Anda di halaman 1dari 4

POLITIK HUKUM

- DARMAWAN OBY YANTO –


- 21.01.0004 PM –

1. Bagaimana menelaah dampak pembangunan sosial ekonomi terhadap susunan


masyarakat, khususnya pengaruh lembaga lembaga politik terhadap perubahan
perubahan yg terjadi dalam masyarakat?
- Seperti lembaga sosial lainnya, lembaga politik tentu juga memiliki fungsi tersendiri.
Fungsi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes
adalah fungsi yang dikehendaki dan disadari dari adanya lembaga ini, sedangkan fungsi
laten merupakan fungsi yang bukan merupakan tujuan utama dari munculnya lembaga ini.
- Fungsi Manifes Lembaga Politik
 Menciptakan kesejahteraan umum, yang mana segala aktivitas politik yang ada harus
berdasarkan prinsip ini.
 Menjaga keamanan masyarakat, lembaga politik memiliki fungsi untuk menjaga
keamanan masyarakat dari kelompok luar atau external security. Hal ini dapat
dilakukan dengan diplomasi atau bahkan perang jika diperlukan.
 Melembagakan norma melalui undang-undang yang disampaikan badan legislatif dan
melaksanakannya.
- Fungsi Laten Lembaga Politik
 Menciptakan adanya stratifikasi politik.
 Menjaga kekuasaan status quo, yaitu keadaan saat ini dari situasi tertentu yang tidak
seharusnya berkembang secara alami menuju keadaan lain.
2. Jelaskan konsepsi politik hukum menurut Soetandyo Wignyosubroto?
Hukum nasional itu --diperbarui ataupun tak diperbarui-- sesungguhnya akan kehilangan
hakikatnya sebagai pelindung hak-hak asasi warga negara untuk memperoleh kebebasannya
manakala asas konstitusionalnya ditiadakan. Asas konstitusional ini, yang lebih dikenal
dengan nama “konstitusionalisme”, adalah unsur sine qua non bagi eksistensi hukum nasional
yang tak hanya populis akan tetapi juga humanistis. Tanpa asas ini hukum nasional akan
menyebabkan kekuasaan pemerintah di hadapan kebebasan kodrati manusia-manusia warga
negara menjadi tak lagi limitatif, melainkan enumeratif. Tanpa asas ini suatu negara bangsa
tak lagi akan terkualifikasi sebgai rechtsstaat, melainkan serta merta sebagai machstaat,
dimana kekuasaan Kepolisian (atau bahkan juga kekuasaan Militer) akan segera pula menjadi
tak punya batas jelas. Tak perlu lagi, hukum nasional difungsikan di dalam kehidupan
bernegara yang demokratis --haruslah tetap (atau bahkan “kian”)-- mampu mendefinisikan
secara legitimasi mana-mana saja kekuasaan polisionil pemerintahan yang boleh memperoleh
legitimasi (sehingga boleh dibenarkan sebagai kewenangan) dan mana-mana pula kebebasan
manusia warga negara yang secara enumeratif boleh memperoleh legitimasinya (sehingga
terakui sebagai hak-hak asasi yang harus dilindungi) (Wignyosoebroto 2002: 329)
3. Jelaskan unsur unsur yang terkandung dalam politik hukum Miriam Budiarjo?
- Masyarakat.
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia. Robert M.
McIver mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang ditata
(Society means a system of ordered relations).”
- Negara.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari
kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi
yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua
golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuantujuan dari kehidupan
bersama itu.
- Konsep Kekuasaan
Di antara konsep politik yang banyak dibahas adalah kekuasaan. Hal ini tidak
mengherankan sebab konsep ini sangat krusial dalam ilmu sosial pada umumnya, dan
dalam ilmu politik khususnya. Malahan pada suatu ketika politik (politics) dianggap
identik dengan kekuasaan. Telah muncul begitu banyak deinisi lain sehingga beberapa
ahli, seperti W. Connoly (1983) dan S. Lukes (1974) menganggap kekuasaan sebagai
suatu konsep yang dipertentangkan (a contested concept)14 yang artinya merupakan hal
yang tidak dapat dicapai suatu konsensus. Perumusan yang umumnya dikenal ialah bahwa
kekuasaan adalah kemampuan seorang pelaku untuk memengaruhi perilaku seorang
pelaku lain, sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang
mempunyai kekuasaan.
4. Jelaskan ruang lingkup atau kajian politik hukum?
Ketika berbicara tentang wilayah kajian sebuah disiplin ilmu yang akan dipergunakan para
mahasiswa hukum, politik hukum dalam perspektif akademis tidak hanya berbicara sebatas
pengertian di atas, tetapi mengkritisi juga produk-produk hukum yang telah dibentuk. Dengan
demikian, politik hukum menganut prinsip double movement, yaitu selain sebagai kerangka
pikir merumuskan kebijakan dalam bidang hukum (legal policy) oleh lembaga-lembaga
negara yang berwenang, ia juga dipakai untuk mengkritisi produk-produk hukum yang telah
diundangkan berdasarkan legal policy di atas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil
ruang lingkup atau wilayah kajian politik hukum sebagai berikut :
1) Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh
penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum.
2) Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut ke dalam bentuk sebuah
rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara yang berwenang
merumuskan politik hukum.
3) Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum.
4) Peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang akan,
sedang, dan telah ditetapkan.
6) Pelaksanaan dari peraturan perudang-undangan yang merupakan implementasi dari
politik hukum suatu negara.
Enam masalah itulah yang seterusnya akan menjadi wilayah telaah dari politik hukum. Dalam
hal ini, politik hukum secara umum bermanfaat untuk mengetahui bagaimana proses-proses
yang tercakup dalam enam wilayah kajian itu dapat menghasilkan sebuah legal policy yang
sesuai dengan kebutuhan dan rasa keadilan masyarakat. Enam wilayah kajian itu tentu saja
bersifat integral satu sama lain.
5. Jelaskan hubungan kausalitas antara hukum dan politik dalam kerangka hukum
nasional?
Persoalan hubungan antara hukum dan politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
selalu menarik untuk diperbincangkan karena kedua hal tersebut merupakan dua variabel yang
selalu mempengaruhi. Seperti dikatakan Moh. Mahfud MD bahwa jika ada pertanyaan
tentang hubungan kausalitas antara hukum dan politik atau pertanyaan tentang apakah hukum
yang mempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum, maka paling tidak
ada tiga macam jawaban dapat menjelaskannya. Pertama, hukum determinan atas politik
dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan-aturan
hukum. Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan (bahkan) saling
bersaingan. Ketiga, politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi
yang derajat determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun
hukum merupakan produk keputusan politik tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan
politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum.
6. Jelaskan maksud dari hukum nasional harus mampu menciptakan keadilan sosial.?
Dalam perjalanannya hukum sebagai produk dari para ahli dan yang mendapat legalitasnya
dari negara, sehingga hukum itu artifisial, mendapat tanggapan sebagai akibat dari “jauhnya”
hukum itu dari apa yang menjadi keinginan atau kepentingan masyarakat, termasuk di
dalamnya kepentingan tentang keadilan, karena sifat prosesnya yang top down dan bersamaan
dengan itu membuka peluang terjadinya hukum yang mengabdi kepada kepentingan rezim
penguasa (yang membentuknya) melalui fungsi instrumentalnya.
Tanggapan tersebut dipelopori oleh Von Savigny dengan teori volkgeistnya yang menyatakan,
“Hukum sejati tidak dibuat, tapi ditemukan di dalam pergaulan masyarakat, karena antara
hukum sejati dan jiwa rakyat terhadap hubungan organik. Legislasi hanya penting selama ia
memiliki sifat deklaratifnya terhadap hukum sejati”. Hukum dengan pengertiannya yang
demikian, yaitu “hukum yang terbentuk melalui proses legislasi adalah hukum manakala sifat
deklaratifnya terhadap hukum sejati”, pada abad ke 20 bergeser sedikit, yaitu ke arah
kemanusiaan dan keadilan yang kemudian memperoleh perumusannya yang lebih konkret
menjadi keadlan sosial.

Anda mungkin juga menyukai