atau sesuai hukum.
Dilihat dari sudut penguasa, A.M Lipset: "Legitimasi mencakup kemampuan
untuk membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau

2
Eman Hermawan. Politik Membela yang Benar: teori, kritik, dan nalar, (Yogyakarta, Klik dan DKN
Garda Bangsa, 2001), h 6

3
bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat itu
(Legitimacy includes the capacity to produce and maintain a belief, that the existing
political institutions or forms are the most appropriate for the Society). Jika dalam
suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar-dasar dan tujuan-tujuan
masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan Kukuh sehingga unsur paksaan serta
kekerasan yang dipakai oleh setiap rezim dapat ditetapkan sampai minimum.
Sementara politik adalah persoalan siapa mendapat apa dan dengan cara apa.
Pendapat lain mengenai politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem atau
negara yang menyangkut proses untuk menentukan tujuan bersama (negara) dan
melaksanakan tujuan itu. 3 Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem politik
secara keseluruhan mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan dari
masyarakat. Dengan demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya untuk pemerintah,
tetapi juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada. Yang menjadi obyek legitimasi
bukan hanya pemerintah, tetapi juga unsur-unsur lain dalam sistem politik. Jadi
legitimasi dalam arti luas adalah dukungan masyarakat terhadap sistem politik
sedangkan dalam arti sempit legitimasi merupakan dukungan masyarakat terhadap
pemerintah yang berwenang.
Menurut Easton, terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus menerus,
tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga
obyek legitimasi itu meliputi: komunitas politik, rezim dan pemerintahan. 4
Sementara Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang
memerlukan legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung dan fungsional.
Kelima obyek legitimasi itu meliputi: masyarakat politik, hukum, lembaga politik,
pemimpin politik dan kebijakan. Maka legitimasi politik ialah suatu gambaran dari
politik yang berdasarkan pada suatu keputusan dari hasil peradilan yang memiliki
tujuan sebagai suatu bukti bahwasanya pada setiap kebijakan yang sudah di tetapkan
adalah untuk kepentingan masyarakat luas.
B. Objek Legitimasi Politik
Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem politik secara keseluruhan
mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan masyarakat. Dengan
demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya untuk pemerinah, tetapi juga untuk

3
Ibid. h 7
4
Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik (Jakarta, Grasindo: 2009), h, 93

4
unsur-unsur lain dalam sistem politik. Jadi, legitimasi dalam arti luas berarti
dukungan masyarakat terhadap sistem politik, sedangkan dalam arti sempit,
merupakan dukungan masyarakat terhadap pemerinah yang berwenang.
Menurut Easton, terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus-menerus,
tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga
objek legitimasi ini meliputi komunitas politik, rezim, dan pemerintahan. Sementara
itu Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung dan fungsional. Kelima objek
legitimasi ini meliputi masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politi,
dan kebijakan.
Kedua pendapat itu sesungguhnya sama saja maknanya karena masyarakat politik
sama dengan komunitas politik, hukum sama dengan rezim, lembaga politik dan
pemimpin politik sama dengan pemerintah. Namun berdasarkan pendapat Easton,
tidak terkandung unsur kebijakan secara eksplisit. Pendapatnya dianggap kurang
lengkap. Berbeda dengan Andrain yang lebih lengkap. Oleh karena itu, berikut ini
dikemukakan secara rigkas kelima sasarn legitimasi menurut Andrain.
Apabila pengertian legitimasi dilihat sebagai dukungan yang diberikan oleh
masyarakat, kelima objek legitimasi memiliki hubungan yang komulatif. Artinya,
kalau objek pertama tidak mendapat dukungan, objek kedua, dan seterusnya tidak
akan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Hal ini disebabkan sifatnya yang
hirarkis, yakni objek kelima ditentukan dengan objek keempat, objek keempat
ditentukan objek ketiga, demikian seterusnya.
Yang dimaksud dengan legitimasi terhadap komunitas politik ialah adanya
kesediaan para anggota masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok yang
berbeda latar belakang untuk hidup rukun sebagai komunitas. Apabila masih terdapat
berbagai upaya didalam masyarakat baru (separatisme), legitimasi terhadapa
komunitas politik dapat dikatakan masih rendah. Hal ini berati dukungan terhadap
konstitusi (hukum dan rezim), lembaga politik, pemimpin politi, dan kebijakan yang
dibuat juga masih rendah.
Apabila dukungan terhadap komunitas politik belum cukup tinggi, dalam
masyarakat terdapat masalah penciptaan identitas nasional (krisis identitas). Kalau
dalam masyarakat belum terdapat dukungan yang bulat terhadap hukum, dalam
masyarakat terdapat krisis konstitusi. Manakala dukungan terhadap lembaga- lembaga

5
politik masih lemah, dalam masyarkat terdapat krisis kelembagaan. Krisis
kepemimpinan akan teerjadi pada masyarakat yang kurang mempercayai para
pemimpin-pemimpin politik. Jadi, krisis kebijakan akan terjadi apabila masyarakat
menilai kebijakan pemerintah hanya menguntungkan sekelompok kecil. Dengan
demikian, kelima objek legitimasi kuraang mendapat pengakuan dan dukungan dari
masyarakat. Lalu sistem politik akan akan menghadapi krisis legitimasi. 5
C. Jenis-Jenis dan Sumber Legitimasi
Menurut Andrein dalam Ramlan Subakti berdasarkan prinsip pengakuan dan
dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi dikelompokkan menjadi 5
tipe yaitu:
1. Legitimasi Tradisional
Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin
"berdarah biru" yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
2. Legitimasi ideologi
Masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena
pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana ideologi ideologi
yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner seperti komunisme tetapi juga
yang pragmatis seperti liberalisme dan ideologi pancasila
3. Legitimasi Kualitas Pribadi
Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena
pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa karismatik maupun
penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam bidang tertentu
4. Legitimasi Prosedural
Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena
pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan
5. Legitimasi Instrumental
Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena
pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan materiil
(instrumental) kepada masyarakat.

5
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, h. 120

6
Tiga sumber utama legitimasi menurut Max Weber, yaitu: “people mayhave
faith in a particular political or social orderbecause it has been there for a long time
(tradition),because they have faith in the rulers (charisma), orbecause they trust its
legality – specifically therationality of the rule of law (orang bisa memiliki
kepercayaan dalam tatanan politik atau sosial tertentu untuk waktu yang lama (tradisi),
karena mereka memiliki kepercayaan kepada penguasa (karisma), atau karena mereka
percaya pada legalitas-khususnya rasionalitasaturan hukum)”. 6 Berdasarkan teori
tersebut, bahwa pemerintah mendapatkan keabsahan sangat tergantung pada
pandangan masyarakat berdasarkan kebiasaan (tradisi), karena faktor karismatik, dan
atau disebabkan oleh kerangka pandang terhadap rasionalitas aturan hukum.
a. Otoritas Tradisional
Otoritas pemerintahan yang absah berdasarkan landasan tradisional menurut
Max Weber, didasarkan pada “kepercayaan yang sudah mapan padakesucian
tradisi-tradisi kuno dan legitimasiorang-orang yang melaksanakan otoritas menurut
tradisi-tradisi itu”. 7 Pemahaman terhadap otoritas tradisional Weber merupakan
otoritas yang “didasarkan pada suatu klaim yang diajukan para pemimpin, dan
suatu kepercayaan di pihak parapengikut, bahwa ada kebajikan di dalam kesucian
aturan-aturan dan kekuasaan kuno”.8
b. Otoritas Legal – Rasional
Otoritas pemerintah yang diterima (legitimasi) masyarakat berdasarkan legal-
rasional menurut Max Weber, yaitu “pada kepercayaan terhadap legalitas aturan-
aturan yang ditetapkan dan hak orang-orang yang diberi otoritas berdasarkan
9
aturan-aturan itu untuk mengeluarkan perintah-perintah”. Berdasarkan
argumentasi tersebut, bahwa seseorang yang mendapat dan melaksanakan otoritas
secara absah didasarkan pada landasan-landasan yaitu peraturan perundang-
undangan atau aturan lain yang berlaku dalam suatu masyarakat.
c. Otoritas Kharismatik
Selain otoritas tradisional dan legal-rasional, otoritas yang ketiga menurut
Max Weber, yaitu kharisma. Otoritas ini menurut Max Weber sebagaimana yang
dijelaskan oleh George Ritzer, yaitu “bersandar pada kesetian para pengikut kepada
6
Weber, Max. 1964. The Theory of Social and Economic Organization, Talcott Parsons (editor), New
York: Free Press.
7
Ibid.,
8
Ritzer, Georger. 2012. Teori Sosiologi dariSosiologi Klasik sampai PerkembanganTerakhir
Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9
Max Weber., Op. Cit., hlm: 215

7
kesucian luar biasa, watak teladan, heroisme, atau kekuasaan istimewa (misalnya
kemampuan menghasilkan keajaiban) para pemimpin, dan juga kepada tatanan
normatif yang didukung oleh mereka”. 10 Otoritas karismatik terkandung dan
tampak pada diri seorang pemimpin dengan visi dan misi yang mampu
menginspirasi dan menggugah oranglain melalui aktivitasnya sehingga orang lain
dapat setia mengikutinya. Argumentasi tersebut didasarkan pada karakteristik yang
dimiliki seorang pemimpin dan dapat dirasakan oleh orang lain.
Ada dua pendekatan dalam memahami keberadaan legitimasi yaitu strategis dan
institusional. 11 Pendekatan strategis memandang legitimasi sebagai sumberdaya
operasional diperolah oleh organisasi dari lingkungan sosialnya dan kemudian
menggunakannya memperoleh sumber daya lainnya.12 Di sisi lain, yakni perspektif
institusional mengadopsi pandangan yan lebih pasif pada organisasi, yang
menganggap bahwa organisasi ditentukan oleh lingkungan sosial dan keputusan
manajerial dibentuk oleh penerimaan sistem kepercayaan yang luas. 13 Bahkan,
institusi sebagai sumber legitimasi dapat menjelaskan jenis legitimasi yang diberikan.
Scott memperluas pandangan mengenai institusi dan menganggap sumber legitimasi
terdiri dari elemen regulasi, norma dan budaya kognisi, yang memberikan stabilitas
dalam interaksi manusia.14

10
George Ritzer., Op. Cit., hlm: 220
11
Suchman, Mark, C., 1995. Managing Legitimacy: Strategies and Institutional Approach, Academyof
Management Review, 20 (3). hlm: 592
12
Ibid
13
Ibid
14
Scott, W.R. 2001, Institutions and Organizations, Thousand Oaks, CA: Sage,2nd edition.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Legitimasi merupakan hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Secara
umum, legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral
pemimpin untuk memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik.
Legitimasi berkaitan erat dengan kekuasaan dan kewenangan. Ketiganya menyangkut
hubungan antara pemerintah dan rakyat yang dipimpin. Jika kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang memengaruhi proses politik,
kewenangan adalah hak moral untuk menggunakan sumber yang membuat keputusan
politik dan melaksanakannya. Adapun legitimasi merupakan penerimaan dan
pengakuan masyarakat terhadap hak moral tersebut.
Menurut Easton, terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus-menerus,
tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga
objek legitimasi ini meliputi komunitas politik, rezim, dan pemerintahan. Sementara
itu Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung dan fungsional. Kelima objek
legitimasi ini meliputi masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politi,
dan kebijakan.
Menurut Andrein dalam Ramlan Subakti berdasarkan prinsip pengakuan dan
dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi dikelompokkan menjadi 5
tipe yaitu: Legitimasi Tradisional, Legitimasi ideologi, Legitimasi Kualitas Pribadi,
Legitimasi Prosedural, dan Legitimasi Instrumental.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bemanfaat bagi para pembaca, dalam memahami
dan memperdalam pengetahuan mengenai Legitimasi Politik dalam Sosiologi Politik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Eman. 2001. Politik Membela yang Benar: teori, kritik, dan nalar.Yogyakarta:
Klik dan DKN Garda Bangsa

Mark, Suchman.1995. Managing Legitimacy: Strategies and Institutional Approach.


Academy of Management Review, 20 (3).
Ritzer, Georger, Ritzer. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai
PerkembanganTerakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Weber, Max. 1964. The Theory of Social and Economic Organization. Talcott Parsons. New
York: Free Press.
W.R, Scott. 2001. Institutions and Organizations. Thousand Oaks, CA: Sage,2nd edition

10

Anda mungkin juga menyukai