1. Bagaimana menelaah dampak pembangunan sosial ekonomi terhadap susunan
masyarakat, khususnya pengaruh lembaga lembaga politik terhadap perubahan perubahan yg terjadi dalam masyarakat? - Seperti lembaga sosial lainnya, lembaga politik tentu juga memiliki fungsi tersendiri. Fungsi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang dikehendaki dan disadari dari adanya lembaga ini, sedangkan fungsi laten merupakan fungsi yang bukan merupakan tujuan utama dari munculnya lembaga ini. - Fungsi Manifes Lembaga Politik Menciptakan kesejahteraan umum, yang mana segala aktivitas politik yang ada harus berdasarkan prinsip ini. Menjaga keamanan masyarakat, lembaga politik memiliki fungsi untuk menjaga keamanan masyarakat dari kelompok luar atau external security. Hal ini dapat dilakukan dengan diplomasi atau bahkan perang jika diperlukan. Melembagakan norma melalui undang-undang yang disampaikan badan legislatif dan melaksanakannya. - Fungsi Laten Lembaga Politik Menciptakan adanya stratifikasi politik. Menjaga kekuasaan status quo, yaitu keadaan saat ini dari situasi tertentu yang tidak seharusnya berkembang secara alami menuju keadaan lain. 2. Jelaskan konsepsi politik hukum menurut Soetandyo Wignyosubroto? Hukum nasional itu --diperbarui ataupun tak diperbarui-- sesungguhnya akan kehilangan hakikatnya sebagai pelindung hak-hak asasi warga negara untuk memperoleh kebebasannya manakala asas konstitusionalnya ditiadakan. Asas konstitusional ini, yang lebih dikenal dengan nama “konstitusionalisme”, adalah unsur sine qua non bagi eksistensi hukum nasional yang tak hanya populis akan tetapi juga humanistis. Tanpa asas ini hukum nasional akan menyebabkan kekuasaan pemerintah di hadapan kebebasan kodrati manusia-manusia warga negara menjadi tak lagi limitatif, melainkan enumeratif. Tanpa asas ini suatu negara bangsa tak lagi akan terkualifikasi sebgai rechtsstaat, melainkan serta merta sebagai machstaat, dimana kekuasaan Kepolisian (atau bahkan juga kekuasaan Militer) akan segera pula menjadi tak punya batas jelas. Tak perlu lagi, hukum nasional difungsikan di dalam kehidupan bernegara yang demokratis --haruslah tetap (atau bahkan “kian”)-- mampu mendefinisikan secara legitimasi mana-mana saja kekuasaan polisionil pemerintahan yang boleh memperoleh legitimasi (sehingga boleh dibenarkan sebagai kewenangan) dan mana-mana pula kebebasan manusia warga negara yang secara enumeratif boleh memperoleh legitimasinya (sehingga terakui sebagai hak-hak asasi yang harus dilindungi) (Wignyosoebroto 2002: 329) 3. Jelaskan unsur unsur yang terkandung dalam politik hukum Miriam Budiarjo? - Masyarakat. Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia. Robert M. McIver mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang ditata (Society means a system of ordered relations).” - Negara. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuantujuan dari kehidupan bersama itu. - Konsep Kekuasaan Di antara konsep politik yang banyak dibahas adalah kekuasaan. Hal ini tidak mengherankan sebab konsep ini sangat krusial dalam ilmu sosial pada umumnya, dan dalam ilmu politik khususnya. Malahan pada suatu ketika politik (politics) dianggap identik dengan kekuasaan. Telah muncul begitu banyak deinisi lain sehingga beberapa ahli, seperti W. Connoly (1983) dan S. Lukes (1974) menganggap kekuasaan sebagai suatu konsep yang dipertentangkan (a contested concept)14 yang artinya merupakan hal yang tidak dapat dicapai suatu konsensus. Perumusan yang umumnya dikenal ialah bahwa kekuasaan adalah kemampuan seorang pelaku untuk memengaruhi perilaku seorang pelaku lain, sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan. 4. Jelaskan ruang lingkup atau kajian politik hukum? Ketika berbicara tentang wilayah kajian sebuah disiplin ilmu yang akan dipergunakan para mahasiswa hukum, politik hukum dalam perspektif akademis tidak hanya berbicara sebatas pengertian di atas, tetapi mengkritisi juga produk-produk hukum yang telah dibentuk. Dengan demikian, politik hukum menganut prinsip double movement, yaitu selain sebagai kerangka pikir merumuskan kebijakan dalam bidang hukum (legal policy) oleh lembaga-lembaga negara yang berwenang, ia juga dipakai untuk mengkritisi produk-produk hukum yang telah diundangkan berdasarkan legal policy di atas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil ruang lingkup atau wilayah kajian politik hukum sebagai berikut : 1) Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum. 2) Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut ke dalam bentuk sebuah rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum. 3) Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum. 4) Peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum. 5) Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang akan, sedang, dan telah ditetapkan. 6) Pelaksanaan dari peraturan perudang-undangan yang merupakan implementasi dari politik hukum suatu negara. Enam masalah itulah yang seterusnya akan menjadi wilayah telaah dari politik hukum. Dalam hal ini, politik hukum secara umum bermanfaat untuk mengetahui bagaimana proses-proses yang tercakup dalam enam wilayah kajian itu dapat menghasilkan sebuah legal policy yang sesuai dengan kebutuhan dan rasa keadilan masyarakat. Enam wilayah kajian itu tentu saja bersifat integral satu sama lain. 5. Jelaskan hubungan kausalitas antara hukum dan politik dalam kerangka hukum nasional? Persoalan hubungan antara hukum dan politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu menarik untuk diperbincangkan karena kedua hal tersebut merupakan dua variabel yang selalu mempengaruhi. Seperti dikatakan Moh. Mahfud MD bahwa jika ada pertanyaan tentang hubungan kausalitas antara hukum dan politik atau pertanyaan tentang apakah hukum yang mempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum, maka paling tidak ada tiga macam jawaban dapat menjelaskannya. Pertama, hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan-aturan hukum. Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan (bahkan) saling bersaingan. Ketiga, politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi yang derajat determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun hukum merupakan produk keputusan politik tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum. 6. Jelaskan maksud dari hukum nasional harus mampu menciptakan keadilan sosial.? Dalam perjalanannya hukum sebagai produk dari para ahli dan yang mendapat legalitasnya dari negara, sehingga hukum itu artifisial, mendapat tanggapan sebagai akibat dari “jauhnya” hukum itu dari apa yang menjadi keinginan atau kepentingan masyarakat, termasuk di dalamnya kepentingan tentang keadilan, karena sifat prosesnya yang top down dan bersamaan dengan itu membuka peluang terjadinya hukum yang mengabdi kepada kepentingan rezim penguasa (yang membentuknya) melalui fungsi instrumentalnya. Tanggapan tersebut dipelopori oleh Von Savigny dengan teori volkgeistnya yang menyatakan, “Hukum sejati tidak dibuat, tapi ditemukan di dalam pergaulan masyarakat, karena antara hukum sejati dan jiwa rakyat terhadap hubungan organik. Legislasi hanya penting selama ia memiliki sifat deklaratifnya terhadap hukum sejati”. Hukum dengan pengertiannya yang demikian, yaitu “hukum yang terbentuk melalui proses legislasi adalah hukum manakala sifat deklaratifnya terhadap hukum sejati”, pada abad ke 20 bergeser sedikit, yaitu ke arah kemanusiaan dan keadilan yang kemudian memperoleh perumusannya yang lebih konkret menjadi keadlan sosial.