Anda di halaman 1dari 3

RESUME TUGAS FILSAFAT HUKUM :

“HUKUM SEBAGAI SARANA PEMBAHARUAN MASYARAKAT”


Menurut teori hukum, bahwasanya hukum memainkan peranan yang penting dalam
suatu masyarakat, dan bahkan mempunyai multifungsi untuk kebaikan masyarakat, demi
mencapai keadilan, kepastian hukum, ketertiban, kemanfaatan, dan lain-lain tujuan hukum.
Akan tetapi, keadaaan sebaliknya dapat terjadi bahkan sering terjadi, dimana penguasa negara
menggunakan hukum sebagai alat untuk menekan masyarakat, agar masyarakat dapat dihalau
ketempat yang diinginkan oleh penguasa negara. Law as a tool of sosial engineering
merupakan teori yang dikemukakan oleh Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat
pembaharuan dalam masyarakat, dalam istilah ini hukum diharapkan dapat berperan merubah
nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Adapun yang menjadi penunjang atau pendukung atas
teori hukum yang dapat merekayasa masyarakat.
Jadi, hukum berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan mengelola masyarakat.
Mengatur dan mengelola masyarakat akan membawa kepada pembaharuan- pembaharuan,
perubahan-perubahan struktur masyarakat dan penentuan-penentuan pola berpikir
menurut hukum yang menuju ke arah pembangunan.
 hukum berfungsi sebagai alat perubah (bersifat aktif) atau sering disebut sebagai law
as a tool of social engineering. hukum berfungsi sebagai wadah perubahan (bersifat pasif)
yakni masyarakat berubah terlebih dahulu, baru hukum datang
mengesahkan perubahan itu 
Hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang dapat
berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah
kegiatan manusia yang dikehendaki ke arah pembaharuan.
Hukum di Indonesia telah terpengaruh oleh hukum dari belanda sejak zaman orde
lama hingga sekarang, perubahan social yang seharusnya dapat merubah pemikiran tentang
hukum malah hingga saat ini positivism masih terus berada di tataran pemikiran tentang
hukum dalam kehidupan masyarakat.
Hubungan hukum dan perubahan social sudah tidak bisa dipisahkan, akan tetapi,
dalam pemikiran positivism hukum itu harus terpisah dari social, karena hukum itu bersifat
dinamis tapi harus berujung pada statis sedangkan ilmu social bersifat dinamis dan akan
menjadi dinamis. Hal tesebut yang tidak bisa di terima oleh para pemikir positivism.
Hukum positif Indonesia seharusnya tidak diberlakukan secara sempit, akan tetapi
hukum positif ditempatkan pada suatu permasalahan yang bisa diselesaikan dengan peraturan
seperti dalam bidang hukum pidana, hukum bisnis, dan hukum dagang. Dalam pengambilan
keputusannya perlu ada watak progresif agar para penegak hukum tidak dengan sewenang-
wenang menggunakan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan pribadi. Karena
hukum itu diciptakan untu mencapai keadilan bagi semua bukan keadilan bagi dirinya
sendiri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata “pembaruan” sebagai
proses, cara, perbuatan membarui. Membarui itu sendiri menurut KBBI bermakna (1)
memperbaiki supaya menjadi baru, (2) mengulangi sekali lagi, memulai lagi dan (3)
mengganti dengan yang baru, memodernkan (Depdiknas, 2005 : 109).  Dalam
bahasa Arab pembaruan adalah terjemahan dari kata tajdid.
1. PENGERTIAN MASYARAKAT Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian
masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia. 1. Menurut Selo Sumardjan
masyarakat adalah orang orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. 2.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. 3. Menurut Emile Durkheim
masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan
anggotanya.
2. RUMUSAN MASALAH  Apa yang harus dilakukan agar produk hukum hukum
yang ada dapat berfungsi sebagaimana yang diinginkan, sehingga dapat menjadi
sarana pembaharuan masyarakat.
3. II.PEMBAHASAAN HUKUM SEBAGAI SARANA PEMBAHARUAN
MASYARAKAT Menurut Satjipto Rahardjo (1986: 170-171), langkah yang diambil
dalam social engineering bersifat sistematis, dimulai dari identifikasi problem sampai
