Anda di halaman 1dari 15

FUNGSI HUKUM

Disusun Oleh

Rudy Arinugroho E0019378


Muqtadir Ghani Putranto E0019301
FUNGSI HUKUM
Fungsi hukum secara umum adalah untuk menertibkan dan mengatur pergaulan dalam
masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sosial.

Keberadaan hukum dalam masyarakat bukan hanya berfungsi untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi di dalam masyarakat, melainkan juga diharapkan menjadi sarana yang mampu
mengubah pola pikir dan pola perilaku warga masyarakat ke arah yang positif. Dengan
begitu, hukum akan memiliki daya kerja yang baik apabila dua fungsi hukum betul-betul
membumi dalam kehidupan masyarakat (Rusli Effendy, dkk 1991:80), sebagai berikut:
a. Fungsinya yang pasif yang hanya menjaga status quo. Fungsi ini disebut “sarana social
control”.
b. Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu keadaan
yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law is tool of social engineering” atau
fungsi hukum sebagai alat perekayasa sosial.

c. Berikut ini dikemukakan beberapa konsep fungsi hukum yang dikenal dalam
kepustakaan ilmu hukum :
1. Fungsi hukum sebagai sarana Social Control
Fungsi hukum sebagai sarana social control bertujuan untuk memberikan
suatu batasan tingkah laku masyarakat yang menyimpang dan akibat yang
harus diterima dari penyimpangan itu. Misalnya membuat larangan-
larangan, tuntuan, pemberian ganti rugi, dan sebagainya.

Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia merupakan


sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan
hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi yang harus
diterima oleh pelakunya. Hal ini berarti bahwa hukum mengarahkan agar
masyarakat berbuat secara benar menurut aturan hukum.
Dalam kondisi demikian, batasan tingkah laku dalam bentuk larangan-
larangan yang dibuat oleh hukum, menunjukkan bagaimana hukum telah
berfungsi sebagai sarana social control. Hal tersebut disebabkan hukum
hanya sekadar merumuskan aturan tentang batasan tingkah laku yang
menyimpang dengan ancaman sanksi, atau hukum hanya menyesuaikan
diri dengan kenyataan sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga
hukum akan lebih tampak sebagai sarana menjaga Status Quo.
2. Fungsi hukum sebagai “A Tool of Social Engineering”
Fungsi sebagai sarana perekayasa sosial (mengubah masyarakat), adalah untuk
menciptakan perubahan-perubahan dalam masyarakat menuju kemajuan
terencana. Artinya, untuk menata kembali kehidupan masyarakat secara terencana
sesuai tujuan pembangunan bangsa, kehidupan masyarakat sampai kini ternyata
selalu mengalami perubahan atau dinamika yang sangat pesat.

Social Engineering dimaksudkan agar hukum dijadikan sebagai instrumen rekayasa


sosial untuk mengubah masyarakat ke suatu tujuan yang lebih baik. Fungsi hukum
sebaga sarana perekayasa sosial (mengubah masyarakat), adalah suatu fungsi
untuk meniptakan perubahan-perubahan sosial masyarakat ke arah kemajuan.
Misalnya, membentuk peraturan-peraturan hukum yang substansinya menata
kehidupan masyarakat secara terencana, serta memberlakukannya sesuai dengan
tujuan hukum yang diprioritaskan tadi.
Agar pelaksanaan hukum memiliki efektivitas sebagai sarana rekayasa sosial,
sebelumnya juga harus diperhatikan berbagai aspek nonhukum lainnya
(Ekonomi, politik, sosial, dan budaya) yang kemungkinan akan mempengaruhi
bekerjanya hukum dalam menata kehidupan masyarakat.

Untuk mengefektifkan fungsi hukum agar menjadi sarana perekayasa sosial,


perlu memperhatikan pengembangan empat asas pokok seperti dinyatakan
oleh Adam Podgorecki (Schuyt, 1971:54), sebagai berikut:
a. Suatu gambaran yang jelas tentang situasi yang sedang dihadapi.
b. Menciptakan suatu analisis tentang penilaian-penilaian yang ada, dan
menempatkannya dalam suatu urusan hierarki.
c. Melakukan verifikasi hipotesis-hipotesis, misalnya apakah suatu cara yang
dipikirkan untuk dilakukan pada akhirnya kelak memang akan membawa ke
arah tujuan yang dikehendaki.
d. Pengukuran terhadap efek aturan-aturan yang telah ada.
Untuk mengefektifkan fungsi hukum sebagai sarana rekayasa
sosial, perlu memperhatikan pendapat Gunnar Myrdal yang
meminta agar para legislator tidak memproduk hukum yang
a sweeping legislation. Maksudnya, pihak legislator tidak
boleh memproduk suatu peraturan hukum yang tergesa-gesa,
tanpa memperhatikan kondisi sosial dan nilai-nilai hukum
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
3. Fungsi hukum sebagai “Simbol”
Menurut L.B Curzon mengemukakan pendapatnya tentang hukum sebagai
simbol, yaitu : “Involves the proccess wherby persons consider in simple term
the social relationshiops and other phenomena arising from their interaction”.

Hukum sebagai simbol, mencukupi berbagai proses bagi seseorang dalam


menerjemahkannya, menggambarkan, dan mengartikan suatu istilah sederhana
perhubungan sosial serta fenomena lainnya yang timbul dari interaksinya
dengan orang lain.

Contoh:
Seseorang mengambil barang orang lain dengan maksud memiliki dan dengan
melawan hukum. Dalam hukum pidana, tindakan itu disimbolkan sebagai
tindakan pencurian.
4. Fungsi hukum sebagai alat politik
Hukum sebagai alat politik merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan,
masing-masing melaksanakan fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem
kemasyarakatan secara kesuluruhan.

Fungsi sebagai sarana politik adalah untuk memperkokoh kekuasaan politik atau
mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara.
Mengkaji hakikat fungsi hukum sebagai sarana politik, perlu dilihat dari dua
pandangan hukum yang berbeda.
Pertama, pandangan dari aliran dogmatik yang selalu melihat fungsi hukum semata-
mata sebagai alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan kekuasaan.
Kedua, pandangan aliran sosiologis yang menilai hukum memang sebagai alat politik
dan merupakan hal yang universal, tapi bila diterapkan setelah diundangkan harus
dipisahkan dari kepentingan politik penguasa negara.
Keberadaan kekuasaan negara mungkin sebelum ada hukum dapat bergerak bebas,
tetapi setelah hukum ada maka kebabasan bergerak itu dikontrol oleh hukum. Ini
didasarkan pada asumsi bahwa kekuasaan senantiasa ditata oleh hukum dalam
menyelenggarakan, meskipun pada aspek yang lain dari kekuasaan negara yang juga
mencari sandaran legitimasi dari hukum.

Konsepsi hukum pada sebagai alat politik akan lebih transparan, apabila dikaitkan
dengan konsep negara hukum yang dikemukakan oleh Mac Iver (1960:250) bahwa ada
dua jenis hukum dalam kekuasaan politik, yaitu sebagai berikut:
a. Hukum konstitusi (UUD), yaitu hukum yang mengemudikan negara. Jenis hukum ini
harus dibedakan dengan undang-undang dan peraturan di bawahnya, serta
kekuasaan badan legislatif.
b. Hukum biasa (UU) atau “Ordinari law”, yaitu hukum yang digunakan sebagai alat
politik, akan tetapi tetap tidak boleh bertentangan dengan hukum konstitusi yang
mengemudikan negara.

Dengan demikian, fungsi hukum sebagai alat politik dalam kenyataannya memang
diakui keberadaannya, tetapi sayangnya lebih cenderung “berfungsi untuk
memperkokoh kekuasaan negara serta mengefektifkan fungsi pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan masyarakat”. Namun fungsi hukum tersebut tetap ada
batasnya, yaitu tidak bertentangan dengan konstitusi. Penggunaan hukum sebagai alat
politik akan tampak mulai dari pembentukan hukum, penyusunan kaidahnya, sampai
pada pelaksaannya di dalam kehidupan masyarakat.
5. Fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa
Hukum bertujuan untuk menyelesaikan setiap konflik atau
sengketa yang terjadi dalam masyarakat, sehingga tercipta
keteraturan dan ketenteraman hidup warga masyarakat.
6. Fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial
Fungsi hukum sebagai pengendalian sosial merupakan suatu proses yang
direncanakan sebelumnya dengan tujuan untuk menganjurkan, mengajak,
menyuruh, bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah
hukum yang berlaku.

Sifat dari fungsi atau mekanisme hukum sebagai sarana pengendalian


sosial dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Bersifat preventif, bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan
stabilitas di dalam kehidupan masyarakat.
b. Bersifat represif, bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan
yang telah mengalami gangguan di dalam kehidupan masyarakat.
c. Bersifat preventif-represif, selain bertujuan untuk mencegah
terjadinya gangguan, juga sekaligus mengembalikan keseimbangan
antara stabilitas dan fleksibilitas dalam kehidupan masyarakat.
7. Fungsi hukum sebagai sarana Pengintegrasi Sosial
Fungsi hukum ini adalah untuk mengurangi konflik yang terjadi dan
memperlancar proses interaksi pergaulan sosial.
Hukum bertugas sebagai mekanisme untuk melakukan integrasi
terhadap berbagai kepentingan warga masyarakat, dan berlaku jika tidak
ada konflik maupun setelah ada konflik.

Salah satu pakar yang memiliki teori tentang fungsi hukum ini adalah
Harry C. Bredemeier yang memandang “a law as an integrative
mechanism”.
Ia membangun analisisnya tentang fungsi hukum sebagai mekanisme
pengintegrasi atau integrator dalam kerangka, yaitu adanya 4 fungsional
utama yang diobservasi di dalam suatu sistem sosial masing-masing,
yaitu:
a. Adaptasi
b. Pencapaian Tujuan
c. Mempertahankan Pola
d. Integrasi
KESIMPULAN

Jadi, secara garis besar hukum berfungsi sebagai sarana untuk


mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, dan mengatur
pergaulan dalam masyarakat serta menertibkan dan
menyelesaikan konflik yang terjadi dan juga membagi hak dan
kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi
wewenang, dan mengatur cara memecahkan masalah hukum
,serta memelihara kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai