Disusun Oleh
Keberadaan hukum dalam masyarakat bukan hanya berfungsi untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi di dalam masyarakat, melainkan juga diharapkan menjadi sarana yang mampu
mengubah pola pikir dan pola perilaku warga masyarakat ke arah yang positif. Dengan
begitu, hukum akan memiliki daya kerja yang baik apabila dua fungsi hukum betul-betul
membumi dalam kehidupan masyarakat (Rusli Effendy, dkk 1991:80), sebagai berikut:
a. Fungsinya yang pasif yang hanya menjaga status quo. Fungsi ini disebut “sarana social
control”.
b. Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu keadaan
yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law is tool of social engineering” atau
fungsi hukum sebagai alat perekayasa sosial.
c. Berikut ini dikemukakan beberapa konsep fungsi hukum yang dikenal dalam
kepustakaan ilmu hukum :
1. Fungsi hukum sebagai sarana Social Control
Fungsi hukum sebagai sarana social control bertujuan untuk memberikan
suatu batasan tingkah laku masyarakat yang menyimpang dan akibat yang
harus diterima dari penyimpangan itu. Misalnya membuat larangan-
larangan, tuntuan, pemberian ganti rugi, dan sebagainya.
Contoh:
Seseorang mengambil barang orang lain dengan maksud memiliki dan dengan
melawan hukum. Dalam hukum pidana, tindakan itu disimbolkan sebagai
tindakan pencurian.
4. Fungsi hukum sebagai alat politik
Hukum sebagai alat politik merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan,
masing-masing melaksanakan fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem
kemasyarakatan secara kesuluruhan.
Fungsi sebagai sarana politik adalah untuk memperkokoh kekuasaan politik atau
mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara.
Mengkaji hakikat fungsi hukum sebagai sarana politik, perlu dilihat dari dua
pandangan hukum yang berbeda.
Pertama, pandangan dari aliran dogmatik yang selalu melihat fungsi hukum semata-
mata sebagai alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan kekuasaan.
Kedua, pandangan aliran sosiologis yang menilai hukum memang sebagai alat politik
dan merupakan hal yang universal, tapi bila diterapkan setelah diundangkan harus
dipisahkan dari kepentingan politik penguasa negara.
Keberadaan kekuasaan negara mungkin sebelum ada hukum dapat bergerak bebas,
tetapi setelah hukum ada maka kebabasan bergerak itu dikontrol oleh hukum. Ini
didasarkan pada asumsi bahwa kekuasaan senantiasa ditata oleh hukum dalam
menyelenggarakan, meskipun pada aspek yang lain dari kekuasaan negara yang juga
mencari sandaran legitimasi dari hukum.
Konsepsi hukum pada sebagai alat politik akan lebih transparan, apabila dikaitkan
dengan konsep negara hukum yang dikemukakan oleh Mac Iver (1960:250) bahwa ada
dua jenis hukum dalam kekuasaan politik, yaitu sebagai berikut:
a. Hukum konstitusi (UUD), yaitu hukum yang mengemudikan negara. Jenis hukum ini
harus dibedakan dengan undang-undang dan peraturan di bawahnya, serta
kekuasaan badan legislatif.
b. Hukum biasa (UU) atau “Ordinari law”, yaitu hukum yang digunakan sebagai alat
politik, akan tetapi tetap tidak boleh bertentangan dengan hukum konstitusi yang
mengemudikan negara.
Dengan demikian, fungsi hukum sebagai alat politik dalam kenyataannya memang
diakui keberadaannya, tetapi sayangnya lebih cenderung “berfungsi untuk
memperkokoh kekuasaan negara serta mengefektifkan fungsi pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan masyarakat”. Namun fungsi hukum tersebut tetap ada
batasnya, yaitu tidak bertentangan dengan konstitusi. Penggunaan hukum sebagai alat
politik akan tampak mulai dari pembentukan hukum, penyusunan kaidahnya, sampai
pada pelaksaannya di dalam kehidupan masyarakat.
5. Fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa
Hukum bertujuan untuk menyelesaikan setiap konflik atau
sengketa yang terjadi dalam masyarakat, sehingga tercipta
keteraturan dan ketenteraman hidup warga masyarakat.
6. Fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial
Fungsi hukum sebagai pengendalian sosial merupakan suatu proses yang
direncanakan sebelumnya dengan tujuan untuk menganjurkan, mengajak,
menyuruh, bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah
hukum yang berlaku.
Salah satu pakar yang memiliki teori tentang fungsi hukum ini adalah
Harry C. Bredemeier yang memandang “a law as an integrative
mechanism”.
Ia membangun analisisnya tentang fungsi hukum sebagai mekanisme
pengintegrasi atau integrator dalam kerangka, yaitu adanya 4 fungsional
utama yang diobservasi di dalam suatu sistem sosial masing-masing,
yaitu:
a. Adaptasi
b. Pencapaian Tujuan
c. Mempertahankan Pola
d. Integrasi
KESIMPULAN