PENDAHULUAN
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan sempurna. Manusia tidak
mampu melangsungkan kehidupan tanpa ketiadaan individu lainnya sebagaimana Adam
yang memerlukan kehadiran sosok Hawa. Karenanya, manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial yang saling berinteraksi dengan individu atau kelompok lainnya.
Dalam perjalanannya, untuk mencegah terjadinya pertikaian antara sesame yang dapat
menghancurkan eksistensinya, manusia memerlukan sebuah pedoman. Pedoman
tersebut dinamakan normal atau kaidah dimana salah satu bentuk dari kaidah tersebut
ialah berupa kaidah hukum (Saleh et al., 2020).
Kaidah hukum menjadi hal yang esensial bagi manusia dalam rangka menjaga atau
melahirkan situasi yang tertib dan tenteram dalam kehidupan antar individu atau
kelompok. Ketertiban dalam masyarakat akan tercipta jika mereka memiliki kaidah
hukum yang selaras dengan nilai-nilai kehidupan yang berlaku sehingga dapat
menghasilkan kepatuhan masyarakat dimana terhadap kaidah hukum yang telah
tercipta. Definisi hukum sendiri sejatinya memiliki beragam makna, akan tetapi
secara universal hukum dapat diartikan sebagai seperangkat aturan atau undang-undang
yang bersifat mengikat dan memaksa masyarakat untuk tunduk patuh terhadapnya.
Karena ia bersifat memaksa, maka terdapat sebuah sanksi yang akan dijatuhkan
kepada pelanggar hukum. Hal demikian ini bertujuan agar proses pelaksanaan hukum
dapat berjalan sebagaimana mestinya (Haryanti, 2014).
Hukum adalah seperangkat aturan yang mengikat dan memaksa masyarakat. Proses
pelaksanaanya harus dipaksakan dengan jalan menjatuhkan sanksi agar tujuan daripada
hukum dapat tercapai. Tujuan hukum memberikan kemanfaatan yang bersifat universal
yaitu bagaimana menciptakan perdamaian dan ketentraman dalam lingkungan masyarakat
yang dapat dirasakan secara konkret oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tidak sederhana dikatakan bahwa hukum menciptakan keamanan dan ketertiban, namun
dewasa ini terkadang hukum juga bisa menimbulkan masalah dalam masyarakat. Kurang
berhati-hati dalam membuat hukum akan menimbulkan resiko, bahwa hukum malah
menyusahkan atau menimbulkan kerusakan dalam masyarakat. Karena itu hukum yang
diberlakukan dalam masyarakat harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.
Terlaksananya ketertiban dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh beberapa faktor-
faktor yaitu pertama struktur, kedua substansi (the substance is composed of substantive
rules and rules about how institutions should be have) dan yang ketiga adalah budaya
hukum. Dari semua factor itu orientasinya adalah bagaimana hukum diterapkan dalam
masyarakat serta kesadaran masyarakat akan suatu aturan perlu ditingkatkan. Ketaatan
serta kesadaran masyarakat terhadap hukum banyak ditentukan dengan berfungsinya
suatu hukum, sehingga fungsi hukum tidak hanya dilihat secara spesifikasinya saja, tetapi
dapat dilihat secara lebih luas atau secara universal. Hukum sebagai suatu aturan yang
mengatur kehidupan masyarakat dan apabila dilanggar mendapat sanksi. Menjatuhkan
sanksi merupakan salah satu faktor yang mendorong untuk menaati suatu aturan,
sehingga fungsi hukum juga dapat terimplementasikan dalam masyarakat.
Dalam masyarakat ada suatu keinginan yang ingin dicapai, kemudian hukum dijadikan
sebagai alat untuk merubah tingkah laku masyarakat agar terbawa kearah tujuan yang
dikehendaki. Keberadaan hukum dalam masyarakat adalah sebagai suatu fenomena yang
harus dioperasikan dalam masyarakat. Mengkaji tentang fungsi hukum, memang sangat
urgen dilakukan mengingat dalam kehidupan social masyarakat senantiasa terjadi
perbedaan kepentingan antara setiap individu. Perbedaan kepentingan itu diantaranya ada
yang selaras dengan kepentingan warga masyarakat lainnya, tetapi ada pula kepentingan
yang kemungkinan tidak selaras dan dapat menimbulkan konflik. Perbedaan kepentingan
ini merupakan konflik yang harus diselesaikan melalui aturan/hukum yang baik. Pada
umumnya, banyak yang beranggapan bahwa hukum baru berfungsi apabila ada konflik.
Persepsi ini keliru, sebab hukum berfungsi bukan hanya setelah terjadi konflik, melainkan
juga sebelum terjadi konflik. Dan keberadaan hukum dalam masyarakat bukan hanya
berfungsi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat. hukum juga akan
menimbulkan konflik apabila hukum itu tidak dilaksanakan secara maksimal dan proses
pembentukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian berfungsi tidaknya hukum itu, tergantung bagaimana hukum itu
diaplikasikan dan diimplementasikan dalam masyarakat.
Secara ‘amm nya, tujuan terciptanya hukum ialah untuk memberikan kemanfaat
kepada masyarakat seperti perdamaian, ketentraman dan juga keamanan dalam
lingkungan masyarakat sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat melangsungkan
kehidupannya tanpa gangguan dari pihak ketiga. Walaupun keberadaan hukum bertujuan
untuk menghindari pertikaian dalam masyrakat, tetapi dewasa ini ditemukan bahwa
terkadang hukum juga justru menciptakan permasalahan dalam masyarakat disebabkan
oleh beberapa hal misalnya; kurang hati-hati dalam membentuk hukum, di luar daripada
niliai-nilai yang hidup dalam masyarakat (Mawardi, 2015).
Selain itu, keberadaan hukum dapat menimbulkan permasalahan baru dalam
kehidupan masyarakat, jika pembentukan hukum tersebut diluar daripada keinginan
masyrakat. Dalam kata lain, pembentukan hukum yang berdasarkan kehendak kaum
elit atau pengusa untuk kepentingan individu maupun segolongan tertentu. Padahal agar
suatu hukum mampu berjalan dengan responsive, sudah semestinya pembetukan
hukum tersebut dibentuk secara buttom-up dari kenyataan yang hidup di sekitar
masyarakat (Roseffendi, 2018).
Segala bentuk perkembangan dan perubahan paradigma yang terjadi di masyarakat
akan mempengaruhi keadaan hukum pada semua aspek kehidupan. Karenanya, hukum
merupakan suatu proses dan agar hukum dapat di mengerti dan di pahami oleh
masyarakat, maka terlebih dahulu memahami sistem sosial yang sedang berlaku di
kehidupan masyarakat. Dengan demikian, berfungsi tidaknya suatu hukum amat sangat
bergantung dari bagaimana hukum itu sendiri diaplikasikan dan diimplementasikan dalam
masyarakat.
RUMUSAN MASALAH
Sektor Publik
Menurut Mahsun (2009) bahwa sektor publik dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa kepada publik
yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lainnya yang diatur dengan hukum.
Dalam kerangka pemahaman sektor publik maka barang publik yang dimaksud tidak
hanya berupa dalam bentuk barang secara fisik namun juga mengandung makna non fisik
yaitu pelayanan publik (untuk selanjutnya dalam bab ini barang publik juga diartikan
sebagai pelayanan publik).
Organisasi Sektor Publik
Organisasi secara umum dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang berkumpul dan
berkerjasama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran
tertentu yang telah ditetapkan bersama-sama. Apabila dilihat dari tujuan dan sumber
pendanaannya maka terdapat 2 tipe organisasi sektor publik (Mahsun, 2009) yaitu:
PEMBAHASAN
Pengertian Hukum
Dalam memahami apa yang di maksud dengan hukum sejatinya sulit ditemukan
suatu arti yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Hal demikian ini karena
para sarjana hukum memberikan definisi tentang hukum yang berbeda-beda
berdasarkan seleranya masing-masing sesuai dengan objek penelitiannya. Singkatnya
bahwa kesukaran dalam membuat definisi hukum disebabkan oleh; (1) luasnya
lapangan hukum itu; (2) kemungkinan untuk meninjau hukum dari berbagai sudut
(filsafat, politik, sosiologi, sejarah, dan sebagainya) sehingga hasilnya akan berlainan
dan masing-masing definisi hanya memuat salah satu paket dari hukum saja; (3) objek
dari hukum adalah masyarakat, padahal masyarakat senantiasa berubah dan
berkembang, sehingga definisi dari hukum juga akan berubah-ubah pula (Ishaq, 2018).
Kesukaran dalam membuat definisi hukum yang serupa ikut di tegaskan oleh
pernyataan dari L.J. Van Apeldoorn bahwa tidak mungkin memberikan definisi
tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Selanjutnya L.J.
Van Apeldoorn menjelaskan bahwa hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya,
sehingga tidak mungkin orang menyatukannya dalam suatu rumus secara memuaskan.
Sarjana hukum di Indonesia seperti Sudirman Kartohadiprodjo mengatakan jikalau kita
menanyakan apakah yang dinamakan hukum, kita akan menjumpai tidak adanya
persesuaian pendapat. Berbagai perumusan yang dikemukakan. Kemudian Lili Rasyidi,
mengemukakan bahwa hukum itu banyak seginya tidak mungkin dapat dituangkan
hanya ke dalam beberapa kalimat saja. Oleh karena itu, jika ada yang mencoba
merumuskan hukum, sudah dapat dipastikan definisi tersebut tidak sempurna (Ishaq,
2018).
Di bawah ini merupakan beberapa pendapat para ahli hukum mengenai definisi
hukum antaranya;
1. Plato, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik
yang mengikat masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
3. Austin, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan
kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa
atasnya.
4. Bellfroid, hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib
masyarakat itu didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.
5. E.M. Meyers, hukum adalah semua peraturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan ditujukan pada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan menjadi pedoman penguasa negara dalam melakukan
tugasnya.
6. M.H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan (norma) yang harus diturut
dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman
mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang akan membahayakan
diri sendiri atau harta, um- pamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.
7. J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, hukum ialah peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
(Ishaq, 2018).
Maka, berdasarkan beberapa uraian definisi tentang hukum di atas dapat dikatakan
bahwa pada umumnya setiap sarjana hukum melihat hukum sebagai sejumlah
peraturan, atau kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat umum
dan normatif. Dalam hal ini umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena
menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus
dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada
kaidah tersebut. Selain itu, terdapat tiga macam hukum yang di bedakan oleh
Zinsheimer yaitu hukum normative, hukum ideal dan hukum wajar. Pertama, hukum
normatif merupakan hukum yang tampak dan hukum yang tidak tertulis dalam
peraturan perundang-undangan tetapi diindahkan oleh masyarakat karena
keyakinan, peraturan hidup itu sudah sewajarnya wajib ditaati.
Kedua, hukum ideal merupakan hukum yang dicita-citakan. Hukum ini pada
hakikatnya berakar pada perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum
inilah yang dapat memenuhi perasaan keadilan semua bangsa di seluruh
dunia. Hukum ini yang benar-benar objektif. Ketiga, hukum wajar merupakan
hukum seperti yang terjadi dan tampak sehari- hari. Tidak jarang hukum yang
tampak sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (tercantum dalam
perundang-undangan) karena tidak diambil oleh alat-alat kekuasaan pemerintah,
pelanggaran tersebut oleh masyarakat yang bersangkutan lambat laun
dianggap biasa misalnya, kendaraan pada malam hari tanpa lampu,
mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm pada malam hari (Ishaq,
2018).
Fungsi hukum menurut Franz Magnis Suseno, adalah untuk mengatasi konflik
kepentingan. Dengan adanya hukum, konflik itu tidak lagi dipecahkan
menurut siapa yang paling kuat, melainkan berdasarkan aturan yang berorientasi
pada kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai objektif dengan tidak membedakan
antara yang kuat dan yang lemah, dan orientasi itu disebut keadilan
(Mawardi, 2015). Menurut para sarjana hukum bahwa fungsi hukum itu dapat
dibedakan ke dalam:
Hukum merupakan bagian dari perangkat kerja sistem sosial. Fungsi sistem sosial
ini adalah untuk mengintegrasikan kepentingan anggota masyarakat, sehingga
tercipta suatu keadaan yang tertib. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum
adalah mencapai keadilan, yaitu keserasian antara nilai kepentingan hukum.
hukum mempertahankan ketertiban dan melakukan kontrol. Dengan
demikian, tujuan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah menciptakan tata
tertib di dalam masyarakat.
Pesatnya arus globalisasi saat ini, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
sebuah perubahan dan perkembangan masyakarat (Yudho & Tjandrasari,
2017). Berbagai penemuan terbarukan baik dalam bidang teknologi maupun
sains yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
menyebabkan berlakunya modernisasi pendidikan, ekonomi, hukum, politik dan
lain sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya ikut
melahirkan berbagai bentuk nilai baru di tengah masyarakat yang sangat
berbeda dengan nilai-nilai yang berlaku sebelumnya (Sudiana, 2012).
KESIMPULAN
Manusia yang hidup secara berkelompok dalam suatu jaringan masyarakan
memerlukan kehadiran hukum untuk menjaga keberlangsungan kehidupan manusia.
Sebaliknya, aturan atau hukum yang telah terbentuk dan akan diterapkan
memerlukan masyarakat sebagai subyek (pelaksana) agar hukum itu sendiri mampu
berfungsi dalam kehidupan masyarakat setempat. Maka, dimana ada masyarakat, disana
ada hukum (ubisocietes, ibi uis), hukum ada pada setiap masyarakat, kapanpun,
dimanapun dan bagaimanapun masyarakat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, T. (2014). Hukum Dan Masyarakat. Tahkim, 10(2), 160–168.
Ishaq, I. (2018). DASAR-DASAR ILMU HUKUM (2nd ed.). SInar Grafika Offset.
Lathif, N. (2017). TEORI HUKUM SEBAGAI SARANA / ALAT UNTUK
MEMPERBAHARUI ATAU MEREKAYASA MASYARAKAT Nazaruddin. Pakuan
Law Review, 3(1), 73–94.
Mawardi, D. R. (2015). Fungsi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat. In Masalah-
Masalah Hukum (Vol. 44, Issue 3, pp. 275–283).
Roseffendi, R. (2018). Hubungan Korelatif Hukum Dan Masyarakat Ditinjau Dari
Perspektif Sosiologi Hukum. Al Imarah : Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam, 3(2),
189. https://doi.org/10.29300/imr.v3i2.2151
Saleh, K., Agusta, M., & Weni. (2020). HUKUM DAN MASYARAKAT DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM. DATIN Law Jurnal, 1(2), 1–4.
Sudiana, A. A. K. (2012). Hubungan Antara Hukum dan Masyarakat Sebagai
Pijakan Politik Hukum Nasional. MMH, 3(41), 360–366.
Utami, W. (2020). Hukum Sebagai Agen Pengendali Sosial Dalam Masyarakat
Ditinjau Dari Segi Sosiologi Hukum. Maksigama, 13(2), 97–104.
https://doi.org/10.37303/maksigama.v13i2.64
Yudho, W., & Tjandrasari, H. (2017). Efektivitas Hukum Dalam Masyarakat. Jurnal
Hukum & Pembangunan, 17(1), 57. https://doi.org/10.21143/jhp.vol17.no1.1227