kepada jalan pemecahannya, yaitu :  1.Mengenai problem yang dihadapi
sebaikbaiknya. Termasuk di dalamnya mengenali dengan saksama masyarakat yang
hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut; 
4. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal social
engineering itu hendak terapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor kehidupan
majemuk, seperti : tradisional, modern, dan pencernaan. Pada tahap ini ditentukan
nilai-nilai dari sector mana yang dipilih;  3.Membuat hipotesis-hipotesis dan
memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan. 
5.  Hukum dalam konsep Mochtar tidak diartikan sebagai alat tetapi sebagai sarana
pembaharuan masyarakat. Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut
adalah 1) bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan
pembaruan memang diinginkan, bahkan dianggap dan 2) bahwa hukum dalam arti
kaidah diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia kearah yang dikenhendaki
oleh pembangunan dan pembaharuan itu.
6. Untuk itu diperlukan saran berupa peraturan hukum yang berbentuk tertulis (baik
perundang-undangan maupun yurisprudensi), dan hukum yang berbentuk tertulis itu
harus sesuai dengan hukum yang lain dalam masyarakat sebenarnya, Konsep Mochtar
ini tidak hanya dipengaruhi oleh Sociological Jurisprudence, tetapi juga oleh
Pragmatic Legal Realism.
7.  Terjadinya perubahan peta bumi politik, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi dan edukasi, serta perubahan struktur masyarakat internasional, dengan
ditandai oleh munculnya kembali negaranegara baru merdeka dan timbulnya
organisasi-organisasi internasional pasca perang dunia II, mempunyau dampak luas
pada selain masyarakat internasional transisional, juga berpengaruh pada
konsepkonsep dan doktrion-doktrin hukum.
8. Perubahan-perubahan yang fundamental demikian itu berakibat menjungkir balikkan
teori-teori dan berkembangnya struktur fungsional dan konflik, baik pada lingkup
hukum nasional (municipal law) dan hukum internasional (international law), yang
pada gilirannya mendesak perlunya penataan aturan-aturan internasional yang
merupakan harmonisasi berbagai kepentingan dalam masyarakat dunia.
9.  Oleh karenanya pengaturan-pengaturan dimaksud bagian terbesar dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan (nasional), dan dalam bentuk perjanjian-perjanjian
internasional. Kondisi demikian berpengaruh sangat luas terhadap pembangunan
hukum nasional. Sementara masyarakat internasional yang merupakan landasan
sosiologis hukum internasional bukanlah merupakan masyarakat yang statik, tetapi
dinamik, seirama dengan perkembangan IPTEK.
10.  Perkembangan-perkembangan baru dalam masyarakat itu membutuhkan pula
penataan baru dalam bidang hukum. Melalui pendekatan-pendekatan analisis sosial
jurisprudence, realisme Amerika (policy oriented), diharapkan akan mudah bagi kita
memahami bahwa hukum nasional dan hukum internasional tidak hanya sebagai
kaidah saja, melainkan sebagai the living law dalam masyarakat

Kesimpulannya Hukum sebagai suatu sistem memiliki sub-sistem yang menurut


Friedmand ada tiga sub sistem yaitu substansi hukum, struktur hukum dan budaya
hukum. Sehingga dalam konteks politik hukum harus mengarah pada ketiga sub
sistem tersebut agar produk hukum yang ada dapat berfungsi sebagaimana yang
diinginkan. Fungsi hukum didalam masyarakat adalah sebagai alat dan cermin
perubahan, sehingga untuk dapat berlaku sebagai alat perubahan hukum harus
diformulasikan terlebih dahulu agar dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
perubahan masyarakat. Namun demikian fungsi hukum selain sebagai alat perubahan
masyarakat tentunya agar mampu juga menjadi efektif serta tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat perlu adanya satu konsep sistem
hukum yang sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa tersebut. Sehingga
keberadaan hukum Mampu menjadi cermin dalam perubahan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai