Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360160521

Hukum dan Masyarakat

Preprint · April 2022


DOI: 10.13140/RG.2.2.24289.38244

CITATIONS READS

0 1,756

1 author:

Hudzaifah Achmad Qotadah


Universitas Islam Indonesia
28 PUBLICATIONS   12 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hudzaifah Achmad Qotadah on 24 April 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Hudzaifah Achmad Qotadah
Hukum Islam Progrom Doktor, Univesitas Islam Indonesia, Yogyakarta
e-mail: hudzaifahachmad47@gmail.com
Mata Kuliah: Ilmu Hukum
Dosen: Dr. Drs. Sidik Tono, M.Hum

HUKUM DAN MASYARAKAT: SATU ANALISIS

Abstrak: Kehadiran hukum dalam kehidupan masyarakat menjadi hal yang sangat
urgen, karena hukum mampu mengatur perilaku manusia. Hukum memerlukan
subyek (pelaksana) yaitu masyarakat, begitupun sebaliknya. Karenanya, hukum itu
sendiri dapat berfungsi pasif dan aktif dalam mengontrol setiap tindakan atau
perilaku manusia, bertujuan untuk mengarahkan masyarakat kedalam suatu
perubahan yang terencana dan lebih baik. Terdapat begitu banyak tujuan dari
terciptanya hukum dalam kehidupan masyarakat dan mengapa masyarakat
memerlukan keberadaan hukum antaranya; hukum dibuat untuk melahirkan
perdamaian, ketentraman, kesejahteraan dan juga memberikan kepastian hukum
dimana masing-masing individu dapat memperoleh hak-haknya dan keadilan yang
sesuai sebagaimana mestinya. Namun, tujuan hukum tersebut dapat dirasakan
secara komprehensif dalam masyarakat, jika hukum itu dapat berfungsi dalam
masyarakat dengan mendapatkan kepatuhan masyarakat terhadap hukum yang
berjalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat tanpa sebuah
pedoman (hukum), akan cenderung melahirkan banyak pertikaian sehingga terjadi
kehidupan yang kacau balau dan sewenang-wenang, begitu juga sebaliknya
hukum tanpa ada masyarakat akan menjadi sia-sia karena hukum memerlukan
subyek (pelaksana) yaitu masyarakat.

Kata kunci: Hukum, Alat, Masyarakat

PENDAHULUAN
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan sempurna.
Manusia tidak mampu melangsungkan kehidupan tanpa ketiadaan individu lainnya
sebagaimana Adam yang memerlukan kehadiran sosok Hawa. Karenanya,
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dengan
individu atau kelompok lainnya. Dalam perjalanannya, untuk mencegah terjadinya
pertikaian antara sesame yang dapat menghancurkan eksistensinya, manusia
memerlukan sebuah pedoman. Pedoman tersebut dinamakan normal atau kaidah
dimana salah satu bentuk dari kaidah tersebut ialah berupa kaidah hukum (Saleh
et al., 2020).

1
Kaidah hukum menjadi hal yang esensial bagi manusia dalam rangka
menjaga atau melahirkan situasi yang tertib dan tenteram dalam kehidupan antar
individu atau kelompok. Ketertiban dalam masyarakat akan tercipta jika mereka
memiliki kaidah hukum yang selaras dengan nilai-nilai kehidupan yang berlaku
sehingga dapat menghasilkan kepatuhan masyarakat dimana terhadap kaidah
hukum yang telah tercipta. Definisi hukum sendiri sejatinya memiliki beragam
makna, akan tetapi secara universal hukum dapat diartikan sebagai seperangkat
aturan atau undang-undang yang bersifat mengikat dan memaksa masyarakat
untuk tunduk patuh terhadapnya. Karena ia bersifat memaksa, maka terdapat
sebuah sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggar hukum. Hal demikian ini
bertujuan agar proses pelaksanaan hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya
(Haryanti, 2014).
Secara ‘amm nya, tujuan terciptanya hukum ialah untuk memberikan
kemanfaat kepada masyarakat seperti perdamaian, ketentraman dan juga
keamanan dalam lingkungan masyarakat sehingga seluruh lapisan masyarakat
dapat melangsungkan kehidupannya tanpa gangguan dari pihak ketiga. Walaupun
keberadaan hukum bertujuan untuk menghindari pertikaian dalam masyrakat,
tetapi dewasa ini ditemukan bahwa terkadang hukum juga justru menciptakan
permasalahan dalam masyarakat disebabkan oleh beberapa hal misalnya; kurang
hati-hati dalam membentuk hukum, di luar daripada niliai-nilai yang hidup dalam
masyarakat (Mawardi, 2015).
Selain itu, keberadaan hukum dapat menimbulkan permasalahan baru
dalam kehidupan masyarakat, jika pembentukan hukum tersebut diluar daripada
keinginan masyrakat. Dalam kata lain, pembentukan hukum yang berdasarkan
kehendak kaum elit atau pengusa untuk kepentingan individu maupun segolongan
tertentu. Padahal agar suatu hukum mampu berjalan dengan responsive, sudah
semestinya pembetukan hukum tersebut dibentuk secara buttom-up dari
kenyataan yang hidup di sekitar masyarakat (Roseffendi, 2018).
Segala bentuk perkembangan dan perubahan paradigma yang terjadi di
masyarakat akan mempengaruhi keadaan hukum pada semua aspek kehidupan.
Karenanya, hukum merupakan suatu proses dan agar hukum dapat di mengerti
dan di pahami oleh masyarakat, maka terlebih dahulu memahami sistem sosial
yang sedang berlaku di kehidupan masyarakat. Dengan demikian, berfungsi

2
tidaknya suatu hukum amat sangat bergantung dari bagaimana hukum itu sendiri
diaplikasikan dan diimplementasikan dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di
atas, artikel ini akan berusaha lebih jauh membahas dan mengkaji persoalan
mengenai hukum dan relasinya dengan masyarakat.

PEMBAHASAN
Pengertian Hukum
Dalam memahami apa yang di maksud dengan hukum sejatinya sulit
ditemukan suatu arti yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Hal
demikian ini karena para sarjana hukum memberikan definisi tentang hukum yang
berbeda-beda berdasarkan seleranya masing-masing sesuai dengan objek
penelitiannya. Singkatnya bahwa kesukaran dalam membuat definisi hukum
disebabkan oleh; (1) luasnya lapangan hukum itu; (2) kemungkinan untuk
meninjau hukum dari berbagai sudut (filsafat, politik, sosiologi, sejarah, dan
sebagainya) sehingga hasilnya akan berlainan dan masing-masing definisi hanya
memuat salah satu paket dari hukum saja; (3) objek dari hukum adalah masyarakat,
padahal masyarakat senantiasa berubah dan berkembang, sehingga definisi dari
hukum juga akan berubah-ubah pula (Ishaq, 2018).
Kesukaran dalam membuat definisi hukum yang serupa ikut di tegaskan
oleh pernyataan dari L.J. Van Apeldoorn bahwa tidak mungkin memberikan
definisi tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan.
Selanjutnya L.J. Van Apeldoorn menjelaskan bahwa hukum itu banyak seginya dan
demikian luasnya, sehingga tidak mungkin orang menyatukannya dalam suatu
rumus secara memuaskan.
Sarjana hukum di Indonesia seperti Sudirman Kartohadiprodjo mengatakan jikalau
kita menanyakan apakah yang dinamakan hukum, kita akan menjumpai tidak
adanya persesuaian pendapat. Berbagai perumusan yang dikemukakan. Kemudian
Lili Rasyidi, mengemukakan bahwa hukum itu banyak seginya tidak mungkin
dapat dituangkan hanya ke dalam beberapa kalimat saja. Oleh karena itu, jika ada
yang mencoba merumuskan hukum, sudah dapat dipastikan definisi tersebut tidak
sempurna (Ishaq, 2018).
Di bawah ini merupakan beberapa pendapat para ahli hukum mengenai
definisi hukum antaranya;

3
1. Plato, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun
baik yang mengikat masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
3. Austin, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan
kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa
atasnya.
4. Bellfroid, hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib
masyarakat itu didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.
5. E.M. Meyers, hukum adalah semua peraturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan ditujukan pada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan menjadi pedoman penguasa negara dalam melakukan
tugasnya.
6. M.H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan (norma) yang harus
diturut dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup dengan
ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang akan
membahayakan diri sendiri atau harta, um- pamanya orang akan
kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.
7. J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, hukum ialah peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukuman (Ishaq, 2018).
Maka, berdasarkan beberapa uraian definisi tentang hukum di atas dapat
dikatakan bahwa pada umumnya setiap sarjana hukum melihat hukum sebagai
sejumlah peraturan, atau kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang
bersifat umum dan normatif. Dalam hal ini umum karena berlaku bagi setiap orang
dan normatif karena menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang tidak
boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya
melaksanakan kepatuhan pada kaidah tersebut. Selain itu, terdapat tiga macam
hukum yang di bedakan oleh Zinsheimer yaitu hukum normative, hukum ideal dan
hukum wajar. Pertama, hukum normatif merupakan hukum yang tampak dan
hukum yang tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan tetapi

4
diindahkan oleh masyarakat karena keyakinan, peraturan hidup itu sudah
sewajarnya wajib ditaati.
Kedua, hukum ideal merupakan hukum yang dicita-citakan. Hukum ini
pada hakikatnya berakar pada perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum
inilah yang dapat memenuhi perasaan keadilan semua bangsa di seluruh dunia.
Hukum ini yang benar-benar objektif. Ketiga, hukum wajar merupakan hukum
seperti yang terjadi dan tampak sehari- hari. Tidak jarang hukum yang tampak
sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (tercantum dalam perundang-
undangan) karena tidak diambil oleh alat-alat kekuasaan pemerintah, pelanggaran
tersebut oleh masyarakat yang bersangkutan lambat laun dianggap biasa
misalnya, kendaraan pada malam hari tanpa lampu, mengendarai sepeda motor
tanpa memakai helm pada malam hari (Ishaq, 2018).

Fungsi dan Tugas Hukum


Di dalam setiap masyarakat senantiasa terdapat berbagai kepentingan dari
warganya. Di antara kepentingan itu ada yang bisa selaras dengan kepentingan
yang lain, tetapi ada juga kepentingan yang memicu konflik dengan kepentingan
yang lain. Untuk keperluan tersebut, hukum harus difungsikan menurut fungsi-
fungsi tertentu untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, fungsi hukum adalah
menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan
konflik yang terjadi.
Fungsi hukum menurut Franz Magnis Suseno, adalah untuk mengatasi
konflik kepentingan. Dengan adanya hukum, konflik itu tidak lagi dipecahkan
menurut siapa yang paling kuat, melainkan berdasarkan aturan yang berorientasi
pada kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai objektif dengan tidak membedakan
antara yang kuat dan yang lemah, dan orientasi itu disebut keadilan (Mawardi,
2015). Menurut para sarjana hukum bahwa fungsi hukum itu dapat dibedakan ke
dalam:
a) sebagai “a tool of behavior guidance”
Fungsi hukum sebagai pedoman atau pengarah prilaku, kiranya tidak
memerlukan banyak keterangan, mengingat bahwa hukum telah disifatkan
sebagai kaedah, yaitu sebagai pedoman prilaku, yang menyiratkan prilaku yang

5
seyogianya atau diharapkan diwujudkan oleh masyarakat apabila warga
masyarakat melakukan suatu kegiatan yang diatur oleh hukum (Mawardi, 2015).
b) sebagai “a tool of social control”
Pengendalian sosial (social control) dari hukum, pada dasarnya memaksa
warga masyarakat agar berprilaku sesuai dengan hukum, Dengan kata lain,
pengendalian sosial daripada hukum dapat bersifat preventif maupun represif.
Preventif merupakan suatu usaha untuk mencegah prilaku yang menyimpang,
sedangkan represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang
terganggu(Mawardi, 2015).
c) sebagai “a tool of social engineering”
Hukum sebagai sarana rekayasa sosial (social engineering) bermaksud
untuk mengarahkan pada tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan
yang dipandang tidak sesuai lagi dengan pola-pola kelakuan baru dan sebagainya.
Dengan demikian, hukum dapat berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan
bisa juga menjadi sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
masyarakat (Lathif, 2017).
d) sebagai “a tool of dispute settlement”
Di dalam masyarakat, berbagai persengketaan dapat terjadi, misalnya
antara keluarga yang dapat meretakkan hubungan keluarga, antara mereka dalam
suatu urusan bersama yang dapat membubarkan kerjasama. Sengketa juga dapat
mengenai perkawinan atau waris, kontrak, tentang batas tanah, dan sebagainya.
Adapun cara-cara penyelesaian sengketa dalam suatu masyarakat, ada yang
diselesaikan melalui lembaga formal yang disebut dengan pengadilan, dan ada
yang diselesaikan secara sendiri oleh orang-orang yang bersangkutan dengan
mendapat bantuan dari orang yang ada di sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk
mengukur, sampai berapa jauh terjadi pelanggaran norma dan apa yang harus
diwajibkan kepada pelanggar supaya yang telah dilanggar itu dapat diluruskan
kembali (Ishaq, 2018).
Hukum merupakan bagian dari perangkat kerja sistem sosial. Fungsi sistem
sosial ini adalah untuk mengintegrasikan kepentingan anggota masyarakat,
sehingga tercipta suatu keadaan yang tertib. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas
hukum adalah mencapai keadilan, yaitu keserasian antara nilai kepentingan
hukum. hukum mempertahankan ketertiban dan melakukan kontrol. Dengan

6
demikian, tujuan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah menciptakan tata
tertib di dalam masyarakat. Berikut ini diturunkan suatu bagan yang
menggambarkan tugas serta tujuan hukum.

Kepastian Ketertiban
Hukum

Tugas Keadilan Kedamaian Tujuan


Kaidah Hukum
Hukum

Keseimbangan Ketenteraman
Hukum

Gambar 1: Tugas dan Tujuan Hukum


Sumber: lihat, Ishaq. (2018). Dasar-Dasar Ilmu Hukum, hlm 8.

Hubungan Hukum dan Masyarakat


Sebagaimana yang di nyatakan sebelumnya bahwa manusia merupakan
makhluk sosial. Karenanya, sekalipun manusia sebagai individu yang mempunyai
kehidupan yang menyendiri, tetapi manusia sebagai entitas sosial tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Pada dasarnya manusia mempunyai banyak sifat dan
kepribadian yang berbeda-beda, dalam menjalankan kehidupannya setiap orang
mempunyai kepentingannya masing-masing, jika manusia mempunyai
kepentingan yang sama dengan manusia maka akan ada kerjasama untuk
mencapai tujuan tersebut. Namun, seringkali kepentingan antar manusia berbeda
dan bahkan ada yang bertentangan, sehingga dapat menimbulkan perselisihan.
Jika konflik ini terjadi, maka akan menimbulkan perpecahan dalam masyarakat
(Utami, 2020).
Oleh karena itu, dalam menjalankan kehidupannya, setiap individu yang
merupakan bagian dari anggota masyarakat harus mematuhi tata cara, norma, dan
aturan hidup bermasyarakat. Aturan-aturan kehidupan sosial memberikan
petunjuk tentang bagaimana berperilaku dalam masyarakat. Aturan hidup ini
disebut aturan hidup masyarakat. Aturan-aturan kehidupan masyarakat ini diatur
dan diamanatkan untuk menjamin ketertiban sosial (Haryanti, 2014).

7
Namun demikian tidak dinafikan bahwa terkadang keberadaan norma
hukum itu sendiri yang dikodifikasikan secara sistematis, maupun yang tersebar
sebagai hukum tidak selamanya dapat menjawab dan mengimbangi
perkembangan masyarakat secara permanen. Hal ini karena pada realitanya
hukum yang berlaku sering kali tertinggal dari perkembangan dinamika
masyarakat (Sudiana, 2012). Selain itu, kadang hukum yang berlaku pun tidak
sesuai atas kehendak atau keinginan masyakarat melainkan berasal dari kehendak
kaum elit (penguasa) (Roseffendi, 2018).
Pesatnya arus globalisasi saat ini, terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya sebuah perubahan dan perkembangan masyakarat (Yudho &
Tjandrasari, 2017). Berbagai penemuan terbarukan baik dalam bidang teknologi
maupun sains yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
menyebabkan berlakunya modernisasi pendidikan, ekonomi, hukum, politik dan
lain sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya ikut melahirkan
berbagai bentuk nilai baru di tengah masyarakat yang sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang berlaku sebelumnya (Sudiana, 2012).
Kondisi demikian inilah yang membuat masyarakat harus mengadakan
perubaan hukum yang selaras dengan apa yang tengah terjadi. Karenanya, hukum
dapat berubah sejalan dengan perkembangan masyarakat dan juga mengubah
masyarakat sebagaimana yang di uraikan sebelumnya bahwa salah satu fungsi
hukum ialah sebagai law as tool of social engineering (Mawardi, 2015).
Dari sini Jelas terlihat bahwa dalam usaha menjalankan kehidupan
bermasyarakat, manusia memerlukan suatu aturan yang disepekati bersama
supaya tercipta kehidupan yang aman, nyaman, & tenteram. Dalam kehidupan
bermasyarakat aturan merupakan aspek krusial lantaran aturan mengatur segala
aspek pada kehidupan warga antara individu dengan individu, individu dengan
masyarakat, individu dengan lingkungan, dan individu dengan pemerintah. Hal ini
bertujuan agar terciptanya keadilan dan ketertiban.
Maka dengan keterkaitan hukum dan masyarakat, maka perbuatan
masyarakat untuk main hakim sendiri akan terhindar. Semua persoalan dan konflik
kepentingan yang ada di masyarakat harus diselesaikan melalui jalur hukum. Dari
sinilah fungsi hukum dan masyarakat berkaitan

8
KESIMPULAN
Manusia yang hidup secara berkelompok dalam suatu jaringan masyarakan
memerlukan kehadiran hukum untuk menjaga keberlangsungan kehidupan
manusia. Sebaliknya, aturan atau hukum yang telah terbentuk dan akan
diterapkan memerlukan masyarakat sebagai subyek (pelaksana) agar hukum itu
sendiri mampu berfungsi dalam kehidupan masyarakat setempat. Maka, dimana
ada masyarakat, disana ada hukum (ubisocietes, ibi uis), hukum ada pada setiap
masyarakat, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, T. (2014). Hukum Dan Masyarakat. Tahkim, 10(2), 160–168.
Ishaq, I. (2018). DASAR-DASAR ILMU HUKUM (2nd ed.). SInar Grafika Offset.
Lathif, N. (2017). TEORI HUKUM SEBAGAI SARANA / ALAT UNTUK
MEMPERBAHARUI ATAU MEREKAYASA MASYARAKAT Nazaruddin.
Pakuan Law Review, 3(1), 73–94.
Mawardi, D. R. (2015). Fungsi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat. In Masalah-
Masalah Hukum (Vol. 44, Issue 3, pp. 275–283).
Roseffendi, R. (2018). Hubungan Korelatif Hukum Dan Masyarakat Ditinjau Dari
Perspektif Sosiologi Hukum. Al Imarah : Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam,
3(2), 189. https://doi.org/10.29300/imr.v3i2.2151
Saleh, K., Agusta, M., & Weni. (2020). HUKUM DAN MASYARAKAT DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM. DATIN Law Jurnal, 1(2), 1–4.
Sudiana, A. A. K. (2012). Hubungan Antara Hukum dan Masyarakat Sebagai
Pijakan Politik Hukum Nasional. MMH, 3(41), 360–366.
Utami, W. (2020). Hukum Sebagai Agen Pengendali Sosial Dalam Masyarakat
Ditinjau Dari Segi Sosiologi Hukum. Maksigama, 13(2), 97–104.
https://doi.org/10.37303/maksigama.v13i2.64
Yudho, W., & Tjandrasari, H. (2017). Efektivitas Hukum Dalam Masyarakat. Jurnal
Hukum & Pembangunan, 17(1), 57. https://doi.org/10.21143/jhp.vol17.no1.1227

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai